Nama Kelompok : 1. Gabriela Anggraeni (1907341035) 2. Mega Yustika Dewi (1907341038)
PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2021 A. Etika Bisnis Kantor Konsultan Pajak Etika bisnis merupakan salah satu cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang encakup selruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra kerja, pemegang saham, masyarakat. Dalam menjalankan profesinya seorang Konsultan Pajak di Indonesia diatur oleh suatu kode etik profesi dengan nama kode etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI) yang merupakan tatanan etika dan prinsip moral yang memberikan pedoman kepada konsultan pajak. Selain itu dengan kode etik ini, konsultan pajak juga merupakakn alat atau sarana untuk klien, untuk melaksanakan kewajiban dan menjalankan hak perpajakan, tentang kualitas atau mutu jasa yang diberikannya karena melalui serangkaian pertimbangan etika sebagaimana yang diatur dalam kode etik profesi. Prinsip etika konsultan pajak meliputi: 1. Prinsip Otonomi Otonomi adalah sikap dan kemampuan manusia dalam mengambil keputusan berdasarkan kesadarannya sendiri tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilaksanakan. Orang bisnis yang otonom adalah orang yang sadar sepenuhnya akan apa yang menjadi kewajiban dalam dunia bisnis. Orang yang otonom adalah bukan orang yang sekedar mengikuti begitu saja norma dan nilai moral yang ada, melainkan orang yang melakukan sesuatu karena tahu dan sadar bahwa hal itu baik. 2. Prinsip Kejujuran Prinsip kejujuran terkait erat dengan kepercayaan. Kepercayaan adalah asset yang sangat berharga bagi kegiatan bisnis. Kepercayaan yang dibangun diatas dasar prinsip kejujuran merupakan modal dasar bagi kelangsungan dan keberhasilan bisnis yang berhasil dan tahan lama. 3. Prinsip Keadilan Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang dapat diperlakukan secara sama sesuai dengan kriteria yang raisonal, obyektif, dan dapat dipertanggung jawabkan. Prinsip keadilan juga menuntut agar setiap orang dalam kegiatan bisnis entah dalam relasi eksternal perusahaan maupun relasi internal perusahaan perlu diperlakukan sesuai dengan haknya masing-masing. 4. Prinsip Saling Menguntungkan Prinsip saling menguntungkan ini menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga tidak ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya. 5. Prinsip Integritas Moral Prinsip integritas dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan agar dia perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baiknya atau nama baik perusahaannya. Ciri khas profesionalisme menurut IKPI adalah memiliki integritas, kompetensi, jujur, bebas dan mandiri, dan tidak berpihak kepada siapapun. Sedangkan yang dimaksud dengan Aturan Profesional adalah suatu aturan tentang tingkah laku sebagai rujukan perilaku profesional setiap anggota, yang akan mengakibatkan setiap anggota dikenakan sanksi disiplin oleh IKPI, apabila anggota tersebut melakukan pelanggaran terhadap Aturan. B. Tanggungjawab Sosial Kantor Konsultan Pajak sebagai Entitas Bisnis Tanggung jawab sosial Kantor Konsultan Pajak sebagai entitas bisnis bukanlah pemberian sumbangan atau pemberian layanan gratis. Tanggung jawab sosial kantor konsultan pajak meliputi ciri utama dari profesi konsultan pajak terutama sikal altruisme, yaitu mengutamakan kepentingan publik dan juga memperhatikan sesama konsultan pajak dibanding mengejar laba. Sebagai entitas bisnis layaknya entitas-entitas bisnis lain, Kantor Konsultan Pajak juga dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melaikan lebih kompleks lagi. artinya, pada Kantor Konsultan Pajak bentuk tanggung jawab sosial suatu lembaga bukanlah pemberian sumbangan atau pemberian layanan gratis. Tetapi, meliputi ciri utama dari profesi Konsultan Perpajakan terutama sikap altruisme, yaitu mengutamakan kepentingan publik dan juga memperhatikan sesama Konsultan Pajak dibanding mengejar laba. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya secara profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukan. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi perpajakan dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha kolektif semua anggota diperlikan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi konsultan pajak. Internal Revenue Service (IRS) mengemukakan bahwa tanggung jawab utama praktisi pajak adalah sistem pajak. Komisi IRS, Roscoe Egger dalam Armstrong (1993 : 85) menyatakan bahwa suatu sistem pajak yang baik dan kuat tidak hanya terdiri dari entitas administrasi pajak saja, dalam kasus ini IRS. Hal tersebut juga harus terdiri dari Konggres, Administrasi dan komunitas praktisi. Bukan sebagai bagian yang terpisah pada masyarakat yang luas, tetapi lebih bekerja sama ke arah tujuan umum. Direktur praktik IRS, Leslie Shapiro dalam Armstrong (1993 : 85) lebih menegaskan bahwa ketika secara umum menyetujui bahwa praktisi pajak mempunyai kewajiban atas kemampuan, loyalitas dan kerahasiaan klien, hal ini disebut juga tanggung jawab praktisi atas sistem pajak yang baik. Tanggung jawab terakhir adalah pentingnya pervasive (peresapan). Dalam hubungan antara praktisi dan klien yang normal, kedua tanggung jawab dikenali dan dilaksanakan. Namun, situasi ini adalah sulit. Dalam beberapa situasi praktisi diperlukan untuk memutuskan kewajiban yang berlaku dan dalam pelaksanaannya dapat disimpulkan bahwa kewajiban atas sistem pajak yang tertinggi. IRS bersandar pada praktisi pajak untuk membantu dalam mengatur hukum pajak dengan jujur dan adil dalam pelayanan dan pengembangan kepercayaan klien dalam integritas dan kepatuhan terhadap sistem pajak. Menurut William L. Raby dalam Armstrong (1993 : 85) sistem pajak yang mendukung IRS akan menimbulkan perdebatan pajak. Oleh karena itu,praktisi lebih baik melayani publik dengan mengadopsi suatu sikap. Argumennya adalah aturan etika yang fundamental dalam praktik perpajakan pada tingkat etika personal adalah praktisi pajak harus mengijinkan klien untuk membuat keputusan final. Praktisi tidak berhak mengganti skala nilai kliennya. Disamping itu praktisi harus bertanggung jawab tidak menyediakan informasi yang salah untuk pemerintah. Seorang auditor pajak bertanggung jawab mengaudit pajak penghasilan dari wajib pajak untuk menentukan apakah mereka telah memenuhi undang-undang perpajakan yang berlaku. Audit yang dilakukan oleh auditor pajak termasuk jenis audit kepatuhan
C. Krisis dalam Profesi Perpajakan
Krisis dalam profesi perpajakan dapat terjadi karena kurangnya minat generasi muda terhadap profesi ini, padahal apabila melihat pertumbuhan industri di Indonesia jasa profesi ini sangat dibutuhkan dan apabila kondisi ini terjadi maka akan mengancam eksistensi profesi ini. Profesi perpajakan yang krisis bahayanya adalah apabila tiap-tiap auditor atau attestor bertindak di jalan yang salah, opini dan audit akan bersifat tidak berharga. Konsultan pajak merupakan suatu wadah yang dapat menilai apakah Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Kewajiban dari konsultan pajak yaitu jasa yang diberikan dipakai untuk make decision atau memiliki tanggung jawab sosial atas kegiatan usahanya. Bagi konsultan pajak berperilaku etis akan berpengaruh terhadap citra kantor konsultan pajak (KKP) dan membangun kepercayaan masyarakat serta akan memperlakukan klien dengan baik dan jujur, maka tidak hanya meningkatkan pendapatannya tetapi juga memberi pengaruh positif bagi karyawan. Perilaku etis ini akan memberi manfaat yang lebih bagi manager KKP dibanding bagi karyawan KKP yang lain dalam melakukan konsultasi perpajakan, membuat laporan keuangan, menyiapkan laporan pajak. Maraknya kecurangan di laporan perpajakan, secara langsung maupun tidak langsung mengarah pada profesi konsultan pajak. Sederetan kecurangan telah terjadi baik diluar maupun di Indonesia. Profesi perpajakan saat ini tengah menghadapi sorotan tajam terlebih setelah adanya sejumlah skandal perpajakan yang dilakukan beberapa tokoh. Terungkapnya kasus perpajakan yang dilakukan oleh Gayus Tambunan merupakan pemicu terjadinya krisis dalam dunia profesi perpajakan. Permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh Konsultan Pajak, sebagai berikut: 1. Berkaitan dengan earning management. 2. Pemerikasaan dan penyajian terhadap masalah perpajakan. 3. Berkaitan dengan kasus-kasus yang dilakukan oleh akuntan pajak untuk menyusun laporan keuangan agar pajak tidak menyimpang dari aturan yang ada. 4. Independensi dari perusahaan dan masa depan independensi KKP. Jalan pintas untuk menghasilkan uang dan tujuan praktek selain untuk mendapatkan laba. 5. Masalah kecukupan dari prinsip-prinsip diterima umum dan asumsi-asumsi yang tersendiri dari prinsip-prinsip yang mereka gunakan akan menimbulkan dampak etika bila konsultan pajak tersebut memberikan gambaran yang benar dan akurat. D. Regulasi dalam Rangka Penegakan Etika Kantor Konsultan Pajak Regulasi bertujuan untuk melakukan pembinaan dan pengawasan terkait dengan penegakkan etika terhadap kantor konsultan pajak. Hal ini dilakukan sejalan dengan regulasi yang dilakukan oleh asosiasi profesi terhadap anggotanya. IKPI menetapkan kode etik Ikatan Konsultan Pajak Indonesia. Kode etik tersebut dibuat untuk menentukan standar perilaku bagi para konsultan, terutama konsultan pajak. Kode etik IKPI terdiri dari: Isi dari Kode Etik IKPI mengenai hubungan dengan wajib pajak yaitu : Kode etik IKPI pasal 7, Konsultan Pajak Indonesia wajib : 1. Menjunjung tinggi integritas, martabat dan kehormatan : A. Dengan memelihara kepercayaan masyarakat; B. Bersikap jujur dan berterus terang tanpa mengorbankan rahasia penerima jasa; C. Dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak boleh menerima kecurangan atau mengorbankan prinsip; D. Mampu melihat mana yang benar, adil dan mengikuti prinsip obyektifitas dan kehati- hatian. 2. Bersikap professional : A. Senantiasa menggunakan pertimbangan moral dalam pemberian jasa yang dilakukan; B. Senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan dan menghormati kepercayaan masyarakat dan pemerintah; C. Melaksanakan kewajibannya dengan penuh kehati-hatian, dan mempunyai kewajiban; D. mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan.
3. Menjaga kerahasiaan dalam hubungan dengan Wajib Pajak :
A. Harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama menjalankan jasanya, dan tidak menggunakan atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali ada hak Kode Etik IKPI atau kewajiban legal profesional yang; B. legal atau hukum atau atas perintah pengadilan untuk mengungkapkannya; C. Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf atau karyawan maupun pihak lain dalam pengawasannya dan pihak lain yang diminta nasehat dan bantuannya tetap menghormati dan menjaga prinsip kerahasiaan. Dalam Pasal 8 Kode Etik IKPI , Konsultan Pajak Indonesia dilarang : 1. Memberikan petunjuk atau keterangan yang dapat menyesatkan Wajib Pajak mengenai pekerjaan yang sedang dilakukan; 2. Memberikan jaminan kepada Wajib Pajak bahwa pekerjaan yang berhubungan dengan instansi perpajakan pasti dapat diselesaikan; 3. Menetapkan syarat-syarat yang membatasi kebebasan Wajib Pajak untuk pindah atau memilih Konsultan Pajak lain; 4. Menerima setiap ajakan dari pihak manapun untuk melakukan tindakan yang diketahui atau patut diketahui melanggar peraturan perundangundangan perpajakan; 5. Menerima permintaan Wajib Pajak atau pihak lain untuk melakukan rekayasa atau perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perpajakan.