Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH PANCASILA SEBAGAI ETIKA POLITIK

Dosen : Dr. Achmad Lamo Said, S.Sos, M.SI

Kelompok 4

Nama : - Sitti Maryam

- Indah Wardani Idris

AKADEMI KEPERAWATAN PEMDA KOLAKA


2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan
pertolonganNya kami dapat menyelesaiakan penyusunan materi yang berjudul
„Pancasila Sebagai Etika Politik‟. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang
kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikannya
dengan cukup baik. Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada
masyarakat dari hasil penyusunan materi ini khususnya sebagai warga negara
Indonesia yang menganut pancasila sebagai dasar negara di tengah berbagai
guncangan politik akhir-akhir ini. Semoga materi yang kami susun ini dapat
menjadi rujukan dan memberikan pengaruh positif dalam kehidupan bersama.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Pancasila
3.2 Pengertian Etika
3.3 Prinsip Dasar Etika Politik
3.3.1 Pluralisme
3.3.2 HAM
3.3.3 Solidaritas Bangsa
3.3.4 Demokrasi
3.3.5 Keadilan Sosial
3.4 Dimensi Etika Politik Manusia
3.4.1 Manusia Sebagai Makhluk Individu-Sosial
3.4.2 Dimensi Politis Kehidupan Manusia
3.5 Nilai-nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pancasila sebagai suatu sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu nilai sehingga
merupakan sumber dari segala penjabaran dari norma yang ada baik norma hukum, norma moral
maupun norma kenegaraan lainya. Dalam filsafat pancasila terkandung didalamnya suatu
pemikiran pemikiran yang bersifat kritis, mendasar, rasional, sistematis dan komprehensif
(menyeluruh) dan sistem pemikira ini merupakan suatu nilai, Oleh karena itu suatu pemikiran
filsafat tidak secara langsung menyajikan norma-norma yang merupakan pedoman dalam suatu
tindakan atau aspek prasis melainkan suatu nilai yan bersifat mendasar.

Nilai-nilai pancasila kemudian dijabarkan dalam suatu norma yang jelas sehingga merupakan
suatu pedoman. Norma tersebut meliputi norma moral yaitu yang berkaitan dengan tingkah laku
manusia yang dapat diukur dari sudut baik maupun buruk.

Kemudian yang ke dua adalah norma hukum yaitu suatu sistem perundang-undangan yang
berlaku di Indonesia. Dalam pengertian inilah maka pancasila berkedudukan sebagai sumber dari
segala hukum di Indonesia, pancasila juga merupakan suatu cita-cita moral yang luhur yang
terwujud dalam kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia sebelum membentuk negara dan berasal
dari bangsa indonesia sendiri sebagai asal mula (kausa materialis).

Pancasila bukanlah merupakan pedoman yang berlangsung bersifat normatif ataupun praksis
melainkan merupakan suatu sistem nilai-nilai etika yang merupakan sumber hukum baik
meliputi norma moral maupun norma hukum, yang pada giliranya harus dijabarkan lebih lanjut
dalam norma-norma etika, moral maupun norma hukum dalam kehidupan kenegaraan maupun
kebangsaan.

1.2 Rumusan Masalah


Dari makalah yang saya buat ini, sebenarnya banyak permasalahn yang bisa kami angkat. Akan
tetapi kami hanya mengakat satu permasalahan. Adapun pramasalahan yang kami angkat adalah
“Apakah itu Etika Politik dan Hubungannya dengan Pancasila”

1.3 Tujuan

1. Mengetahui apa itu pancasila.

2. Mengetahui apa itu etika politik.

3. Mengetahui hubungan pancasila sebagai etika politik.

4. Mengetahui penerapan etika politik di Indonesia saat ini.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
Negara Indonesia yang berdasarkan sila I Ketuhan Yang Maha Esa bukan berdasar Negara
Teokrasi yang mendasar kekuasaan Negara dan penyelengaraan Negara pada legistimasi religius
dalam Negara dijalankan sesuai dengan (1) asas legalitas(legitimasi hukum)yaitu dijalankan
sesuai dengan hokum yang berlaku (2)disahkan dan dijadikan secara demokratis (legistimasi
dekmokrasi ) dan (3) dilaksanakan dengan (legistimasi moral).

Secara subtantif pengertian etika politik tidak dapat dipisahkan dengan subjek sebagai pelaku
etika yaitu manusia .oleh karena itu etika politik berkaitan dengan bidang pembahasan moral
,Hal ini berdasarkan bahwa moral senantiasa menunjukkan kepada manusia sebagai subyek etika
.maka kewajiban moral berbeda dengan kewajiban-kewajiban lainnya .Etika politik tetap
meletakan dasar funda mentalnya manusia sebagai manusia .Dasar ini lebih meneguhkan akar
etika politik bahwa baik kan senantiasa didasarkan kepada hakikat manusia ,sebagai mahluk
yang beradab dan berdudaya .berdasarkan suatu kenyataan bahwa masyarakat ,maupan Negara
bisa berkehendak kearah keadaan yang tidak baik dalam arti moral .Aktualisasi etika politik
harus senantiasa mendasarkan kepada ukuran dan martabat sebagai manusia.

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Pancasila


Kata Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta yag terdiri atas dua suku kata yaitu "panca" yang
berarti lima, dan "sila" yang berarti prinsip, dasar, atau asas. Pancasila merupakan lima prinsip
dasar/asas sebagai dasar negara yang menjadi pedoman hidup atau pandangan hidup, baik
tentang bertuhan maupun tentang bagaimana hidup bermasyarakat serta berhubungan dengan
sesama warga, bangsa dan bernegara. Pancasila terdiri atas lima sendi utama penyusunnya.
Pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa, kedua, kemanusiaan yang adil dan beradab, ketiga,
persatuan Indonesia, keempat, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, dan kelima, keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Kelima
sendi utama penyusun Pancasila tersebut termaktub dalam paragraf ke-4 Preambule
(Pembukaan) Undangundang Dasar 1945.

3.2 Pengertian Etika

Etika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu etika umum
dan etika khusus. Etika merupakan suatu pemikiran kritis dan mendasar tentang ajaran – ajaran
dan pandangan – pandangan moral. Etika adalah suatu ilmu yang membahas tentang bagaimana
dan mengapa kita mengikuti suatu ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita harus mengambil
sikap yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral (Suseno, 1987). Etika
umum mempertanyakan prinsip-prinsip yang berlaku bagi tindakan manusia, sedangkan etika
khusus membahas prinsip-prinsip itu dalam hubungannya dengan berbagai aspek kehidupan
manusia (Susen, 1987). Etika khusus dibagi menjadi etika individual yang membahas kewajiban
manusia terhadap diri sendiri dan etika sosial yang membahas dalam hidup bermasyarakat, yang
merupakan suatu bagian terbesar dari etika khusus.

Etika berkaitan dengan berbagai masalah nilai karena etika pada pokoknya, membicarakan
masalah-masalah yang berkaitan dengan predikat nilai “susila” dan “tidak susila”, “baik” dan
“buruk”. Sebagai bahasan khusus etika membicarakan sifat-sifat yang menyebabkan orang dapat
disebut susila atau bijak. Kualiatas – kualitas ini dinamakan kebijakan yang dilawankan dengan
kejahatan yang berarti sifat-sifat yang menunjukkan bahwa orang yang memilikinya dikatakan
orang yang tidak susila. Sebenarnya etika lebih banyak bersangkutan dengan prinsip-prinsip
dasar pembenaran dalam hubungan dengan tigkah laku manusia (Kattsoff. 1986). Dapat juga
dikatakan bahwa etika berkaitan dengan dasar-dasar filosofis dalah hubungan dengan tingkah
laku manusia.

3.3 Prinsip Dasar Etika Politik

3.3.1. Pluralisme

Dengan pluralism dimaksud kesediaan untuk menerima pluralitas, artinya untuk hidup dengan positif,
damai, toleran, dan biasa/normal bersama warga masyarakat yang berbeda pandangan hidup, agama,
budaya dan adat.
Mengimplikasikan pengakuan terhadap kebabasan beragama, berfikir, mencari informasi dan toleransi.

Memerlukan kematangan kepribadian seseorang dan kelompok orang.Terungkap dalam Ketuhanan


Yang Maha Esa yang menyatakan bahwa di Indonesia tidak ada orang yang boleh didiskriminasikan
karna keyakinan religiusnya.Sikap ini adalah bukti keberadaban dan kematangan karakter klektif bangsa.

3.3.2. HAM

Jaminan hak-hak asasi manusia adalah bukti kemanusiaan yang adil dan beradab, karena hak asasi
manusia menyatakan bagaimana manusia wajib diperlakukan dan wajib tidak diperlakuakan agar sesuai
dengan martabatnya sebagai manusia. Kontekstual karena baru mempunyai fungsi dimana manusia
tidak lagi dilindungi oleh adat/tradisi dan sebaliknya diancam oleh Negara modern

Mutlak karena manusia memilikinya bukan karena pemberian Negara, masyarakat, meliankan karena ia
manusia, jadi dari tangan pencipta. Kemanusiaan yang adil dan beradab juga menolak kekerasan dan
eklusivisme suku dan ras.

3.3.3. Solidaritas Bangsa

Solidaritas mengatakan bahwa kita tidak hanya hidup untuk diri sendiri melaikan juga demi orang lain.
Solidaritas dilanggar kasar oleh korupsi.Korupsi bak kanker yang mengerogoti kejujuran, tanggung
jawab, sikap obyektif, dan kompetensi orang/kelompok orang yang korup.

3.3.4. Demokrasi

Prinsip “kedaulatan rakyat” menyatakan bahwa tidak ada manusia atau sebuah elit, untuk menentukan
dan memaksakan bagaimana orang lain harus atau boleh hidup. Demokrasi berdasarkan kesadaran
bahwa mereka yang dipimpin berhak menentukan siapa yang memimpin mereka dan kemana tujuan
mereka dipimpin.

Demokrasi adalah kedaulatan rakyat dan keterwakilan.Jadi demokrasi memerlukan sebuah sistem
penerjemah kehendak rakyat kedalam tindakan politik.Dasar-dasar demokrasi.Kekuasaan dijalankan
atas dasar ketaatan terhadap hokum.Pengakuan dan jaminan terhadap HAM.

3.3.5. Keadilan Sosial

Keadilan merupakan norma moral paling dasar dalam kehidupan masyarakat, Keadilan sosial mencegah
dari perpecahan Tuntutan keadilan sosial tidak boleh dipahami secara ideolodis, sebagai pelaksana ide-
ide, agama-agama tertentu. Keadilan adalah yang terlaksan Keadilan sosial diusahakan dengan
membongkar ketidak adilan dalam masyarakat.
3.4 Dimensi Etika Politik Manusia

3.4.1. Manusia Sebagai Makhluk Individu-Sosial

Berbagai paham antropologi filsafat memandang hakikat sifat kodrat manusia, dari kacamata yang
berbeda-beda.Paham individualismeyang merupakan cikal bakal paham liberalisme, memandang
manusia sebagai makhluk individu yang bebas, Konsekuensinya dalam setiap kehidupan masyarakat,
bangsa, maupun negara dasar ontologis ini merupakan dasar moral politik negara.Segala hak dan
kewajiban dalam kehidupan bersama senantiasa diukur berdasarkan kepentingan dan tujuan
berdasarkan paradigma sifat kodrat manusia sebagai individu.Sebaliknya kalangan kolektivisme yang
merupakan cikal bakal sosialisme dan komunisme mamandang siafat manusia sebagi manusia sosial
sauja.Individu menurut paham kolekvitisme dipandang sekedar sebagai sarana bagi amasyarakat.Oleh
karena itu konsekuensinya segala aspek dalam realisasi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara
paham kolektivisme mendasarkan kepada sifat kodrat manusia sebagai makhluk sosial.Segala hak dan
kewajiban baik moral maupun hukum, dalam hubungan masyarakat, bangsa dan negara senantiasa
diukur berdasarkan filsofi manusia sebagai makhluk sosial.Manusia sebagai makhluk yang berbudaya,
kebebasan sebagi invidu dan segala aktivitas dan kreatifitas dalam hidupnya senantiasa tergantung pada
orang lain, hal ini dikarenakan manusia sebagai masyarakat atau makhluk sosial. Kesosialanya tidak
hanya merupakan tambahan dari luar terhadap individualitasnya, melainkan secara kodrati manusia
ditakdirkan oleh Tuhan Yang Maha Esa, senantiasa tergantung pada orang lain. Manusia didalam
hidupnya mampu bereksistensi kare orang lain dan ia hanya dapat hidup dan berkembang karena dalam
hubunganya dengan orang lain.

Dasar filosofi sebagaimana terkandung dalam pancasila yang nilainya terdapat dalam budaya bangsa,
senantiasa mendasarkan hakikat sifat kodrat manusia adalah monodualis yaitu sebagai makhlukindividu
dan sekaligus sebagai makhluk sosial. Maka sifat serta ciri khas kebangsaan dan kenegaraan indonesia
bukanlah totalis individualistis. Secara moralitas negara bukanlah hanya demi tujuan kepentingan dan
kkesejahteraan individu maupun masyarakat secara bersama. Dasar ini merupakan basis moralitas bagi
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, sehingga konsekuensinya segala keputusan, kebijaksanaan
serta arah dari tujuan negara indonesia harus dapat dikembalikan secara moral kepada dasar-dasar
tersebut.

3.4.2. Dimensi Politis Kehidupan Manusia

Dimensin politis manusia senantiasa berkaitan dengan kehidupan negara dan hukum, sehingga
senantiasa berkaitan dengan kehidupan masyarakat secara keseluruhan.Dimensi ini memiliki dua segi
fundamental yaitu pengertian dan kehendak untuk bertindak.Sehingga dua segi fundamental itu dapat
diamati dalam setiap aspek kehidupan manusia. Dua aspek ini yang senantiasa berhadapan dengan
tindakan moral manusia, sehingga mausia mengerti dan memahami akan suatu kejadian atau akibat
yang ditimbulkan karena tindakanya, akan tetapi hal ini dapat dihindarkan karena kesadaran moral akan
tanggung jawabnya terhadap manusia lain dan masyarakat. Apabila pada tindakan moralitas kehidupan
manusia tidak dapat dipenuhi oleh manusia dalam menghadapai hak orang lain dalam masyarakat, maka
harus dilakukan suatu pembatasan secara normatif. Lembaga penata normatif masyarakat adalah
hukum.Dalam suatu kehidupan masyarakat hukumlah yang memberitahukan kepada semua anggota
masyarakat bagaimana mereka harus bertindak.Hukum hanya bersifat normatif dan tidak secara efektif
dan otomatis menjamin agar setiap anggota masyarakat taat kepada norma-normanya.Oleh karena itu
yang secara efektif dapat menentukan kekuasaan masyarakat hanyalah yang mempunyai kekuasaan
untuk memaksakan kehendaknya, dan lemabaga itu adalah negara.Penataan efektif adalah penataan de
facto, yaitu penatan yang berdasarkan kenyataan menentukan kelakuan masyarakat.Namun perlu
dipahami bahwa negara yang memiliki kekuasaan itu adalah sebagai perwujudan sifat kodrat manusia
sebagai individu dan makhluk sosial.Jadi lemabaga negara yang memiliki kekuasaan adalah lembaga
negara sebagai kehendak untuk hidup bersama

3.5 Nilai-nilai Pancasila Sebagai Sumber Etika Politik

Sebagi dasar filsafah negara pancasila tidak hanya merupakan sumber derivasi peraturan perundang-
undangan, malainkan juga merupakan sumber moraliatas terutama dalam hubunganya dengan
legitimasi kekuasaan, hukum serta sebagai kebijakan dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara.
Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” serta sila ke dua “kemanusiaan yang adoil dan beradab”
adalah merupakan sumber nilai-nilai moral bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara, Etika politik menuntut agar kekuasaan dalam negara
dijlankan sesuai dengan Asas legalitas (Legitimasi hukum) , secara demokrasi (legitimasi demokrasi) dan
dilaksanakan berdasrkan prinsip-prinsip moral (legitimasi moral). (Suseno, 1987 :115). Pancasila sebagai
suatu sistem filsafat memiliki tiga dasar tersebut. Dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara baik
menyangkut kekuasaan, kebijaksanaan yang menyangkut publik, pembagian serta kewenagan harus
berdasarkan legitimimasi moral religius serta moral kemanusiaan. Dalam pelaksanaan dan
penyelenggaran negara, segala kebijakan, kekuasaan, kewenangan, serta pembagian senantiasa harus
berdasarkan atas hukum yang berlaku.

Etika politik ini harus direalisasikan oleh setiap individu yang ikut terlibat secara kongkrit dalam
pelaksanaan pemerintahan Negara.

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Pancasila merupakan lima nilai atau asas yang memuat nilai moral dan etika yang dapat dijadikan
sebagai pedoman hidup. Etika politik yaitu norma atau aturan yang mengatur bagaimana seharusnya
berbuat atau bertingkah dalam dunia politik.

Pancasila sebagai etika politik yaitu pancasila mengandung nilai etika maupun moral dapat dijadikan
sebagai pedoman atau patokan beretika dalam dunia politik. Keadaan politik di Indonesia saat ini tidak
seperti yang diharapkan masyarakat pada umumnya karena mereka beranggapan bahwa politik di
Indonesia hanya memperebutkan kursi kekuasaan. Penerapan pancasila sebagai etika politik dapat
dilakukan berdasarkan lima prinsip yang terkandung dalam pancasila itu sendiri yaitu pluralisme, HAM,
solidaritas bangsa, demokrasi dan keadilan sosial.

4.2 Saran

Sebagai warga negara negara Indonesia khususnya para generasi muda yang tengah menempuh
pendidikan baik dalam lingkup formal maupun informal ke depannya akan menjadi penerus dari para
pelaku politik saat ini baiknya sudah mampu menghayati dan mengamalkan prinsip-prinsip pancasila
sebagai etika politik.

DAFTAR PUSTAKA

www.anisahsukirman.wordpress.com "Pengertian etika politik secara umum" www.frismi.blogspot.com


"Etika politik"
www.aneahira.com "Pancasila sebagai etika politik" www.leogama156.wordpress.com "Keadaan politik
Indonesia saat ini" www.dewi-mulya.blogspot.com

Anda mungkin juga menyukai