Anda di halaman 1dari 14

RANGKUMAN WEBINAR

“ INDONESIAN TAX OUTLOOK ”

Dosen Pengampu : Doddy Mulyono, SE., S.IP,.MM

Disusun oleh :
Ryan Fatrindra Lipalas (214385211005)
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Kami
panjatkan puji syukur kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, serta
inayah-NyA kepada kami sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ilmiah tentang
Administrasi Infrastruktur Jaringan. Makalah ini sudah kami susun dengan maksimal dan
mendapat bantuan dari berbagai pihak sehingga bisa memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, Kami sadar sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karenanya kami dengan
lapang dada menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dan manfaatnya ini bisa memberikan
manfaat maupun inspirasi untuk pembaca.

Tangerang, 25 Mei 2022

( RYAN FATRINDRA )
DAFTAR ISI
Contents

BAB I.........................................................................................................................................

1.1 Latar Belakang..................................................................................................................

1.2 Tujuan Penulis..................................................................................................................

1.3 Manfaat Penulis................................................................................................................

BAB II........................................................................................................................................

2.1 Pengertian dalam Ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan..................................

2.2 Kewajiban dan Hak Wajib Pajak......................................................................................

2.3 Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)............................................................11

BAB III.....................................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................15

LAMPIRAN.............................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan akuntansi saat ini telah mengalami kemajuan yang cukup pesat, saat
ini akuntansi dituntut untuk lebih memberikan kontribusi yang positif terhadap para
pemakai dan penggunanya. Dengan demikian, investor dan kreditor dapat
mengandalkan laporan keuangan untuk pengambilan keputusan mereka. Aset
merupakan salah satu elemen dalam laporan keuangan tepatnya neraca. IASB
mendefinisi aset dalam kerangka konseptualnya sebagai berikut: Asset is a resource
controlled by the entity as a result of past events and from which future economic
benefits are expected to flow to the entity. Sumber daya manusia (Human resource)
merupakan aset penting yang harus dimiliki dan diperhatikan oleh manajemen. Human
Resource adalah elemen yang pasti ada dalam suatu organisasi. Perusahaan tidak dapat
memaksimalkan produktifitas dan laba tanpa adanya sumber daya manusia yang
kompeten dan berdedikasi terhadap tujuan perusahaan.Adanya gagasan baru di bidang
akuntansi yaitu Human Resource Accounting (HRA) yang dicetuskan oleh Likert
(1967) bahwa keputusan yang diambil oleh investor dan kreditor kadang-kadang keliru
sebab mengabaikan salah satu faktor yang penting yaitu sumber daya manusia. Untuk
meminimumkan bahaya ini, profesi akuntansi mengesahkan seperangkat standar dan
prosedur umum yang disebut prinsip-prinsip akuntansi yang diterima umum (generally
accepted accounting principle). Di Indonesia prinsip akuntansi ini disusun dalam
Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Standar akuntansi adalah pedoman pokok
penyusunan dalam penyajian laporan keuangan yang harus diacu oleh setiap
perusahaan dalam penyusunan laporan keuangannya. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia telah menertibkan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No.27 tentang akuntansi koperasi.Penerapan prosedur,
metode, dan teknik akuntansi yang mengatur penyusunan laporan keuangan koperasi
sebagai laporan pertanggungjawaban pengurus terhadap anggota koperasi. Indikator
penerapan PSAK No 27 adalah Penerapan konsep penyusunan laporan keuangan ,
penerapan konsep asset, penerapan konsep kewajiban, penrapan konsep ekuitas,
penerapan konsep pendapatan dan beban.
1.2 Tujuan Penulis

A. Mengetahui pengertian pajak dan sejenisnya


B. Mengetahui macam – macam pajak di indonesia
C. Untuk mengetahui seberapa besar tingkat pemahaman Wajib Pajak orang
pribadi

1.3 Manfaat Penulis

A. Manfaat akademik :

1. Bagi dunia pendidikan, penelitian ini diharapkan bagi pengembangan ilmu


Akuntansi khususnya Akuntansi Perpajakan, dapat memberikan bukti empiris
tentang pemahaman masyarakat terhadap aturan pelaksanaan kewajiban perpajakan.
2. Sebagai informasi bagi mahasiswa dalam mengadakan penelitian lebih lanjut
tentang pemahaman masyarakat terhadap aturan pelaksanaan kewajiban perpajakan.
3. Bagi Instansi yang terkait diharapkan bahwa penelitian ini dapat dijadikan sebagai
bahan masukan dan evaluasi untuk memberikan informasi tentang pemahaman
pegawai negerinya terhadap aturan pelaksaan kewajiban perpajakan
BAB II
KETENTUAN UMUM TATA CARA PERPAJAKAN

2.1 Pengertian dalam Ketentuan umum dan Tata Cara Perpajakan.


Sistem perpajakan yang lama ternyata sudah tidak sesuai lagi dengan tingkat
kehidupan sosial ekonomi masyarakat Indonesia, baik dari segi kegotong royongan
nasional maupun dari laju pembangunan nasional yang telah dicapai. Di samping itu,
sistem perpajakan yang lama tersebut belum dapat menggerakkan peran dari semua
lapisan subjek pajak yang besar peranannya dalam menghasilkan penerimaan dalam
negeri yang sangat diperlukan guna mewujudkan kelangsungan dan peningkatan
pembangunan nasional. Oleh karena itu, pemerintah menciptakan sistem perpajakan
baru yaitu dengan lahirnya Undang-Undang No. 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana yang telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang No. 16 Tahun 2009. Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan dilandasi falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, yang di
dalamnya tertuang ketentuan yang menjunjung tinggi hak warga Negara dan
menempatkan kewajiban perpajakan sebagai kewajiban kenegaraan. Sistem,
mekanisme, dan tata cara pelaksanaan hak dan kewajiban perpajakan yang sederhana
menjadi ciri dan corak dalam perubahan Undang-Undang ini dengan tetap menganut
sistem self assessment. Perubahan tersebut khususnya berkaitan dengan peningkatan
keseimbangan hak dan kewajiban bagi masyarakat wajib pajak sehingga masyarakat
wajib pajak dapat melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya dengan lebih baik.
Dengan berpegang teguh pada prinsip kepastian hukum, keadilan, dan kesederhanaan,
arah dan tujuan perubahan UndangUndang tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan ini mengacu pada kebijakan pokok sebagai berikut:
1. Meningkatkan efisiensi pemungutan pajak dalam rangka mendukung penerimaan
negara.
2. Meningkatkan pelayanan, kepastian hukum dan keadilan bagi masyarakat guna
meningkatkan daya saing dalam bidang penanaman modal, dengan tetap mendukung
pengembangan usaha kecil dan menengah.
3. Menyelesaikan tuntutan perkembangan sosial ekonomi masyarakat serta
perkembangan di bidang teknologi informasi.
4. Meningkatkan keseimbangan antara hak dan kewajiban.
5. Menyederhanakan prosedur administrasi perpajakan.
6. Meningkatkan penerapan prinsip self assessment secara akuntabel dan konsisten.
7. Mendukung iklim usaha ke arah yang lebih kondusif dan kompetitif.

Dengan dilaksanakannya kebijakan pokok tersebut diharapkan dapat meningkatkan


penerimaan negara dalam jangka menengah dan panjang seiring dengan meningkatnya
kepatuhan sukarela dan membaiknya iklim usaha.

2.2 Kewajiban dan Hak Wajib Pajak


1. Kewajiban Wajib Pajak
Ada kewajiban yang harus dipatuhi oleh wajib pajak, di antaranya:
 Kewajiban Mendaftarkan Diri
Wajib pajak harus mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok
Wajib Pajak (NPWP) di kantor pajak pratama (KPP) atau kantor
pelayanan, penyuluhan dan konsultasi perpajakan (KP2KP). Saat ini,
pendaftarakan NPWP juga dapat dilakukan melalui online. Anda dapat
membaca tata cara pendaftaran NPWP online di artikel “Daftar NPWP
Online, Ini 3 Syarat & Langkah Mudahnya“.
Wajib pajak yang merupakan pengusaha, wajib dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak (PKP) oleh KPP atau KP2KP setelah memenuhi
persyaratan tertentu, di antaranya pengusaha orang pribad atau badan
melakukan penyerahan barang kena pajak atau jasa kena pajak dengan
jumlah omzet melebihi Rp4.800.000.000 dalam setahun. Jika tidak
memenuhi syarat tersebut, tetap dapat melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai PKP.
Setelah dikukuhkan sebagai PKP, maka wajib untuk memungut pajak
pertambahan nilai (PPN) dari setiap pembeli/pengguna jasanya dengan
menerbitkan faktur pajak. PPN tersebut kemudian dilaporkan dalam
SPT Masa. Jika ada yang harus disetorkan, wajib pajak perlu
menyetorkan PPN itu ke KPP tempat mendaftar, atau bisa secara online
melalui aplikasi OnlinePajak.
 Kewajiban Pembayaran, Pemotongan/Pemungutan, dan Pelaporan Pajak
Sesuai dengan sistem self assessment, wajib pajak harus melakukan
penghitungan, pembayaran dan pelaporan pajak terutangnnya sendiri.
Dalam melaksanakan kewajiban ini, dapat melakukannya secara mudah
dan cepat melalui aplikasi OnlinePajak.
Aplikasi OnlinePajak memudahkan Anda untuk hitung, setor, lapor
pajak. Semua pelaksanaan kewajiban pajak ini cukup dilakukan dalam
satu aplikasi, hanya dengan satu klik.

 Kewajiban dalam Hal Diperiksa.


Ditjen Pajak dapat melakukan pemeriksaan pada wajib pajak untuk
menguji kepatuhannya dalam memenuhi kewajiban perpajakan.
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menjalankan fungsi pengawasan
terhadap wajib pajak yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan
wajib pajak.

Kewajiban yang diperiksa di antaranya:


1) Memenuhi panggilan untuk menghadiri Pemeriksaan sesuai
waktu yang ditentukan, khususnya jenis Pemeriksaan Kantor.
2) Menunjukkan atau meminjamkan seluruh data yang menjadi
dasar serta berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas wajib pajak, atau objek yang
terutang pajak. Untuk jenis Pemeriksaan Lapangan, wajib pajak
harus memberikan akses untuk melihat dan menyimpan data.
3) Memberikan izin untuk memasuki tempat atau ruang yang
dianggap perlu serta memberi bantuan untuk memperlancar
proses pemeriksaan.
4) Menyampaikan tanggapan secara tertulis atau surat
pemberitahuan hasil pemeriksaan.
5) Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh
Akuntan Publik, khususnya untuk jenis Pemeriksaan Kantor.
6) Memberikan keterangan lain baik lisan maupun tulisan yang
diperlukan.
 Kewajiban Memberi Data
Data di sini adalah data dan informasi orang pribadi atau badan yang
dapat menggambarkan kegiatan atau usaha, peredaran usaha,
penghasilan dan/atau kekayaan yang bersangkutan, termasuk informasi
mengenai nasabah debitur, data transaksi keuangan dan lalu lintas
devisa, kartu kredit, serta laporan keuangan dan/atau laporan kegiatan
usaha yang disampaikan kepada instansi lain di luar Ditjen Pajak.
Kewajiban ini tidak hanya dipatuhi oleh wajib pajak, tetapi juga oleh
setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain. Jika
sengaja tidak memenuhi kewajiban ini, wajib pajak akan terkena pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak
Rp1.000.000.000.

2. Hak Wajib Pajak


Hak wajib pajak disebutkan secara jelas dalam undang-undang, dan akan
dibahas secara singkat dan tuntas pada poin ini.
 Hak atas Kelebihan Pembayaran Pajak.
Ketika besaran pajak terutang yang dibayar atau dipotong atau dipungut
ternyata lebih kecil daripada jumlah kredit pajak, wajib pajak berhak
menerima kembali kelebihan tersebut. Dengan kalimat sederhana, Anda
berhak menerima kembali kelebihan bayar ketika membayar pajak lebih
banyak daripada jumlah yang sebenarnya.
Anda dapat melakukan permohonan pengembalian kelebihan bayar
pajak dengan mengirimkan surat permohonan pada Kepala KPP (Kantor
Pajak Pratama) atau melalui SPT (Surat Pemberitahuan). Setelah
menerima surat permohonan, Ditjen Pajak akan mengembalikan
kelebihan bayar pajak dalam waktu 12 (dua belas) bulan terhitung sejak
surat permohonan diterima secara lengkap.
Jika wajib pajak termasuk dalam kriteria wajib pajak patuh,
pengembalian ini dapat dilakukan paling lambat 3 bulan untuk PPh dan
1 bulan untuk PPN sejak permohonan diterima.
 Hak dalam Hal Wajib Pajak Dilakukan Pemeriksaan.
Dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh Ditjen Pajak pada wajib pajak,
wajib pajak berhak untuk:
1) Meminta Surat Perintah Pemeriksaan.
2) Melihat Tanda Pengenal Pemeriksa .
3) Mendapat penjelasan mengenai maksud dan tujuan pemeriksaan.
4) Meminta rincian perbedaan antara hasil pemeriksaan dan SPT.
5) Hadir dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu
yang ditentukan.
Berdasarkan ruang lingkupnya, jenis pemeriksaan terbagi menjadi
dua jenis, yaitu pemeriksaan kantor dan pemeriksaan lapangan.
Pemeriksaan kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
bulan dan paling lama 6 (enam) bulan, terhitung dari tanggal wajib
pajak memenuhi surat panggilan untuk melakukan pemeriksaan kantor
sampai dengan tanggal laporan hasil pemeriksaan.
Sedangkan pemeriksaan lapangan dilakukan dalam jangka waktu
paling lama 4 (empat) bulan dan dapat diperpanjang menjadi 8
(delapan) bulan, terhitung sejak tanggal surat perintah pemeriksaan
sampai dengan tanggal laporan hasil pemeriksaan.

 Hak untuk Mengajukan Keberatan, Banding dan Peninjauan Kembali.


Setelah dilakukan pemeriksaan, umumnya akan terbit suatu surat
ketetapan pajak yang menunjukkan kalau wajib pajak kurang bayar,
lebih bayar, atau nihil perpajakannya. Jika wajib pajak tidak sependapat
dengan surat tersebut, dapat mengajukan keberatan. Lalu bila belum
puas dengan keputusan keberatan, selanjutnya wajib pajak dapat
mengajukan banding. Langkah terakhir dalam sengketa pajak, wajib
pajak dapat mengajukan peninjauan kembali ke Mahkamah Agung.
2.3 Pengertian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah nomor yang diberikan kepada Wajib
Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda
pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakan (Pasal 1 ayat 6 UU KUP).

 Dasar Hukum Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)


1. UU No 16 Tahun 2009 tentang Perubahan Keempat atas Undang-Undang No 6
Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
2. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No: KEP-150/PJ/1999 ; tentang Perubahan
KEP-27/PJ/1995 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan
Usaha serta Tata Cara Pendaftaran Wajib Pajak dan Pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak.
3. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No: KEP-515/PJ/2000 tanggal 4 Desember
2000 tentang Tempat Pendaftaran bagi Wajib Pajak Tertentu dan Tempat
Pelaporan Usaha bagi Pengusaha Kena Pajak.
4. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No: KEP-516/PJ/2000 tanggal 4 Desember
2000 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata
Cara Pendaftaran dan Penghapusan NPWP, serta Pengukuhan dan Pencabutan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
5. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No: KEP-161/PJ/2001 tanggal 21 Februari
2001 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata
Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, serta
Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
6. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No: KEP-525PJ/2000 tanggal 6 Desember
2000 tentang Tempat Lain sebagai Tempat Terutangnya Pajak bagi Pengusaha
Kena Pajak.
7. Keputusan Direktur Jenderal Pajak No: KEP-167/PJ/2003 tentang Perubahan
Ketiga atas Keputusan Direktur Jenderal Pajak No: KEP-515/PJ/2000 tentang
Tempat Pendaftaran bagi Wajib Pajak Tertentu dan Tempat Pelaporan Usaha
bagi Pengusaha Kena Pajak Tertentu.
 Kewajiban untuk memperoleh NPWP
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.03/2012 menyebutkan bahwa
yang diwajibkan mendaftar dan mendapatkan NPWP adalah:
a. Wanita kawin yang dikenakan pajak secara terpisah berdasarkan
perjanjian pemisahan harta yang didasarkan keputusan hakim
dikehendaki secara tertulis.
b. Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu yang mempunyai
tempat usaha tersebut di beberapa tempat.
c. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas, jika sampai dengan suatu bulan memperoleh
penghasilan yang jumlahnya telah melebihi PTKP setahun.
d. Wajib Pajak orang pribadi lainnya yang memerlukan NPWP dapat
mengajukan untuk memperoleh NPWP.
DJP dapat menerbitkan NPWP secara jabatan, apabila Wajib Pajak tidak
melaksanakan kewajiban mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP. Hal ini
sesuai dengan pasal 2 ayat (4) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (UU KUP).

 Format Nomor Pokok Wajib Pajak


Sebelum tahun 2001, format NPWP atas 11 digit. Akan tetapi, sejak tahun
2001 hingga saat ini, format tersebut diubah menjadi 15 digit. Sembilan digit
pertama dari format NPWP merupakan Kode Wajib Pajak dan enam digit
berikutnya merupakan Kode Administrasi Perpajakan.
 Fungsi NPWP
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 20017, fungsi NPWP adalah sebagai berikut:
a. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.
b. Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dari dalam pengawasan
administrasi perpajakan.
c. Keperluan terkait dokumen perpajakan,termasuk keperluan
pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Masa danTahunan.
d. Memenuhi kewajiban perpajakan.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat kami simpulkan pajak merupakan kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh otang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan timbal balik secara
langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Uang yang dihasilkan dari perpajakan digunakan oleh negara
dan institusi di dalamnya sepanjang sejarah untuk mengadakan berbagai macam
fungsi. Beberapa fungsi tersebut antara lain untuk pembiataan perang,
penegakan hukum, keamanan atas aset, infrastruktur ekonomi, pekerjaan publik ,
subsidi, dan operasional negara itu sendiri. Dana pajak juga digunakan untuk
membayar utang negara dan bunga atas utang tersebut. Pemerintah juga
menggunakan dana pajak untuk membiayai jaminan kesejahteraan dan pelayanan
publik. Pelayanan ini termasuk pendidikan, kesehatan, pensiun, bantuan bagi yang
belum mendapat pekerjaan, dan transportasi umum. Penyediaan listrik, air, dan
penanganan sampah juga menggunakan dana pajak dalam porsi tertentu. Pajak juga
memiliki humum yang mengaturnya. Hukum pajak merupakan hukum yang telah
disusun dalam undang-undang yang memiliki tujuan dan fungsi sebagaimana telah
dirancang dalam undang-undang itu sendiri.
LAMPIRAN

(kosong karena tidak mengikuti webinar)

Anda mungkin juga menyukai