Anda di halaman 1dari 14

KONSEP PENERAPAN CSR DI

INDONESIA
Kelompok 1
1. Ryan Fatrindra
2. Tiara Yuliana
PENGERTIAN CSR
CSR (Corporate Social Responsibility) merupakan kewajiban
perusahaan untuk memiliki peran dan fungsi terhadap
pengembangan dan pemberdayaan masyarakat sekitar
wilayahnya. Dengan kata lain CSR merupakan upaya sungguh-
sungguh entitas bisnis untuk meminimumkan dampak negatif
dan memaksimumkan dampak positif operasi perusahaan
terhadap seluruh pemangku kepentingan dalam bidang
ekonomi, sosial dan lingkungan untuk mencapai tujuan
pembangunan berkelanjutan.
Ernst and young mengemukakan bahwa perusahaan memiliki empat
tanggung jawab utama yaitu terhadap karyawan, konsumen, masyarakat,
dan lingkungan. Keempat hal tersebut bisa menjadi dasar pertimbangan
bagi perusahaan untuk menetapkan program inti dalam melaksanakan CSR
secara spesifik. Terdapat sembilan program kerja yang dapat dilakukan
perusahaan dalam melaksanakan kegiatan CSR yaitu:
• Employee Programs
• Community and Broader Society
• Environtment Programs
• Reporting and Communications
• Governance or Code of Conduct Programs
• Stakeholder Engagement Programs
• Supplier Programs
• Customer/Product Stewardship Programs
• Shareholder Program
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR): KONSEP
DAN MEKANISME KERJA

Dunia usaha merupakan bagian dari komunitas masyarakat dan memiliki


tanggung jawab sosial yang sama dengan masyarakat. Pada kenyataannya, tidak
dapat dipungkiri bahwa peran dunia usaha selama ini hanya sebatas pemberian
dukungan dana secara sukarela (voluntary) dan kedermawanan (philanthropy)
sehingga kegiatan yang dilaksanakan kurang memberikan manfaat nyata bagi
masyarakat. Hal ini memunculkan rasa kekecewaan masyarakat dan pemerintah
akan minimnya peran dunia usaha dalam kehidupan sosial dan adanya
kecenderungan bahwa pelaksanaan CSR hanya sekedar untuk di mata
masyarakat atau bahkan hanya di mata konsumen mereka. Untuk mengatasi
masalah tersebut diperlukan dukungan pemerintah selaku pihak yang
bertanggung jawab untuk menjaga kelangsungan hidup masyarakat.
Pengembangan CSR memerlukan tahapan yang sistematis dan kompleks.

 Tahap pertama, dimulai dengan upaya melihat dan menilai kebutuhan masyarakat
dengan cara mengidentifikasi masalah yang terjadi dan mencari solusi yang tepat.
 Tahap kedua, perlu dibuat rencana aksi beserta anggaran, jadwal, indikator evaluasi, dan
sumber daya yang diperlukan bagi perusahaan.
 Tahap ketiga, melakukan monitoring kegiatan melalui kunjungan langsung atau melalui
survey.
 Tahap keempat, melakukan evaluasi secara regular dan melakukan pelaporan untuk
dijadikan panduan strategi dan pengembangan program selanjutnya. Evaluasi dilakukan
pula dengan membandingkan hasil evaluasi dari internal perusahaan dan eksternal
perusahaan
CSR DALAM UNDANG-UNDANG PENANAMAN MODAL

Kewajiban CSR diawali dengan terbentuknya Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007


tentang Penamaman Modal. Undang-Undang ini disah- kan pada tanggal 26 April 2007.
Kewajiban CSR terdapat pada Pasal 15 dan Pasal 34 undang-undang tersebut.

Pasal 15 huruf b menyatakan bahwa : “setiap penanam modal berkewajiban:

a. menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik.

b. melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.

c. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan
Koordinasi Penanaman Modal.

d. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman


modal; dan
e. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.”

f. melaksanakan tanggung jawab sosial perusa- haan

g. membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya


kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal;

h. menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha


penanaman modal; dan

i. mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.”


CSR DALAM UNDANG-UNDANG PERSEROAN TERBATAS

Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan atau CSR merupakan salah


satu hal yang diwajibkan oleh Pemerintah melalui Undang-Undang
Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut
UU No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas). Undang-Undang
ini berlaku sejak tanggal 16 Agustus 2007 lalu
CSR DALAM UNDANG-UNDANG LINGKUNGAN HIDUP

CSR yang selama ini diperbincangkan di Indonesia berkaitan erat dengan kondisi
lingkungan hidup di negara kita. Buruknya penanganan kondisi lingkungan
menunjukkan rendahnya tanggung jawab tidak hanya dari perusahaan, tetapi juga
dari masyarakat. Hak atas lingkungan hidup merupakan salah satu hak asasi
manusia yang diakui oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).
Sebenarnya hak ini telah diatur dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 alinea IV Pasal 33 ayat 3, sementara itu Undang-
Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup (UUPLH) juga telah mengatur secara tegas dalam Pasal 5 ayat 1 dan
kemudian tercantum dalam Pasal 5 ayat 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun
1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (selanjutnya disebut UU No. 23
Tahun 1997 tentang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup).
KURANGNYA KEPEDULIAN IMPLEMENTASI CSR DI
INDONESIA

Lemahnya Undang-Undang (UU) yang mengatur kegiatan CSR di Indonesia


mengakibatkan tidak sedikit pelanggaran-pelanggaran terjadi dan
mengakibatkan kerusakan lingkungan hidup yang ada. Hal terpenting yang
harus dilakukan adalah membangkitkan kesadaran perusahaan dan rasa
memiliki terhadap lingkungan dan komunitas sekitar. Hal ini menuntut perlunya
perhatian stakeholder, pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha dalam membuat
regulasi atau ketentuan yang disepakati bersama antara pihak-pihak yang
terlibat untuk mencapai keefektifan program CSR. Tidak dapat dipungkiri peran
UU sebagai bentuk legalitas untuk mengatur pelaksanaan CSR sangat
diperlukan
PERUSAHAAN YANG BERKONTRIBUSI DALAM PEMBANGUNAN FISIK MAUPUN SOSIAL MELALUI
PROGRAM CSR, BERIKUT DIANTARANYA :

PT FREEPORT PERTAMINA PT HM PT COCA COLA PT BANK


INDONESIA SAMPOERNA BOTTLING CENTRAL ASIA
INDONESIA
PERAN SISTEM PENGATURAN DALAM IMPLEMENTASI CSR

Untuk mendukung dan menjamin tercapainya tujuan pelaksanaan CSR dan mencapai
keseimbangan yang efektif antara lingkungan dan pembangunan diperlukan pengaturan
yang baik (good governance) yang melibatkan pemerintah sebagai salah satu pelaku
dalam sistem pengaturan. Good governance didefinisikan sebagai sebuah acuan untuk
proses dan struktur hubungan politik dan sosial ekonomi yang baik. Dalam
pelaksanaannya, good governance memiliki tiga bidang fokus yang saling terkait satu
sama lain yaitu bidang ekonomi, politik, dan administrasi. Untuk menyatukan ketiga
konsep tersebut diperlukan sistem pemerintahan bottom up, yaitu proses pengambilan
keputusan diambil pada tingkat serendah mungkin yang diikuti dengan pengambilan
tindakan yang efektif. Sistem pengaturan dapat dikatakan baik dan efektif jika terdapat
sinergi diantara pemerintah, sektor swasta, dan komunitas masyarakat dalam
pengelolaan sumber daya alam, sosial, lingkungan, dan ekonomi
KESIMPULAN
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai