Anda di halaman 1dari 5

Nama : Annisa Salsa Fitri

NIM : J0314201166
Kelas : AKN A P2

ANALISIS KASUS ENRON (KELOMPOK 1)


Pelanggaran Standar Auditing
 Standar umum no 2 - Enron merupakan salah satu perusahaan besar pertama yang melakukan
out sourcing secara total atas fungi internal audit perusahaan. Mantan Chief Audit Executif
Enron (Kepala internal audit) semula adalah partner KAP Andersen yang di tunjuk sebagai
akuntan publik perusahaan. Direktur keuangan Enron berasal dari KAP Andersen. Sebagian
bear Staf akunting Enron berasal dari KAP Andersen. Adanya Deception Information, yang
dilakukan pihak manajemen Enron maupun KAP Arthur Andersen, mereka mengetahui
tentang praktek akuntansi dan bisnis yang tidak sehat. Tetapi demi trust dari investor dan
publik kedua belah pihak merekayasa laporan keuangan. Besarnya jumlah consulting fees
yang diterima Arthur Andersen menyebabkan KAP tersebut bersedia kompromi dan tidak
bertindak tegas terhadap temuan auditnya dengan klien mereka. SA 200 Tujuan
Keseluruhan Auditor Independen dan Pelaksanaan audit berdasarkan standar audit.

 Standar Pekerjaan Lapangan no 1 - KAP Andersen telah melakukan tindakan yang tidak etis
dengan menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan kasus Enron. SA
500 Bukti Audit

 Standar Auditing pelaporan no 3 - bahwa pengungkapan-pengungkapan dalam laporan


keuangan tidak cukup memadal oleh sebab it hasilnya tidak mencerminkan keadaan yang
sesungguhnya terjadi. Enron menerbitkan laporan keuangan triwulan ketiga. Dalam laporan
itu disebutkan bahwa laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393 juta, naik $100 juta
dibandingkan periode sebelumnya. CEO Enron, Kenneth Lay, menyebutkan bahwa Enron
secara berkesinambungan memberikan prospek yang sangat baik. la juga tidak menjelaskan
secara rinci tentang pembebanan biaya akuntansi khusus (special accounting charge/expense)
sebesar $1 miliar yang sesungguhnya menyebabkan hasil aktual pada periode tersebut
menjadi rugi $644 juta. SA. 700 Perumusan suatu opini dan pelaporan atas laporan
keuangan
 Standar mum no 3 - KAP Andersen melaporkan laporan keuangan dengan melakukan
penyamaran data, karena kerugian perusahaan sebesar $644juta yang disebabkan hutang
perusahaan yang tidak dilaporkan. Andersen dikatakan tidak bererilaku profesional serta
konsisten dengan reputasi profesi dalam mengaudit. SA 240 Tanggung jawab auditor terkait
dengan kecurangan dalam suatu audit atas laporan keuangan

 Standar mum no 2 - Enron berkonsultasi dengan AA untuk merancang struktur perusahaan


yang dikenal dengan sebutan Spesial Purpose Entity (SPE) dengan tujuan memproleh hasil
akuntansi sesual dengan yang dinginkan. Penstrukturan memungkinkan SP untuk tidak
dimasukkan dalam laporan keuangan konsolidasi dan dijadikan entitas untuk merekayasa lab
atau melakukan offsetkerugian. SA 200 Tujuan Keseluruhan Auditor independen dan
pelaksanaan audit berdasarkan Standar Audit
1) Menggelembungkan nilai pendapatan Mariner Energy (anak usaha Enron) dari US$ 185
juta menjadi US$ 366 juta. Tercatat sebesar US$ 181 juta merupakan pendapatan fiktif.
2) Meminjam dalam jumlah besar untuk dana operasional yang tidak dicatat sebagai utang.
3) Enron menyalahgunakan Special-Purpose Entities(SPE) di antaranya untuk
menyembunyikan kerugian besar di anak perusahaan yang dimiliki Enron dengan
menciptakan agreement tertentu untuk menutup kerugian anak perusahaannya.

Pelanggaran yg dilakukan oleh KAP


 Adanya penyesatan informasi, dalam kasus Enron misalnya, pihak manajemen Enron
maupun Arthur Andersen mengetahui tentang praktekakuntansi dan bisnis yang tidak sehat!
tetapi demi mempertahankan kepercayaan dari investor dan publik kedua belah pihak
merekayasa laporan keuangaan mulai dari tahun 1985 sampai dengan Enron menjadi hancur
berantakan!
 Arthur Andersen, merupakan kantor akuntan publik tidak hanya melakukan manipulasi
laporan keuangan, Andersen juga telah melakukan tindakan yangtidak etis, dalam kasus
Enron adalah dengan menghancurkan dokumen-dokumen penting yang berkaitan dengan
kasus Enron
 Ingkar dari sikap profesionallisme sebagai akuntan independen dengan melakukan tindakan
menerbitkan laporan audit yang salah dan menyesatkan.

ANALISIS KASUS PT KIMIA FARMA (KELOMPOK


2)

Pelanggaran standar auditing yang dilakukan oleh KAP HTM pada kasus manipulasi
laporan keuangan PT. Kimia Farma diantaranya, yaitu :
 Kesalahpahaman dan kurangnya komunikasi dalam menyampaikan dan mengelola
informasi data laporan keuangan PT. Kimia Farma, dimana pada saat pengauditan
HTM mendapatkan laba bersih Rp 132 miliar yang dianggap terlalu besar dan
dicurigai manipulasi data laporan keuangan. Sehingga diadakan pengauditan
ulang yang menghasilkan koreksi laba bersih sebesar Rp 99 miliar. SA 260
Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggungjawab atas Tata Kelola.
 KAP HTM sebenarnya sudah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP), akan tetapi tidak ditemukan adanya unsur
kesengajaan. Sehingga KAP HTM dianggap gagal dalam menerapkan Persyaratan
Profesional yang disyaratkan di SPAP SA Seksi 110 – Tanggung Jawab & Fungsi
Auditor Independen, paragraf 04 Persyaratan Profesional, dimana disebutkan
bahwa persyaratan profesional yang dituntut dari auditor independen adalah orang
yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor
independen. Ataupun dalam SA 710 yaitu Informasi Komparatif – Angka-angka
yang berkaitan dan Laporan Keuangan Komparatif.
Pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh KAP HTM pada kasus manipulasi laporan
keuangan PT. Kimia Farma diantaranya, yaitu :
 Objektivitas
Dalam kasus ini, KAP HTM membiarkan terjadinya hasil laporan keuangan yang
bersifat subjektivitas pada tahun buku 2001 karena belum menemukan sesuatu yang
salah dari laba bersih laporan keuangan PT. Kimia Farma. Sehingga menjadi
pengaruh dalam pertimbangan professional atau pertimbangan PT. Kimia Farma.
 Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional
Dalam kasus ini, KAP HTM kurang memberikan jasa profesional yang kompeten
terhadap PT. Kimia Farma. Sehingga tidak sesuai dengan prinsip dasar kode etik
profesi akuntan publik.
 Prinsip Profesional
Dalam kasus ini, KAP HTM membuat tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi
sebagai akuntan publik. Sehingga menimbulkan kesimpulan yang negatif oleh pihak
ketiga yang rasional dan memiliki pengetahuan mengenai informasi yang relevan.
Dengan terjadinya hal tersebut, menurunkan
kepercayaan PT. Kimia Farma untuk tidak menggunakan lagi jasa akuntan publik
KAP HTM.

Tindakan PT Kimia Farma Tbk terbukti melakukan beberapa pelangggaran, yaitu:

1. Pelanggaran Peraturan Bapepam Nomor VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan


Keuangan.
2. Telah melakukan prosedur audit termasuk prosedur audit sampling yang telah diatur
dalam Standart Profesional Akuntan Publik dan tidak diketemukan adanya unsure
kesengajaan membantu manajemen PT Kimia Farma Tbk dalam penggelembungan
keuntungan tersebut.
3. Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan pasal 102 UU Nomor 8 tahun
1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 jo
Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan
di Bidang Pasar Modal maka PT Kimia Farma Tbk dikenakan sanksi administratif berupa
denda yaitu sebesar Rp500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).
4. Sesuai Pasal 5 huruf & Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal maka
direksi lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Periode 1998 – Juni 2002 diwajibkan
membayar sejumlah Rp1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke Kas Negara,
karena melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan per 31
Desember 2001; Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa
selaku auditor PT Kimia Farma (Persero) Tbk. Diwajibkan membayar sejumlah
Rp100.000.000,- (seratus juta rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena atas resiko
audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh
PT kimia Farma Tbk. Tersebut, meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai dengan
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan tidak diketemukan adanya unsur
kesengajaan.
Menurut saya, kasus seperti yang terjadi pada PT Kimia Farma ini perlu mendapatkan
perhatian dan dijadikan sebagai pembelajaran bagi perusahaan-perusahaan yang lain,
bukannya dijadikan bahan untuk memberikan cap negative bagi orang lain. Penegakan
etika bisnis paling mudah diterapkan dari perusahaan itu sendiri. Pemimpin perusahaan
memulai langkah ini karena mereka menjadi panutan bagi karyawannya sendiri. Selain itu
etika bisnis harus dilakukan secara transparan. Budaya transparansi dapat ditegakkan
melalui beberapa upaya, misalnya adanya penegakkan budaya berani bertanggung jawab
atas segala tingkah lakunya dimana individu yang mempunyai kesalahan jangan
bersembunyi di balik institusi memang pada kenyataannya untuk menyatakan kebenaran
kadang dianggap melawan arus, tetapi sekarang harus ada keberanian baru untuk
menyatakan pendapat, memperjelas ukuran-ukuran yang dipakai untuk mengukur kinerja,
bukan berdasarkan kedekatan dengan atasaan melainkan berdasarkan kinerja yang ada, 
visi dan misi perusahaan haruslah jelas sehingga mencerminkan tingkah laku organisasi.
Pemimpin perusahaan pun harus mampu membedakan antara kepentingan perusahaan
dengan dengan kepentingan pribadinya sehingga tidak memancing terjadinya tindakan
yang tidak mengikuti aturan berdagang yang diatur oleh tata cara undang-undang.

Anda mungkin juga menyukai