Anda di halaman 1dari 32

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Istilah zakat berasal dari kata arab ……. Yang berarti suci atau

kesucian, atau arti lain yaitu keberkahan. Menurut istilah zakat adalah

ukuran atau kadar harta tertentu yang harus dikeluarkan oleh pemiliknya

untuk diserahkan kepada golongan orang-orang yang berhak menerimanya

dengan syarat-syarat tertentu. Jadi seorang muslim yang telah memiliki

harta dengan jumlah tertentu (nisab) sesuai dengan ketentuan dan waktu

tertentu (haul) yaitu satu tahun, wajib mengeluarkan zakatnya. Oleh sebab

itu hukum dari melaksaAnakan zakat adalah fardu ‘Ain (wajib bagi setiap

orang) bagi orang yang mampu.

Dari pengertian zakat di atas, melaksanakan zakat berarti bukan

saja hanya membersihkan harta, namun zakat adalah merupakan sebuah

ibadah yang wajib bagi umat islam untuk dikerjakan. Sehingga, dengan

zakat mampu membuktikan kepada allah SWT, bahwa kita adalah hamba

yang taat akan perintahnya, sehingga harta kita menjadi berkah dan

melimpah.

1
2

Di era globalisasi ini banyak orang yang tidak mengerti bagaimana

cara yang benar untuk mendayagunakan zakat fitrah. Maka wajib bagi kita

untuk membenarkan masalah-masalah yang timbul dalam masyarakat.1

Untuk itu perlu adanya kerangka pemikiranyang dapat menjelaskan

keluasan arti benda yang digunakan untuk zakat fitrah dalam rangka

pembangunan nasional ke dalam pos-pos penggunaan yang memang masih

dalam pengertian teks al-Qur’an tentang yang berhak menerima zakat,

sebagaimana dalam al-qur’an surah at-taubah ayat 60 yang berbunyi:

Artinya:

sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,


orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah SWT dan untuk mereka yang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah SWT, dan
Allah SWT maha mengetahui lagi maha bijaksana. (QS.at-taubah:60).2

Di dalam Al-Qur’an terdapat dua puluh ayat yang memuji orang-

orang yang secara sungguh-sungguh menunaikannya dan sebaliknya

memberikan ancaman bagi orang yang sengaja meninggalkannya. oleh

karena itu, rasullah saw pernah melakukan isolasi social kepada seseorang

yang enggan membayar zakat hartanya. Abu bakar memerangi dengan

menghunduskan pedang kepada orang yang mengerjakan sholat tetapi

secara sadar dan sengaja tidak mau menunaikan zakat. Sedangkan umar

bin khatab memandang jabatan khalifah sebagai sebuah kepercayaan

(amanah) dan tanggung jawab atas segala keadaan rakyat, dan zakat adalah

1
Sjechul hadi permono,formula zakat, (Surabaya : CV, Aulia, 2005) hlm. 56
2
Departemen agama RI, Al-Qur’an dan terjemahnya, (Surabaya : PT. Sahabatilmu,
2001), hlm 35
3

sumber pemasukan kekayaan Negara yang segenap manfaat dan maslahat

harus dikembalikan kepada mereka dalam bentuk jasa maupun fasilitas

umum.

Persyaratan zakat didalam menunjukkan bahwa islam sangat

memperhatikan masalah-masalah kemasyarakatan terutama nasib mereka

yang lemah. Sehingga memperdekat hubungan ksih saying anara sesame

manusia dalam mewujudkan persaudaraan islam.

Sejalan dengan pandangan islam diatas,maka zakat merupakan

salah satu syarat mutlak didalam Pembina masyarakat muslim. Salah satu

tujuan zakat yang terpenting adalah mempersempit ketimpangan ekonomi

didalam masyarakat hingga batas yang semenimal mungkin tujuanya

adalah menjadikan perbedaan ekonomi masyarakat secara adil dan

seksama, sehingga yang kaya dan yang miskin tidak saling mengekspoitasi

sehingga yang miskin semakin miskin. Hal ini pada beberapa kesematan

rasullah Saw menyebut bahwa mereka yang berhak menerima zakat adalah

menghapuskan kemiskinan.3

Apa yang ditentukan pada tahun-tahun sebelumnya oleh tokoh-

tokoh terdahulu dijadikan sebagai pegangan tanpa menetahui dasar hukum

syari’at yang pasti. Salah satu alasan penyaluran zakat fitrah kemasjid

didesa adalah agar bisa menekan warga untuk sadar mengeluarkan

zakatnya untuk masjid dan karena didesa ada beberapa tempat yang

mengelola dan menerima zakat.

3
Muhammad ridwan mas’ud, zakat dan kemiskinan, (Yogyakarta : UII Press, 2005), hlm
39-40
4

Padahal kalau melihat banyaknya penduduk yang tergolong orang

yang berhak menerima zakat, maka penyaluran zakat fitrah untuk

kepentingan masjid jelas tidak sesuai dengan aturan hukum islam, karena

dalam penyaluran zakat fitrah harus dibagikan seluruhnya kepada berhak

menerimanya, selagi dedesa tersebut masih ada yang lebih

membutuhkannya.

Pada saman khalifah, zakat oleh pegawai sipil dan didistribusikan

kepada kelompok tertentu dari masyarakat. Kelompok itu adalah orang

miskin, janda, budak yang ingin membeli kebebasan mereka, orang yang

terlilit hutang dan tidak mampu membayar. Syari’ah mengaturdengan

lebih detail mengenai zakt dan bagaiman zakat itu harus dibayarkan. 4 Dan

pada saat runtuhnuya pemerintahan para khalifah dan Negara-negara islam

menybabkan zakat tidak dapat diselenggarakan dengan berdasarkan

hukum lagi.

Pada tahun 1968, presiden repoblik Indonesia di dalam pidato

peringatan isro’mi’raj diistana Negara pada tanggal 26 oktober 1968,

beliau menganjurkan pelaksanaan zakat lebih intensif untuk menunjang

pembangunan Negara dan beliau sendiri bersedia menjadi amil zakat

tingkat nasional.

Terakhir di Indonesia, regulasi pengelengaraan kepengurusan

masyarakat diatur oleh pemerintah melalui undang-undang no 38 tahun

1999 tentang pengelolaan zakat. Namun demikian, terdapat kelemahan

4
Muhammad hasbi Ash shiddieqy, pedoman zakat, (semarang : Pustaka Rizki Putra,
1999), hlm 204
5

yang bersifat teknis, seperti tidak adanya penegasan mengenai sistim

pemungutan zakat, penghitungan harta muzaki oleh petugas zakat, dan

bahkan tidak ada ketentuan sanksi atau hukuman bagi orang yang tidak

mengeluarkan zakat atau tidak mematuhi ketentuan zakat tersebut. Tidak

kecuali persyaratan yang tak katah penting yaitu mengenai ketentuan atau

kualifikasi pengelola zakat, terutama terkai loyalitasnya dalam penyaluran

zakat.

Hal ini dinilai dinilai penting sebab salah satu penyakit yang masih

menggerogoti keuangan Indonesia adalah korupsi atau penyalah gunaan

uang Negara termasuk dalam bidang pengelolaan zakat.5

Hal ini sangat dipengaruhi oleh loyalitas setiap pengelola keuangan

Negara yang lemah. Artinya bahwa hanya faktor imam sajalah yang

mampu menghindarkan para pengelola tersebut dari jerat korupsi. Alasan

pentingnya bagian ini supaya dana zakat yang dikumpulkan oleh

masyarakat melalui pengelola zakat nasional dapat diterima dan disalurkan

secara tepat, efisien dan efektif sehingga tujuan social zakat tersebut dapat

tercapai.

Seiring dengan tuntutan zaman sesuai dengan cita-cita dan rasa

syariat, pesan dan kesan, ajaran islam sebagai mana yang telah dilakukan

oleh ulama, khususnya ulama masa kini.

Akan tetapi perlu dicatat bahwa secara garis besar di dalam

pembidangan sumber zakat yaitu harta benda yang dikenakan pemungutan

5
Muhammad Ali Nurdin, zakat sebagai instrument dalam kebijakan fisikal, (Jakarta :
Raja grafindo persada, 2016) hlm 117
6

zakat atasnya,para ulama berbeda pendapat ada pendapat yang menyatakan

bahwa zakat itu bukan ta’abudi bukan perihal yang dogmatis akan tetapi

ta’aquli perihal yang rasional, karena disamping mengandungpengertian

ibadah, juga mengandung pengertian ekonomi social. Ijtihad dan qiyas

berlaku disana, dan disanalah akal pikiran ikut memegang peranan

penting, jadi hukum zakat bersifat reasonable, ma’qul al-ma’na sehingga

sanggup berkembang untuk menjawab perubahan zaman.6

Sejalan dengan itu, ada pranata social dalam islam yang sangat

potensial, selain mengandung aspek ibadah juga mengandung aspek

pembinaan kesejahteraan masyrakat. Pranata tersebut adalah lembaga

zakat. Zakat disamping membina hubungan-hubungan dengan Allah SWT,

akan menjabatani dan memperdekat hubungan kasih saying antara sesame

manusia dan mewujudkan kata-kata bahwa islam itu bersaudara, saling

membantu dan tolong menolong, yang kaya menolong yang miskin da

yang kuat menolong yang lemah. Seyogya nya zakat itu disalurkan

melaluilembaga yang the ditentukan, diantaranya melalui lembaga zakat.

Sejarah telah membuktikan denga cemerlang sekali keberhasilan

pemerintah islam dalam menarik zakat, dampak positifnya sangat besar

dalam memerangi kemiskinan dan kesusahan, sehingga tercipta

masyarakat islam sebagai suatu masyarakat yang saling mencukupi, saling

menolong dan saling membantu. Demikian halnya keadaan Indonesia

sejak islam datang ke tanah air kita, zakat telah menjadi salah satu sumber

dana untuk kepentingan pengembangan umat islam. Dalam perjuangan


6
Sofyan Hasan, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, (Surabaya: Al-ihlas, 1995), hlm 20
7

bangsa Indonesia menentang penjajah barat dahulu, zakat terutama bagi

para pejuang (fisabillah) merupakan sumber dana perjuangan dan ini telah

banyak diprakarsai kemanfatan zakat dengan intensif untuk menempati

fungsinya, namun masih belum terkoordinir secara menyeluruh, dan baru

merupakan kebijaksaan sempurna.

Padahal, zakat yang diorganisasikan dan diselenggarakan dengan

baik, akan sangat berpaidah bukan saja bagi umat islam, tetapi juga bagi

mereka yang bukan muslim demikian menurut pendapat Prof. Hazairin,

sebagai mana yang diuraikan ulang oleh Prof. Muhammad Daud Ali.7

Pemanfaatan zakat harus sangat tergantung pada pengelolaannya,

apabila pengelolaannya baik, manfaat yang dirasakan oleh masyarakat.

Dan diketahui bahwa pada umunya penggunaan zakat adalah untuk

meringankan penderitaan masyarakat. Biasanya, jika demikian diberikan

kepada fakir miskin atau golongan lainnya yang sedang mengalami

penderitaan, bukan disalurkan untuk kepentingan-kepentingan yang lain.

Adanya kesadaran seseorang melaksanakan syariat Allah SWT

merupakan suatu bukti ketebalan iman serta keyakinan hamba terhadap

sang pencipa, apalagi dalam masalah zakat. Karena ini pengabdiannya

bukan hanya ditunjukan pada pecipta alam semesta saja, tapi juga

merupakan bentuk kontribusi yang sangat besar terhadap kaum fakir

miskin, sehingga mereka bisa merasakan dan menikmati hal-hak mereka

secara layak.

7
Muhammad Daud Ali, Sistim Ekonomi Islam, Zakat dan Wakaf, (Jakarta: UI Press,
1988), hlm30-32
8

Pentingnya perkara zakat ini memberikan dampak terhadap

tegaknya agama islam karena ini merupakan suatu pondasi serta rukun

islam yang harus dipegang oleh pemeluknya. Memang tidak bisa

diragukan lagi keberadaannya bahwa zakat itu suatu rukun islam dan wajib

dilaksanakan oleh manusia.

Melihat dari penjelasan diatas terkait kewajiban dan pengelolaan

serta pendistribusian zakat fitrah yang sesuai dengan hukum islam, maka

perlu bagi kita untuk mengetahui apa yang seharusnya dilaksanakan

dimasyarakat.

Dari pemaparan diatas penulis tertarik untuk meneliti tentang

Praktek Zakat Fitrah Di Perdesaan Perspektif Hukum Islam karna

untuk mengetahui dan cara dalam membayar zakat fitrah di perdesaan

dalam perspektif hukum Islam.

B. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya permasalahan yang terdaji objek

permasalahan dalam penelitian, maka perlu adanya pembatasan masalah

yaitu sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan zakat fitrah didesa siulak kecil kec.siulak

kab.Kerinci?

2. Bagaimana pandangan hukum islam terhadap pelaksanaan zakat fitrah

di desa siulak kecil kec. Siulak kab. kerinci?

C. Perumusan Masalah
9

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengemukakan

permasalahan mengenai penyaluran zakat fitrah didesa. Adapun rumusan

masalahnya adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana praktek pelaksanaan zakat fitrah didesa siulak kecil kec.

Siulak kab. Kerinci.

2. Bagaimana analisis atau tinjauan hukum islam terhadap pelaksanaan

zakat firah didesa siulak kecil kec. Siulak kab.kerinci.

D. Tujuan Penelitian

Sebagai mana penulis harapkan bahwa setiap kegiatan tentunya

harus mempunyai tujuan, terlebih lagi dalam penulisan karya ilmiah

khususnya skripsi. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan

ini adalah:

1. Untuk mengetahui praktek penyaluaran zakat fitrah di desa siulak kecil

kec. Siulak kab. Kerinci.

3. Untuk mengetahui bagaimana tinjauan hukum islam dan pendapat para

ulama terhadap penyaluran zakat fitrah di desa siulak kecil kec. Siulak

kab. Kerinci.

E. Manfaat Dan Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat baik dari

segi teoritis maupun praktis yaitu:

1. Dari segi teoritis yaitu hasil penelitian diharapkan berguna bagi

pengembanga ilmu pengetahuan dalam artian membangun,


10

memperkuat, menyempurnakan, atau bahkan menambah teori yang

sudah ada.

2. Dari segi praktis yaitu hasil penelitian diharapkan berguna bagi

penerapan suatu ilmu dilapangan atau masyarakat terkait masalah

zakat fitrah, lebih-lebih bisa mengamalkan hukum islam yang ada.


11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penjelasan Mengenai zakat fitrah

Zakat berasal dari bahasa arab yang berarti suci, bertabah dan

berkembang, berkah, dan terpuji. Sedangkan secara istilah syara’. Zakat

berarti suatu bentuk ibadah kepada allah SWT dengan mengeluarkan

sebagian hartanya dan hukumnya wajib untuk dikeluarkan sesuai

aturannya dan diberikan kepada golongan-golongan tertentu yang berhak

menerimanya. Zakat termasuk ke dalam rukun islam dan menjadi salah

satu unsur yang paling penting dalam menegakkan syariat islam. Oleh

karena itu hukum zakat adalah wajib bagi setiap muslim yang telah

memenuhi syarat-syarat tertentu.8

Zakat fitrah adalah sejumlah harta yang wajib ditunaikan oleh

setiap mukallaf (orang islam, baligh dan berakal) dan setiap orang yang

nafkahnya ditanggung olehnya dengan syarat-syarat tertentu.9

Zakat fitrah dinamakan juga dengan shadaqah fitrah, zakat ini

dinamakan dengan zakat fitrah karena kewajiban menunaikannya ketika

masuk fitri (terbuka) diakahiri bulan Ramadan. Didalam al-qur’an, Allah

SWT, telah menyebutkan secara jelas berbagai ayat tentang zakat. Zakat

adalah sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang

Abdul Azis Muhammad Azzam, Fiqih Ibadah, Cet II (Jakarta:Amzah, 2010), hlm 343
8

El-Madani,Fiqih Zakat Lengkap: Segala Hal Tentang Kewajiban Zakat dan Cara
9

Membaginya, (Jakarta: Diva Press,2013), hlm 139


12

diwajibkan Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada orang-orang

yang berhak menerima zakat tersebut.10

B. Konsepsi Distribusian Zakat

Pengertian distribusi zakat adalah zakat sebagai pondasi islam,

seperti sangat ideal dijadikan satu model alternative dalam upaya

pengentasan orang-orang yang termasuk kelompok ekonomi lemah.

Dengan demikian bahwa zakat dapat melindungi umat dari kemiskinandan

dari segala bentuk bahaya yang ditimbulkannya, sertamenghindarkan umat

atau Negara dari ideology-ideologi yang menungganyi kemiskinan sebagai

kudanya. zakat secara etimologi dapat diartikan berkembang dan berkah,

zakat juga diartikan memuji, sebagai mana firman Allah SWT:11

Artinya:
“(yaitu) mereka yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji,
kecuali kesalahan-kesalahan kecil. Sungguh, tuhanmu maha luas
ampunan nya. Dia mengetahui tentang kamu. Sejak dia menjadikan kamu
dari tanah lalu ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka
janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang
yang bertakwa.”(QS.An-najm (53):32)

Zakat disebut demikian karena harta kekayaan yang disakati akan

semakin berkembang berkat dikeluarkannya zakatnya dan doa orang yang

menerimannya. Zakat juga membersihkan orang yang menunaikannya dari

dosa yang memujinya, bahkan menjadi saksi atau bukti atas kesungguhan

iman orang yang menunaikannya. Sedangkan secara terminology syariah,

zakat merujuk pada aktivitas memberikan sebagian kekayaan dalam

10
Nurul Huda dan Muhammad Heykal, Lembaga Keuangan Islam,(Jakarta:Kencana,
2010), hlm 293
11
Abdul Aziz Muhammad Azzam, op.cit. hlm 344
13

jumlah dan perhitungan tertentu untuk orang-orang tertentu sebagai mana

yang telah ditentukan.12

Menurut kamus besar bahsa Indonesia, distibusi adalah penyaluran

(pembagian, pengiriman) dari yang kelebihan kepada yang kekurangan ke

beberapa orang atau ke beberapa tempat. Jadi distribusi zakat adalah

penyaluran atau pembagian harta yang kelebihan kepada orang-orang yang

kekurangan yaitu mustahiq. 13

Sedangkan menurut undang-undang, pengelolaan zakat adalah

kegiatan perencanaan, pelaksanaan, dan pengorordinasiandalam

pengumpulan, pendistribusian, dan pendaya guna zakat. (pasal 1 angka 1),

terdapat 2 faktor kunci dalam menyediakan jasa menuju paparan dan

sasaran yaitu, pemilihan lokasi dan saluran distribusi . dua keputusan

tersebut menyangkut bagai manamenyampaikan jasa dimana transaksi itu

dilakukan.14

Distribusi atau penyaluran zakat hanya dapat diberikan kepada 8

golongan asnhaf sebagaimana yang telah ditetapkan didalam al-qur’an.

Hal ini menunjukkan bahwa zakat harus diambil dan distribusikan di

daerah dimana zakat itu diambil. Jadi, sebelum membantu masyarakat lain,

maka harus dibantu terlebih dahulu masyarakat sekitar diwilayah

muzzakki. Jika kelompok delapan golongan tidak ada ditempat itu, maka

12
Setiawan Budi Utomo, Zeaktualisasi Fikih Zakat. (Rumah Zakat Indonesia), hlm 2
13
Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa Depdikbud, kamus Umum Bahasa
Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), hlm 209
14
Undang-Undang Repoblik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat, hlm 2
14

pembagian zakat boleh dipindahkan ke wilayah yang paling dekat

dengannya.15

C. Dasar Hukum Zakat Fitrah

Zakat fitrah merupakan kewajiban yang harus dutunaikan oleh

setiap kaum muslimin yang sudah mencukupi satu nisab hartanya. Dasar

hukum wajibnya zakat fitrah ini adalah:

Artinya:
“Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan ruku’lah beserta orang-
orang yang ruku’.” (Q.S. Al-Baqarah: 43).

Artinya:
“sesungguhnya zakat-zakat itu, hanya lah untuk orang-orang
fakir,orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekak kan) budak.orang-orang yang
berhutang, untuk jalan allah dan untuk mereka yang sedang dalam
perjalannan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan allah, dan allah
maha mengetahui lagi maha bijaksana”.(Q.S. At-taubah:60)

Artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo’a lah untuk mereka.
Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka.
Dan Allah maha mendengar lagi maha mengetahui.” (Q.S. At-taubah:
103). 16

D. Syarat-Syarat Wajib Zakat Fitrah

Ada beberapa syarat yang mewajibkan zakat fitrah diantaranya

adalah sebagai berikut:

1. Beragama islam

15
Muhtar Sadiali,Dalam Prombematika Zakat Kontemporer (Jakarta: Forum Zakat,
2003), hlm 106
16
Hafidz Ibnu Hajar Al-Astqolani, Bulughul Maram, (Haromain: Surabaya, 2011),
hlm125
15

Zakat fitrah diwajibkan hanya kepada orang yang beragama islam.

Hal ini berdasarkan pada hadist riwayat. Ibnu umar ra yang

menyebutkan. “laki-laki dan perempuan dari kaum muslimin”. Pada

hakikatnya, zakat fitrah diwajibkan pertama-tama untuk kerabatnya

yang muslim, kemudian pembantunya yang muslim, kemudian ia

menunaikan zakat fitrah orang yang nafkahnya menjadi

tanggungannya. Sebab, zakat fitrah itu sepeti nafkah17

2. Menjumapai dua waktu

Seseorang yang menjumpai dua waktu dalam keadaan islam, maka

wajib menunaikan zakat fitrah. Adapun yang dimaksud dengan dua

waktu ialah akhir bulan Ramadan dan malam idul fitri (malam 1

syawal).

3. Memiliki kemampuan

Seorang mukallaf yang diwajibkan menunaikan zakat fitrah

disyaratkan memiliki kemampuan untuk menunaikannya ketika

kewajiban itu tiba. Jika ia baru mampu setelah waktu kewajibannya

selesai, maka ia tidak diwajibkan menunaiakan zakat nya. Adapun

yang dimaksud dengan mampu di sini adalah ia memiliki kelebihan

harta (makanan, minuman, dan kebutuhan pokok lainnya) untuk

dirinya dan orang-orang yang nafkahnya menjadi tanggungannya,

mulai pada malam idul fitri hingga siangnya, sertakelebihan harta

untuk tempat tinggalnya dan untuk pembantunya jika pembantunya


17
El-Madani, op.cit.143-145
16

memerlulakannya. Membayar zakat fitrah itu lebih didahulukan dari

pada membayar utang. Sebab, hutang tidak menghalangi nafkah istri

dan kerabat. Oleh karena itu, utang juga tidak menghalangi zakat

fitrah. Selain itu juga, zakat fitrah bergantung pada diri seorang bukan

pada asset hartanya. Adapun ukuran lebih untuk nafkah dirinya dan

orang yang menjadi tanggungannya adalah ia memiliki makanan lebih

dari satu sha’ atau yang senilai dengan ukuran itu.

E. Jenis Makanan Yang Harus Dikeluarkan

Zakat fitrah yang dikeluarkan berupa gandum, kurma, dan beras atau

yang lainnya yang berupa bahan makanan pokok, karena bahan pokok

seperti kurma dan gandum hanya terdapat didaerah tertentu saja seperti di

Arab dan wilayah gurun pasir. Zakat fitrah tidak ada nishab karena zakat

fitrah itu merupakan zakat badan (jiwa) yang harus dilaksanakan. Walapun

memiliki sedikit harta, tetapi pada saat harus mengeluarkannya dia mampu

yaitu menjelang hari raya idul fitri, maka tetap harus mengeluarkannya

sebagai pembersih diri. Kemudian besar kemungkinan dia pun akan

menerima bagian dari zakat fitrah dan bahkan lebih banyak dari zakat

fitrah yang dikeluarkannya. Pengeluaran zakat fitrah diwajibkan atas

seluruh umat muslim mulai dari anak kecil sampai orang dewasa mampu

(berkecukupan) dan sudah mendaji ketentuan dalam syara’. Tanpa

membeda-bedakan jenis kelamin, umur, dan status yang berkenaan dengan

Ramadan sebesar satu sha’ bahan makanan pokok.18

F. Kriteria Mustahiq Zakat


18
Abu Dawud, Sunan Abu Daud, II:29.
17

Orang-orang yang berhak menerima zakat ditentukan dalam Al-

quran surat Al-taubah ayat 60. Dari ayat tersebut sudah ditetapkan bahwa

yang disebut sebagai mustahiq zakat yakni terbagi menjadi delapan

golongan sebagai berikut:

1. Fakir

Orang fakir berarti orang yang sangat miskin dan hidupnya

menderita, tidak memiliki apa-apa untuk hidup atau orang-orang

yang sehat dan jujur tetapi tidak mempunyai pekerjaan sehingga

tidak mempunyai penghasilan.19

2. Miskin

Orang yang mempunyai harta atau pekerjaan dimana masing-

masing harta dan pekerjaan dapat menjadi penghasilan hidup, tetapi

tidak mencukupi.

3. Amil

Amil adalah orang yang diberi tugas oleh imam (pemimpin

pemerintah) untuk mengurus pemungutan shadaqah fitrah dan

memberikannya kepada orang-orang yang berhakmenerima

shadaqah fitrah.20

4. Muallaf

Muallaf termasuk orang-orang yang lemah niatnya untuk masuk

islam, mereka diberikan bagian zakat agar niat mereka masuk islam

menjadi kuat dan keyakinannyatetap beriman kepada Allah SWT.

19
Rahman Al-Zahrul, Doktrin Ekonomi Islam (Jakarta:Dana Bakti Wakaf, 1995), hlm 295
20
Ahmad Sunarto, Terjemah Fathul Qorib (Surabaya: Al-Hidayah, 1991), hlm 267
18

5. Riqab

Riqab adalah para budak muslimin yang telah membuat

perjanjian dengan tuannya untuk di memerdekakan dan tidak

memiliki uang untuk membayar tebusan atas diri mereka, meskipun

mereka telah bekerja keras menbanting tulang mati-matian21

6. Gharimin

Gharimin adalah orang yang terlibat dalam jeratan hutang,

hutang itu dilakukan bukanlah karena mereka berbelanja yang

berbelebihan, membelanjakan untuk hal-hal yang diharamkan,

melainkan karena kemiskinan.

7. Sabilillah

Sabilillah adalah kelompok orang yang dalam segala usaha untuk

kejayaan agama islam, seperti bantuan-bantuan yang diberikan

untuk persiapan peran orang islam untuk jihad. Intinya semua

perbuatan yang penting dan berfaedah bagi umat islam dan Negara

islam.22

8. Ibnu Sabil

Orang yang sedang melakukan perjalanan adalah orang-orang

yang berpergian (musafir) untuk melaksanakannya suatu hal yang

baik tidak termasuk maksiat. Dia diperkirakan tidak akan mencapai

maksud dan tujannya jika tidak dibantu, sesuatu yang termasuk

21
Wahbah Al-Zuhaili, Al-Fiqh Al-Islam Wa Adilatuh, Terjemah: Agus Efendi dan
Bahrudin Fananny (Bandung: PT. Remaja Rosdakarta, 1995), hlm 285
22
Rahman Al-Zahrul, op.cit.303
19

perbuatan baik ini antara lain:ibadah haji dan berperang di jalan

Allah.23

G. Pendistribusian Zakat Ke Daerah Lain

Pada prinsipnya zakat itu diberikan kepada orang-orang yang

berhak menerimanya, seperti fakir miskin yang ada di daerah dimana

muzakki dan harta zakatnya berdomisili. Apabila memindahkan zakat ke

daerah lain berarti akan menodai hikmah dan tujuan zakat itu sendiri.

Kalau dibolehkan memindahkan zakat dari suatu daerah ke daerah lain, hal

ini akan mengakibatkan para fakir ditempat it uterus menerus dalam

kefakiran. 24

Namun, yusuf Al-qardhawi, mengutip dari beberapa pendapat

ulama tentang memindahkan zakat ke daerah lain, sementara penduduk

setempat masih membutuhkan. Menurut mazhab syafi’I dan hanbali tidak

diperbolehkan memindahkan zakat kedaerah lain, tetapi wajib

dipergunakan di daerah harta itu didapat, kecuali tidak ada lagi

mustahiqnya. Para pemikir ekonomi islam mendefinisikan zakat sebagai

harta yang telah ditetapakan oleh pemerintah atau pejabat yang berwenang

kepada masyarakat umum atau individual yang bersifat mengikat, final,

tanpa mengharap imbalan tertentu yang dilakukan pemerintah sesuai

dengan kemampuan pemilik harta. Zakat itu dialokasikan untuk memenuhi

kebutuhan delapan golongan yang telah ditentukan ioleh Al-qur’an , serta

23
Wahbah Al-Zuhaili, Zakat Kajian Berbagai Mazhab, Terjemah: Agus Effendi dan
Bahrudin Fananny (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm 289
24
Fakruddin, Fiqih Dan Manajemen Zakat di Indonesia (Malang:UIN Malang Press,
2008), hlm 205
20

untuk memenuhi tuntutan politik bagi keungan islam. Zakat melalui

perspektif ekonomi islamdi dasarkan pada prinsip-prinsip dan kaidah

hukum islam, dimana keuangan islam menjadi sarana untuk

menggerakkan kegiatan diberbagai bidang, baik sector ekonomi, social,

keuangan maupun politik.25

H. Mekanisme Pendistribusian Zakat

Zakat yang dihimpun oleh lembagaamil zakat harus segera

disalurkan kepada para mustahiq sesuai dengan skala prioritas yang telah

disususn dalam program kerja. Mekanisme dalam distribusi zakat kepada

mustahiq bersifat konsumtif dannjuga produktif. Sedangkan

pendistribusian zakat tidak hanya dengan dua cara, akan tetapi ada tiga

yaitu distribusi konsumtif, distribusi produktif, dan investasi, dalam

pendistribusian zakat kepada mustahiq ada beberapa ketentuan:26

a. Mengutamakan distribusi domistik dengan melakukan distribusi

local atau lebih mengtamakan penerima zakat yang berada dalam

lingkungan terdekat dengan lembaga zakat dibandingkan dengan

pendistribusian ke wilayah lain.

b. Pendistribusian yang merata.

c. Membangun kepercayaan anatara pemberiana dan penerima zakat.

Zakat baru bisa diberikan setelah ada keyakinan bahwa si penerima

adalah orang yang berhak dengan cara mengetahui atau

25
Gazi Inayah, Teori Komprehensip, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003), hlm 3
26
Lalu Khidr, Zakat dan Masyarakat Pembangunan, (Surabaya: Bina Ilmu, 1977), hlm 56
21

menanyakan hal tersebut kepada orang-orang yang ada

dilingkungannya.27

I. Waktu Menunaikan Zakat Fitrah

Diwajibkan menunaikan zakat fitrah sejak matahari tenggelam

pada akhir bulan Ramadan atau waktu masuknya malam idul fitri. Hal ini

di dasarkan pada hadist yang diriwayatkan oleh oleh ibnu abas r.a tersebut.

Waktu pelaksanaan zakat fitrah dimulai setelah matahari terbenam pada

malam idul fitri. Sebab, zakat fitrah itu disyariatkan untuk mensucikan

orang yang berpuasa. Maka dari pada itu, barang siapa yang hidup pada

sebagian bulan Ramadan dan malam idul fitri, maka ia wajib menunaikan

zakat fitrah, atau diwajibkan kepada orang yang menanggungnafkah untuk

menunaikan zakat fitrah mereka, apabila persyaratannya terpenuhi. Maka,

barang siapa yang hidup dibulan Ramadan dan ia masih hidup setelah

matahari terbenam, kemudian ia wafat pada malam idul fitri, maka ia

diwajibkan menunaikan zakat fitrah. Sedangkan orang yang wafat sebelum

matahari terbenam pada akhir bulan Ramadan, ia tidak diwajibkan

menunaikan zakat fitrah.28

Adapun bayi yang lahir pada sebelum matahari terbenam dihari

akhir bulan ramadhan sebelum matahari terbenam dihari akhir bulan

ramadhan dan ia masih hidup hingga matahari terbenam. Maka, bayi itu

wajib ditunaikan zakat fitrahnya. Sedangkan bayi yang lahir setelah

matahari terbenam , Maka. Bayi itu tidak wajib ditunaikan zakat fitrahnya,

27
Ahmad Sunarto, Terjemah Fathul Qorib, (Surabaya Al-Hidayah, 1991), hlm 239
28
El-Madani, op.cit.hlm 142
22

demikian pula apabila ada seorang masuk islam sebelum matahari

terbenam atau setelahnya. Orang yang menikah pada bulan ramadhan, dan

hubungan pernikahanya masih berlangsung sampai matahari terbenam, ia

wajib menunaikan zakat fitrah istrinya. Jika ia menikasi setelah matahari

terbenam, maka ia tidak wajib menunaikan zakat fitrah istrinya.29

J. Gambaran Umum Zakat Mal

a. Pengertian Zakat Mal

Kata zakat menurut bahasa adalah mempunyai arti “bertambah,

berkembang”. Dinamakan zakat karena dapat mengembangkan dan

menjauhkan harta yang telah diambil zakatnya dari bahaya. Menurut

ibnu taimiah hati dan harta orang yang membayar zakat tersebut

menjadi suci dan bersih serta berkembang secara maknawi. Zakat mal

menurut syara’adalah nama dari sejumlah harta tertentu yang diberikan

kepada golongan tertentu dengan syarat-syarat tertentu. Dinamakan

zakat, karena harta itu akan bertamabah (tumbuh) disebabkan berkah

dikeluarkan zakat dan do’adari orang-orang yang menerimanya.30

Dapat disimpulkan zakat bahwa zakat mal adalah kegiatan

mengeluarkan sebagian harta kekayaan berupa binatang ternak, hasil

tanaman (buah-buahan), emas dan perak, harta perdagangan dan

kekayaan lain diberikan kepada yang berhak menerimanyadengan

beberapa syarat.31

b. Syarat-Syarat Wajib Zakat Mal


29
Nurul Huda,op.cit. hlm 298
30
Imam Taqiyuddin Alhusain, Kifayatul Akhyar,(Surabaya:Bina Iman,1994), hlm 387
31
Sayid Sabig, Fiqih Sunnah, (Bandung: Al-Ma’arifr 1996), Jilid 3, Cet 10. Hlm 5
23

1. Islam

Bagi orang yang berzakat wajib beragama islam dan zakat itu

adalah tidak wajib bagi orang kafir asli, dan adapun orang murtad,

maka menurut pendapat yang sahih, bahwa harta benda nya

diberhentikan (dilakukan dahulu), maka jika ia kembali ke agama

islam (seperti sedia kala), maka wajib baginya mengeluarkan zakat,

dan jika tidak kembali lagi islam, maka tidak wajib zakat.32

2. Baligh dan berakal

Maka anak kecil dan orang gila tidak diwajibkan membayar

zakat, tetapi dibayar oleh wali yang menannggungnya. Begitu juga

dengan anak yatim yang masih kecil.33

3. Merdeka

Zakat itu tidak wajib bagi budak dan adapun budak muba’ah

(budak yang separuh dirinya sudah merdeka), maka wajib baginya

mengeluarkan zakat pada harta benda yang dia miliki, sebab

sebagian dirinya merdeka.34

4. Milik penuh (milik sempurna)

Harta tersebut berada dalam control dan kekeuasaanya secara

penuh, dan dapat diambil manfaatnya secara penuh. Harta tersebut

didapatkan melalui proses pemilikan yang benarmenurut syariat

islam, seperti: usaha, warisan pemberian Negara atau orang lain

dan cara-cara yang sah. Sedangkan apabila harta tersebut diperoleh


32
Achmad Sunarto, op.cit, hlm 239
33
Lalu kahidr,op.cit. hlm 60
34
Ahmad Sunarto,op.cit.hlm 241
24

dengan cara yang haram, maka zakat atas harta tersenut tidak

wajib, sebab harta tersebut harus dibebaskan dari tugasnya dengan

cara dikembalikan kepada yang berhak atau yang ahli warisnya.

5. Sudah mencapai 1 nishab

Harta tersebut telah mencapai jumlah tertentu sesuai dengan

ketetapan syara’. Sedangkan harta yang tidak sampai nishabnya

terbebas dari zakat. Nizhab adalah ukuran tau batas terendah yang

telah ditetapkan oleh syar’I (agama) untuk menjadi pedoman

menentukan kewajiban mengeluarkan zakat bagi yang

memilikinya, jika telah sampai ukuran tersebut. Orang yang

memiliki hartadan telah mencapai nishab atau lebih, diwajibkan

mengeluarkan zakat.

6. Sudah mencapai genap satu tahun

Al-haul kurang dari satu tahun maka tidak ada kewajiban

mengeluarkan zakat. Persyaratan ini hanya berlaku bagi ternak,

harta simpanan dan peniagaan. Sedang hasil pertanian, buah-buhan

dan rikaz (barang temuan) tidak ada syarat haul.35

c. Jenis Harta Yang Dikeluarkan

1. Binatang ternak

2. Beberapa benda yang beharga

3. Hasil pertanian

4. Zakat dan harta dagangan

35
Depertemen Agama RI, Al-qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: CV Thoha
Putra,1989), hlm288
25

5. Ma’aadin

6. Rikaz36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif, yaitu

suatu cara analisis hasil penelitian yang menghasislkan data deskriptiuf. 37

Yaitu data yang dinyatakan masyarakat oleh masyarakat Desa siulak kecik

36
Umar Abdul Jabbar, Mabadi’ Fiqhiyyah,Juz III, hlm
37
Soerjono, Metodo Penelitian,Suatu Pemikiran dan Penerapan, (Jakarta: Rineka Cipta,
1999), hlm 57
26

kecamatan siulak kabupaten kerinci secara tertulis atau lisan serta tingkah

laku yang nyata untuk mengtahui sistim pembayaran zakat fitrah, yang

kemudian diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. Dengan

menggunakan perspektif teori interaksionisme simbolik yaitu salah satu

dari sejumlah tradisi penelitian kualitatif yang merupakan suatu perspektif

teoritis, namun juga sekaligus orientasi metodologis perilaku manusia.

Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian hukum empiris

(sosiologis), yaitu penelitian hukum yang memperoleh datanya dari data

primer atau data diperoleh langsung dari masyarakat. 38 Adapun data

tersebut diperoleh dari tokoh agama dan warga Desa siulak kecil

kecamatan siulak kabupaten kerinci tentang sistim pembayaran zakat fitrah

di Desa siulak kecil kecamatan siulak kabupaten kerinci.

B. Sumber Data

1. Sumber Data Primer

Sumber data primer dalam penelitian ini adalah data yang

diperoleh terutama dari hasil penelitian empiris. Yaitu penelitian yang

dilakukan dari hasil wawancara secara langsung dengan tokoh agama

dan warga Desa siulak kecil kecamatan siulak kabupaten kerinci.

2. Sumber Data Sekunder

38
Mukti Fajar, Dualisme Penelitian Hukum Normatif & Empiris, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013), hlm154
27

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang

diperoleh dari hasil penelaahan kepustakaan atau penelaahan terhadap

berbagai literature atau bahan pustaka yang berkaitan.

Dalam pengambilan sampel non random atau non probility di

lakukan dengan :

a. Purposive sampling

Merupakan teknik penentuan sampel dengan pertimbangan

khusus sehingga layak dijadikan sampel.

Dalam teknik ini penulis mengambil sampel dari warga desa

siulak kecil dengan membagi Kriteria masyarakat menjadi

masyarakat yang berpendidikan sampai denagan SMP dan

masyarakat yang berpendidikan samapai dengan SMA. Karena

pendidikan sangat menunjang kemampuan berpikir manusia.

b. Teknik snowball sampling

Adalah teknik pengambilan sampel yang pada mulanya

jumlahnya kecil tetapi makin lama makin banyak dan akan

berhenti sampai informasi yang didapatkan dinilai telah cukup.

Dalam hal ini peneulis melakukan wawancara dengan tiga

orang per dukuh, kemudian terus berkembang ke dukuh-dukuh

yang lain. Hingga sampel atau responden terus berkembang sampai

ditemukannya informasi yang menyeluruh atas permasalahan yang

diteliti.

C. Teknik Pengumpulan Data


28

1. Dokumentasi

Dokumentasi adalah catatan atau karya seseorang tentang

sesuatu yang sudah berlalu.39 Dalam hal ini teknik pengumpulan data

dieproleh dari buku-buku pustaka, dokumen kelurahan, media

informasi, dan cerita dari rakyat yang menunjang dalam penelitian.

2. Wawancara

Wawancara yang digunakan adalah wawancara mendalam.

Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dan cara

Tanya jawab denga bertatap muka antara pewawancara dengan

informal atau orang yang di wawancarai, di mana pewawancara dan

informan terlibat dalam kehidupan social yang relative lama.40

Dalam hal ini, penulis wawancara kepada kyai, ustad, dan

warga Desa siulak kecil dengan pengambilan sampel. Tentang sistim

pembayaranzakat fitrah di desa siulak kecil yang lebih

mendahulukannya kepada alim ulama.

3. Observasi

Observasi yaitu kegiatan yang dilakukan oleh penelitian dala

rangka pengumpilan data dengan cara mengamati fenomena sesuatu

masyarakat tertentu dan waktu tertentu pula.41

D. Teknik Analisis Data

39
Prof. Dr. A. Muri Yusuf, Metodologi Penelitian (Kuantitatif, Kualitatif, & Penelitian
Gabungan), (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), hlm 391
40
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2014), hlm 138
41
Ibid, hlm 167
29

Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, di mana

data dan informasi yang diperoleh dari lapangan di deskripsikan secara

kualitatif. Bertujuan untuk mengumpulkan informasi secara actual dan

terperinci, mengidentifikasikan masalah, membuat perbandingan atau

evaluasi, dan menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam

menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka

untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.

Dalam hal ini penulis menggambarkan suatu praktik sistim pembayaran

zakat fitrah di Desa Siulak Kecil Kecamatan Siulak Kabupaten

Kerinci. Dengan menggunakan data yang dinyatakan oleh waraga Desa

siulak kecil secara tertulis atau lisan serta tingkah laku yang nyata

masyarakat terkait dengan sistim pembayaran zakat fitrah di Desa Siulak

Kecil Kecamatan Siulak Kabupaten Kerinci.

Penulis menggunakan metode analisis miles dan huberman, yaitu

bahwa analisis data kualitatif menggunakan kata-kata yang selalu disusun

dalam sebuah teks yang diperluas atau disedkripsikan dan pada saat

memberikan makna pada data yang dikumpul, data tersebut analisis dan

interprestasikan.

Untuk memproses analisi data dalam model miles dan huberman,

dapat melalui tiga proses, yaitu:

1. Reduksi data, merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian

pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang

muncul dari catatan-catatan tertulis dilokasi penelitian. Reduksi data


30

berlangsung secara terus- menerus selam kegiatan penelitian dan

selama pengumpulan data berjalan, terjadilah tahapan reduksi

selanjutnya yaitu membuat ringkasan dan mengkode.

2. Penyajian data, merupakan sekumpulan informasi tersusun yang

member kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan

tindakan. Dengan melihat penyajian data, peneliti dapat memahami

apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dilakukan berdasarkan atas

pemahaman yang didapat peneliti dari penyajian tersebut.

3. Kesimpulan atau verifikasi adalah suatu tahap lanjutan dimana pada

tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari temuan data. Ini adalah

interprestasi peneliti ata temuan dari suatu wawancara atau sebuah

dokumen. Setelah kesimpulan diambil, peneliti kemudian mengcek

lagi kesahihan interprestasi dengan cara mengecek ulang proses koding

dan penyajian data. Untuk memastikan tidak ada kesalahan yang telah

dilakukan.42

42
M. Djunaidi Ghony, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm 306
31

PROPOSAL SKRIPSI

Praktek Zakat Fitrah Di Perdesaan Perspektif Hukum Islam

Di ajukan sebagai salah satu persyaratan


guna memperoleh gelar sarjana pendidikan (S,Pd)
32

Disusun oleh :
ZAHRATUL KARMILA
NIM : 2010201121

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KERINCI
T.A 2020/2021

Anda mungkin juga menyukai