"Perusahaan (KPMG-SSH-red) dan saya telah menyelesaikan perkara ini di Pengadilan di Houston. Untuk itu, baik
saya ataupun perusahaan tidak mengakui ataupun menyangkal tuduhan-tuduhan dari pemerintah Amerika," jelas
Harsono.
Menurut rilis SEC, penyelesaian dengan pola seperti yang dilakukan KPMG-SSH dan Harsono berdampak pada
bebasnya kedua tergugat itu dari sanksi pidana ataupun denda. Menurut Harsono, upaya hukum yang dilakukan
lawyer-nya di AS tersebut adalah sesuatu yang lazim dipraktekkan di AS.
Harsono mengatakan bahwa dirinya tidak menghadiri secara langsung proses "perdamaian" antara pengacaranya
dengan pengadilan di AS. Ia juga mengaku bahwa kabar tentang penyelesaian gugatan pemerintah AS terhadap
dirinya itu baru ia ketahui dari kantornya.
Akibat hukum dari perdamaian itu sendiri adalah bahwa para tergugat, baik KPMG-SSH dan Harsono, dilarang
untuk melakukan pelanggaran, memberikan bantuan dan advis yang berakibat pelanggaran terhadap pasal-pasal
anti penyuapan dalam FCPA. Sekaligus, keduanya juga dilarang untuk melanggar pasal-pasal tentang pembukuan
dan laporan internal perusahaan berdasarkan Securities Exchange Act tahun 1934.
Tanggapan dari Kejaksaan agung dan IAI
Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Khusus, Bachtiar Fachry Nasution, berjanji akan mempelajari kasus
dugaan suap ini: apakah kasus ini termasuk korupsi atau pidana perpajakan. Namun, dirinya
mengaku bahwa sampai saat ini, belum mengetahui adanya dugaan suap yang dilakukan oleh
KPMG-SSH ataupun Sonny Harsono.
Sementara itu, mengomentari kasus ini, Ketua Majelis Kehormatan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI),
Erry Riyana Hardjapamekas, mengatakan bahwa sebelum ada bukti yang kuat, KPMG-SSH harus
diasumsikan tidak melakukan suap tersebut.
Karena KPMG-SSH seharusnya mengerti dan menguasai nilai-nilai dan kode etik profesi. Tapi realitas
di Indonesia mungkin saja mengubah nilai-nilai itu," jelas Erry.
Erry mengatakan, kadang customer service diartikan secara salah oleh sebagian KAP, hingga
melupakan nilai-nilai profesi. Padahal, customer service berarti kualitas kerja, bukan membantu
klien untuk "mencuri". "Efisiensi pajak tidak apa, tapi tax avoidance (penghindaran pajak) itu bisa
ditarik ke korupsi," tegas Erry lagi.
Ketika ditanyakan apakah IAI akan meminta klarifikasi dari KPMG-SSH soal dugaan suap itu, Erry
menjelaskan bahwa selama tidak ada pengaduan dari klien, maka Majelis Kehormatan IAI tidak
dapat melakukan hal itu.
Majelis Kehormatan IAI, tambah Erry, tingkatnya banding seperti Mahkamah Agung. Karena itu,
pengaduan harus lewat proses peradilan tingkat pertama, yaitu Badan Pertimbangan Profesi
Akuntan Publik.
Terlepas dari benar tidaknya tuduhan suap atas KPMG-SSH dan Sonny Harsono, Erry berpendapat
bahwa praktek suap jelas bertentangan dengan kode etik profesi akuntan.
Seharusnya akuntan jika disuruh klien untuk menyogok pejabat wajib menolak, bahkan untuk
seluruh pekerjaannya. Memfasilitasi penyogokan saja tidak boleh, apalagi memberi advis, tandas
Erry. Jika benar dugaan sogokan ini, kasus skandal penyuapan pajak ini merupakan tamparan keras
bagi profesi akuntan. Karena seharusnya, akuntan harus menjunjung kode etika profesi.
Kesimpulan
• Dari hasil pembahasan diatas maka hasil yang dapat penulis
simpulkan adalah sebagai berikut:
• Jadi pihak KPMG telah menyogok aparat pajak sebesar UU$
75.000 Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa
profesional KPMG yang harus dibayar kliennya PT Easman
Christensen, anak perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di
bursa New York.
• Kasus yang dilakukan KPMG Shidarta Shidarta & Harsono
terhadap kliennya PT.Eastman Christensen telah melanggar
prinsip etika yang digariskan dalam kode etik akuntansi, yaitu
prinsip tanggung jawab profesi, kepentingan publik, integritas,
objektivitas, kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-
hatian profesional, dan prinsip perilaku profesional. Tindakan
menyarankan klien untuk menyuap petugas pajak merupakan
tindakan yang tidak etis bagi seorang akuntan, dimana seorang
akuntan seharusnya bertindak jujur dan mengikuti kaidah-kaidah
yang ada, termasuk mengatur kewajiban tentang pajak.
Solusi
• Harus ada upaya membenarkan kesalahan sebelumnya dan tidak
mengulanginya lagi karena konsistensi yang salah tidak boleh dipertahankan.
• Perbaikan sistem akuntansi dan konsistensi penerapan prinsip akuntansi yang
berlaku umumdiperusahaan.
• Lebih selektif dalam memilih auditor yang benar-benar kompeten dan prfesional
untuk bekerja dikantor tersebut untuk mengembalikan kepercayaan publik
terhadap KPMG-Shidarta Shidarta & Harsono.