Anda di halaman 1dari 6

PELANGGARAN KODE ETIK

KPMG-SIDDHARTA
SIDDARTA & HARSONO
KELOMPOK 2
KELOMPOK 2

DHEVI FITRI CASYA B1C1 20 015

ETI ASTINA B1C1 20 021

HEYAMNI SYAMBUN B1C1 20 027

LIDYA NATASYA RASYID B1C1 20 033

MARTINA B1C1 20 036


PELANGGARAN KODE ETIK OLEH KPMG-SIDDHARTA
SIDDHARTA & HARSONO

September tahun 2001, KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono harus menanggung

malu. Kantor akuntan publik ternama ini terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia

sebesar US$ 75ribu. Sebagai siasat, diterbitkan faktur palsu untuk biaya jasa

profesional KPMG yang harus dibayar kliennya PT Easman Christensen, anak

perusahaan Baker Hughes Inc. yang tercatat di bursa New York.


KODE ETIK YANG DILANGGAR

TANGGUNG JAWAB
Akuntan KPMG-Siddharta Siddharta & INTEGRITAS
Harsono terbukti menyogok aparat pajak di Dalam kasus ini akuntan KPMG-Siddharta
Indonesia sebesar US$ 75 ribu, hal tersebut tidak menjaga integritasnya, karena telah
membuktikan bahwa akuntan tersebut kurang melakukan penyogokan terhadap aparat
bertanggung jawab terhadap semua tugas pajak di Indonesia.
yang dilaksanakannya.

OBYEKTIFITAS
KEPENTINGAN PUBLIK Laporan yang disajikan ini menjadi
Akuntan KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono terkesan subjektif karena akuntan
tidak bekerja demi kepentingan publik bersikap berat sebelah.
SANKSI YANG DITERIMA

Beruntungnya KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono tidak dikenakan sanksi terhadap

pelanggaran prinsip kode etik yang dilakukannya karena Baker melaporkan secara sukarela kasus

ini dan memecat eksekutifnya, sehingga kasus ini bisa di selesaikan di luar pengadilan. KPMG

pun dapat terselamatan padahal hampir saja Baker dan KPMG terseret ke pengadilan distrik

Texas. Dan salah satu faktor yang mendorong terjadinya pelanggaran kode etik tersebut adalah

adanya kebutuhan individu, karena berkat aksi sogok yang dilakukan KPMG kewajiban pajak

kliennya susut drastis dari yang seharusnya dibayarkan.


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai