Anda di halaman 1dari 7

ETIKA BISNIS DAN PROFESI AKUNTAN

KASUS PENYUAPAN PAJAK KPMG-SIDDHARTA SIDDHARTA & HARSONO

OLEH :

DHEVI FITRI CASYA B1C1 20 015

ETI ASTINA B1C1 20 021

HEYAMNI SYAMBUN B1C1 20 027

LIDYA NATASYA RASYID B1C1 20 033

MARTINA B1C1 20 036

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
FENOMENA PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI AKUNTAN

KPMG – SIDDHARTA SIDDHARTA & HARSONO

A. PENDAHULUAN

Etika adalah aturan atau norma yang mengatur tentang tingkah laku manusia. Etika
berfungsi mengatur sikap seseorang kepada orang lain, sehingga tercipta keadaan lingkungan
yang harmonis. Individu yang beretika secara tidak langsung sedang menunjukkan
intelektualitasnya.

Tidak hanya itu, dalam menjalankan sebuah profesi juga diperlukan adanya etika agar
terjalin hubungan yang harmonis, salah satu nya adalah etika profesi akuntansi. Akuntansi
menjadi salah satu profesi yang menerapkan etika sebagai penilaian. Etika Profesi Akuntansi
adalah suatu ilmu tentang perilaku atau tindakan baik dan buruk yang berpacu dalam pikiran
manusia yang dapat dipahami bahwa ia membutuhkan pelatihan, penguasaan dan pengetahuan
khusus sebagai akuntan.

Di Indonesia, kode etik seorang akuntan itu sendiri dirancang oleh Ikatan Akuntansi
Indonesia (IAI). Ikatan Akuntan Indonesia yang sering disebut IAI adalah organisasi profesi
yang menaungi seluruh Akuntan Indonesia. Sebutan IAI dalam Bahasa Inggris adalah Institute
of Indonesia Chartered Accountants. IAI menjadi satu-satunya wadah yang mewakili profesi
akuntan Indonesia secara keseluruhan, IAI juga bertanggung jawab menyelenggarakan ujian
sertifikasi akuntan profesional (ujian Chartered Accountant-CA Indonesia) untuk menjaga
kompetensi melalui penyelenggaraan pendidikan profesional berkelanjutan (PPL), menyusun
dan menetapkan Kode Etik, Standar Profesi dan Standar Akuntansi, menerapkan penegakkan
disiplin anggota, serta mengembangkan profesi akuntan Indonesia.

Akuntan adalah salah satu profesi yang sangat penting di bidang ekonomi maka dari itu
penting untuk mengetahui prinsip etika profesi akuntan yaitu prinsip yang mengatur kaidah
serta norma dalam lingkup profesional. Prinsip tersebut meliputi :

1. Tanggung jawab
Seorang akuntan dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional terhadap semua kegiatan
yang dilaksanakannya. Seorang akuntan sekurang-kurangnya harus peka terhadap klien
dengan tanggung jawab penuh semua laporan tersaji sesuai kebutuhan.

2. Kepentingan Publik
Anggota akuntan profesional berkewajiban untuk bertindak dalam rangka pelayanan
kepada publik, menghormati kepercayaan publik serta menunjukkan sikap profesionalisme
karena salah satu bagian dari prinsip etika profesi dalam akuntansi adalah penerimaan
tanggung jawab kepada publik.
3. Integritas
Seorang akuntan dalam memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin. Integritas
seorang akuntan terlihat dari caranya memenuhi tanggung jawab terhadap klien. Salah satu
hal terpenting dari integritas adalah kejujuran tanpa membuka rahasia penerima jasa.
4. Objektivitas
Seluruh akuntan harus bertanggung jawab terhadap pekerjaannya. Untuk mencegah hal-hal
yang tak diinginkan, salah satunya akuntan harus bersikap objektif. Prinsip objektivitas ini
mengharuskan anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak
berprasangka serta bebas dari benturan kepentingan atau di bawah pengaruh pihak lain.
Bila akuntan bersikap berat sebelah, maka laporan yang disajikan terkesan subjektif.

Dalam penerapan kode etik sebuah profesi pasti terdapat sanksi yang akan di dapat jika
ada pelanggaran terhadap prinsip kode etik tersebut, sanksi yang akan di dapat jika seorang
akuntan melanggar kode etik profesinya maka akan dikenakan sanksi administratif berupa
peringatan tertulis, pembatasan pemberian jasa kepada suatu jenis entitas tertentu, pembatasan
pemberian jasa tertentu, pembekuan izin, pencabutan izin, atau denda. Dan juga akan
dikenakan sanksi pidana bagi akuntan yang melakukan manipulasi, membantu melakukan
manipulasi, memalsukan data, sengaja menghilangkan catatan atau kertas kerja, menjadi pihak
terasosiasi dalam kejahatan yang disebutkan sebelumnya, atau memberikan keterangan atau
dokumen palsu untuk memperpanjang izin akuntan publik. Terdapatnya sanksi itu disebabkan
oleh faktor yang mempengaruhi pelanggaran kode etik antara lain adanya kebutuhan individu,
tidak adanya pedoman, perilaku dan kebiasaan individu yang terakumulasi dan tidak dikoreksi,
lingkungan yang tidak etis, serta perilaku dari komunitas tersebut.
Hal ini patut untuk dibahas karena untuk menyadarkan betapa pentingnya penerapan
etika dalam menjalankan sebuah profesi, dengan menerapkan prinsip-prinsip etika dengan baik
pasti tidak akan ada pelanggaran yang menyebabkan terkena nya sanksi. Karena saat ini banyak
sekali kasus di dunia bisnis yang melibatkan profesi akuntan, sehingga membuat kepercayaan
masyarakat terhadap profesi akuntan menurun. Salah satu kasus pelanggaran kode etik tersebut
adalah kasus Penyuapan Pajak KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono. Dimana kasus tersebut
bisa saja tidak terjadi jika seorang akuntan mempunyai pengetahuan, pemahaman, dan
kemauan untuk menerapkan nilai-nilai moral dan etika secara memadai dalam pelaksanaan
pekerjaan profesionalnya.

B. PENJELASAN KASUS KPMG-SIDDHARTA SIDDHARTA & HARSONO

September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung


malu. Kantor akuntan publik ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar
US$ 75ribu. Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa profesional KPMG yang
harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc. yang
tercatat di bursa New York.

Berkat aksi sogok ini, kewajiban pajak Easman memang susut drastis. Dari semula
US$3,2 juta menjadi hanya US$ 270 ribu. Namun, Penasihat Anti Suap Baker rupanya was-
was dengan polah anak perusahaannya. Maka, ketimbang menanggung risiko lebih besar,
Baker melaporkan secara sukarela kasus ini dan memecat eksekutifnya.

Badan pengawas pasar modal AS, Securities & Exchange Commission, menjerat nya
dengan Foreign Corrupt Practices Act, undang-undang anti korupsi buat perusahaan Amerika
di luar negeri. Akibatnya, hampir saja Baker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik Texas.
Namun, karena Baker mohon ampun, kasus ini akhirnya diselesaikan di luar pengadilan.
KPMG pun terselamatkan.

Suap merupakan modus dari penggelapan pajak yang dilakukan oleh wajib pajak
dengan cara penyelewengan pajak dimana penghindaran diri dari pajak, hal ini bisa saja disebut
sebagai pelanggaran Undang-Undang yang dapat merugikan negara. Karena seperti yang kita
ketahui Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang nantinya secara tidak langsung
manfaatnya akan dinikmati oleh masyarakat.
Penggelapan Pajak itu sendiri merupakan upaya penyelundupan pajak, suatu skema
memperkecil pajak yang terutang dengan cara melanggar ketentuan perpajakan. Yang menjadi
rangkaian penggelapan pajak yang dapat masuk dalam kualifikasi tindak pidana korupsi adalah
dengan dilakukannya suatu tindak pidana penyuapan yang dilakukan oleh Wajib Pajak
terhadap aparat perpajakan. Hal ini berkaitan pada saat Wajib Pajak menginginkan agar pajak
yang dibayarkan kurang daripada yang seharusnya, yang dilaksanakan dalam bentuk
kerjasama antara wajib pajak dan aparat pajak untuk membuat palsu penerbitan faktur pajak,
atau bukti pemotongan pajak, ataupun bukti pemungutan pajak.

Penggelapan pajak ini ada korelasinya dengan apa yang dilakukan oleh KPMG-
Siddharta Siddharta & Harsono, dimana KPMG menyogok aparat pajak yang ada di Indonesia
untuk menerbitkan faktur pajak palsu. Hal tersebut dilakukan untuk mengurangi kewajiban
pajak kliennya PT. Easman Christensen, dimana hal tersebut merupakan salah satu upaya
penggelapan pajak karena uang yang seharusnya diterima negara sebesar US$3,2 juta jadi
hanya sebesar US$ 270 ribu, tindakan tersebut termasuk dalam tindak pidana korupsi. Dampak
korupsi di bidang perpajakan ini sangat jelas bagi perekonomian negara, yaitu berkurangnya
jumlah penerimaan negara dari sektor pajak. Seperti yang kita ketahui bahwa pajak digunakan
oleh pemerintah untuk membiayai aktivitas pemerintahan demi kesejahteraan masyarakat.
Sehingga hal tersebut dapat menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat, melambatnya
pertumbuhan ekonomi, terciptanya infrastruktur berkualitas rendah, serta meningkatkan
ketimpangan pendapatan dengan pengurangan anggaran transfer bagi masyarakat miskin.

C. KODE ETIK PROFESI YANG DILANGGAR

Berdasarkan kasus yang terjadi didalam KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono dapat
disimpulkan bahwa telah terjadi pelanggaran prinsip kode etik profesi akuntan diantaranya :

1. Tanggung jawab
Akuntan KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono terbukti menyogok aparat pajak di
Indonesia sebesar US$ 75 ribu, hal tersebut membuktikan bahwa akuntan tersebut kurang
bertanggung jawab terhadap semua tugas yang dilaksanakannya.
2. Kepentingan Publik
Akuntan KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono terbukti tidak bertindak secara profesional
dalam melaksanakan tugasnya, dimana tidak bekerja demi kepentingan publik karena
menyogok aparat pajak di Indonesia untuk menerbitkan faktur palsu yang dilakukan untuk
kepentingan kliennya. Padahal akibat dari yang dilakukannya merugikan publik karena
penerimaan negara akan menjadi lebih kecil dari yang seharusnya. Maka KPMG-Siddharta
Siddharta & Harsono harus siap kehilangan kepercayaan publik.
3. Integritas
Dalam kasus ini akuntan KPMG-Siddharta tidak menjaga integritasnya, karena telah
melakukan penyogokan terhadap aparat pajak di Indonesia. Tentu saja hal ini melanggar
kode etik integritas dimana akuntan tidak melaksanakan tugasnya dengan profesionalisme
yang tinggi.
4. Objektivitas
Dalam kasus ini akuntan KPMG memihak kepada kliennya dan melakukan kecurangan
dengan menyogok aparat pajak di Indonesia. Tentu saja laporan yang disajikan ini menjadi
terkesan subjektif karena akuntan bersikap berat sebelah.

D. SANKSI

Beruntungnya KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono tidak dikenakan sanksi terhadap


pelanggaran prinsip kode etik yang dilakukannya karena Baker melaporkan secara sukarela
kasus ini dan memecat eksekutifnya, sehingga kasus ini bisa di selesaikan di luar pengadilan.
KPMG pun dapat terselamatan padahal hampir saja Baker dan KPMG terseret ke pengadilan
distrik Texas. Dan salah satu faktor yang mendorong terjadinya pelanggaran kode etik tersebut
adalah adanya kebutuhan individu, karena berkat aksi sogok yang dilakukan KPMG kewajiban
pajak kliennya susut drastis dari yang seharusnya dibayarkan.

Dari kasus ini kita kita bisa tahu betapa pentingnya penerapan etika dalam menjalankan
sebuah profesi karena dengan menerapkan prinsip-prinsip etika dengan baik pasti tidak akan
ada pelanggaran yang menyebabkan terkena nya sanksi. Seharusnya seorang akuntan harus
menjunjung tinggi kode etika profesi, dan senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan
profesional dalam setiap tugas yang dilakukannya.
Referensi :

https://www.kompasiana.com/rani54795/62b9b748533a0d136e62ce02/fenomena-etika-
profesi-akuntansi-kasus-penyuapan-pajak-kpmg-siddharta-siddharta-
harsono?page=2&page_images=1 diakses pada 4 April 2023

Anda mungkin juga menyukai