Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

PANCASILA

Disusun oleh:

NIFDELMITA

NIM.

Dosen Mata Kuliah :


EVA HANDAYANI, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH

YAYASAN PENDIDIKAN ISLAM

(STIT-YPI) KERINCI

TAHUN AKADEMIK 2021 M / 1442 H


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Sesuai dengan penggagas awal, Ir Soekarno, Pancasila diusulkan sebagai dasar negara
dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sila-sila yang terkandung dalam Pancasila
terumuskan dalam Pembukaan UUD 1945 yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan
yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan serta untuk mewujudkan Keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia.Para founding fathers menghendaki Pancasila dijadikan dasar
pengelolaan kehidupan bermasyarakat, ber-bangsa dan bernegara untuk mewujudkan
masyarakat yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Pancasila secara sistematik disampaikan pertama kali oleh Ir. Soekarno di depan
Sidang Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada
tanggal 1 Juni 1945. Oleh Bung Karno dinyatakan bahwa Pancasila merupakan philosofische
grondslag, suatu pundamen, filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya, merupakan landasan
atau dasar bagi negara merdeka yang akan didirikan. Selanjutnya dikemukakan pula bahwa
Pancasila di samping berfungsi sebagai landasan bagi kokoh-tegaknya negara-bangsa, juga
berfungsi sebagai bintang pemandu atau Leitstar, sebagai ideologi nasional, sebagai
pandangan hidup bangsa, sebagai perekat atau pemersatu bangsa dan sebagai wawasan pokok
bangsa Indonesia dalam mencapai cita-cita nasional. Begitu penting kedudukan Pancasila
bagi bangsa Indonesia dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sehingga
gagasan dasar yang berisi konsep, prinsip dan nilai yang terkandung dalam Pancasila harus
berisi kebenaran yang tidak disangsikan.

Dengan demikian rakyat rela untuk menerima, meyakini dan menerapkan dalam
kehidupan yang nyata yaitu untuk selanjutnya dijaga kokoh dan kuatnya gagasan dasar
tersebut agar mampu mengantisipasi perkembangan zaman. Untuk menjaga, memelihara,
memperkokoh dan mensosialisasikan Pancasila maka para penyelenggara negara dan seluruh
warganegara wajib memahami, meyakini dan melaksanakan kebenaran nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

1
Pancasila memiliki bermacam-macam fungsi dan kedudukan, antara lain sebagai
dasar negara, pandangan hidup bangsa, ideologi negara, jiwa dan kepribadian bangsa.
Pancasila juga sangat sarat akan nilai, yaitu nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan. Oleh karena itu, Pancasila secara normatif dapat dijadikan sebagai
suatu acuan atas tindakan baik, dan secara filosofis dapat dijadikan perspektif kajian atas nilai
dan norma yang berkembang dalam masyarakat. Sebagai suatu nilai yang terpisah satu sama
lain, nilai-nilai tersebut bersifat universal, dapat ditemukan di manapun dan kapanpun.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1 Apa maksud dari Pancasila sebagai Sistem Etika?

2 Bagaimana pemahaman konsep dan teori dari etika?

3 Apa yang dimaksud dengan Nilai, Norma, dan Moral yang terdapat dalam etika.

4 Bagaimana Hubungan Nilai, Norma, dan Moral?

5 Apa yang dimaksud dengan Nilai Dasar, Nilai Instrumental, dan Nilai Praktis?

6 Bagaimana Makna Nilai-Nilai Setiap Sila Pancasila?

1.3 TUJUAN PENULIS

1 Untuk mengetahui lebih dalam maksud dari Pancasila sebagai Sistem Etika.

2 Untuk memberikan informasi kepada pembaca mengenai Pancasila sebagai Sistem Etika.

2
BAB II

LANDASAN KOSEPTUAL

2.1 .Pengertian Etika

Yaitu sebagai suatu usaha ilmiah, filsafat dibagi, menjadi beberapa cabang menurut
lingkungan masing-masing. Cabang-cabang itu dibagi menjadi dua kelompokbahasan pokok
yaitu filsafat teoritis dan filsafat praktis. Filsafat pertama berisi tentang segala sesuatu yang
ada sedangkan kelompok kedua membahas bagaimana manusia bersikap terhadap apa yang
ada tersebut. Misalnya hakikat manusia, alam, hakikat realitas sebagai suatu keseluruhan,
tentang pengetahuan, tentang apa yang kita ketahui dan tentang yang transenden. Etika
termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi. dua kelompok yaitu etika umum dan
etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran-ajaran
danpandangan-pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahass tentang
bagaimana dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita
harus menggambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral
(Suseno, 1987).

Etika umum merupakan prinsip- prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan manusia
sedangkan etika khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan berbagai
aspek kehidupan manusia (Suseno, 1987). Etika khusus dibagi menjadi etika individu yang
membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri dan etika sosial yang membahas tentang
kewajiban manusia terhadap manusia lain dalamhidup masyarakat, yang merupakan suatu
bagian terbesar dari etika khusus. Etika berkaitan dengan berbagai masalah nilai karena etika
pada pada umumnya membicarakan masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai
"susila" dan "tidak susila", "baik" dan "buruk". Kualitas-kualitas ini dinamakan kebajikan
yang dilawankan dengan kejahatan yang berarti sifat-sifat yang menunjukan bahwa orang
yang memilikinya dikatakan orang yang tidak susila. Sebenarnya etika banyak bertangkutan
dengan Prinsip-prinsip dasar pembenaran dalam hubungan dengan, tingkah laku manusia
(Kattsoff, 1986). Dapat juga dikatakan bahwa etika berkaitan dengan dasar-dasar filosofis
dalam hubungan dengan tingkah laku manusia.

3
2.2 Nilai Dasar, Nilai Instrumental dan Nilai Praksis

1. Nilai Dasar

Sekalipun nilai bersifat abstrak yang tidak dapat diamati melalui panca indra manusia,
tetapi dalam kenyataannya nilai berhubungan dengan tingkah laku atau berbagai aspek
kehidupan manusia dalam prakteknya. Setiap nilai memiliki nilai dasar yaitu berupa hakikat,
esensi, intisari atau makna yang dalam dari nilai-nilai tersebut. Nilai dasar itu bersifat
universal karena menyangkut kenyataan obyektif dari segala sesuatu, contoh, hakikat Tuhan,
manusia, atau mahluk lainnya. Apabila nilai dasar itu berkaitan dengan hakikat Tuhan, maka
nilai dasar itu bersifat mutlak karena Tuhan adalah kausa prima (penyebab pertama). Segala
sesuatu yang diciptakan berasal dari kehendak Tuhan. Nilai dasar yang menjadi sumber etika
bagi bangsa Indonesia adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Di samping itu
terdapat nilai instrumental sebagai nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan dari nilai dasar.
Apabila nilai instrumental itu berkaitan dengan tingkah laku manusia dalam kehidupan
sehari-hari maka nilai itu akan menjadi norma moral. Namun jika nilai instrumental itu
berkaitan dengan suatu organisasi atau negara, maka nilai instrumental itu merupakan suatu
arahan, kebijakan, atau strategi yang bersumber pada nilai dasar sehingga dapat juga
dikatakan bahwa nilai instrumental itu merupakan suatu eksplisitasi dari nilai dasar.

2. Nilai Instrumental

Nilai instrumental ialah nilai yang menjadi pedoman pelaksanaan nilai dasar, nilai
dasar belum dapat bermakna sepenuhnya bila nilai dasar tersebut belum memiliki formulasi
serta parameter atau ukuran yang jelas dan nyata. Bagi kehidupan manusia merupakan nilai
moral. Bagi negara Pasal-pasal dalam UUD 1945 merupakan nilai instrumental dari
Pancasila.

3. Nilai Praksis

Nilai praksis merupakan penjabaran lebih lanjut dari nilai instrumental dalam
kehidupan yang lebih nyata dengan demikian nilai praktis merupakan pelaksanaan secara
nyata dari nilai-nilai dasar dan nilai-nilai instrumental.. Undang-undang organik adalah
wujud dari nilai praktis, dengan kata lain, semua perundang-undangan yang berada di bawah
UUD sampai kepada peraturan pelaksana yang dibuat oleh pemerintah.

4
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pancasila Sebagai Sistem Etika

Secara etimologis (asal kata), etika berasal dari bahasa Yunani, ethos, yang artinya
watak kesusilaan atau adat.Istilah ini identik dengan moral yang berasal dari bahasa Latin,
Mos yang jamaknya mores,yang juga berarti adatatau cara hidup. Meskipun kata etika dan
moral memiliki kesamaan arti, dalam pemakaian sehari-hari dua kata inidigunakan secara
berbeda. Moral atau moralitas digunakan untuk perbuatan yang sedang dinilai, sedangkan
etikadigunakan untuk mengkaji sistem nilai yang ada (Zubair, 1987: 13). Dalam bahasa Arab,
padanan kata etika adalahakhlak yang merupakan kata jamak khuluk yang berarti perangai,
tingkah laku atau tabiat (Zakky, 2008: 20.)Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang
dan bagaimana kita dan mengapa kita mengikuti suatuajaran moral tertentu, atau bagaimana
kita harus mengambil sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran
moral.Etika berkaitan dengan masalah nilai karena etika pada pokoknya membicarakan
masalah- masalah yang berkaitan dengan predikat nilai “susila” dan “tidak susila”,”baik” dan
“buruk”.Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu :
1) Etika Umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan
manusia
2) Etika khusus dibagi menjadi etika individual yang membahas tentang kewajiban
manusia terhadap diri sendiridan etika sosial yang membahas tentang kewajiban
manusia terhadap manusia lain dalam hidup masyarakat, yang merupakan suatu
bagian terbesar dari etika khusus.

3.2.1 Etika Pancasila

Etika Pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada nilai-
nilai Pancasila, yaitu nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan dan
nilai keadilan. Suatu perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila tidak bertentanan dengan
nilai-nilai Pancasila tersebut. Nilai-nilai Pancasila, meskipun merupakan kristalisasi nilai
yang hidup dalam realitas sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia,
namun sebenarnya juga nilai-nilai yang bersifat universal dapat diterima oleh siapa pun dan

5
kapan pun. Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang sangat mendasar dalam
kehidupan manusia.

Nilai-nilai Pancasila meskipun merupakan kristalisasi nilai yang hidup dalam realitas
sosial, keagamaan, maupun adat kebudayaan bangsa Indonesia, namun sebenarnya nilai-nilai
Pancasila juga bersifat universal dapat diterima oleh siapapun dan kapanpun. Etika Pancasila
berbicara tentang nilai-nilai yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia.

Nilai yang pertama adalah Ketuhanan. Secara hirarkis nilai ini bisa dikatakan sebagai nilai
yang tertinggi karena menyangkut nilai yang bersifat mutlak. Seluruh nilai kebaikan
diturunkan dari nilai ini. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila tidak bertentangan dengan
nilai, kaedah dan hukum Tuhan. Pandangan demikian secara empiris bisa dibuktikan bahwa
setiap perbuatan yang melanggar nilai, kaedah dan hukum Tuhan, baik itu kaitannya dengan
hubungan antara manusia maupun alam pasti akan berdampak buruk. Misalnya pelanggaran
akan kaedah Tuhan tentang menjalin hubungan kasih sayang antar sesama akan
menghasilkan konflik dan permusuhan. Pelanggaran kaedah Tuhan untuk melestarikan alam
akan menghasilkan bencana alam, dan lain-lain

Nilai yang kedua adalah Kemanusiaan. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila sesuai
dengan nilai-nilaiKemanusiaan. Prinsip pokok dalam nilai Kemanusiaan Pancasila
adalah keadilan dan keadaban. Keadilan mensyaratkan keseimbangan antara lahir dan batin,
jasmani dan rohani, individu dan sosial, makhluk bebas mandiri dan makhluk Tuhan yang
terikat hukum-hukum Tuhan. Keadaban mengindikasikan keunggulan manusia dibanding
dengan makhluk lain, yaitu hewan, tumbuhan, dan benda tak hidup. Karena itu perbuatan itu
dikatakan baik apabila sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan yang didasarkan pada konsep
keadilan dan keadaban.

Nilai yang ketiga adalah Persatuan. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila dapat
memperkuat persatuan dan kesatuan. Sikap egois dan menang sendiri merupakan perbuatan
buruk, demikian pula sikap yang memecah belah persatuan. Sangat mungkin seseorang
seakan-akan mendasarkan perbuatannya atas nama agama (sila ke-1), namun apabila
perbuatan tersebut dapat memecah persatuan dan kesatuan maka menurut pandangan etika
Pancasila bukan merupakan perbuatan baik.

6
Nilai yang keempat adalah Kerakyatan. Dalam kaitan dengan kerakyatan ini terkandung
nilai lain yang sangat penting yaitu nilai hikmat/kebijaksanaan dan permusyawaratan. Kata
hikmat/kebijaksanaan berorientasi pada tindakan yang mengandung nilai kebaikan
tertinggi. Atas nama mencari kebaikan, pandangan minoritas belum tentu kalah dibanding
mayoritas. Pelajaran yang sangat baik misalnya peristiwa penghapusan tujuh kata dalam sila
pertama Piagam Jakarta. Sebagian besar anggota PPKI menyetujui tujuh kata tersebut, namun
memperhatikan kelompok yang sedikit (dari wilayah Timur) yang secara argumentatif dan
realistis bisa diterima, maka pandangan minoritas “dimenangkan” atas pandangan mayoritas.
Dengan demikian, perbuatan belum tentu baik apabila disetujui/bermanfaat untuk orang
banyak, namun perbuatan itu baik jika atas dasar musyawarah yang didasarkan pada konsep
hikmah/kebijaksanaan.

Nilai yang kelima adalah Keadilan. Apabila dalam sila kedua disebutkan kata adil, maka
kata tersebut lebih dilihat dalam konteks manusia selaku individu. Adapun nilai keadilan
pada sila kelima lebih diarahkan pada konteks sosial. Suatu perbuatan dikatakan baik apabila
sesuai dengan prinsip keadilan masyarakat banyak.
Menurut Kohlberg (1995: 37), keadilan merupakan kebajikan utama bagi setiap pribadi dan
masyarakat. Keadilan mengandaikan sesama sebagai partner yang bebas dan sama derajatnya
dengan orang lain.

3.3 Nilai-nilai Etika Pancasila

Di dalam Pancasila terdapat nilai-nilai dan makna-makna yang dapat di implementasikan


dalam kehidupan sehari-hari.

1. Sila Pertama : Ketuhanan Yang Maha Esa. Secara garis besar mengandung makna
bahwa Negara melindungi setiap pemeluk agama (yang tentu saja agama diakui di
Indonesia) untuk menjalankan ibadahnya sesuai dengan ajaran agamanya. Tanpa ada
paksaan dari siapa pun untuk memeluk agama, bukan mendirikan suatu agama. Tidak
memaksakan suatu agama atau kepercayaannya kepada orang lain. Menjamin
berkembang dan tumbuh suburnya kehidupan beragama. Dan bertoleransi dalam
beragama, yakni saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaan masing-masing.

7
2. Sila Kedua : Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Mengandung makna bahwa setiap
warga Negara mendapatkan perlakuan yang sama di mata hukum, karena Indonesia
berdasarkan atas Negara hukum. mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan
persamaan kewajiban antara sesama manusia. Menempatkan manusia sesuai dengan
hakikatnya sebagai makhluk Tuhan. Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Bertingkah
laku sesuai dengan adab dan norma yang berlaku di masyarakat.
3. Sila Ketiga : Persatuan Indonesia. Mengandung makna bahwa seluruh penduduk yang
mendiami seluruh pulau yang ada di Indonesia ini merupakan saudara, tanpa pernah
membedakan suku, agama ras bahkan adat istiadat atau kebudayaan. Penduduk Indonesia
adalah satu yakni satu bangsa Indonesia. cinta terhadap bangsa dan tanah air. Menjaga
persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Rela berkorban demi bangsa dan negara.
Menumbuhkan rasa senasib dan sepenanggungan.
4. Sila Keempat : Kerakyatan Yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan. Mengandung maksud bahwa setiap pengambilan
keputusan hendaknya dilakukan dengan jalan musyawarah untuk mufakat, bukan hanya
mementingkan segelintir golongan saja yang pada akhirnya hanya akan menimbulkan
anarkisme. tidak memaksakan kehendak kepada orang lain. Melakukan musyawarah,
artinya mengusahakan putusan bersama secara bulat, baru sesudah itu diadakan tindakan
bersama. Mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat.
5. Sila Kelima : Keadilan Sosial Bagi Seluruh rakyat Indonesia. Mengandung maksud
bahwa setiap penduduk Indonesia berhak mendapatkan penghidupan yang layak sesuai
dengan amanat UUD 1945 dalam setiap lini kehidupan. mengandung arti bersikap adil
terhadap sesama, menghormati dan menghargai hak-hak orang lain. Kemakmuran yang
merata bagi seluruh rakyat. Seluruh kekayaan alam dan isinya dipergunakan bagi
kepentingan bersama menurut potensi masing-masing. Segala usaha diarahkan kepada
potensi rakyat, memupuk perwatakan dan peningkatan kualitas rakyat, sehingga
kesejahteraan tercapai secara merata. Penghidupan disini tidak hanya hak untuk hidup,
akan tetapi juga kesetaraan dalam hal mengenyam pendidikan.

8
3.4 Pengertian Nilai, Norma Dan Moral

3.4.1 Pengertian Nilai

Nilai (value) adalah kemampuan yang dipercayai yang ada pada suatu benda untuk
memuaskan manusia. Sifat dari suatu benda yang menyebabkan menarik minat seseorang
atau kelompok. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan
(motivator) sikap dan perilaku manusia. Nilai sebagai suatu sistem merupakan salah satu
wujud kebudayaan di samping sistem sosial dan karya.
Notonagoro membedakan nilai menjadi tiga, yaitu:
1. Nilai material yaitu segala sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia,
2. Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan suatu
aktivitas atau kegiatan,
3. Nilai kerohanian yaitu segala sesuatu yang bersifat rokhani manusia yang dibedakan
dalam empat tingkatan sebagai berikut :
a.Nilai kebenaran yaitu nilai yang bersumber pada rasio, budi, akal atau cipta manusia.
b.Nilai keindahan/estetis yaitu nilai yang bersumber pada perasaan manusia.
c.Nilai kebaikan atau nilai moral yaitu nilai yang bersumber pada unsur kehendak manusia.
d.Nilai religius yaitu nilai kerokhanian tertinggi dan bersifat mutlak.
Dalam pelaksanaanya, nilai-nilai dijabarkan dalam wujud norma, ukuran dan kriteria
sehingga merupakan suatu keharusan anjuran atau larangan, tidak dikehendaki atau tercela.
Oleh karena itu, nilai berperan sebagai pedoman yang menentukan kehidupan setiap
manusia. Nilai manusia berada dalam hati nurani, kata hati dan pikiran sebagai suatu
keyakinan dan kepercayaan yang bersumber pada berbagai sistem nilai.

Nilai berperan sebagai pedoman menentukan kehidupan setiap manusia. Nilai


manusia berada dalam hati nurani, kata hati dan pikiran sebagai suatu keyakinan dan
kepercayaan yang bersumber pada berbagai sistem nilai.

3.4.2 Pengertian Norma


Norma adalah aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan yang mengikat warga
masyarakat atau kelompok tertentu dan menjadi panduan, tatanan, pandangan dan pengendali
sikap dan tingkah laku manusia.

9
Oleh sebab itu, norma dalam perwujudannya dapat berupa norma agama, norma filsafat,
norma kesusilaan, norma hukum, dan norma sosial. Norma memiliki kekuatan untuk dapat
dipatuhi, yang dikenal dengan sanksi, misalnya:
a.Norma agama, dengan sanksinya dari Tuhan ,
b.Norma kesusilaan, dengan sanksinya rasa malu dan menyesal terhadap diri sendiri,
c.Norma kesopanan, dengan sanksinya berupa mengucilkan dalam pergaulan masyarakat,
d.Norma hukum, dengan sanksinya berupa penjara atau kurungan atau denda yang
dipaksakan oleh alat Negara
Fungsi norma social dalam masyarakat secara umum sebagai berikut :
Norma merupakan factor perilaku dalam kelompok tertentu yang memungkinkan seseorang
untuk menentukan terlebih dahulu bagaimana tindakan akan dinilai orang lain.
Norma merupakan aturan , pedoman, atau petunjuak hidup dengan sanksi-sanksi untuk
mendorong seseorang, kelompok , dan masyarakat mencapai dan mewujudkan nilai-nilai
social.
Norma-norma merupakan aturan-aturan yang tumbuh dan dan hidup dalam
masyarakat sebagai unsur pengikat dan pengendali manusia dalam hidup masyarakat.

3.4.3 Pengertian Moral

Moral berasal dari kata mos (mores) = kesusilaan, tabiat, kelakuan. Moral adalah
ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah laku dan perbuatan
manusia. Seorang pribadi yang taat kepada aturan-aturan, kaidah-kaidah dan norma yang
berlaku dalam masyarakatnya, dianggap sesuai dan bertindak benar secara moral. Jika
sebaliknya yang terjadi, maka pribadi itu dianggap tidak bermoral. Moral dalam
perwujudannya dapat berupa peraturan, prinsip-prinsip yang benar, baik, terpuji, dan mulia.

Pengertian pendidikan moral,pancasila menurut Suseno (1998) adalah ukuran baik-


buruknya seseorang, baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat, dan warga
negara. Sedangkan menurut Ouska dan Whellan (1997), moral adalah prinsip baik-buruk
yang ada dan melekat dalam diri individu/seseorang.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengertian moral adalah suatu
tuntutan prilaku yang baik yang dimiliki individu sebagai moralitas, yang tercermin dalam

10
pemikiran/konsep,sikap,dan tingkah laku. Sedangkan moral pancasila adalah Tingkah laku
atau sikap yang menyangkut baik buruknya perbuatan manusia yang sesuai dengan Nilai-
Nilai yang terkandung didalam Pancasila.

3.5 Contoh Nilai Dasar , Nilai Instrumental dan Nilai Praksis

Nilai Dasar Nilai


No Nilai Praksis
Pancasila Instrumental

Pasal 28E
(1) Setiap orang bebas memeluk – Beribadah dengan penuh

agama dan beribadat menurut keyakinan dan

agamanya, memilih pendidikan dan kesungguhan menurut

pengajaran, memilih pekerjaan, kepercayaan kita masing-

memilih kewarganegaraan, memilih masing.

tempat tinggal di wilayah negara dan


meninggalkannya, serta berhak – Tidak memaksa orang lain

kembali. untuk memeluk suatu

(2) Setiap orang berhak atas agama.

Nilai kebebasan meyakini keper-cayaan,


menyatakan pikiran dan sikap, sesuai – Bertoleransi dengan agama
1 Sila 1 :
dengan hati nuraninya. yang lain.
Ketuhanan
(3) Setiap orang berhak atas
– Menghormati orang lain
kebebasan berserikat, berkumpul, dan
yang berbeda keyakinan saat
mengeluarkan pendapat.
mereka beribadah.

Pasal 29
– Membina kerukunan hidup
(1) Negara berdasar atas Ketuhanan
antarumat beragama dan
Yang Maha Esa. (2) Negara
meningkatkan kepercayaan
menjamin kemerdekaan tiap-tiap
terhadap Tuhan Yang Maha
penduduk untuk memeluk agamanya
Esa.
masing-masing dan untuk beribadat
menurut agamanya dan

11
kepercayaannya itu.

– Saling
menghormati sesama
Pasal 27 ayat manusia, tidak menindas,
(1) dan (2) (1) menyakiti, melukai,
Segala warga negara bersamaan membunuh dan
kedudukannya di dalam hukum dan mengakui kesejajaran.
pemerintahan
dan wajib menjunjung hukum dan – Menjunjung
pemerintahan itu dengan tidak ada tinggi nilai-nilai
kecualinya. (2) kemanusiaan dan (HAM).
Nilai
– Saling
2 Sila 2 :
Tiap-tiap warga negara berhak atas tolong menolong sesama
Kemanusiaan
pekerjaan dan penghidupan yang manusia.
layak bagi
kemanusiaan. Pasal-pasal – Mengakui terhadap adanya

tentang HAM (Hak Asasi Manusia) martabat manusia.

seperti Pasal 28A, Pasal 28B, Pasal


28C, – Perlakuan adil sesama

Pasal 28D, Pasal 28F, Pasal 28J dan manusia. –

lain-lain. Mengembangkan sikap


mencintai dan menyayangi
sesama manusia.

Pasal 25 Negara – Turut


Kesatuan Republik Indonesia adalah menjaga dan membela
Nilai sebuah negara kepulauan yang berciri negara Indonesia. Serta rela
3 Sila 3 : Nusantara berkorban demi kepentingan
Persatuan dengan wilayah dan batas-batas dan bangsa dan negara.
hak-haknya ditetapkan dengan
undang-undang. -Menjunjung
tinggi nilai-nilai Persatuan

12
Pasal 27 ayat(3) Indonesia.
(3) – Tidak
Setiap warga negara berhak dan melakukan provokasi yang
wajib ikut serta dalam upaya dapat menyebabkan
pembelaan perpecahan.
negara.
– Menumbuhkan sikap cinta
Pasal 30 ayat tanah air dan bangsa serta
(1) sampai (5) tentang nasionalisme.
Pertahanan Negara dan Keamanan
Negara

Pasal 1 ayat (1) -Berpartisipasi


dan (2) dalam pemilihan umum,
(1) Negara Indonesia ialah Negara tidak golput.
Kesatuan yang berbentuk Republik.
(2) Kedaulatan berada di tangan – Menyampaikan
rakyat dan dilaksanakan menurut aspirasi kepada wakil-wakil
Undang-Undang rakyat.
Dasar.
– Belajar
Nilai
Pasal dengan tekun, agar nantinya
4 Sila 4 :
2 dan Pasal 3 tentang MPR dapat berjuang membela
Kerakyatan
Pasal 4 tentang Presiden rakyat ketika menjadi
Pasal 19 tentang DPR pejabat.
Pasal 22C tentang DPD
Pasal 22 E tentang Pemilihan – Tidak memaksakan
Umum kehendak orang lain.
(1) Pemilihan umum dilaksanakan
secara langsung, umum, bebas, – Musyawarah mufakat

rahasia, jujur, dan adil setiap lima dalam mengambil keputusan

tahun sekali bersama.

13
– Memutuskan masalah
dengan jalan musyawaran
mufakat/

Pasal 23 Pasal 28H (1)


Setiap orang berhak hidup sejahtera
lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan
mendapatkan lingkungan hidup
yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.

Membantu
Pasal 31 dan 32 tentang orang lain yang
Pendidikan dan Kebudayaan membutuhkan. Selalu
tepat membayar pajak,
Pasal 33 karena tahu bahwa Pajak
Nilai (1) Perekonomian disusun sebagai akan disalurkan kembali ke
Sila 5 : usaha bersama berdasar atas asas rakyat
5
Keadilan kekeluargaan. yang membutuhkan.
Sosial (2) Cabang-cabang produksi yang
penting bagi negara dan yang -Mendukung
menguasai hajat program-program pemerintah
hidup orang banyak dikuasai dalam menciptakan keadilan
oleh negara. dan kesejahteraan
sosial.
(3) Bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat.

Pasal 34
(1) Fakir miskin dan anak-anak

14
terlantar dipelihara oleh negara.
(2) Negara mengembangkan sistem
jaminan sosial bagi seluruh rakyat
dan memberdayakan masyarakat
yang lemah dan tidak mampu sesuai
dengan martabat kemanusiaan.

3.6 Pancasila sebagai nilai dasar fundamental bangsa dan Negara RI

Pancasila sebagai nilai dasar yang fundamental bagi bangsa dan negara
memperlihatkan napas humanisme yaitu keadilan, persatuan dll (Syarial
Syarbaini, Pendidikan Pancasila…, hlm. 36).Oleh karena itu, Pancasila dengan mudah
diterima oleh siapa saja. Pancasila didukung oleh semua pihak karena nilai-nilai luhurnya.
Dengan nilai-nilainya, negara-negara luar juga mengagumi Pancasila sebagai dasar negara
Indonesia. (A. Sudarmanto, “Menghayati Kembali Pancasila”, dalam Hidup, (Jakarta), 4
Desember 2005, hlm. 11).Nilai-nilainya sangat universal. Universal yang dimaksud, bahwa
Pancasila akan berlaku bagi setiap bangsa Indonesia, kapan, di mana dan bagaimanapun
kondisi dan situasi yang mungkin terjadi. (S. Suryountoro, Dasar-dasar…, hlm. 33)

Nilai-nilai Pancasila secara sadar dirangkai dan disahkan menjadi satu kesatuan yang
berfungsi untuk membentuk sikap moral bangsa dan sebagai basis perilaku politik atau
menjadi semacam suatu “kode etik dalam berpolitik, baik tertulis atau pun tidak tertulis
(merupakan kebiasaan tingkah laku dalam kehidupan politik yang diterima dan diharapkan
masyarakat. Pancasila menjadi milik khas bangsa Indonesia dan sekaligus menjadi identitas
bangsa berkat legitimasi moral dan budaya bangsa Indonesia sendiri. Nilai-nilai khusus yang
termuat dalam Pancasila.(Syarial Syarbaini, Pendidikan …, hlm. 37)

Pancasila sebagai nilai dasar yang fundamental adalah seperangkat nilai yang terpadu
berkenaan dengan hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Sebagai pokok kaidah
negara yang fundamental, Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 mengandung konsep-konsep
sebagai berikut: Dasar-dasar pembentukan negara, yaitu tujuan negara, asas politik negara

15
(negara Republik Indonesia dan berkedaulatan rakyat), dan asas kerohanian negara yaitu
Pancasila dan Ketentuan diadakannya undang-undang dasar, yang menunjukkan adanya
sumber hukum.(Syarial Syarbaini, Pendidikan …, hlm. 38)

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

1.Pancasila adalah sebagai suatu sistem filsafat yang pada hakikatnya merupakan nilai
sehingga merupakan sumber dari segala penjabaran norma baik norma hukum, norma moral
maupun norma kenegaraan lainya.
2.Suatu pemikiran filsafat tidak secara langsung menyajikan norma – norma yang merupakan
pedoman dalam suatu tindakan atau aspek praktis melainkan nilai – nilai yang bersifat
mendasar.
3.Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang prinsip – prinsip yang berlaku bagi setiap
tindakan manusia yang membicarakan masalah – masalah yang berkaitan dengan predikat
“susila” dan “tindak susila”, “baik” dan “buruk.
4.Hubungan sistematik antara nilai, norma dan moral tersebut terwujud dalam suatu tingkah
laku praktis dalam kehidupan manusia.

4.2 Saran

1.Hendaknya setiap warga negara lebih memahami makna yang terkandung di dalam
Pancasila.

2.Pancasila harus senantiasa diaktualisasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di


Indonesia sehingga ciri kekeluargaan dan gotong royong senantiasa dapat terwujud dalam
kehidupan di Indonesia.

17
DAFTAR PUSTAKA

Syarbaini, Syahrial. (2003). Pendidikan Pancasila di Perguruan Tinggi. Jakarta: Ghalia.

Suryountoro, S. Dasar-dasar Pengertian Pancasila. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1978.

A. Sudarmanto.Menghayati Kembali Pancasila dalam Hidup, (Jakarta),2005.

18

Anda mungkin juga menyukai