Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH ETIKA DALAM PRAKTIK BIDANG PERPAJAKAN

Kasus Dugaan Penggelapan Pajak PT Indosat


Multimedia (IM3)

Mata Kuliah Etika Bisnis Dan Profesi

Dosen Pengampu :Arista Fauzi Kartika Sari S.Pd, M.SA.

KELOMPOK 11

Cindy Widyawati 21801082255


Khoirotul Kiptiyah 21801082070
Ayu Mei Lisa Putri 21801082082
Ziaratussausan BelantikaPutri 21801082064

AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia,sertataufikdanhidayah-Nyakamidapatmenyelesaikanmakalahtentang“Etika Dalam
Praktik Bidang Perpajakan” ini meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Penulisan Makalah ini tidak lepas dari dukungan, bantuan dan bimbingan dan berbagai
pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepada Ibu Arista Fauzi Kartika Sari S.Pd, M.SA. selaku dosen mata kuliah Etika Bisnis dan
Profesi yang telah memberikan bimbingan untuk menyelesaikan makalah ini, kedua orang tua
penulis, teman-teman S1 Akuntansi A4 Universitas Islam Malang, serta semua pihak yang telah
memberikan dukungan dan nasehat-nasehatnya dalam penyelesaian makalah ini.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai kasus dan solusi penyimpangan etika dalam bidang Akuntansi
Manajemen. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan
danjauhdarikatasempurna.Olehsebabitu,kamiberharapadunyakntikdansarandemiperbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yangmembangun.
Daftar Isi

KATAPENGANTAR .................................................................................................................................. 2
DaftarIsi ....................................................................................................................................................... 3
BABI ............................................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN ....................................................................................................................................... 4
LatarBelakang ......................................................................................................................................... 4
RumusanMasalah ................................................................................................................................... 4
TujuanPenulisan ..................................................................................................................................... 4
BABII ........................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN .......................................................................................................................................... 5
Kasus ........................................................................................................................................................ 6
Analisis Kasus.......................................................................................................................................... 9
BABIII........................................................................................................................................................ 13
PENUTUP.................................................................................................................................................. 13
Kesimpulan ............................................................................................................................................ 13
Saran ...................................................................................................................................................... 13
DaftarPustaka ....................................................................................................................................... 14
BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Etika adalah prinsip moral yang memberikan pegangan bagi tingkah laku seseorang.
Seseorang bertindak secara etis bila memperhatikan dampak dari tindakannya terhadap lingkungan
sosialnya.Etikamerupakan sebuah nilai luhur yang wajib dimiliki olehsetiap individu. Berbicara
perihal etika, apapun bentuknya pasti berkaitan dengan nilai. Etika memang tak kasat mata, namun
memiliki pengaruh yang luar biasadalam segala segi kehidupan.

Ketika etika itu dikaitkan dengan perpajakan, maka akanbanyak sekali pihak yang terlibat
di dalamnya. Bahkan bisa dikatakan semua pihak adadi dalamnya. Secara subyektif seluruh warga
negara adalah wajib pajak. Dengan demikian artinya etika perpajakan ini wajib dimiliki, dimengerti
dan diamalkan oleh setiap individu. Pendapatan terbesar negara ini didapatkan dari sektor pajak,
dan pajak inilah yang digunakan untuk pembangunan baik sektor infrastukrtur maupun
pembangunandibidang lainnya.

Belakangan ini topik perpajakan banyak disoroti oleh berbagai pihak dalam berbagai
perspektif.Bagaimana pembangunan dinegara ini akan maju jikapendapatan untuk pembangunan
disalahgunakan untuk kepentingan pribadi. Apalagi penyimpangan ini sudah dianggap menjadi
sebuah tradisi. Namun sangatlah tidak bijak ketika membicarakan etika perpajakan, hanya
menunjuk satu pihak saja, misalnya pemerintah yang bertindak sebagai fiskus.Tidak dapat
dipungkiri bahwa fiskus merupakan salah satu aktor utama dalamperpajakan. Namun ada dua aktor
utama lainnya, yaitu konsultan pajak dan wajib pajak itu sendiri.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka kode etik profesi perlu diterapkan dalam setiap jenis
profesi. Kode etik ini menetapkan prinsip dasar dan aturan etika profesi yang harus diterapkan oleh
setiap individu.

Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut :
1. Bagaimana kasus yang terjadi dalam perusahaan PT Indosat Multimedia (IM3)?
2. Bagaimana analisis dari kasus perusahaan PT Indosat Multimedia (IM3)?

Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. Mengetahui bagaimana kasus yang terjadi dalam perusahaan PT Indosat Multimedia (IM3)
2. Mengetahui bagaimana analisis dari kasus perusahaan PT Indosat Multimedia (IM3)
BAB II

PEMBAHASAN

Etika dalam Praktik Bidang Perpajakan.

AICPA STATEMENTS ON RESPONSIBILITIES IN TAX SERVICES


Dalam kaitannya dengan etika akuntan pajak, AICPA mengeluarkan Statemet on Responsibilities in
Tax Practice (SRTP). Adapun isinya adalah sebagai berikut:
1. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 1, Tax Return Positions (Posisi Pengembalian Pajak)
Statemen ini menetapkan standar masa depan yang bisa diterapkan untuk anggota ketika
merekomendasikan tingkat pengembalian pajak dan menyiapkan atau menandatangani surat pembayaran
pajak (termasuk klaim untuk lebih bayar) yang disimpan dengan mengenakan pajak otoritas. Karena tujuan
standar ini, suatu nilai pajak terutang, (a) mencerminkan tingkat pengembalian pajak seperti yang mana
wajib pajak telah secara rinci membicarakannya dengan anggota atau (b) suatu anggota mempunyai
pengetahuan semua fakta yang bersifat material dan, atas dasar fakta itu, telah menyimpulkan apakah
posisinya sudah sesuai. Karena tujuan standar ini, suatu wajib pajak adalah klien, pemberi kerja, atau pihak
ketiga lain penerima jasa pajak.
2. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 2, Answers to Questions on Returns (Jawaban
Pertanyaan atas Pengembalian)
Statemen Ini menetapkan standar yang bisa diterapkan untuk anggota ketika menandatangani suatu
pajak kembalian jika atau mempertanyakan kelebihan pajak kembalian. Istilah questionsincludes meminta
informasi untuk pajak kembalian di dalam perusahaan. Instruksi, atau di dalam peraturan, ya atau tidaknya
dinyatakan format suatu pertanyaan.
3. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 3, Certain Procedural Aspects of Preparing
Returns (Aspek prosedur tertentu dalam menyiapkan Pengembalian)
Dalam menyiapkan atau menandatangani suatu pajak kembalian, suatu anggota dengan hati jujur
boleh mempercayakan, tanpa verifikasi, atas informasi yang diberikan oleh wajib pajak atau dengan pihak
ketiga. Bagaimanapun, suatu anggota mestinya tidak mengabaikan tentang implikasi yang melengkapi
informasi tersebut dan perlu membuat pemeriksaan yang layak jika informasi nampak seperti ada kesalahan,
tidak sempurna, atau plin-plan baik di bagian depannya atau atas dasar lain fakta tidak diketahui oleh suatu
anggota. Jika hukum perpajakan atau peraturan memaksakan suatu kondisi dengan rasa hormat, seperti
pemeliharaan buku dan arsip atau memperkuat dokumentasi wajib pajak untuk mendukung pengurangan
yang dilaporkan ke kantor pajak, suatu anggota perlu membuat pemeriksaan yang sesuai untuk menentukan
kondisi yang dijumpai untuk memberi kepuasan kepada wajib pajak. Ketika menyiapkan suatu kembalian
pajak, suatu anggota perlu mempertimbangkan informasi yang benar dari pajak kembalian wajib pajak lain
jika informasi berkait dengan pajak kembalian dan pertimbangannya pajak kembalian itu. Di dalam
menggunakan informasi seperti itu, suatu anggota perlu mempertimbangkan batasan-batasan yang
dikenakan oleh hukum atau aturan manapun yang berkenaan dengan kerahasiaan.
4. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 4, Use of Estimates (Penggunaan Estimasi)
Kecuali jika yang dilarang oleh undang-undang atau menurut peraturan, suatu anggota boleh
menggunakan taxpayer’s untuk menaksir persiapan suatu pajak kembalian jika itu bukanlah praktis untuk
memperoleh data tepat dan jika anggota menentukan bahwa perkiraan yang layak adalah didasarkan pada
keadaan dan fakta saat itu yang diperlihatkan kepada anggota. Jika perkiraan dengan taxpayer’s digunakan,
mereka harus diperlihatkan dengan suatu cara yang tidak menyiratkan ketelitian lebih besar disbanding yang
ada.
5. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 5, Departure From a Position Previously Concluded in
an Administrative Proceeding or Court Decision (Keberangkatan dari suatu posisi yang sebelumnya
disampaikan di dalam suatu kelanjutan administrative atau keputusan pengadilan)
Pajak Kembalian berkenaan dengan memposisikan suatu item ketika ditentukan di dalam suatu
kelanjutan administratif atau keputusan pengadilan/lingkungan tidak membatasi suatu anggota
merekomendasikan dari suatu pajak yang berbeda, kemudian memposisikannya kembali, kecuali jika wajib
pajak dalam pemeriksaan. Oleh karena itu, ketika disiapkan dalam bentuk Statement onResponsibilities in
Tax Services No.1, pajak kembalian diposisikan, anggota boleh merekomendasikan sebuah pajak kembalian
untuk memposisikan atau menyiapkan suatu pajak kembalian yang memerlukan pemeriksaan dari suatu item
ketika disimpulkan untuk suatu kelanjutan administratif atau meramahi keputusan berkenaan dengan suatu
kembali wajib pajak.
6. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 6, Knowledge of Error: Return
Preparation(Pengetahuan Kesalahan: Persiapan Kembalian)
Suatu anggota perlu menginformasikan kepada wajib pajak dengan segera atas suatu kesalahan di
dalam suatu pajak kembalian yang disimpan atau ketika sadar akan kegaalan suatu taxpayer’s untuk
memfile suatu kembalian yang diperlukan. Seorang anggota perlu merekomendasikan ukuran yang diambil
untuk melakukan koreksi, seperti rekomendasi yang diberi dengan lisan. Anggota tidaklah diwajibkan untuk
menginformasikannya untuk mengenakan pajak otoritas, dan suatu anggota tidak boleh melakukannya tanpa
ijintaxpayer’s, kecuali ketika yang diperlukan di depan hukum. Jika suatu anggota diminta untuk kembalian
untuk tahun sekarang dan wajib pajak belum mengambil tindakan yang sesuai untuk mengoreksi suatu
kesalahan utama di dalam suatu tahun kembalian, anggota perlu mempertimbangkan apakah untuk menarik
dari menyiapkan kembalian itu dan apakah suatu professional melanjutkan hubungan atau hubungan
ketenaga-kerjaan dengan wajib pajak itu. Jika anggota menyiapkan, seperti itu kembalian tahun ini, anggota
perlu mengambil langkah-langkah layak untuk memastikan bahwa kesalahan itu tidaklah diulangi.
7. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 7, Knowledge of Error: Administrative
Proceedings (Pengetahuan Kesalahan: Cara kerja administrasi)
Jika suatu anggota sedang mewakili suatu wajib pajak di dalam administratifnya untuk suatu
kembalian yang berisi suatu kesalahan, maka anggota perlu menginformasikannya kepada wajib pajak itu.
Anggota perlu merekomendasikan ukuran yang akan diambil untuk mengoreksinya, yang mungkin diberi
dengan lisan. Suatu anggota bukan diwajibkan untuk menginformasikan hal itu mengenakan pajak otoritas
maupun mengijinkan untuk melakukannya tanpa ijin tax payer’s, kecuali jika yang diperlukan di depan
hukum. Suatu anggota perlu meminta persetujuan tax payer’s untuk menyingkapkan kesalahan kepada pajak
authority.
8. Statement on Responsibilities in Tax Services No. 8, Form and Content of Advice to Taxpayers(Format
dan isi nasihat pada klien)
Suatu anggota perlu menggunakan pertimbangan untuk memastikan bahwa petunjuk pajak yang
disajikan ke suatu wajib pajak mencerminkan kemampuan/ wewenang profesional dan sewajarnya melayani
kebutuhan taxpayer’s. Suatu anggota tidaklah diperlukan untuk mengikuti suatu bentuk standar atau
petunjuk dalam berkomunikasi lisan atau tertulisdalam memberi petunjuk kepada suatu wajib pajak. Suatu
anggota perlu berasumsi bahwa petunjuk pajak yang disajikan ke suatu wajib pajak akan mempengaruhi
cara di mana berbagai hal atau transaksi yang akan dipertimbangkan. Oleh karena itu, untuk semua
petunjuk pajak diberikan kepada suatu wajib pajak, suatu anggota perlu mengikuti aturan yang baku dalam
Statement on Responsibilities in Tax Services No. 1. Suatu anggota tidak punya kewajiban untuk
berkomunikasi dengan suatu wajib pajak ketika pengembangan yang berikutnya mempengaruhi petunjuk
yang sebelumnya menyajikan berbagai hal penting, kecuali sedang membantu seorang wajib pajak di dalam
menerapkan prosedur atau rencana yang berhubungan dengan petunjuk menyajikan atau ketika suatu
anggota melakukan kewajiban ini dengan persetujuan spesifik.
KASUS DUGAAN PENGGELAPAN PAJAK OLEH PT INDOSAT MULTIMEDIA (IM3)

Permasalahan diambil dari contoh kasus yang ditemukan di salah satu perusahaan telekomunikasi
di Indonesia. Di dalam kasus ini disebutkan tentang dugaan penggelapan pajak oleh PT Indosat
Multimedia (IM3). Di tahun 2001 dan 2002, IM3 berhasil mengambil uang negara sebanyak Rp
174miliar, dengan modus memanipulasi surat pemberitahuan Masa Ppn (SPT Masa Ppn) ke kantor
pajak.
Kasus ini pernah beredar pada tahun 2003 oleh Wakil Ketua Komisi 5, M Rasyid Hidayat
yang membongkarnya pada waktu itu. Namun, ketika masalah ini diusut ke Jupri Bandang ,
Direktur Penyuluhan Direktorat Jenderal Pajak itu mengaku bahwa tidak pernah mengetahiu
adanya penggelapan pajak tersebut. Dan kasus IM3 ini sempat masuk ke Kejaksaan Agung,
tepatnya ditangani oleh Direktur Keuangan dan Perbankan Jaksa Agung Muda Intelijen. Setelah
itu kasus IM3 ini tidak didengar kelanjutannya.
Menurut data yang diperoleh, praktik pengerukan kas negara secara tidak sah sudah
dilakukan 2 kali, yaitu untuk tahun buku 2001 dan 2002. Untuk SPT Masa Ppn 2001 yang
dilaporkan ke kantor pajak pada Februari 2002 dilaporkan bahwa total pajak keluaran tahun 2001
sebesar Rp846,43 juta. Sedangkan total pajak masukan sebesar Rp66,62 miliar, sehingga selisih
pajak keluaran dan masukan sebesar Rp65,77 miliar. Maka, pihak IM3 mengajukan permohonan
restitusi sebesar Rp65,77 miliar.
Menurut Rasyid, memang selintas tidak terjadi kejanggalan. Namun, jika lampiran pajak
masukan diteliti, IM3 menyebut adanya pajak masukan ke PT Indosat sebesar Rp65,07 miliar. Dan
setelah dicek ulang, dalam SPT Masa Ppn PT Indosat, ternyata tidak ditemukan angka pajak
masukan yang diklaim IM3.
Angka pajak masukan IM3 pada laporan pajak keluaran PT Indosat tidak sama. Dalam SPT
PT Indosat hanya tertera pajak pengeluaran senilai Rp 19,41 miliar yang sebagian transaksi berasal
dari PT Telkom.
Lagi-lagi IM3 melakukan hal yang sama. Pada SPT Masa Ppn 2002, IM3 melaporkan
kelebihan pajak masukan sebesar Rp109 miliar. Nilai itu berasal dari selisih pajak masukan senilai
Rp112 miliar dengan nilai pajak keluaran sebesar Rp2,9 miliar. Berarti uang negara yang diambil
sebesar Rp174 miliar dan itu menyangkut unsur pidana.
Pada kasus di tahun 2001 tercatat dua nama direksi yang terlibat, yaitu Hasnul Suhaimi dan
Komalaningsih (Direktur Keuangan). Sedangkan pada tahun 2002, tercatat empat nama, yaitu
Yudi Rulanto S, Hulman Sidjabat (Direktur Keuangan), Fadzri Sentosa (Direktur Niaga), dan
Andang Hendar (Manajer Accounting IM3).
Ada 750 Penanam Modal Asing (PMA) terindikasi tidak membayar pajak dengan cara
melaporkan rugi selama lima tahun terakhir secara berturut-turut. Dalam kasus ini terungkap bahwa
pihak manajeman bekerjasama dengan para pejabat tinggi negara dan otoritas terkait dalam
melakukan penipuan akuntansi.
Manajemen juga bekerjasama dengan auditor dari kantor akuntan publik dalam melakukan
manipulasi laba yang menguntungkan dirinya dan korporasi, sehinnga merugikan banyak pihak dan
pemerintah. Kemungkinan telah terjadi penyuapan pada kasus tersebut.
ANALISIS KASUS

Menurut data yang dilaporkan melalui media cetak dan media elektronik tersebut, diketahui
bahwa perusahaan tersebut telah melanggar etika, baik berhubungan dengan kode etik akuntan
maupun dengan etika-etika lainnya. Permasalahan contoh kasus ini bisa dihubungkan dengan latar
belakang yang telah dibahas di atas.
Kasus di atas membahas tentang penggelapan pajak yang dilakukan oleh PT Indosat
Multimedia (IM3). IM3 adalah sebuah perusahaan yang berdiri pada tahun 23 Juli 2001.IM3
diduga melakukan penggelapan pajak pada tahun 2003.Dan ini merupakan masa-masa IM3 yang
masih memerlukan perluasan untuk memajukan usahanya karena IM3 masih baru berdiri 2 tahun.
Dari permasalahan di atas, muncul berbagai pertanyaan, yaitu mengapa mereka melakukan hal
tersebut?Pertanyaan ini cukup menarik untuk dibahas. Dan sesuai dengan kasus penggelapan pajak
yang terjadi di PT Indosat Multimedia.
Di dalam sebuah perusahaan yang bekerja membuat laporan keuangan adalah seorang
akuntan. Seorang akuntan betugas mencatat pemasukan kas dan pengeluaran kas, oleh karena itu
akuntan pasti mengetahui semua biaya-biaya yang diperlukan perusahaan.Seorang akuntan, pada
tahun pertama menghadapi masalah dalam pekerjaanya.Masalah yang terkait adalah dilema antara
ideal dan realita.Ideal yang dimaksudkan adalah akuntan tidak puas hanya menjadi seorang yang
hanya mencatat laporan keuangan saja, tetapi akuntan ingin terus meningkatkan profesinya, dari
seorang yang hanya mencatat laporan hingga menjadi auditor atau jabatan lainya yang lebih
tinggi.Dan yang dimaksudkan dengan realita adalah akuntan di dunia industri disamakan dengan
pembantu, karena mereka bekerja jika mendapat perintah dari direktur perusahaan. Dilema ini jika
dihubungkan dengan etika profesi akuntan akan tertuju pada right answer (berdasarkan dari bukti
transaksi), conflict of interest (antar keputusan manajemen dan stakeholder harus seimbang), dan
morality ( mengandalkan profesionalitas atau keuntungan saja).
Pada tahun kedua, seorang akuntan menghadapi tantangan, yaitu kinerja dan posisi. Kinerja
dan posisi mempunyai standar kerja dan biaya administrasi terpakai Standar kerja meliputi jam
kerja, kualitas, permintaan pekerjaan. Jam kerja dan kualitas pekerjaan merupakan hal yang sangat
ditekan, karena sebagai seorang akuntan harus bekerja dengan baik dan tepat waktu. Jika akuntan
tidak tepat waktu maka laporan keuangannya dianggap kadaluarsa.

Penyimpangan Etika Bisnis dan Profesi


Akuntan selalu menghadapi benefit dan cost yang sering kali membawa akuntan
berperilaku tidak etis (nuethical) dalam bekerja. Dugaan kasus IM3 terbongkar melalui SPT Masa
Ppn yang dibuat oleh akuntan, dengan modus memanipulasi laporan tersebut.Padahal sesuai
dengan etika profesi akuntan, hal ini merupakan sikap yang tidak etis, karena sebagai seorang
akuntan harus melaporkan laporan keuangan harus sesuai dengan fakta/transaksi yang terjadi.
Ada tiga hal yang menyebabkan akuntan berperilaku tidak etis, yaitu pertama
karena pressure terjadi karena adanya imbalan (fee) jika memanipulasi laporan keuangan. Kedua
karena adanya kesempatan untuk berbuat tidak etis.Akuntan adalah orang yang paling pintar
memanfaatkan kesempatan.Jika mendapat kesempatan yang baik, maka kesempatan tersebut harus
dilakukan. Ketiga karena rasionalisasi, yaitu akuntan menganggap segala sesuatu itu benar jika
sudah umum dilakukan, contohnya penggelapan pajak.
Kemudian adanya moral Hazard, yaitu sikap moral yang salah tersebut adalah tidak
independen dan subjektif, yaitu disesuaikan dengan keinginannya dan karena adanya contigent fee.
Ada juga akuntan yang tidak menerapkan kode etik profesi akuntan yang ditetapkan oleh IAPI,
perilaku demikian disebut perilaku tidak etis.
Pihak-pihak yang terkait dalam penggelapan pajak ini tidak hanya akuntan, tetapi juga orang-orang
penting dalam perusahaan, seperti direktur keuangan dan manajer.Selain pihak intern perusahaan,
banyak juga pihak ekstern perusahaan yang berperilaku tidak etis.Seperti Penanam Modal Asing
pun berprilaku tidak etis karena melaporkan laporan palsu, para pejabat tinggi negara.
Penyimpangan-penyimpangan etika dari tiap-tiap profesi tersebut didasari oleh alasan yang hampir
sama dengan moral akuntan, salah satunya adalah contigent fee.
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dalam pembahasan contoh kasus di atas, perilaku etis dapat mempengaruhi operasi
perusahaan. Jika dalam suatu perusahaan diciptakan perilaku yang tidak etis sejak awal, maka
dalam tahun-tahun yang berikutnya perusahaan akan mengalami gangguan dalam operasi
perusahaan karena perusahaan tersebut sudah tidak sehat.

Kesimpulan yang dapat diambil dari permasalahan yang telah dibahas diatas, yaitu:

1. Para pelaku bisnis harus bersabar untuk mendapatkan keuntungan yang besar. Kerana dapat
dilihat bahwa umur berdirinya perusahaan masih pendek. Para pelaku bisnis harus bisa
melihat prospect jangka panjang.
2. Perilaku tidak etis ini, tentang keuangan yaitu penggelapan pajak. Dan akan mempengaruhi
kepercayaan investor untuk membeli saham perusahaan.
3. Pihak pemerintah sebaiknya membentuk tim auditor untuk memeriksa secara detail laporan
keuangan milik PMA agar tidak terjadi kasus tidak membayar pajak. Dan untuk auditor dari
kantor akuntan publik supaya diberi sanksi sesuai dengan UU kode etik profesi akuntan.
4. Sebaiknya, sistem hukum di Indonesia diperketat seperti di AS atau China. Hukum di
Indonesia sangat tidak etis, karena masih banyak jaksa agung yang menerima fee dari para
pelaku penggelapan pajak agar menutup kasus mereka.
5. Kesuksesan membutuhkan kejujuran, keuletan, kedisiplinan, dan tanggungjawab yang
tertanam pada masing-masing individu di dalam sebuah kesatuan organisasi.

Saran

Dalam kasus skandal penggelapan pajak oleh PT Indosat Multimedia (IM3) ini
menunjukkan perilakubisnis yang kurang baik. Dalam menciptakan etika bisnis yang baik dikasus
ini ada hal-hal yang perlu diperhatikan yaitu:

1. Pengendaliandiri
2. Pengembangan tanggung jawabsosial
3. Menerapkan konsep pembangunanberkelanjutan
4. Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakatibersama
5. Menumbuhkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang disepakati
6. Perluadanyasebagianetikabisnisyangdituangkandalamsuatuhukumpositifyangberupa
peraturanperundang-undangan.
Daftar Pustaka

http://www.koran-radar.com/News.php/read/TYU/index/default

http://www.tempo.co.id/hg/ekbis/2003/11/04/brk,20031104-12,id.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Kode_Etik_Profesi_Akuntan_Publik

http://insidewinme.blogspot.com/2007/12/kasus-etika-bisnis-perusahaan.html

Anda mungkin juga menyukai