Anda di halaman 1dari 14

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. karena dengan rahmat, karunia, serta
taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan baik meskipun
mungkin terdapat beberapa kekurangan didalamnya. Terima kasih pada bapak Drs. H. Abdul
Muth’im, M.Pd. selaku Dosen mata kuliah Filsafat Pendidikan yang telah memberikan tugas ini
kepada kami.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas yang telah diberikan kepada kami selaku
mahasiswa dimana kami dituntut untuk menyelesaikannya dengan sebaik-baik mungkin. Makalah
ini juga diharapkan dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita
mengenai filsafat konservatisme menurut Edmund Burke. Oleh sebab itu, kami berharap adanya
kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya laporan yang
telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya
saya mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon
kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Banjarmasin, April, 2016

Penyusun

1
Daftar Isi

Bab I Pendahuluan ..................................................................................................................3

A. Latar belakang .............................................................................................................3


B. Rumusan masalah .......................................................................................................3
C. Tujuan .........................................................................................................................3

Bab II Pembahasan .................................................................................................................4

A. Pengertian filsafat konervatisme .................................................................................4


B. Ciri-ciri filsafat konservatisme ...................................................................................5
C. Edmund Burke ............................................................................................................6
1. Pandangan Burke terhadap manusia .....................................................................7
2. Watak negara ........................................................................................................7
3. Pendekatan konservatif pada politik .....................................................................8
4. Konstitusi preskriptif ............................................................................................8
5. Hukum alam dan hak-hak alamiah .......................................................................9
6. Teori pemerintahan ...............................................................................................9
7. Peran wakil..........................................................................................................10
8. Signifikansi Burke ..............................................................................................11
9. Reaksi konservatif di Perancis ............................................................................11
D. Peranan, Kelemahan dan Kelebihan Konservatisme Dalam Dunia Pendidikan .......12

Bab IV Kesimpulan...............................................................................................................13

Daftar Pustaka .......................................................................................................................14

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa
khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti
perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin
ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal.

Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan
konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan. Filsafat juga diartikan sebagai suatu sikap
seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin
melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan

Salah satu aliran filsafat yang berkembang dalam dunia pendidikan adalah aliran
konservatisme. Edmund Burke lah yang pertama kali menciptakan aliran ini. Bagi kaum
konservatisme tujuan dan sasaran pendidikan adalah sebagai sarana pelestarian dan penerusan
pola-pola kemapanan sosial serta tradisi-tradisi. Dalam pandangan konsevatif, ketidaksederajatan
masyarakat merupakan suatu hukum keharusan alami, suatu hal yang mustahil bisa dihindari serta
sudah merupakan ketentuan sejarah atau bahkan takdir tuhan. Perubahan sosial bagi mereka
bukanlah ketentuan yang harus diperjuangkan, karena perubahan hanya akan membuat manusia
lebih sengsara, hanya Tuhanlah yang merencanakan keadaan masyarakat dan hanya dia yang tahu
makna dibalik itu semua.

B. Rumusan masalah

1. Apa itu filsafat konservatisme?


2. Apa pandangan Edmund Burke tentang filsafat konservatisme?
3. Bagaimana Ciri-ciri filsafat konservatisme?

C. Tujuan

1. Memahami pandangan Edmund Burke terhadap filsafat konservatisme


2. Mengidentifikasikan peranan, kelebihan, serta kekurangan filsafat konservatisme dalam
bidang pendidikan

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Konservatisme


Konservatisme merupakan suatu paham yang mendukung nilai-nilai tradisional. Istilah ini
berasal dari kata dalam bahasa Latin conservare. Artinya melestarikan, menjaga, memelihara, dan
mengamalkan (wikipedia.co.id). Konservatisme adalah paham yang menyatakan, bahwa yang
terbaik yang bisa dilakukan oleh seseorang adalah berpegang pada tradisi yang telah terbukti
berhasil di masa lalu. Tradisi, baik itu tradisi agama, tradisi budaya, ataupun tradisi politik, adalah
pedoman hidup tertinggi. Perubahan tentu dimungkinkan, namun hanya sejauh perubahan tersebut
tidak bergerak terlalu jauh dari tradisi yang ada. Konservatisme adalah pemujaan nyaris tanpa
sikap kritis pada tradisi yang ada.
Beberapa ahli mendefinisikan konservatisme sebagai berikut :

1. Menurut Samuel Francis, konservatisme adalah bertahannya dan penguatan orang-orang


tertentu dan ungkapan-ungkapan kebudayaannya yang dilembagakan.
2. Roger Scuton, konservatisme adalah pelestarian ekologi sosial, atau politik penundaan.

Karena berbagai budaya memiliki nilai-nilai yang mapan dan berbeda-beda, kaum konservatif
di berbagai kebudayaan mempunyai tujuan yang berbeda-beda pula. Hal yang sama dikemukakan
oleh Farida (2009) yang menyatakan bahwa konservatif berasal dari bahasa latin com servare,
yang artinya "melindungi dari kerusakan/kerugian". Jadi orang yang dinamakan
"kolot/konservatif" adalah orang yang tidak mau melakukan perubahan karena kuatir mempunyai
dampak yang tidak baik terhadap dirinya maupun lingkungan. Sebagian pihak konservatif
berusaha melestarikan status quo, sementara yang lainnya berusaha kembali kepada nilai-nilai dari
zaman yang lampau, the status quo ante.

Menurut O’neil tentang pendidikan bahwa pendidikan yang meminimkam kebebasan disebut
sebagai pendidilkan yang konservatif salah satunya adalah konservatisme pendidikan. Pada
dasarnya konservatisme pendidikan adalah posisi yang mendukung ketaatan terhadap lembaga-
lembaga dan prosese-proses budaya yang sudah teruji oleh waktu didampingi oleh rasa hormat
mendalam terhadap hukum dan tatanan, sebagai landasan perubahan-perubahan yang konstruktif.

Dalam dunia pendidikan seorang konservatif beranggapan bahwa sasaran utama sekolah
adalah pelestarian dan penerusan pola-pola sosial daan tradisi-tradisi yang sudah mapan.

4
Awal mula kemunculan ideologi konservatisme sebenarnya timbul sebagai reaksi atas
keberadaan paham liberalisme. Bagaimanapun juga, liberalisme telah berusaha meruntuhkan
keberadaan masyarakat feodal (kaum bangsawan, pemilik tanah) yang mapan. Untuk
mempertahankan diri, kaum feodal membuat ideologi tandingan.
Konservatisme memandang liberalisme sebagai paham yang terlalu individualistis.
Liberalisme memandang masyarakat terdiri atas individu atau golongan individu. Hal ini bertolak
belakang dengan cara pandang konservatisme, yang menganggap masyarakat dan kelompok yang
lain tidak sekedar penjumlahan unsur-unsur kebahagiaan yang lebih besar daripada yang dapat
diciptakan anggota masyarakat secara individual. Konservatisme sangat menjunjung tinggi
demokrasi.
Di dalam salah satu perdebatan antara Jurgen Habermas dan Hans-Georg Gadamer, dua filsuf
terkemuka Jerman abad 20, lahirlah perbedaan tajam di dalam memahami tradisi. Bagi Gadamer,
seorang pakar hermeneutik, tradisi mengandung ajaran-ajaran kebijaksanaan yang berguna untuk
membimbing kita di masa sekarang. Sementara, bagi Habermas, tradisi tidak hanya mengandung
ajaran-ajaran kebijaksanaan, tetapi juga penindasan-penindasan yang tersembunyi terhadap
kelompok yang lebih lemah, seperti kaum perempuan dan kelompok minoritas. Maka, tradisi harus
dipahami secara kritis.
Para penganut konservatisme harus belajar dari perdebatan ini, bahwa tradisi selalu
mengandung dua muka yang tidak selalu berjalan bersama, yakni muka kebijaksanaan dan muka
penindasan. Kesetiaan mutlak pada tradisi, tanpa mengindahkan aspek-aspek penindasan di
dalamnya, adalah akar dari konservatisme.

B. Ciri-ciri Konservatisme Pendidikan


Ciri-ciri konservatisme pendidikan secara umum antra lain:
1. Pengetahuan adalah bagi manfaat sosialnya; pengetahuan sebagai cara mengujudkan nilai-nilai
sosial yang ada
2. Manusia sebagai warga negara, yang mencapai keutuhan diri dalam statusnya sebagai anggota
tatanan sosial yang mapan
3. Penyesuaian diri secara nalar; bersandar pada jawaban terbaik dari masa silam sebagai tuntunan
yang paling bisa dipercaya bagi tindakan di masa kini
4. Pendidikan sebagai pembelajaran (sosialisaasi) individu terhadapsistem kemapanan
5. Berpusat pada tradisi-tradisi dan lembaga-lembaga sosial yang ada; menekankan situasi-situasi
sekarang yang dilihat dari kaca mata kedejarahan yang agak sempit; konvensionalisme (faham
yang menekankan konsep ilmiah merupakan persetujuan ilmuawan)
6. Kemantapan/stabilitas budaya melampaui kebutuhan akan perubahan; hanya menerima
perubahan-perubahan yang pada dasarnya selaras dengan tatanan sosial yang sudah mapan

5
7. Berdasarkan sebuah sistem budaya tertutup (etnosentris); menekankan tradisi-tradisi sosial
dominan; menerima perubahan secara bertahap didalam situasi sosial yang secara umum
mentap/stabil
8. Berlandaskan kepada keyakinan-keyakinan yang sudah teruji oleh waktu, dan keyakinan yang
menetapkan gagasan-gagasan serta praktik-praktik lebih bisa diandalkan ketimbang keyakinan
yang hanya murni teoritis
9. Beranggapan bahwa kewenangan intelektual tertinggi adalah budaya dominan besrta sistem
keyakinan dan prilaku yang mapan
10. Asimilasionisme sosial; lembaga-lembaga dan proses-proses sosial yang dominan musti
didahulukan sebagai tradisi keagamaan, filosofis,atau etnis tertentu.

C. Edmund Burke
Edmund Burke, seorang filsuf yang mencetuskan filsafat konservatisme, dilahirkan di
Dublin pada tahun 1729 dan meninggal pada tahun 1797, lahir dari seorang ayah berprofesi sebagai
pengacara moderat sebagai pengikut Anglikan dan ibunya penganut Katolik Romawi. Pendidikan
yang dijalaninya adalah pendidikan klasik yang dimulai dengan belajar sastra kemudian
mempelajari hukum. Namun dalam karier pendidikannya dalam bidang hukum tidak
memuaskannya dan ia meninggalakan profesi sebagai praktisi hukum dan kembali untuk
mengabdikannya terhadap sastra. Maka tidak heran kalau Burke disebut sebagai ahli filsafat
(filosof) dan sekaligus seorang konservatif (penganut paham konservatisme) dan politisi (ahli
politik) dari Inggris.
Pada tahun 1755, Majelis rendah (House of Commons) mengingatkan bahwa Inggris Raya
berhak memaksakan kehendaknya pada Amerika sebagai negara jajahannya. Mengenai pernyataan
ini, Edmund Burke bersimpati terhadap Revolusi Amerika. Bahkan ia mendesak parlemen untuk
mencabut semua undang-undang yang telah diberlakukan sejak tahun 1763, yang ditentang
penduduk Koloni di Amerika. Ia juga menghimbau pada pertimbangan pikiran sehat untuk
membuat rakyat di Amerika bahagia.
Burke tidak menulis karya popalinglitik yang sistematis, tetapi ia telah menulis empat buku
tentang filsafat politiknya. Semuanya ditulis sebagai respon terhadap situasi politik kontemporer.
The reflection adalah karyanya yang paling penting dan komprehensif. Ditulis dalam bentuk surat
kepada koresponden imajiner Perancis, isinya berusaha membedakan antara perkembangan
institusi Inggris yang berlangsung secara teratur dan pembentukan sistem politik Perancis yang
tidak teratur pada awal revolusi. Dalam buku serta karangan lainnya, Burke berkesempatan untuk
menguji berbagai prinsip yang mendasari negara dan otoritas politik. Tulisan-tulisannya secara
umum merupakan filsafat politik yang cukup terpadu, terlepas dari pandangan kontroversial yang
menjadi ciri karya-karyanya.

6
1. Pandangan Bruke terhadap manusia

Burke yakin bahwa watak manusia pada dasarnya baik, watak ini terluka tetapi tidak
ditandai oleh dosa asal (original sin). Manusia tidak berdaya pada godaan dan seringkali bertindak
menurut dorongan keinginan daripada akal. Namun, Burke meyakini dengan bimbingan yang
benar dan ditopang oleh agama, manusia bisa menjalani kehidupan yang baik dan bermanfaat serta
mampu menyempurnakan sifatnya.
Burke tidak mengemukakan pandangan mengenai persamaan manusia. Persamaan hanya
bisa dinisbatkan kepada manusia dalam watak dasarnya sebagai manusia, makhluk rasional dan
moral Tuhan. Setiap upaya mereduksi semua individu pada tingkat ekonomi, sosial, intelektual
yang sama adalah keliru dan tidak alamiah. Orang-orang yang berusaha menyamakan hanya
mengubah dan merusak tatanan alamiah benda-benda, mereka hanya membuat sesak bangunan
masyarakat dengan mengkhayalkan terbentuknya struktur yang solid yang ingin dijadikan tiang
penyangga bangunan tersebut.
Manusia adalah wujud yang kompleks, makhluk kehendak, emosi, kebiasaan serta akal.
Burke menolak spekulasi abstrak yang terlepas dari totalitas pengalaman. Pemahaman rasional
hanya dapat dilakukan dengan observasi dan studi dengan penyelidikan empiris dibarengi refleksi
rasional dan dengan mengandalkan akumulasi pengalaman masa lampau yang merupakan
pengejewantahan otak manusia itu sendiri. Pembedaan sangat penting dalam bidang politik dan
menekankan dalam mendekati masalah reformasi pemerintahan berurusan dengan manusia bukan
hukum-hukum fisika atau matematika. Jika pembedaan ini dipegang maka kehati-hatian dalam
melaksanakan tugas, tidak berpretensi mengganggu tatanan yang ada tanpa sebab yang dibenarkan
dan sadarkan bahwa politik harus disesuaikan dengan watak manusia dan menyadari bahwa akal
manusia adalah bagian darinya serta bukan bagian yang terbesar.

2. Watak Negara

Burke menolak argumen bahwa masyarakat adalah suatu kontrak yang bisa dibubarkan
menurut kepentingan generasi. Manusia tidak terikat satu sama lain oleh kertas dan pena. Negara
bukanlah mesin buatan manusia tetapi suatu organisme sosial atau moral yang tumbuh dan
berkembang menurut kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dipahami secara utuh. Sebagai lembaga
sosial, negara disatukan oleh ikatan kepentingan bersama, loyalitas, tradisi, sentimen, dan
kebiasaan.

7
Dalam hal konstitusi, Burke mengakui masing-masing negara pada dasarnya adalah
konstitusi kontrak yang dengannya manusia mendesain bentuk dan tipe pemerintaha tertentu.
Manusia adalah makhluk sosial bukan karena naluri hewaniah yang suka berkumpul semata, atau
karena kebetulan sejarah tetapi karena kedalaman intelektual dan watak morlnya. Ia yakin bahwa
institusi manusia adalah karya intelek ketuhanan tertinggi dan tidak bisa dipahami sepenuhnya
oleh akal manusia. Maka di sini berlaku penyingkapan Hukum Tuhan (Devine Prudence) dalam
tatanan ruang dan waktu.

3. Pendekatan Konservatif pada Politik

Esensi konservativisme Burke adalah pelestarian tradisi moral kemanusiaan kuno. Ia


melihat masyarakat sebagai realitas spiritual yang mempunyai kehidupan abadi di samping
konstitusi yang rumit. Ia tidak bisa dipecah-pecah dan disusun kembali seolah-olah ia adalah
mesin. Perubahan tentu saja perlu, karena masyarakat bukanlah institusi yan statis dan negara tanpa
perubahan berarti tidak mempunyai perangkat untuk mempertahankan dirinya. Negarawan yang
biak tidak akan menolak perubahan secara buta, ia akan menjalankannya secara gradual sehingga
perubahan tersebut bisa dilakukan tanpa menimbulkan kekerasan dan ketidakadilan pada
masyarakat.
Burke menempatkan beban pembuktian pda orang-orang yang menganjurkan modifikasi
tatanan lama. Perubahan sejati harus tumbuh secara organis dari kondisi sejarah yang nyata dan
tatanan masyarakat beserta lembaga-lembaganya. Jika reformasi yang diupayakan mengabaikan
kontinuitas dari tradisinya dan secara buta membongkar warisan masa lampau, ia akan
meninggalkan warisan ketidakpastian dan instabilitas seperti halnya Republik Perancis.

4. Konstitusi Preskriptif

Filsafat konservatif Burke banyak menyinggung apa yang ia sebut hak-hak preskriptif. Ia
mendefinisikanya sebagai :
Pendirian yang mendukung skema pemerintahan yang mapan menentang setiap proyek yang
belum teruji, bahwa suatu bangsa sudah lama ada dan tumbuh. Ia adalah pendirian yang lebih baik
bahkan mengenai pilihan bangsa, jauh lebih baik daripada penyusunan yang mendadak dan
sementara melalui pemilihan tahunan. Karena suatu bangsa bukanlah ide yang mempunyai tingkat
lokal, dan kumpulan orang, ia adalah ide tentang kontinyuitas yang meluas dalam waktu, jumlah
dan ruang. Dan ini bukanlah pilihan satu hari atau beberapa orang, bukan pilihan yang gegabah
dan sembrono, ia adalah pilihan jaman dan generasi yang bersifat sadar dan langsung.

8
Burke menyatakan bahwa diperlukan dua kualifikasi bagi orang-orang yang menjalankan
kekuasaan politik yakni kebajikan dan kebijaksanaan. Dan kedua kualifikasi ini hanya terdapat
pada kualitas kekayaan dan keturunan. Orang yang berhak untuk mengemban hak preskriptif
hanya orang yang memiliki kekayaan dan keturunan yang baiklah, yang bisa memberi masyarakat
kepemimpinan yang dibutuhkan bagi kesejahteraan mereka (The Great Oaks (Pohon Besar)).
Sepanjang mereka tetap dalam batas-batas konstitusi negara, tidak ada bentuk kekuasaan yang
lebih baik yang bisa dijalankan.

5. Hukum Alam dan Hak-hak Alamiah

Burke menyatakan bahwa tindakan dan hak-hak manusia harus sejalan dengan tatanan
moral. Bahkan rakyat sendiri tidak mempunyai hak untuk membuat hukum pra-peradilan bagi
semua komunitas... karena hal itu bertentangan dengan hukum yang paling tinggi. Kewajiban
pertama manusia adalah mematuhi hukum-hukum Tuhan, begitupun dengan legislator dan
negarawan.
Burke menentang keras kaum rasionalis bahwa hukum alam beserta penerapannya bisa
dipahami hanya dengan proses penalaran abstrak, tetapi perlu melahirkan kesimpulan teoritis dan
praktis. Burke mengikuti pemikiran Aristoteli yang membedakan antara fungsi spekulatif dan
praktis akal manusia. Penerimaanya terhadap hukum alam menegaskan kepemilikan akan hak-hak
alamiah. Hak-hak manusia yang sebenarnya didasarkan pada watak manusia dan ajaran Tuhan.
Negara ada untuk kepentingan manusia bukan sebaliknya sepertiyang diungkapkan Yakobian.
Dalam hal rasio praktis dalam perilaku manusia, Burke mencatat bahwa etika dan politik
tidak bisa diberlakukan sebagai ilmu spekulatif. Rumusan moralitas bukanlah rumusan abstrak
matematika. Maka yang diperlukan bukan logika tetapi kebijaksanaan jika berhadapan dengan
masalah dalam realitas. Keseimbangan yang adil antara kebebasan dan dan kekuasaan haruslah
selalu ada dalam komunitas politik. Maka menurut Burke, tugas filosof spekulatif adalah
menunjukkan tujuan pemerintah (negara) yang benar, sedangkan tugas politisi adalah menemukan
cara-cara yang benar dalam menuju tujuan tersebut serta menjalankannya secara efektif.

6. Teori Pemerintahan

Sejalan dengan penekanannya pada rasio praktis, Burke berpendirian bahwa tidak ada
bentuk atau tipe pemerintahan yang cocok bagi semua rakyat dan lingkungan. Dari argumennya
yang selalu mengambil pelajaran dari masa lampau, tipe pemerintahan yang memuaskan adalah
gabungan antara monarki absolut dan demokrasi dengan partisipasi rakyat yang meluas yang
berbentuk monarki konstitusional. Tipe seperti ini yang akan mempertahankan keseimbangan
tatanan sosial danpolitik yang stabil, karena dibimbing oleh hukum-hukum, dikontrol oleh orang-
orang kaya serta warisan bangsa dan keduanya dikontrol oleh keseimbangan yang adil dari akal
dan perasaan orang-orang umum.

9
House of Lord di dalamnya harus mewakili orang kaya, aristokrasi bangsa dan lembaga
yang dipilih oleh rakyat. Pembuatan hukum harus sejalan dengan keinginan mayoritas yang
tentunya berasal dari wakil-wakil yang ditentukan menurut tradisi, pendidikan, kekayaan dan
keturunan yang ikut serta dalam menjalankan fungsi politik. Orang awan tidak berhak untuk
memegang jabatan publik, sedangkan orang terpelajar perlu diberi kesempatan untuk memegang
jabatab publik karena mempunya waktu luang dan memiliki kebijaksanaan.
Burke sangat khawatir dengan demokrasi modern. Dominasi komunitas politik oleh orang-
orang sedang saja bertentangan dengan alam. Penguasa yang baik adalah penguasa yang menunjuk
orang-orang yang mumpuni dalam menjalankan pemerintahan negara. Orang-orang tersebut
dipilih dari orang-orang yang lebih bijak, lebih ahli, dan anggota masyarakat yang lebih kaya, serta
mereka harus jadi pelindung dan pembimbing orang-orang yang lebih lemah, kurang
berpendidikan dan lebih miskin.

7. Peran Wakil

Burke memungkapan seorang wakil harus terus berhubungan dengan para pemililhnya
sepanjang waktu, ia harus sepenuhnya memperhatikan keinginan mereka, menghormati pendapat
mereka, memperhatikan masalah mereka. Sudah menjadi kewajibannya untuk mengorbankan
waktu luangnya, kesenangannya, keinginannya demi kepentingan mereka. Selain itu Burke
melanjutkan, anggota parlemen bertanggung jawab atas kesejahteraan semua bangsa dan kerajaan.
Sebagai seorang wakil ia harus bebas untuk membuat keputusan terbaik demi kepentingan
bersama, apakah keputusan tersebut sesuai dengan keinginan para pemilihnya atau tidak.
Pemerintahan dan legislasi adalah masalah pertimbangan dan keputusan dan bukan
masalah kecenderungan, dan jenis pertimbangannya adalah pertimbangan dimana ketetapan
mendahului pembahasan, dimana sekelompok orang bersidang dan yang lain memutuskan dan
dimana orang-orang yang membuat kesimpulan mungkin saja berada tiga ratus mil jauhnya dari
orang-orang yang mendengarkan argumen. Selain itu Burke mengemukakan konsep hak-hak
ketuhanan dari kedudukan wakil:
Pendapatnya yang tidak bias, penilainnya yang matang, kesadarannya yang tercerahkan, ia
tidak berkorban untuk Anda, untuk satu orang, atau sekelompok orang yang hidup,. Semua tidak
diperolehnya dari kesenangan Anda-tidak, bukan pula dari hukum dan konstitusi. Ia adalah
anugerah dari Tuhan, dimana ia akan ditannyai atas penyelewengan yang dilakukan. Wakil-wakil
Anda adalah untuk Anda, bukan hanya dirinya sendiri, kecuali keputusannya, dan ia berkhianat,
bukannya mengabdi kepada Anda, jika ia menundukkan kepeutusannya pada pendapat Anda.

10
8. Signifikansi Burke

Edmun Burke adalah champion yang semangat dari spirit konservatif dalam pemikiran
politik. Penganjur reformasi yang hati-hati dan penentang keras penghapusan skema bagi
reformasi sosial. Burke menentang kontrak sosial di mana orang-orang bebas mengubah atau
membubarkannya menurut kehendak mereka, tetapi pada kesadaran dorongan batin dan pola
tradisi serta praktik yang menjadi produk dari pertumbuhan alam yang organis. Ia tidak menentang
perubahan.
Burke menentang ekstrim kiri dan kanan, mengakui realitvitas isu-isu dan konflik-konflik
politik dengan cara membangun kesimbangan yang bisa diterima oleh berbagai kepentingan
dengan cara kompromi, penyesuaian dan akomodasi. Kebijaksanaan adalah kebajikan politik serta
masalah-masalah sosial dan politik diselesaikan dengan pendekatan masuk akal dan moderat.
Kaum konservatif dari berbagai pandangan mengambil pandangan Burke untuk mendukung
pendapat mereka, yang akhirnya terjadilah proses asimilasi sehingga makna filsafat politik positif
Burke menjadi kabur dan mengalami distorsi.

9. Reaksi konservatif di Perancis

Reaksi dari para politikus Perancis terhadap konservatisme Burke terutama dari De Maistre
yang membantah pandangan Burke bahwa akal harus dibimbing oleh bmbingan Tuhan agar
mencapai kesempurnaan. Namu De Maistre menolak argumen Burke tersebut, tetapi sebaliknya
bahwa akal dan penilaian manusia tanpa bimbingan Tuhan sudah cukup tanpa bimbingan Tuhan
untuk mencapai kesempurnaan manusia. De Maistre mendata empat pernyataan yang dianggapnya
sebagai “kebenaran yang tidak bisa diingkari, anara lain; 1). Prinsip-prinsip fundamental konstitusi
politik sudah ada sebelum semua hukum tertulis, 2). Hukum konstitusi adalah satu-satunya
ketentuan hak yang tidak tertulis dan sudah ada sebelumnya, 3). Apa yang paling esensial dan
fundamental tidak pernah tertulis, 4). Kelemahan konstitusi sebenarnya berkaitan langsung dengan
jumlah pasal yang tertulis.
Sedangkan Bonald setuju dengan pandangan Burke mengenai perlunya aliran
religius/ketuhanan dalam menjalankan institusi manusia sebagai batasan etis dalam
menjalankannya. Kaum Konservatif Perancis mempunyai dasar kuat pada bebrapa hal, karena
masih dalam semangat tradisi Yunani-Kristen. Namun, mereka menolak perubahan institusi sosial
dan politik, cenderung mengabaikan watak alamiah dan otonom negara dengan melihatnya sebagai
masyarakat gereja. Sehingga konservativisme mereka bersifat statis, rigid, reaksioner dan
otoritarian.

11
D. Peranan, Kelemahan dan Kelebihan Konservatisme Dalam Dunia Pendidikan
Peranan pendidikan konservatif ialah salah satu tanggung jawab kurikulum untuk
mentramisikan dan mentefsirkan warisan sosial kepada generasi muda. Maka sekolah sebagai salah
satu lembaga sosial dapat mempengaruhi dan membina tinhkah laku para siswa sesuai dengan nilai-
nilai sosial yang ada dalam masyarakat, sejalan dengan peranan pendidikan sebagai suatu proses
sosial. Karena pendidikan itu sendidri pada hakikatnya berfungsi pula untuk menjembatani antara
para siswa dengan orang dewasa didalam suatu proses pembudayaan yang semakin berkembang
menjadi lebih kompleks. Dengan adanya peranan konservatif ini maka sesungguhnya pendidikan itu
berorientasi pada masa lampau. Namun peranan pendidikan ini sangat mendasar sifatnya
sebagaimana pendapatnya John Dewey bahwasanya pendidikan konservatif merupakan
pembentukan terhadap pribadi anak tanpa memperhatikan kekuatan atau kemampuan IQ peserta
didik yang ada dalam dirinya.
Namun, jika dipikirkan lebih dalam, konservatisme memiliki kelemahan di dalam
konsepnya sendiri. Konservatisme menekankan, bahwa tradisi yang tengah berlanjut adalah jalan
terbaik untuk keluar dari masalah-masalah yang ada. Padahal, realitas dan dunia terus berubah,
sementara tradisi yang telah berhasil di masa lalu tidak selalu bisa menangkap perubahan yang
terjadi. Ketika realitas berubah, dan tradisi tetap serta dipuja secara membabi buta, maka akan
muncul masalah-masalah yang tak bisa terselesaikan, dan bahkan semakin besar.
Dengan penerapan sistem pedagogy, manusia (dalam hal ini adalah siswa) yang memiliki
keunikan sendiri, yang memiliki talenta sendiri, memiliki minat sendiri, memiliki kelebihan sendiri,
menjadi tidak berkembang, menjadi tidak bisa mengeksplor dirinya sendiri, tidak mampu
menyampaikan kebenarannya sendiri, sebab yang memiliki kebenaran adalah masa lalu, adalah
sesuatu yang sudah mapan dan sudah ada sampai sekarang. Perbedaan bukanlah menjadi hal yang
biasa, melainkan jika ada yang berbeda itu akan dianggap sebagai pemberontakan. Tetapi Pedagogy
memiliki kelebihan tersendiri, yakni didalam menjaga rantai keilmuan yang sudah diawali oleh
orang-orang terdahulu, maka rantai emas dan benang merah keilmuan bisa dilanjutkan oleh generasi
mendatang. Generasi mendatang tidak perlu mulai dari nol lagi, melainkan tinggal melanjutkan apa
yang sudah ditemukan, apa yang sudah dirintis, apa yang sudah dimulai oleh generasi mendatang.

12
BAB IV
KESIMPULAN

Intisari pandangan Burke adalah sebagai berikut 1) Manusia adalah campuran baik dan
buruk, ia tidak sempurna atau bisa disepurnakan, 2) Masyarakat adalah produk dari pertumbuhan
sejarah yang lambat, 3) Institusi yang ada merupakan penjelmaan dari kebijaksanaan sebelumnya,
4) Agama adalah pondasi masyarakat sipil, 5) Kebijaksanaan, pengalaman, dan kebiasaan sering
kali merupakan pedoman yang lebih baik daripada akal dan logika, 6) Masyarakat memerlukan
kelas-kelas dan tatanan, kelas yang lebih tinggi harus diijinkan untuk menjalankan pemerintahan
negara dengan cara menyeimbangkan kepentingan kelas-kelas yang lebih rendah, 7) Kewajiban
lebih tinggi dibanding hak.
Berpegang pada tradisi memang perlu. Akan tetapi, kita harus sadar, bahwa dunia berubah,
dan manusia ikut berubah di dalamnya. Tradisi juga harus terus dibaca dengan cara-cara baru,
sejalan dengan perubahan yang ada. Jika tidak, tradisi bisa menjadi penjajah dan penindas
kehidupan manusia. Kesetiaan kaum konservatif pada tradisi mereka harus memberi ruang untuk
“tanda tanya”, sehingga tradisi bisa terus dimurnikan, dan tetap berwajah manusiawi.
Kesemuanya itu dilandasi dengan harapan-harapan masyarakat ideal tertata dengan baik
yang di dalamnya ada kekuasaan yang mengikat, peraturan kekuasaan yang tepat akan menjamin
terwujudnya perlakuan yang sama terhadap setiap individu, penguasa harus bertanggung jawab
terhadap masyarakat, terutama dalam membantu pihak-pihak yang lemah, program jaminan sosial
bagi yang berpenghasilan rendah, akan membantu terciptanya kesejahteraan suatu negara.

13
DAFTAR PUSTAKA

Kalidjernih, Freddy K. 2011. Puspa Ragam Konsep dan Isu Kewarganegaraan.Edisi


Ketiga. Bandung: Widya Aksara Press.

Wattimena, Reza A.A. 2013. Akar-akar Konservatisme di Indonesia. Tersedia (Online)

di http://rumahfilsafat.com/2013/01/05/akar-akar-konservatisme-di-indonesia/

Oneil, Willian F. 2002, Ideologi-Ideologi Pendidikan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Wikipedia.co.id

14

Anda mungkin juga menyukai