Anda di halaman 1dari 17

TUGAS ETIKA BISNIS DAN PROFESI AKUNTANSI

“ Etika Profesi Akuntansi “

Disusun oleh Kelompok 1 :

Harma Sri Lidia Rahmi (20043135)


Hidayani Puteri (20043136)
Ica Maulidna Fathimah

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2021
ETIKA PROFESI AKUNTAN
Berdasar pada keputusan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI))etika
profesi akuntansi ini meliputi semua kaidah dan norma yang mengatur hubungan antara akuntan
dengan sejawat, dengan auditor atau klien, ataupun dengan masyarakat. Etika Profesi Akuntansi
adalah Merupakan suatu ilmu yang membahas perilaku perbuatan baik dan buruk manusia sejauh
yang dapat dipahami oleh pikiran manusia terhadap pekerjaan yang membutuhkan pelatihan dan
penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus sebagai Akuntan. Menurut Billy, Perkembangan
Profesi Akuntan terbagi menjadi empat fase yaitu,
1. Pra Revolusi Industri
2. Masa Revolusi Industri tahun 1900
3. Tahun 1900 – 1930
4. Tahun 1930 – sekarang

Prinsip etika ini pun bertujuan untuk memandu para akuntan agar bisa menjalankan
tanggung jawab profesionalnya.
Berikut beberapa prinsip etika profesi akuntansi tersebut;
1) Tanggung Jawab Profesi
Dalam menjalankan tanggung jawabnya, seorang akuntan harus senantiasa berpijak pada
pertimbangan moral di setiap kegiatan/aktivitas yang dilakukan. Bagaimanapun, mereka
memiliki tanggung jawab tidak hanya pada pengguna jasa atau klien, tetapi juga pada
rekan sejawat dan masyarakat secara umum. Karenanya, pertimbangan moral menjadi
salah satu cara untuk menjaga kepercayaan dan mutu dari kinerja.
2) Kepentingan Publik
Sama halnya seperti profesi lain, akuntan juga memiliki tanggung jawab pelayanan
kepada publik. Publik di sini dapat diartikan sebagai pihak-pihak yang terlibat secara
langsung dan bergantung pada integritas seorang akuntan. Tak lain, demi terciptanya
stabilitas ekonomi bisnis yang sehat dan efisien. Sebut saja seperti; pemerintah, klien,
investor, pemberi kredit, atau bahkan masyarakat secara langsung. Karenanya, seorang
akuntan harus selalu bertindak dalam koridor pelayanan publik serta menjaga
kepercayaan mereka.
3) Integritas
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, demi menjaga kepercayaan publik seorang
akuntan haruslah dibekali dengan integritas yang tinggi. Dengan integritas ini, seseorang
akan senantiasa memberikan pelayanan dengan jujur tanpa ada unsur keuntungan pribadi.
Karena bagi mereka yang memiliki integritas tinggi, perbedaan dan kesalahan secara
tidak sengaja masih bisa ditoleransi, namun tidak dengan kecurangan.
4) Objektivitas
Selain harus mengedepankan kejujuran, seorang akuntan juga dituntut untuk objektif.
Dalam artian, mereka harus bebas dari berbagai benturan kepentingan yang berhubungan
dengan kewajiban profesionalnya. Etika profesi akuntansi dengan prinsip objektivitas ini
mengharuskan para akuntan untuk bersikap adil, tidak berprasangka, tidak memihak,
tidak di bawah pengaruh salah satu pihak, serta jujur secara intelektual.
5) Kerahasiaan
Mengingat akuntan adalah profesi yang berhubungan langsung dengan data keuangan,
mereka juga harus mampu memegang prinsip kerahasiaan. Dalam artian, tidak boleh
mengungkapkan informasi pada pihak mana pun, terlebih jika tanpa persetujuan atau
tanpa wewenang secara spesifik. Kecuali, jika memang
harus mengungkapkannya karena kewajiban hukum atau tanggung jawab profesional.
Selain itu, juga tidak dibenarkan untuk menggunakan informasi rahasia tersebut sebagai
sarana mendapatkan keuntungan bagi pribadi maupun pihak ketiga.
6) Kompetensi dan Kehati-hatian
Sebagai akuntan profesional, tentu kompetensi menjadi salah satu penjamin mutu dan
kualitas pelayanan. Mereka harus membekali diri dengan etika profesi akuntansi yang
satu ini, agar bisa memberi pelayanan terbaik untuk para pengguna jasa. Karenanya,
seorang akuntan harus selalu bersedia mengasah pengetahuan dan keahlian, serta
bertindak cermat dalam menjalankan jasa profesionalnya
7) Standar Teknis
Etika profesi akuntansi yang juga tak kalah penting adalah menjalankan tugas profesional
sesuai dengan standar teknis. Seorang akuntan memiliki kewajiban untuk mematuhi
standar teknis dan standar profesional yang telah ditetapkan oleh perundangan-undangan
yang relevan, ataupun yang telah dirumuskan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan
Internasional Federation of Accountants

PERANAN ETIKA PROFESI AKUNTANSI DALAM BISNIS


Di dalam persaingan dunia usaha yang sangat ketat ini, etika bisnis merupakan sebuah
harga mati, yang tidak dapat ditawar lagi. Dalam zaman keterbukaan dan luasnya informasi saat
ini, baik-buruknya sebuah dunia usaha dapat tersebar dengan cepat dan luas. Memposisikan
karyawan, konsumen, pemasok, pemodal dan masyarakat umum secara etis dan jujur adalah
satu-satunya cara supaya dapat bertahan di dalam dunia bisnis saat ini. Ketatnya persaingan
bisnis menyebabkan beberapa pelaku bisnisnya kurang memperhatikan etika dalam bisnis. Etika
bisnis mempengaruhi tingkat kepercayaan atau trust dari masing-masing elemen dalam lingkaran
bisnis. Pemasok (supplier), perusahaan, dan konsumen, adalah elemen yang saling
mempengaruhi. Masing-masing elemen tersebut harus menjaga etika, sehingga kepercayaan
yang menjadi prinsip kerja dapat terjaga dengan baik. Etika berbisnis ini bisa dilakukan dalam
segala aspek. Saling menjaga kepercayaan dalam kerjasama akan berpengaruh besar terhadap
reputasi perusahaan tersebut, baik dalam lingkup mikro maupun makro. Tentunya ini tidak akan
memberikan keuntungan segera, namun ini adalah wujud investasi jangka panjang bagi seluruh
elemen dalam lingkaran bisnis. Oleh karena itu, etika dalam berbisnis sangatlah penting.
Di dalam sebuah etika profesi tentunya terdapat sebuah kode etik profesi. Kode etik
profesi ini merupakan merupakan suatu bentuk aturan tertulis yang secara sistematik sengaja
dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan akan dapat
difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan yang secara logika-rasional
umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode etik. 
Peran Etika Bisnis Etika bisnis adalah segmen etika terapan yang mencoba untuk
mengontrol dan memeriksa pengaturan moral dan etika perusahaan. Ia juga mendalami seberapa
baik atau buruk badan usaha membahas masalah-masalah moral dan etika dan menunjukkan apa
yang salah dalam proses alami mereka. Ini mencakup semua aspek bisnis dari produksi untuk
administrasi, keuangan dan pemasaran. Hal ini juga berlaku untuk berbagai industri dan dapat
deskriptif atau normatif dalam disiplin.
Adapun etika bisnis perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta mempunyai
kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, dimana diperlukan suatu landasan
yang kokoh untuk mencapai itu semua. Dan biasanya dimulai dari perencanaan strategis,
organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang
handal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.
Menurut Richard De George, bila perusahaan ingin sukses/berhasil memerlukan 3 hal
pokok yaitu :
a) Memiliki produk yang baik
b) Memiliki managemen yang baik
c) Memiliki Etika
Tiga aspek pokok dari bisnis yaitu : dari sudut pandang ekonomi, hukum dan etika dapat
dijelaskan sebagai berikut :
1) Sudut pandang ekonomis.
Bisnis adalah kegiatan ekonomis. Yang terjadi disini adalah adanya interaksi antara
produsen/perusahaan dengan pekerja, produsen dengan konsumen, produsen dengan
produsen dalam sebuah organisasi. Kegiatan antar manusia ini adalah bertujuan untuk
mencari untung oleh karena itu menjadi kegiatan ekonomis. Pencarian keuntungan dalam
bisnis tidak bersifat sepihak, tetapi dilakukan melalui interaksi yang melibatkan berbagai
pihak. Dari sudut pandang ekonomis, good business adalah bisnis yang bukan saja
menguntungkan, tetapi juga bisnis yang berkualitas etis.
2) Sudut pandang etika Dalam bisnis,
berorientasi pada profit, adalah sangat wajar, akan tetapi jangan keuntungan yang
diperoleh tersebut justru merugikan pihak lain. Tidak semua yang bisa kita lakukan
boleh1 dilakukan juga. Kita harus menghormati kepentingan dan hak orang lain. Pantas
diperhatikan, bahwa dengan itu kita sendiri tidak dirugikan, karena menghormati
kepentingan dan hak orang lain itu juga perlu dilakukan demi kepentingan bisnis kita
sendiri.
3) Sudut pandang Hukum
Bisa dipastikan bahwa kegiatan bisnis juga terikat dengan “Hukum” Hukum Dagang atau
Hukum Bisnis, yang merupakan cabang penting dari ilmu hukum modern. Dan dalam
praktek hukum banyak masalah timbul dalam hubungan bisnis, pada taraf nasional
maupun international. Seperti etika, hukum juga merupakan sudut pandang normatif,
karena menetapkan apa yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Dari segi
norma, hukum lebih jelas dan pasti daripada etika, karena peraturan hukum dituliskan
hitam atas putih dan ada sanksi tertentu bila terjadi pelanggaran.

ETIKA BISNIS TERHADAP PERUSAHAAN


Setelah mengetahui betapa pentingnya etika yang harus diterapkan pada perusahaan
bisnis, tentunya etika memiliki fungsi yang sangat berpengaruh terhadap kemajuan perusahaan
itu sendiri. Permasalahan etika bisnis yang terjadi di perusahaan bervariasi antara fungsi
perusahaan yang satu dan fungsi perusahaan lainnya. Hal ini terjadi karena operasi perusahaan
sangat terspesialisasi dalam berbagai bidang profesi, sehingga setiap fungsi perusahaan
cenderung memiliki masalah etika tersendiri. Berikut ini akan dibahas berbagai permasalahan
etika bisnis yang terjadi di beberapa bidang fungsi perusahaan, yaitu: etika bisnis di bidang
akuntansi (accounting ethics), keuangan (finance ethics), produksi dan pemasaran (production
and marketing ethics), sumber daya manusia (human resources ethics), dan teknologi informasi
(information technology ethics) yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

a) Etika bisnis di Bidang Akuntansi (Accounting Ethics)


Fungsi akuntansi merupakan komponen yang sangat penting bagi perusahaan. Dengan
demikian kejujuran, integritas, dan akurasi dalam melakukan kegiatan akuntansi merupakan
syarat mutlak yang harus diterapkan oleh fungsi akuntansi. Salah satu praktik akuntansi yang
dianggap tidak etis misalnya penyusunan laporan keuangan yang berbeda untuk berbagai pihak
yang berbeda dengan tujuan memperoleh keuntungan dari penyusunan laporan keuangan seperti
itu. Dalam realita kegiatan bisnis sering kali ditemukan perusahaan yang menyusun laporan
keuangan yang berbeda untuk pihak-pihak yang berbeda. Ada laporan keuangan internal
perusahaan, laporan keuangan untuk bank, dan laporan keuangan untuk kantor pajak. Dengan
melakukan praktik ini, bagian akuntansi perusahaan secara sengaja memanipulasi data dengan
tujuan memperoleh keuntungan dari penyusunan laporan palsu tersebut.

b) Etika bisnis di Bidang Keuangan (Financial Ethics)


Skandal keuangan yang berasal dari pelaksanaan fungsi keuangan yang dijalankan secara
tidak etis telah menimbulkan berbagai kerugian bagi para investor. Pelanggaran etika bisnis
dalam bidang keuangan dapat terjadi misalnya melalui praktik window dressing terhadap laporan
keuangan perusahaan yang akan mengajukan pinjaman ke bank. Melalui praktik ini seolaholah
perusahaan memiliki rasio-rasio keuangan yang sehat sehingga layak untuk mendapatkan kredit.
Padahal sebenarnya kondisi keuangan keuangan perusahaan tidak sesehat seperti yang
dilaporkan dalam laporan keuangan yang telah dipercantik. Contoh lain pelanggaran etika
keuangan misalnya melalui penggelembungan nilai agunan perusahaan, sehingga perusahaan
dapat memperoleh kredit melebihi nilai agunan kredit yang sesungguhnya

c) Etika bisnis di Bidang Produksi dan Pemasaran (Production and Marketing Ethics)
Hubungan yang dilakukan perusahaan dengan para pelanggannya dapat menimbulkan
berbagai permasalahan etika bisnis di bidang produksi dan pemasaran. Untuk melindungi
konsumen dari perlakuan yang tidak etis yang mungkin dilakukan oleh perusahaan, pemerintah
Indonesia telah memberlakukan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen. Undang-undang ini dijelaskan berbagai perbuatan yang dilarang dilakukan oleh
pelaku usaha. Antara lain, pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan
barang dan/atau jasa yang:
(1) Tidak memenuhi atau tidak sesuai dengan standar yang dipersyarakatkan dan
ketentuan peraturan perundangundangan.
(2) Tidak sesuai dengan berat bersih, isi bersih atau netto, dan jumlah dalam hitungan
sebagaimana yang dinyatakan dalam label atau etiket barang tersebut.
(3) Tidak sesuai dengan ukuran, takaran, timbangan, dan jumlah hitungan menurut
ukuran yang sebenarnya.
(4) Tidak sesuai dengan kondisi, jaminan, keistimewaan, atau kemanjuran sebagaimana
dinyatakan dalam label, etiket, atau keterangan barang dan/atau jasa tersebut.

d) Etika Bisnis di Bidang Teknologi Informasi (Information Technology Ethics)


Salah satu area yang memiliki pertumbuhan masalah etika bisnis paling besar di era
1990-an sampai awal tahun 2000 adalah bidang teknologi informasi. Hal-hal yang dapat
memunculkan permasalahan etika dalam bidang ini meliputi: serangan terhadap wilayah privasi
seseorang, pengumpulan, penyimpanan, dan akses terhadap informasi usaha terutama melalui
transaksi ecommerce, perlindungan hak cipta yang menyangkut pembuatan software, musik, dan
hak kekayaan intelektual.

ETIKA PROFESI (IFAC)


IFAC (International Federation of Accountans) adalah organisasi global untuk profesi
akuntansi. IFAC berkomitmen untuk melindungi kepentingan umum dengan mengembangkan
standar internasional menjadi berkualitas tinggi, mempromosikan nilai-nilai etika secara
intensive, mendorong kualitas prakteknya dan mendukung pembangunan di segala bidang
profesi di seluruh dunia.
Kode etik IFAC meliputi dalam tiga bagian yaitu sebagai berikut :
Bagian A adalah bagian yang menetapkan prinsip-prinsip dasar etika untuk akuntan dan
menyediakan kerangka kerja konseptual untuk menerapkan prinsipprinsip tersebut. Kerangka
kerja konseptual untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Kerangka kerja konseptual
menyediakan kerja konseptual guna mengidentifikasi ancaman terhadap kepatuhan prinsip-
prinsip dasar etika, untuk mengevaluasi pengaruh signifikan dari ancaman-ancaman itu dan
menerapkan perlindungan untuk mengurangi ancaman-ancaman hingga ketingkat yang dapat
diterima.
Bagian B dan C menggambarkan bagaimana kerangka kerja konseptual diterapkan dalam
situasi khusus. Kerangka kerja konseptual mengandung contoh penjagaan terhadap prinsip-
prinsip dasar, dan juga mengandung contoh situasi dimana penjagaan keamanan tidak tersedia,
sehingga tercipta ancaman-ancaman yang seharusnya bias dihindari. Bagian B diterapkan profesi
akuntansi dalam praktek untuk kepentingan publik. Bagian C diterapkan profesi akuntan dalam
praktek untuk dunia bisnis. Dalam praktek profesi akuntan untuk kepentingan publik mungkin
juga ditemukan tuntunan kode etik bagian C yang relevan dengan kondisi mereka sebenarnya.

Prinsip-prinsip Fundamental Etika IFAC ada 5 bagian, yaitu


1. Integritas: seorang akuntan professional harus bertindak tegas dan jujur dalam semua
hubungan bisnis dan profesionalnya.
2. Objektivitas: seorang akuntan professional seharusnya tidak boleh membiarkan terjadinya
bias, konflik kepentingan, atau dibawah pengaruh orang lain sehingga mengesampingkan
pertimbangan bisnis dan professional.
3. Kompetensi professional dankehati-hatian: seorang akuntan professional mempunyai
kewajiban pada tingkat yang diperlukan untuk menjamin seorang klien atau atasan
menerima jasa professional yang kompeten yang didasarkan atas perkembangan praktik,
legislasi, dan teknik terkini.
4. Kerahasiaan: seorang akuntan professional harus menghormati kerahasiaan informasi
yang diperolehnya sebagai hasil dari hubungan professional dan bisnis serta tidak boleh
mengungkapkan informa siapa pun kepada pihak ketigatan paizin yang benar dan spesifik
5. Perilaku professional: seorang akuntan professional harus patuh pada hukum dan
perundang-undangan yang relevan dan harus menghindari tindakan yang dapat
mendiskreditkan profesi.

Independensi
Ada dua jenis independensi yang dikenal, yaitu independensi dalam fakta (independence in
fact) dan independensi dalam penapilan (independence in appearance). Untuk independensi
dalam fakta, IFAC menggunakan istilah lain, yaitu independensi dalam pikiran
(independence in mind) yaitu sebagai berikut :
1. Independensi dalam pikiran ialah suatu keadaan pikiran yang memungkinkan
pengungkapan suatu kesimpulan tanpa terkena pengaruh yang dapat mengompromosikan
penilaian professional, memungkinkan seorang individu bertindak berdasarkan integritas,
serta menerapkan objectivitas dan skeptisme professional.
2. Independensi dalam penampilan adalah penghindaran fakta dan kondisi yang sedemikian
segnifikan sehingga pihak ketiga yang paham dan berfikir rasional dengan memiliki
pengetahuan akan semua informasi yang relevan, termasuk pencegahan yang diterapkan
akan tetap dapat menarik kesimpulan bahwa skpetisme professional, objectifitas, dan
integritas anggota firma, atau tim penjamin (assurance team) telah dikompromikan.
Prinsip-prinsip fundamental etika tidak dapat dinegosiasikan atau dikompromikan bila
seorang akuntan ingin menjaga citra profesinya yang luhur.
Ancaman terhadap independensi
Ancaman dalam independensi dapat berbentuk :
a. Kepentingan diri (self-interest) ialah wujud sifat yang lebih mengutamakan kepentingan
pribadi atau keluarga dibandingkan dengan kepentingan public yang lebih luas. Contoh
langsung ancaman kepentingan diri untuk akuntan public antara lain :
 Kepentingan keuangan dalam perusahaan klien, atau kepentingan keuangan
bersama pada suatu perusahaan klien
 Kekhawatiran berlebihan bila kehilangan suatu klien
b. Review diri (self-review). Contoh ancaman review diri untuk akuntan public antara lain
yaitu :
 Temuan kesalahan material saat dilakukan evaluasi ulang.
 Pelaporan operasi system keuangan setelah terlibat dalam perancangan dan
implementasi system tersebut.
 Salah satu contohnya dalam akuntan bisnis yaitu keputusan bisnis atau data yang
sedang ditinjau oleh akuntan professional yang sama yang membuat keputusan
bisnis atau penyiapan data tersebut.
c. Advokasi (advocacy) ialah ancaman yang dapat timbul bila akuntan professional
mendukung suatu posisi atau pendapat sampai titik diaman objektifitas dapat
dikompromikan . contohnya yaitu :
 Mempromosikan saham perusahaan public dari klien, dimana perusahaan tersebut
merupakan klien audit.
 Bertindak sebagai pengacara (penasihat hukum) untuk klien penjaminan dalam
suatu litigasi atau perkara perselisihan dengan pihak ketiga.
d. Kekerabatan (familiarty) yaitu ancaman kekerabatan timbul dari kedekatan hubungan
sehingga akuntan professional menjadi terlalu bersimpati terhadap kepentingan orang lain
yang mempunyai hubungan dekat dengan akuntan tersebut. Contohnya langsung
ancaman kekeberatan untuk akuntan publik yaitu :
 Anggota tim mempunyai hubungan keluarga dekat dengan seorang direktur atau
penjabat perusahaan klien
 Anggota tim mempunyai hubungan keluarga dekat dengan seorang karyawan
klien yang memiliki jabatan yang berpengaruh langsung dan signifikan terhadap
pokok dari penugasan.

Contoh langsung ancaman kekerabatan untuk akuntan bisnis ialah


 Hubungan yang lama dengan rekan bisnis yang mempunyai pengaruh pada
keputusan bisnis.
 Penerimaan hadiah atau perlakuan khusus kecuali nialinya tidak signifikan.
e. Intimidasi (intimidation) yaitu ancaman yang timbul jika akuntan professional dihalang
untuk bertindak objektif, baik secara nyata maupun dipersepsikan. Contoh ancaman
intimidasi untuk akuntan public antara lain :
 Diancam dipecat atau diganti dalam hubungannya dengan penugasan klien
 Diancam dengan tuntutan hukum
 Ditekan secara tidak wajar untuk mengurangi ruang lingkup pekerjaan dengan
maksud untuk mengurangi free
Contoh ancaman intimidasi untuk akuntan bisnis yaitu :
 Ancaman pemecatan akuntan professional dalam bisnis atau anggota keluarga
dekat atas ketidaksetujuan penerapan prinsip akuntansi atau cara penerapannya.
 Seseorang yang mempunyai kepribadian yang dominan berusaha memengaruhi
proses pengambilan keputusan.

KODE ETIK PROFESI AKUNTAN INDONESIA (IAI), AKUNTAN PAJAK, AKUNTAN


PUBLIK, AKUNTAN PEMERINTAH

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:


a) Prinsip Dasar Etika,
Prinsip dasar etika yaitu integritas integritas, objektivitas, kompetensi dan kehati-
hatian profesiona, kerahasiaan dan perilaku profesional. Prinsip dasar etika bisnis juga
memberikan suatu kerangka konseptual dalam mengidentifikasi dan mengevaluasi ancaman
terhadap prinsip dasar etika serta menerapkan perlindungan untuk menghilangkan atau
mengurangi ancaman sampai pada tingkat yang dapat diterima.
b) Akuntan Profesional di Praktik Publik
Akuntan Profesional di Praktik Publik menjelaskan bagaimana penerapan prinsip
dasar etika bagi akuntan profesional yang memberikan jasa profesional kepada publik
(praktik publik)
c) Akuntan Profesional di Bisnis
Akuntan Profesional di Bisnis menjelaskan bagaimana penerapan prinsip dasar etika
di bagian A bagi akuntan profesional di organisasi tempatnya bekerja (bisnis)

Kode Etik Akuntan Pajak


1) Menjunjung tinggi integritas, martabat dan kehormatan :
 Dengan memelihara kepercayaan masyarakat
 Bersikap jujur dan berterus terang tanpa mengorbankan rahasia penerima jasa
 Dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan pendapat yang jujur,
tetapi tidak boleh menerima kecurangan atau mengorbankan prinsip
Mampu melihat mana yang benar, adil dan mengikuti prinsip obyektifitas dan kehati-
hatian.
2) Bersikap professional
 Senantiasa menggunakan pertimbangan moral dalam pemberian jasa yang dilakukan
 Senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan dan menghormati kepercayaan
masyarakat dan pemerintah
 Melaksanakan kewajibannya dengan penuh kehati-hatian, dan mempunyai kewajiban
mempertahankan pengetahuan dan ketrampilan.
3) Menjaga kerahasiaan dalam hubungan dengan Wajib Pajak
 Harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
menjalankan jasanya, dan tidak menggunakan atau mengungkapkan informasi tersebut
tanpa persetujuan.
 Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf atau karyawan maupun
pihak lain dalam pengawasannya dan pihak lain yang diminta nasehat dan bantuannya
tetap menghormati dan menjaga prinsip kerahasiaan.
Kode Etik Akuntan Publik
1) Integritas
Auditor harus memiliki integritas yang tinggi, sama seperti hal dalam kepentingan
publik, auditor adalah peran yang penting dalam organisasi, dalam menjalankan tanggung
jawabnya auditor harus memiliki integritas yang tinggi, tidak mementingkan kepentingan
sendiri tetapi kepentingan bersama atas dasar nilai kejujuran. Sehingga kepercayaan
masyarakat dan pihak – pihak lain memeliki kepercayaan yang tetap.
2) Objektivitas
Setiap auditor harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan kepentingan
dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya. Obyektivitasnya adalah suatu kualitas yang
memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan
auditor bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias,
serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain. Akan tetapi, setiap
auditor tidak diperbolehkan memberikan jasa non-assurance kepada kliennya sendiri, karena
dapat menimbulkan tindakan yang dapat melanggar peraturan atau kecurangan.
3) Kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan
pengetahuan dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan
bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa profesional dan teknik yang
paling mutakhir. Auditor diharapkan memiliki pengetahuan yang memadai dan sikap yang
konsistensi dalam menjalankan tanggung jawabnya.
4) Kerahasiaan
Setiap auditor harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasanya dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan klien atau pihak – pihak yang terkait, kecuali bila ada hak atau kewajiban
profesional atau hukum untuk mengungkapkannya.
5) Perilaku Profesional
Setiap auditor harus berperilaku yang konsisten dengan karakter yang dimiliki yang
harus dapat menyesuaikan perilakunya dengan setiap situasi atau keadaan dalam setiap
tanggung jawabnya terhadap klien.
Kode Etik Akuntan Pemerintah
Dalam menjalankan tugas profesionalnya, akuntan pemerintah dituntut untuk
mematuhi kodeetik profesi. Kode etik profesi merupakan kaidah-kaidah yang menjadi
landasan bagieksistensi profesi dan sebagai dasar terbentuknya kepercayaan masyarakat
karena denganmematuhi kode etik, akuntan pemerintah diharapkan dapat menghasilkan
kualitas kinerja yang paling baik bagi masyarakat.
Berikut beberapa contoh penerapan kode etik profesi akuntansi pemerintahan:
a) Menjalankan pemeriksaan sesuai dengan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
b) Mematuhi kode etik pemeriksa.
c) Melaksanakan sistem pengendalian mutu.

DILEMA ETIKA YANG DIHADAPI PROFESI AKUNTAN


Dilema etika merupakan suatu situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia harus
membuat keputusan tentang perilaku seperti apa yang tepat untuk dilakukannya.
Para auditor, akuntan, serta pelaku bisnis lainnya menghadapi banyak dilema etika dalam
karir bisnis mereka. Melakukan kontak dengan seorang klien yang mengancam akan mencari
seorang auditor baru kecuali jika auditor itu bersedia untuk menerbitkan sutu pendapat wajar
tanpa syarat, akan mewakili suatu dilema etika yang serius terutama jika pendapat wajar tanpa
syarat bukanlah pendapat yang tepat untuk diterbitkan. Memutuskan apakah akan berkonfrontasi
dengan seorang atasan yang telah menyatakan nilai pendapatan departemennya secara material
lebih besar daripada nilai yang sebenarnya agar dapat menerima bonus lebih besar merupakan
suatu dilema etika yang sulit. Tetap menjadi bagian manajemen sebuah perusahaan yang selalu
mengusik dan memperlakukan para pegawainya dengan tidak layak atau melayani para
pelanggannya secara tidak jujur merupakan suatu dilema moral, khususnya jika ia memiliki
keluarga yang harus dibiayai serta terdapat persaingan yang sangat ketat dalam lapangan
pekerjaan. Dimana setiap profesi pasti pernah mengalami dilema etika. Dilema etika merupakan
situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana ia merasa bingung untuk mengambil suatu
keputusan tentang perilaku apa yang seharusnya dilakukan. Banyak alternatif untuk
menyelesaikan dilema-dilema etika, hanya saja diperlukan suatu perhatian khusus dari tiap
individu untuk menghindari rasionalisasi tindakan-tindakan yang kurang atau bahkan tidak etis.
Kode etik yang digunakan oleh para profesional beranjak dari bentuk pertanggunjawaban
profesi kepada masyarakat. Akuntan sebagai sebuah profesi juga tidak terlepas dari
pertanggungjawaban kepada masyarakat. Sebenarnya akuntan di dalam aktivitas auditnya banyak
hal yang harus dipertimbangkan, karena dalam diri auditor mewakili banyak kepentingan yang
melekat dalam proses audit (built-in conflict of interest).Seringkali dalam pelaksanaan aktivitas
auditing, seorang auditor berada dalam konflik audit. Konflik dalam sebuah audit akan
berkembang pada saat auditor mengungkapkan informasi tetapi informasi tersebut oleh klien
tidak ingin dipublikasikan kepada umum.

Prinsip-Prinsip Etika
Prinsip etika seorang auditor terdiri dari enam yaitu:
1. Rasa Tanggungjawab (Responsibility)
Mereka harus peka serta memiliki pertimbangan moral atas seluruh aktivitas yang mereka
lakukan
2. Kepentingan Publik
Auditor harus menerima kewajiban untuk bertindak sedemikian rupa agar dapat melayani
kepentingan orang banyak, menghargai kepercayaan public, serta menunjukan
komitmennya pada profesionalisme.
3. Integritas
Mempertahankan dan memperluas keyakinan public
4. Obyektifitas dan Independensi
Auditor harus mempertahankan obyektifitas dan terbebas dari konflik antar kepentingan
dan harus berada pada posisi yang independen
5. Due Care
Auditor harus selalu memperhatikan standar tekhnik dan etika profesi dengan
meningkatkan kompetensi dan kualitas jasa, dan melaksanakan tanggung jawab sesuai
dengan kemampuan terbaiknya
6. Lingkup dan Sifat Jasa
Auditor yang berpraktik bagi public harus memperhatikan prinsip-prinsip pada kode etik
profesi dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang disediakan
Pandangan Mengenai Dilema Etika
Dilema pada pelaksanaan tugas sebagai akuntan publik, merupakan masalah sulit dimana
pada kondisi tersebut mengharuskan akuntan publik menentukan pilihan antara dua
kemungkinan yang sama-sama tidak menyenangkan atau tidak menguntungkan ; dalam hal ini
berarti situasi tersebut sulit dan membingungkan.
Sebetulnya antara auditor, akuntan publik dan pebisnis, ketiga pihak ini saling merupakan
partner kerja dan ada saling ketergantungan; disamping mereka banyak menghadapi dilema
etika, baik dalam karir maupun bisnis.
• Bernegosiasi dengan klien yang mengancam akan mencari auditor baru, kalau hasil
auditnya tidak memperoleh pendapat wajar tanpa pengeculian, jelas merupakan dilema
bagi auditor karena pendapat itu tidak sesuai dengan integritasnya.
• Memutuskan apakah akan menegur supervisornya yang telah melakukan “lebih saji
secara material” dari nilai pendapatan unit kerja akuntan independen untuk mendapatkan
bonus yang lebih besar merupakan dilema yang sulit.
Dilema pada pelaksanaan tugas sebagai akuntan publik, merupakan masalah sulit dimana
pada kondisi tersebut mengharuskan akuntan publik harus menentukan pilihan antara dua
kemungkinan yang sama-sama tidak menyenangkan atau tidak menguntungkan ; dalam hal ini
berarti situasi tersebut sulit dan membingungkan.
Contoh :
Contoh umum dari dilema etika dimana manajemen memerintahkan karyawan yang lebih
rendah posisinya untuk mencatat transaksi dalam cara yang salah. Sebagai contoh, sebuah
perusahaan pada tanggal 31 Desember akhir tahun kalender, menandatangani kontrak dengan
konsumen untuk memberikan jasa. Kontrak ini biasanya ditandatangani tanggal 1 Desember
untuk jangka waktu setahun. Prinsip-prinsip akuntansi akrual mewajibkan perusahaan untuk
mencatat pendapatan  untuk satu bulan saja, yaitu Desember. Sisa pendapatan mesti diakui pada
laporan keuangan tahun depan. Namun, manajemen memerintahkan karyawan untuk mereka
mengakui seluruh nilai yang tercantum dalam kontrak pada bulan Desember untuk meningkatkan
pendapatan tahun berjalan. Harapannya manajemen menerima bonus karena peningkatan
pendapatan perusahaan dan bawahan menerima pengakuan dalam penilaian kinerja mendatang.

Solusi
Sayangnya, dilema etika, seperti contoh yang diberikan, sudah umum terjadi. Untuk
membantu mengekang keinginan melakukan praktek akuntansi yang agresif dan mengabaikan
perilaku beretika, sejumlah organisasi mewajibkan akuntan professional mereka   mengambil
kursus pendidikan profesional  etika secara berkelanjutan. Selain itu, sejumlah perusahaan
menetapkan sistem whistleblower Hotline untuk mendorong karyawan untuk menunjukkan
kejujuran dan integritas di tempat kerja.

Anda mungkin juga menyukai