Anda di halaman 1dari 2

Nama : Syahar Banu

NIM : 22140010

KASUS PELANGGARAN ETIKA PROFESI

1. Manipulasi Laporan Keuangan PT KAI

a. Integritas dan Objektivitas


Aturan etika profesi akuntan publik menjelaskan bahwa dalam menjalankan tugasnya, KAP
harus mempertahankan integritas dan objektivitas, tidak boleh mendahulukan prinsip
kepentingan. Auditor harus jujur dan adil dalam melaksanakan tugasnya.
b. Perilaku Profesional
Para auditor tidak boleh lalai dalam pekerjaannya dan melakukan hal-hal yang dapat
mencoreng nama baiknya. Pada kasus ini auditor tidak profesional dalam menjalankan
tugasnya.
c. Kepentingan Publik
Auditor harus memegang prinsip kepentingan publik, dimana auditor berkewajiban untuk
selalu bertindak dalam rangka pelayanan publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
d. Kepatuhan Terhadap Standar
Anggota KAP yang melaksanakan penugasan wajib mematuhi standar yang dikeluarkan oleh
badan pengatur standar yang ditetapkan oleh IAPI. Pada kenyataannya disini auditor tidak
mematuhi standar audit tersebut.

2. Kasus Manipulasi KAP Andersen dan Ernon

1) Prinsip Integritas
Setiap praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan profesional dan hubungan
bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya. KAP Andersen dianggap melanggar prinsip
integritas karena tidak dapat memelihara dan meningkatkan kepentingan publik sebagai
KAP. KAP Andersen telah memanipulasi laporan keuangan dan menghancurkan dokumentasi
kebangkrutan Ernon.
2) Prinsip Objektivitas
Setiap praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan kepentingan, atau pengaruh
yang tidak layak dari pihak-pihak lain memengaruhi pertimbangan profesional atau
pertimbangan bisnisnya. Dalam kasus ini, KAP Andersen tidak objektif karena cenderung
berpihak pada Ernon dengan melakukan manipulasi laporan keuangannya dan menghambat
proses penyelidikan dengan memusnahkan dokumen terkait.
3) Prinsip Perilaku Profesional
Setiap praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus menghindari
semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. KAP Andersen tidak profesional dan
konsisten dengan reputasi profesi dalam mengaudit laporan keuangan dengan melakukan
penyamaran data.
3. Kasus KPMG-Sidhharta Sidharta & Harsono

a) Tanggung Jawab
Seorang akuntan publik harus bertanggung jawab secara professional terhadap semua
kegiatan yang dilakukannya. Akuntan Internal KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono kurang
bertanggung jawab karena dia terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia sebesar US$ 75
ribu.
b) Kepentingan Publik
dapat dilihat bahwa akuntan KPMG-Siddharta Siddharta & Harsono tidak bekerja demi
kepentingan publik karena telah terbukti menyogok aparat pajak di Indonesia yang disiasati
telah menerbitkan faktur palsu sebagai biaya jasa profesional KPMG yang harus dibayar
kliennya PT Easman Christensen. Karena kasus ini, negara mengalami kerugian finansial
akibat dari penurunan kewajiban pajak PT Easman Christensen. Selain itu, pemangku
kepentingan lain juga dirugikan atas hasil laporan yang tidak relevan, sehingga tidak dapat
digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan masing-masing pemangku kepentingan.
c) Obektivitas
Sikap objektifitas praktisi harus tetap dijaga. Untuk itu tidak boleh ada keberpihakan pada
salah satu pihak. Praktisi harus bertindak sebagai wakil dari semua pemangku kepentingan,
namun dalam kasus ini KPMG telah memihak kepada kliennya dan melakukan kecurangan
dengan menyogok aparat pajak di Indonesia.

4. Kasus Mulyana W Kusuma

1. Tanggung Jawab
Dalam hal ini Direksi Lama PT Kimia Farma telah menyalahi tanggung jawabnya dalam
pembuatan laporan keuangan dengan melakukan kegiatan praktek pengelembungan atas
laporan keuangan per 31 Desember 2001. Sehingga dapat menyebabkan kesalahan
pengambilan keputusan akibat adanya laporan keuangan yang tidak aktual.
2. Kepentingan Publik
Seorang akuntan harus secara terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai
profesionalisme yang tinggi. Dalam hal ini, akuntan didalam PT. Kimia Farma telah
mengorbankan kepentingan publik demi kepentingan mereka semata. Dengan kesalahan
penyajian pada laporan keuangan PT. Kimia Farma, menyebabkan pengambilan keputusan
yang salah bagi para investor.
3. Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis dan
standar profesional yang relevan. Dalam hal ini seorang akuntan dituntut untuk melakukan
penyusunan laporan keuangan harus sesuai dengan standar teknis yang berlaku, yakni sesuai
dengan Standar Akuntansi Keuangan. Namun pada kenyataannya dalam penyusunan
laporan keuangan terjadi adanya praktek pengelembungan dana yang dilakukan oleh direksi
PT. Kimia Farma sehingga melanggar prinsip standar teknik dalam kode etik akuntansi.

Anda mungkin juga menyukai