Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ANALISIS KASUS MENURUT

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT


DAN SISTEM ETIKA

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Pendidikan Pancasila

Disusun oleh :

Mohammad Ridwan Herlambang Dwi Putra

161511051

2B

JURUSAN KOMPUTER DAN TEKNIK INFORMATIKA


PROGRAM STUDI D3 TEKNIK INFORMATIKA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur Kami panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang Pancasila Sebagai Ideologi
Negara.

Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan Makalah ini selain untuk menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh Dosen pengajar, juga untuk lebih memperluas pengetahuan para
mahasiswa khususnya bagi penulis.

Penulis telah berusaha untuk dapat menyusun Makalah ini dengan baik, namun penulis
pun menyadari bahwa kami memiliki akan adanya keterbatasan kami sebagai manusia biasa.
Oleh karena itu jika didapati adanya kesalahan-kesalahan baik dari segi teknik penulisan,
maupun dari isi, maka kami memohon maaf dan kritik serta saran dari dosen pengajar bahkan
semua pembaca sangat diharapkan oleh kami untuk dapat menyempurnakan makalah ini
terlebih juga dalam pengetahuan kita bersama. Harapan ini dapat bermanfaat bagi kita
sekalian.

Bandung Barat, Desember 2017


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pancasila sebagai sebuah nilai yang telah tertanam dalam kehidupan bermasyarakat
Indonesia bahkan sebelum Pancasila itu dibentuk menjadi sebuah sistem. Beberapa nilai yang
sudah dipegang teguh seperti percaya kepada Tuhan dan toleran, gotong royong, musyawarah
serta rasa solidaritas, merupakan nilai-nilai positif yang terkandung dalam masyarakat
Indonesia.
Sekarang ini pemahaman dan pengamalan terhadap nilai-nilai Pancasila yang ada
sangatlah menurun dibandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Banyak perilaku atau
perbuatan yang sudah menyimpang bahkan menolak Pancasila. Sehingga etika yang telah
diatur baik buruknya oleh Pancasila sudah tak dihargai lagi.
BAB II

KAJIAN TEORITIS

1. Pengertian Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang philosophia. Philen memiliki arti
cinta, sedangkan Sophia memiliki arti kebijaksanaan. Secara etimologis filsafat
memiliki arti cinta akan kebijaksanaan. Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang
menyelidiki hakekat dari segala sesuatu untuk memperoleh kebenaran. Menurut KBBI
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan, dan pemikiran secara kritis,
2. Filsafat Pancasila
Filsafat Pancasila secara umum adalah hasil berpikir/pemikiran (perenungan) yang
sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan diyakini
sebagai sesuatu (kenyataan, norma-norma, nilai-nilai) yang paling benar, paling adil,
paling bijaksana, paling baik dan paling sesuai bagi bangsa Indonesia.
Pancasila sebagai sistem filsafat, bagian-bagiannya tidak saling bertentangan,
meskipun berbeda, bahkan saling melengkapi, dan tiap bagian mempunyai fungsi dan
kedudukan tersendiri. Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa merupakan suatu pola
yang dapat mewadahi semua kehidupan dan dinamika masyarakat di Indonesia.
Pancasila sebagai sistem filsafat dirumuskan berdasarkan inti mutlak tata kehidupan
manusia menghadapi diri sendiri, sesama manusia, dan Tuhan dalam kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
Pancasila sebagai sistem Filsafat Indonesia memerlukan landasan filosofis yang kuat
yang mencakup beberapa landasan, yaitu Landasan Ontologis, Landasan
Epistomologis, dan Landasan Aksiologis.
Landasan ontologis Pancasila artinya sebuah pemikiran filosofis atas hakikat sila-sila
Pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia. Oleh karena itu, pemahaman atas
hakikat sila-sila Pancasila itu diperlukan sebagai bentuk pengakuan atas modus
eksistensi bangsa Indonesia.
Landasan epistemologis Pancasila artinya nilai-nilai Pancasila digali dari pengalaman
(empiris) bangsa Indonesia, kemudian disintesiskan menjadi sebuah pandangan yang
komprehensif tentang kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Landasan aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang terkandung dalam sila-
sila Pancasila. Nilai tersebut meliputi baik dan buruknya suatu perilaku yang kemudian
melahirkan sistem etika.
3. Pengertian Etika
Etika adalah ilmu yang membahas tentang bagaimana dan mengapa kita mengikuti
suatu ajaran tertentu atau bagaimana kita bersikap dan bertanggung jawab dengan
berbagai ajaran moral. Kedua kelompok etika itu adalah :
a. Etika umum, mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi setiap tindakan
manusia.
b. Etika khusus, membahas prinsip-prinsip tersebut diatas dalam hubungannya dengan
berbagai aspek kehidupan manusia, baik sebagai individu ataupun sebagai mahkluk
sosial.

4. Pengertian Nilai, Norma, dan Moral


a. Pengertian Nilai
Nilai adalah sifat dan kualitas yang melekat pada suatu objeknya. Nilai
bersumber pada budi yang berfungsi mendorong dan mengarahkan sikap dan
perilaku manusia. Nilai berperan sebagai pedoman yang menentukan kehidupan
setiap manusia.
b. Pengertian Norma
Norma merupakan suatu kesadaran dan sikap luhur yang dikehendaki oleh tata
nilai untuk dipatuhi. Norma memiliki kekuatan untuk dipatuhi karena adanya
sanksi.
c. Pengertian Moral
Moral adalah ajaran tentang hal yang baik dan buruk, yang menyangkut tingkah
laku dan perbuatan manusia. Moral dalam perwujudannya dapat berupa peraturan
dan atau prinsip - prinsip yang benar, baik, terpuji, dan mulia.

5. Etika Pancasila
Etika pancasila adalah etika yang mendasarkan penilaian baik dan buruk pada
nilai-nilai Pancasila yaitu nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan
Keadilan. Pandangan lain filsafat yang dijabarkan dari sila-sila Pancasila untuk
mengatur perilaku kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara di Indonesia.
Suatu perbuatan dikatakan baik bukan hanya apabila tidak bertentangan dengan
nilai-nilai tersebut namun juga sesuai dan mempertinggi nilai-nilai Pancasila tersebut.
Etika Pancasila berbicara tentang nilai-nilai yang sangat mendasar dalam kehidupan
manusia.
Sila ketuhanan mengandung dimensi moral berupa nilai spiritualitas yang
mendekatkan diri manusia kepada Sang Pencipta, ketaatan kepada nilai agama yang
dianutnya. Sila kemanusiaan mengandung dimensi humanus, artinya menjadikan
manusia lebih manusiawi, yaitu upaya meningkatkan kualitas kemanusiaan dalam
pergaulan antar sesama. Sila persatuan mengandung dimensi nilai solidaritas, rasa
kebersamaan (mitsein), cinta tanah air. Sila kerakyatan mengandung dimensi nilai
berupa sikap menghargai orang lain, mau mendengar pendapat orang lain, tidak
memaksakan kehendak kepada orang lain. Sila keadilan mengandung dimensi nilai mau
peduli atas nasib orang lain, kesediaan membantu kesulitan orang lain.
Nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila dapat menjadi sistem etika yang
sangat kuat, yang tidak hanya bersifat mendasar, namun juga realistis dan aplikatif.
Nilai-nilai tersebut merupakan nilai yang bersifat abstrak umum dan universal, yaitu
nilai yang melingkupi realitas kemanusiaan dimanapun, kapanpun, dan merupakan
dasar bagi setiap tindakan dan munculnya nilai-nilai yang lain.

6. Pancasila sebagai Sistem Etika


Dalam kehidupan bangsa Indonesia, terdapat pokok – pokok etika dimana
dikedepankan kejujuran, keteladanan, disiplin, etos kerja, kemandirian, sikap toleransi,
tanggung jawab dan banyaka lagi sebagaimana tertuang dalam Tap MPR no 6 Tahun
2001.
Pada Ketetapan tersebut juga terurai tentang Etika Kehidupan Berbangsa yang harus
dilakukan oleh Bangsa Indonesia, yaitu sebagai berikut :
 Etika Sosial dan Budaya

Etika ini muncul bertolak dari kepedulian dan rasa kemanusiaan yang menampilkan
sikap jujur, saling peduli, saling menolong, saling memahami, dan saling
menghargai terhadap perbedaan yang ada di antara sesama manusia dan bangsa
Indonesia. Etika ini juga bertujuan untuk menumbuhkembangkan budaya malu
untuk berbuat kesalahan dan berbuat semua hal yang bertentangan dengan moral
agama dan nilai luhur bangsa.
 Etika Politik dan Pemerintahan

Etika ini bertujuan untuk mewujudkan pemerintahan yang bersih, efisien, efektif,
serta menumbuhkan suasana politik yang demokratis. Etika ini mengamanatkan
agar penyelenggara Negara memiliki rasa kepedulian yang tinggi dalam
memberikan pelayanan kepada publik. Etika ini diwujudkan dalamperilaku politik
yang toleran, tidak berpura-pura, tidak aroga, jauh dari sifat munafik, tidak
melakukan kebohongan public, tidak manipulatif, serta tidak melakukan tindakan
yang tidak terpuji lainnya.
 Etika Ekonomi dan Bisnis

Etika ini bertujuan agar perilaku ekonomi dan bisnis baik oleh perseorangan,
institusi, maupun pengambil keputusan dalam bidang ekonomi dapat melahirkan
kondisi dan realitas ekonomi yang bercirikan persaingan yang jujur, tercipta
suasana kondusif yang berpihak kepada rakyat kecil. Etika ini mencegah terjadinya
praktik monopoli, oligopi, korupsi, kolusi, nepotisme, diskriminasi yang
berdampak negative.
 Etika Penegakan Hukum yang berkeadilan

Etika ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran bahwa tertib sosial,


ketenangan dan keteraturan hidup bersama hanya dapat diwujudkan dengan
ketaatan terhadap hukum dan peraturan. Etika ini menandakan penegakan hukum
secara adil, perlakuan yang sama dan tidak diskriminatif terhadap setiap warga
Negara dihadapan hukum dan menghindarkan penggunaan hukum secara salah
sebagai alat kekuasaan.
 Etika Keilmuan
Etika keilmuan dimaksudkan untuk menjunjung tinggi niali-nilai kemanusiaan,
ilmu pengetahuan dan teknologi agar warga bangsa mampu menjaga harkat dan
martabatnya. Etika ini menegaskan pentingnya budaya kerja keras dengan
menghargai dan memanfaatkan waktu, disiplin dalam berfikir dan berbuat, serta
menepati janji dan komitmen.
 Etika Lingkungan

Etika ini menegaskan pentingnya kesadaran menghargai dan melestarikan lingkungan hidup
serta penataan tata ruang secara berkelanjutan dan bertanggung jawab.
BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

1. Pengenalan Kasus
Sebuah foto viral beredar pada tanggal 7 Mei 2017 yang diunggaholeh Wahyu
Budhi Sulistyo. Foto tersebut berisi sekitar 8 pemuda yang sedang berofoto di sebuah
monumen pahlawan, namun foto tersebut bukan foto biasa karena beberapa pemuda
tersebut berfoto di atas salah satu patung pahlawan.
Hal ini menimbulkan kontra di kalangan masyarakat karena dianggap telah
menghina para pahlawan. Banyak yang mengomentari negatif serta mengecam
perbuatan mereka.
Beberapa hari kemudian, pihak sekolah yang diwawancarai berkata bahwa pihak
sekolah telah memberi pengarahan kepada para siswanya untuk tidak melakukan hal
yang sama. Para pemuda itu pun mengklarifikasi bahwa mereka tidak ada maksud untuk
menghina para pahlawan.
2. Analisis Kasus
Jika kita melihat perbuatan pemuda tersebut, sebenernya tidak ada pelanggaran
hukum yang mereka lakukan. Namun, karena kita sedang membicarakan tentang etika
maka yang mereka lakukan adalah pelanggaran etika. Dimana, hal yang mereka
lakukan tidaklah etis atau tidak patut dilakukan. Meskipun hanya sebuah patung, namun
apa yang mereka lakukan akan dianggap menghina para pahlawan. Sehingga kembali
lagi bahwa hal itu tidak patut untuk dilakukan.
Jika dilihat dari TAP MPR No. VI tahun 2001, maka saya menganalisis bahwa
yang mereka telah lakukan telah melanggar etika sosial dan budaya. Dimana dijelaskan
bahwa lemahnya budaya malu pada pemuda tersebut. Kemudian, kurang berhasilnya
adaptasi terhadap teknologi yang ada yaitu penggunaan kamera dan budaya selfie.

3. Solusi
Menurut hasil analisis saya bahwa yang harus dilakukan adalah pengenalan
budaya yang berlaku di Indonesia. Dimana sopan santun sangat dijunjung tinggi.
Kemudian, yang dapat dilakukan sekarang adalah pencegahan sejak dini, dimana anak
anak lah yang harus dididik sejak dini, dan para pemuda serta orang dewasa yang harus
sadar akan perilaku mencerminkan pancasila
Daftar Pustaka
 TAP MPR no. VI tahun 2001
 https://www.merdeka.com/peristiwa/memalukan-anak-alay-naik-patung-pahlawan-revolusi-
buat-foto-selfie.html
 https://video.sindonews.com/play/24690/pelaku-selfie-di-atas-patung-pahlawan-
serahkan-diri-ke-polisi

Anda mungkin juga menyukai