Anda di halaman 1dari 5

Tujuan Pembelajaran Penduduk dan Kependudukan

Pada bab ini, mahasiswa akan mendalami mengenai penduduk dan kependudukan beserta
kompleksitas permasalahannya. Seperti kita ketahui bersama, masalah kependudukan adalah salah
satu masalah krusial yang mengakibatkan efek domino terhadap permasalahan lain yaitu lingkungan,
kemiskinan, kesehatan, pendidikan dan kesejahteraan.

Kependudukan
Kependudukan atau demografi adalah ilmu yang mempelajari dinamika kependudukan manusia.
Meliputi di dalamnya ukuran, struktur, dan distribusi penduduk, serta bagaimana jumlah penduduk
berubah setiap waktu akibat kelahiran, kematian, migrasi, serta penuaan. Analisis kependudukan
dapat merujuk masyarakat secara keseluruhan atau kelompok tertentu yang didasarkan kriteria
seperti pendidikan, kewarganegaraan, agama, atau etnisitas tertentu.

A. Pengertian Penduduk
Penduduk adalah orang yang berdomisili atau bertempat tinggal menetap di wilayah suatu negara dan
telah memiliki syarat menurut undang-undang. Sedangkan yang disebut bukan penduduk adalah
orang yang berada di wilayah negara untuk sementara serta tidak bermaksud bertempat tinggal tetap
di negara itu. Adanya perbedaan itu maka berbeda pula hak dan kewajibannya. Penduduk boleh
mendirikan suatu perkumpulan dan bleh melakukan suatu pekerjaan, bukan penduduk tidak memiliki
hak dan kewajiban itu.

B. Pertumbuhan Penduduk
Salah satu yang menjadi permasalahan suatu Negara adala pertumbuhan penduduk suatu negara.
Pertumbuhan penduduk adalah perubahan populasi sewaktu-waktu, dan dapat dihitung sebagai
perubahan dalam jumlah individu dalam sebuah populasi menggunakan per waktu unit untuk
pengukuran. Sebutan pertumbuhan penduduk merujuk pada semua spesies, tapi selalu mengarah
pada manusia, dan sering digunakan secara informal untuk sebutan demografi nilai pertumbuhan
penduduk, dan digunakan untuk merujuk pada pertumbuhan penduduk dunia.
Nilai pertumbuhan penduduk (NPP) adalah nilai kecil dimana jumlah individu dalam sebuah populasi
meningkat. NPP hanya merujuk pada perubahan populasi pada periode waktu unit, sering diartikan
sebagai persentase jumlah individu dalam populasi ketika dimulainya periode. Ini dapat dituliskan
dalam rumus:
P = Po ekt
Dimana,

P = Banyaknya penduduk pada akhir tahun


Po = Banyaknya penduduk pada tahun awal
e = angka eksponensial 2,71828
k = angka pertumbuhan penduduk
t = jangka waktu

Cara Menghitung Nilai Pertumbuhan


Cara yang paling umum untuk menghitung pertumbuhan penduduk adalah rasio, bukan nilai.
Perubahan populasi pada periode waktu unit dihitung sebagai persentase populasi ketika dimulainya
periode.

Cara Menghitung Rasio


C. Fertilitas
Fertilitas adalah kelahiran hidup (live birth) yaitu terlepasnya bayi dari rahim seorang perempuan
dengan tanda-tanda kehidupan; misalnya berteriak, bernafas, berdenyut jantungnya, dsb. Fekunditas
adalah petunjuk kepada kemampuan fisiologis dan biologis seorang perempuan untuk menghasilkan
anak lahir hidup.

Tingkat Fertilitas Kasar

Crude Birth Ratio (CBR) = B / (Pm x k)


Dimana :
D = Jumlah kematian pada tahun tertentu (dari hasil registrasi penduduk).
Pm = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun (pada bulan Juni/Juli)
k = bilangan konstanta yang biasanya bernilai 100
D. Mortalitas
Mortalitas adalah ukuran jumlah kematian (umumnya, atau karena akibat yang spesifik) pada suatu
populasi, skala besar suatu populasi, per dikali satuan. Mortalitas khusus mengekspresikan pada
jumlah satuan kematian per 1000 individu per tahun, hingga, rata-rata mortalitas sebesar 9.5 berarti
pada populasi 100.000 terdapat 950 kematian per tahun. Mortalitas berbeda dengan morbiditas yang
merujuk pada jumlah individual yang memiliki penyakit selama periode waktu tertentu.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan kematian sebagai suatu peristiwa menghilangnya
semua tanda-tanda kehidupan secara permanen, yang bisa terjadi setiap saat setelah kelahiran hidup.
Tingkat Kematian Kasar D

Crude Death Ratio (CDR) = Pm xk

Dimana :
D = Jumlah kematian pada tahun tertentu (dari hasil registrasi penduduk).
Pm = Jumlah penduduk pada pertengahan tahun (pada bulan Juni/Juli)
k = bilangan konstanta yang biasanya bernilai 100
Kematian dan Faktor Sosial Ekonomi
Faktor sosial ekonomi seperti pengetahuan tentang kesehatan, gisi dan kesehatan lingkungan,
kepercayaan, nilai-nilai, dan kemiskinan merupakan faktor individu dan keluarga, mempengaruhi
mortalitas dalam masyarakat (Budi Oetomo, 1985). Tingginya kematian ibu merupakan cerminan dari
ketidak tahuan masyarakat mengenai pentingnya perawatan ibu hamil dan pencegahan terjadinya
komplikasi kehamilan.

Komitmen untuk mencapai tujuan Millenium Development Goal (MDG)


Dalam hal kematian, Indonesia mempunyai komitmen untuk mencapai sasaran Millenium
Development Goals (MDG) untuk menurunkan Angka Kematian Anak sebesar dua per tiga dari angka
di tahun 1990 atau menjadi 20 per 1000 kelahiran bayi pada tahun 2015 dan menurunkan kematian
ibu sebesar tiga perempatnya menjadi 124 per 100.000 kelahiran.
Untuk mencapai tujuan ini diperlukan usaha yang sungguh-sungguh dari berbagai instansi terkait,
mulai dari pemerintah baik pusat maupun daerah, LSM dan masyarakat pada umumnya. Program-
program apa yang perlu dikembangkan untuk tujuan ini, serta indikator-indikator apa yang perlu
diperhatikan untuk menurunkan Angka Kematian Balita dan Angka Kematian Ibu?
E. Hal-hal yang berkaitan dengan demografi
Hal-hal yang berkaitan dengan demografi adalah perkawinan, pendidikan dan migrasi.

1. Perkawinan
Perkawinan merubah status seseorang dari bujangan atau janda/duda menjadi berstatus kawin.
Dalam demografi status perkawinan penduduk dapat dibedakan menjadi status belum pernah
menikah, menikah, pisah atau cerai, janda atau duda. Di daerah dimana pemakaian KB rendah, rata-
rata umur penduduk saat menikah pertama kali serta lamanya seseorang dalam status perkawinan
akan mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat fertilitas. Usia kawin dini menjadi perhatian penentu
kebijakan serta perencana program karena berisiko tinggi terhadap kegagalan perkawinan, kehamilan
usia muda yang berisiko kematian maternal, serta risiko tidak siap mental untuk membina perkawinan
dan menjadi orangtua yang bertanggung jawab.

Konsep Perkawinan dalam Undang-Undang Perkawinan no.1 Tahun 1974:

Perkawinan adalah ikatan bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri
dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan
Yang Maha Esa. Untuk laki-laki minimal sudah berusia 19 tahun, dan untuk perempuan harus sudah
berusia minimal 16 tahun. Jika menikah dibawah usia 21 tahun harus disertai dengan ijin kedua atau
salah satu orangtua atau yang ditunjuk sebagai wali.

Konsep perkawinan lebih difokuskan kepada keadaan dimana seorang laki-laki dan seorang
perempuan hidup bersama dalam kurun waktu yang lama. Dalam hal ini hidup bersama dapat
dikukuhkan dengan perkawinan yang syah sesuai dengan undang-undang atau peraturan hukum yang
ada (perkawinan de jure) ataupun tanpa pengesahan perkawinan (de facto). Konsep ini dipakai
terutama untuk mengkaitkan status perkawinan dengan dinamika penduduk terutama banyaknya
kelahiran yang diakibatkan oleh panjang-pendeknya perkawinan atau hidup bersama ini.
Norma dan adat di Indonesia menghendaki adanya pengesahan perkawinan secara agama maupun
secara undang-undang. Tetapi untuk keperluan studi demografi, Badan Pusat Statistik mendefinisikan
seseorang berstatus kawin apabila mereka terikat dalam perkawinan pada saat pencacahan, baik yang
tinggal bersama maupun terpisah, yang menikah secara sah maupun yang hidup bersama yang oleh
masyarakat sekelilingnya dianggap sah sebagai suami istri (BPS, 2000).
Definisi luas tentang perkawinan ini digunakan oleh BPS karena dalam kenyataannya pada suatu
masyarakat sering diketemukan banyak pasangan laki-laki dan perempuan yang hidup bersama tanpa
ikatan perkawinan yang sah secara hukum. Seringkali hal ini disebabkan karena persyaratan
perkawinan yang sah memberatkan kedua belah pihak yang hendak menikah, misalnya biaya
perhelatan adat yang terlampau tinggi, tidak mampu membayar biaya memproses perkawinan yang
syah atau biaya mahar yang tidak terjangkau oleh pasangan yang hendak menikah secara resmi.
Rumah Tangga
Informasi tentang jumlah rumah tangga, komposisi rumah tangga dan karakteristik demografi, sosial
dan ekonomi sangat diperlukan dalam perencanaan maupun implementasi kebijakan pemenuhan
pelayanan dasar seperti perumahan, pendidikan, kesehatan, pangan, intervensi pengentasan
kemiskinan dan lain sebagainya.
Untuk memenuhi kebutuhan data rumah tangga, BPS telah melakukan pendataan rumah tangga baik
dalam Sensus Penduduk, Supas maupun Susenas. Bahkan pada akhir tahun 2005 telah dilakukan
pendataan khusus rumah tangga miskin dengan menggunakan 14 indikator kemiskinan untuk
memenuhi kebutuhan berbagai program pelayanan dasar tersebut. Data rumah tangga yang
dikumpulkan BPS biasanya mencakup data anggota rumah tangga dan data anggota rumah tangga
(individu).
BPS (2000) membagi rumah tangga menjadi dua yaitu rumah tangga biasa dan rumah tangga khusus.

Rumah tangga biasa adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian atau seluruh
bangunan fisik atau sensus dan umumnya tinggal bersama serta makan dari satu dapur. Yang
dimaksud dengan satu dapur adalah bahwa pembiayaan keperluan jika pengurusan kebutuhan sehari-
hari dikelola bersama-sama.
Rumah tangga khusus adalah sekelompok orang yang tinggal di asrama atau tempat tinggal yang
pengurusan sehari-harinya diatur oleh yayasan atau badan, misalnya asrama mahasiswa, lembaga
pemasyarakatan, orang-orang yang berjumlah lebih dari 10 orang yang kos dengan makan, asrama
TNI dan lain sebagainya.
Keluarga didefinisikan sebagai sekumpulan orang yang tinggal dalam satu rumah yang masih
mempunyai hubungan kekerabatan/hubungan darah karena perkawinan, kelahiran, adopsi dan lain
sebagainya. Keluarga dapat dibagi menjadi 2 tipe yaitu:
Keluarga Inti (Nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak kandung,
anak angkat maupun adopsi yang belum kawin, atau ayah dengan anak-anak yang belum kawin atau
ibu dengan anak-anak yang belum kawin.
Keluarga luas (extended family), yaitu keluarga yang terdiri dari ayah, ibu anak-anak baik yang
sudah kawin atau belum, cucu, orang tua, mertua maupun kerabat-kerabat lain yang menjadi
tanggungan kepala
Living Arrangement
Pengaturan tinggal bersama dalam rumah tangga mempunyai hubungan yang sangat erat dengan tipe
keluarga, yaitu:
Rumah tangga yang kepala rumah tangganya hidup sendiri (single household)
Rumah tangga yang kepala rumah tangganya hidup bersama pasangannya saja.
Rumah tangga yang kepala rumah tangganya tinggal bersama pasangan (istri/suami) dan anak-
anak yang belum menikah atau kepala rumah tangga tinggal hanya dengan anak-anak yang belum
menikah disebut dengan keluarga inti (nuclear family).
Rumah tangga yang kepala rumah tangganya tinggal dengan pasangan, anak, menantu cucu atau
kepala rumah tangganya tinggal dengan anak, menantu, cucu disebut sebagai keluarga luas
(extended family).
Rumah tangga yang kepala rumah tangganya tinggal bersama, anak-anak/menantu cucu, orang
tua/mertua dan kerabat lainnya juga disebut sebagai keluarga luas (extended family).
Pola Konsumsi RT
Pola konsumsi rumah tangga merupakan salah satu indikator kesejahteraan rumah tangga/keluarga.
Selama ini berkembang pengertian bahwa besar kecilnya proporsi pengeluaran untuk konsumsi
makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah tangga dapat memberikan gambaran kesejahteraan
rumah tangga tersebut.
Rumah tangga dengan proporsi pengeluaran yang lebih besar untuk konsumsi makanan
mengindikasikan rumah tangga yang berpenghasilan rendah. Makin tinggi tingkat penghasilan rumah
tangga, makin kecil proporsi pengeluaran untuk makanan terhadap seluruh pengeluaran rumah
tangga. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa rumah tangga/keluarga akan semakin sejahtera bila
persentase pengeluaran untuk makanan jauh lebih kecil dibandingkan persentase pengeluaran untuk
non makanan.
2. Pendidikan
Pembangunan pendidikan di Indonesia telah menunjukkan keberhasilan yang cukup besar. Wajib
Belajar 6 tahun, yang didukung pembangunan infrastruktur sekolah dan diteruskan dengan Wajib
Belajar 9 tahun adalah program sektor pendidikan yang diakui cukup sukses. Hal ini terlihat dari
meningkatnya partisipasi sekolah dasar dari 41 persen pada tahun 1968 menjadi 94 persen pada
tahun 1996, sedangkan partisipasi sekolah tingkat SMP meningkat dari 62 persen tahun 1993 menjadi
80 persen tahun 2002 (Oey-Gardiner, 2003). Tetapi dibalik keberhasilan program-program tersebut,
terdapat berbagai fenomena dalam sektor pendidikan. Kasus tinggal kelas, terlambat masuk sekolah
dasar dan ketidakmampuan untuk meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi merupakan hal
yang cukup banyak menjadi sorotan di dunia pendidikan. Kasus putus sekolah yang juga banyak
terjadi terutama di daerah pedesaan menunjukkan bahwa pendidikan belum banyak menjadi prioritas
bagi orang tua. Rendahnya prioritas tersebut antara lain dipicu oleh akses masyarakat terhadap
pendidikan yang masih relatif kecil, terutama bagi keluarga miskin yang tidak mampu membiayai
anak mereka untuk meneruskan sekolah ke jenjang lebih tinggi.
Selain itu, ujian akhir sekolah dianggap tidak dapat menjadi ukuran kemampuan murid. Nilai rata-rata
ujian akhir yang rendah seringkali diikuti oleh persentase kelulusan yang cukup tinggi. Pada tahun
ajaran 1998/1999, rata-rata nilai Ujian Akhir Nasional (UAN) SMA di Indonesia adalah 3,99. Padahal
nilai minimum untuk lulus adalah 6. Tetapi pada periode tersebut, 97 persen siswa SMA dinyatakan
lulus (Oey-Gardiner, 2000). Hal ini menunjukkan bahwa nilai ujian akhir bukanlah satu-satunya alat
untuk menyaring kelulusan murid.
Karakteristik Pendidikan
Pendidikan yang dicapai merupakan salah satu indikator kualitas hidup manusia serta menunjukkan
status sosial dan status kesejahteraan seseorang. Semakin tinggi pendidikan yang dicapai oleh
seorang Kepala Rumah Tangga diharapkan semakin tinggi pula tingkat kesejahteraan dari orang yang
bersangkutan maupun anggota rumah tangganya.
Kegunaan
Jenjang pendidikan yang dicapai oleh kepala rumah tangga dapat digunakan untuk melihat gambaran
kasar kualitas sosial maupun ekonomi dari rumah tangga yang bersangkutan.
Angka Melek Huruf
Angka Melek Huruf (AMH) adalah persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan
menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam hidupnya sehari-hari.
AMH dapat digunakan untuk :
a. mengukur keberhasilan program-program pemberantasan buta huruf, terutama di daerah
pedesaan di Indonesia dimana masih tinggi jumlah penduduk yang tidak pernah bersekolah atau tidak
tamat SD.
b. menunjukkan kemampuan penduduk di suatu wilayah dalam menyerap informasi dari berbagai
media.
c. menunjukkan kemampuan untuk berkomunikasi secara lisan dan tertulis. Sehingga angka melek
huruf dapat berdasarkan kabupaten mencerminkan potensi perkembangan intelektual sekaligus
kontribusi terhadap pembangunan daerah.
3. Migrasi
Migrasi
Migrasi manusia adalah perpindahan oleh manusia dari satu tempat ke tempat lain, terkadang
melewati jarak yang panjang atau dalam jumlah yang besar. Migrasi adalah salah satu dari empat
proses evolusi. Gambar berikut adalah Migrasi manusia di dunia.

Kepadatan Penduduk
Kepadatan adalah hasil bagi jumlah objek terhadap luas daerah. Dengan demikian satuan yang
digunakan adalah satuan/luas daerah, misalnya: buah/m2. Sebagai contoh, kepadatan penduduk
disebut sebagai 65 orang/km2. Jumlah penduduk persatuan unit wilayah
Kepadatan penduduk (KP) = Jumlah Penduduk suatu wilayah / Luas Wilayah (km2/ha)

Overpopulasi
Overpopulasi dapat menandakan populasi spesies manusia atau hewan tertentu lebih besar dari
kapasitas bawaan dari ecological niche. Istilah ini menunjuk ke hubungan antara jumlah populasi
manusia dan planet Bumi. Overpopulasi bukan jumlah manusia atau hewan, tetapi merupakan
perbandingan antara jumlah manusia dan sumber daya yang dibutuhkan untuk hidup. Dalam kata
lain, sebuah rasio antara populasi:jumlah sumber daya. Bila sebuah populasi berjumlah 10 orang,
namun hanya ada cukup makanan untuk 9 orang, maka keadaan ini disebut overpopulasi. Bila
populasi ada 100 milyar, sedangkan makanan cukup untuk 200 milyar, maka ini bukan disebut
overpopulasi. Sumber daya termasuk: air bersih, makanan, rumah, kehangatan, tanah garap. Dan
faktor lain yang lebih kecil: pekerjaan, uang, pendidikan, bahan bakar, listrik, obat, saluran
pembuangan, pengaturan sampah, transportasi. Faktor yang tidak penting ini tidak dibutuhkan oleh
hewan dan manusia yang hidup primitif. Setiap tahun populasi dunia bertambah sekitar 80 juta.
Sekitar setengah penduduk dunia hidup di negara dengan sub-replacement fertiliy dan pertumbuhan
populasi dikarenakan imigrasi.
Sensus Penduduk
Sensus, kadangkala juga disebut cacah jiwa adalah sebuah proses mendapatkan informasi tentang
anggota sebuah populasi (tidak hanya populasi manusia). Sensus digunakan untuk demokrasi
(pemilu), pengumpulan pajak, juga digunakan dalam ekonomi. Di Indonesia terdapat tiga macam
sensus yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik. Sensus tersebut adalah: Sensus Penduduk,
Sensus Pertanian dan Sensus Ekonomi. Sensus Penduduk pada umumnya dilaksanakan pada tahun
yang berakhiran 0. Dalam Indonesia, sensus penduduk diambil pada tahun 1961, 1971, 1980, 1990,
dan 2000. Dua sensus diambil oleh pemerintah Hindia Belanda, pada tahun 1920 dan 1930. Tahun
2010, BPS akan melaksanakan Sensus Penduduk.

Anda mungkin juga menyukai