Anda di halaman 1dari 2

Menurut pengamatan Anda saat ini, apakah perusahaan-perusahaan besar di Indonesia

baik yang berskala nasional maupun multi-nasional telah melaksanakan prinsip-prinsip nilai
etika-kejujuran dalam berbisnis maupun menjalankan kewajibannya sebagai Wajib Pajak?!.
Jelaskan apa yang dipraktekkan oleh orang-orang dalam perusahaan-perusahaan tersebut
termasuk kaitannya dengan Fiskus, menurut Anda mengapa dilakukan demikan, berikan
contoh konkritnya, dan silahkan didiskusikan dengan teman Anda namun dengan cara yang
ilmiah, yaitu memperhatikan ide-ide originalitas, menghargai pendapat orang lain dengan
cara mengutip dengan menerapkan teknik kutipan (referensi), serta menghindari
plagiarisme.
Jawab:
Dalam etika bisnis, prinsip kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar bagi sebuah
perusahaan dalam mendukung keberhasilan kinerja perusahaan tersebut. Prinsip kejujuran
menanamkan sikap bahwa apa yang dipikirkan daalah apa yang dikatakan, dan apa yang
dikatakan adalah apa yang dikerjakan. Prinsip ini juga menyiratkan kepatuhan dalam
melaksanakan berbagai komitmen, kontrak, dan perjanjian yang telah disepakati.

Berdasarkan Modul BMP Etika Bisnis dalam Perpajakan, terkait prinsip nilai etika kejujuran
pada sebuah perusahaan termasuk kaitannya dengan fiskus adalah dengan menjadikan
kejujuran sebagai salah satu nilai keutamaan dalam pelaksanaan kegiatan bisnisnya.
Kejujuran menuntut adanya keterbukaan dan kebenaran. Suatu kegiatan bisnis baik itu
terkait pada pihak Wajib Pajak maupun Fiskus tidak akan berjalan dengan benar dan
harmonis jika didasarkan atas ketidakjujuran. Basis nilai berbisnis yaitu 'trust' atau
'kepercayaan', maka berbisnis tanpa memperdulikan etika kejujuran tidak akan bertahan
lama. Demikian pula Fiskus yang tidak jujur dan mengingkari kepercayaan pada hakekatnya
tidak saja melanggar etika namun juga hukum sekaligus, atas amanah/tugas yang diberikan
oleh rakyat melalui perundang-undangan. Karena kejujuran dalam kegiatan bisnis
merupakan suatu landasan atau pondasi dapat berjalannya mekanisme bisnis itu sendiri,
termasuk kewajiban sebagai Wajib Pajak.

Menurut saya saat ini perusahaan – perusahaan besar di Indonesia belum melaksanakan
prinsip – prinsip nilai etika khususnya kejujuran dalam berbisnis maupun menjalankan
kewajibannya sebagai Wajib Pajak. Bentuk ketidakjujuran tersebut antara lain :
1. Membuat laporan keuangan yang tidak sesuai dengan kenyataannya
2. Tidak menyampaikan seluruh penghasilan yang diperoleh, baik yang berhubungan
dengan kegiatan usaha maupun di luar kegiatan usaha
3. Membuat pernyataan atau keterangan yang menyimpang dan menutupi situasi nyata
dalam kegiatan usaha

Hal – hal yang dilakukan tersebut sangat mempengaruhi perhitungan besaran pajak
terutang sebuah perusahaan yang artinya karena ketidakjujuran tersebut mengakibatkan
besaran pajak menjadi lebih kecil yang berakibat pada berkurangnya penerimaan negara
(ketidaksesuaian antara pajak yang seharusnya terutang dengan yang secara nyata
dibayarkan). Kaitannya dengan fiskus adalah dengan adanya bentuk ketidakjujuran ini akan
memicu pengawasan yang lebih ketat agar dapat meminimalisir bentuk – bentuk
ketidakjujuran tersebut.

Penyebab perusahaan – perusahaan melakukan ketidakjujuran tersebut antara lain :


1. Merasa bahwa pajak yang dibayarkan tidak berpengaruh langsung terhadap
kelangsungan usaha sehingga merasa tidak perlu membayar pajak
2. Beranggapan pajak yang dibayarkan nilainya terlalu besar
3. Beranggapan pajak yang diayarkan lebih besar daripada keuntungan/profit yang
diperoleh

Sumber :
- BMP PAJA3347 – Etika Bisnis dalam Perpajakan

Anda mungkin juga menyukai