Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGUNGKAPAN DAN TRANSPARANSI,


PENGENDALIAN INTERNAL
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Tata Kelola Perusahaan
Dosen Pengampu : Dewi Rahayu, M.Ak

Disusun Oleh :
Ameliatus Solikha (190221100155)
Mutiara Simbolon (190221100165)
Farihatun Hasanah (190221100167)
Masbakhatul Muniroh (190221100172)

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA
2021
DAFTAR ISI

COVER
DAFTAR ISI...............................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
PENDAHULUAN......................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................2
1.3 Tujuan Makalah................................................................................................................2
BAB II........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN........................................................................................................................3
12.1 Latar Belakang.............................................................................................................3
12.2 Kebijakan Pengungkapan............................................................................................4
12.3 Prinsip Comply or Explain terhadap CG Code...........................................................6
12.4 Saluran Komunikasi....................................................................................................6
12.5 Pengungkapan dan Transparansi oleh Pihak Perantara (Intermediaries)...................7
12.6 Peran Pengendaliaan Internal dan Manajemen Risiko dalam Mengurangi Konflik
Keagenan dan Penegakan GCG..............................................................................................8
BAB III.....................................................................................................................................12
PENUTUP................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................13

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya kami
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ” Pengungkapan dan Transparansi, Pengendalian
Internal”. Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dewi
rahayu selaku dosen mata kuliah Tata Kelola perusahaan yang sudah memberikan
kepercayaan kepada kami untuk menyelesaikan tugas ini.

Kami sangat berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam rangka menambah pengetahuan
juga wawasan menyangkut pengendalian internal dalam penerapan Good Corporate
Governance.

Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi
perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada
sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para
pembaca. Kami mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang
berkenan.

Bangkalan, 24 Mei 2021

Tim Penyusun

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat krisis tahun 1997–1998, perusahaan–perusahaan Indonesia mendapatkan nilai


CGPI (Corporate Governance Perception Index) paling rendah di tingkat Asia (McKinsey
Company, 1999). Nilai CGPI atau persepsi investor merupakan penilaian mengenai praktik
corporate governance. Salah satu penyebab rendahnya nilai tersebut adalah tata kelola
perusahaan yang tidak efektif dan tingkat transparansi yang rendah (PERC, 1999).
Transparansi adalah keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan
keterbukaan dalam mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan.
Pengungkapan dan transparansi merupakan satu prinsip dalam GCG (Good Corporate
Governance oleh OECD, 2004) menjadi tolak ukur tingkat kepercayaan publik kepada
perusahaan karena pengungkapan dan transparansi memberikan berbagai informasi aktivitas
perusahaan. Oleh sebab itu, setelah adanya krisis keuangan, investor menjadi lebih
memperhatikan pengungkapan informasi perusahaan yang bersifat sukarela (Ho dan Wong,
2001) karena mandatory disclosure dirasa belum memenuhi kebutuhan informasi yang
diinginkan investor dari laporan tahunan perusahaan (Hrasky dan Collet, 2005).Pemerintah
Indonesia secara aktif mendorong perusahaan di Indonesia untuk mempraktikan tata kelola
perusahaan dengan mengeluarkan berbagai peraturan perundang-undangan. Tahun 1999,
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesiamembentuk Komite Nasional
Kebijakan Governance (KNKG) dan mengeluarkan Pedoman Good Corporate
Governance(GCG) melalui KEP/31/M.EKUIN/08/1999. Di samping itu, Bapepam sebagai
regulator BEI mengeluarkan Kep-305/BEJ/07-2004 tentang Pencatatan Saham dan Efek
Bersifat Ekuitas selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat yang mewajibkan
perusahaan publik untuk menyelenggarakan GCG.

Keputusan Bapepam tersebut mewajibkan perusahaan untuk memiliki komisaris


independen, komite audit dan sekretaris perusahaan dalam praktik tata kelola perusahaan.
Tata kelola perusahaan atau corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam
meningkatkan efisiensi ekonomi dan pertumbuhan serta meningkatkan kepercayaan investor.
Tata kelola perusahaan melibatkan seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara

1
pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan
serta pemangku kepentingan lainnya (Cadbury Committe, 1992 dalam FCGI).

Melalui pengendalian internal yang baik, pelaksanaan tata kelola perusahaan mendorong
manajemen untuk melakukan pengungkapan sukarela sebagai salah satu cara untuk
meminimalkan asimetri informasi (Healy dan Palepu, 2001). Dua hal yang ditekankan dalam
konsep good corporate governance, yaitu: (1) pentingnya hak pemegang saham untuk
memperoleh informasi dengan benar, akurat dan tepat pada waktunya, dan (2) kewajiban
perusahaan untuk melakukan pengungkapan secara akurat, tepat waktu, dan transparan
terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholder(Sulistyanto dan
Wibisono, 2003).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa maksud dari prinsip pengungkapan dan transparansi?


2. Apa saja kebijakan dalam pengungkapan?
3. Apa yang dimaksud dengan prinsip “Comply or Explain” terhadap CG Code?
4. Bagaimana saluran komunikasi yang digunakan perusahaan untuk mendiseminasi
informasi?
5. Bagaimana pengungkapan & transparansi oleh pihak perantara (intermediaries)?
6. Apa peran pengendalian internal dan manajemen resiko dalam mengurangi konflik
keagenan dan penegakan GCG?

1.3 Tujuan Makalah

1. Mendeskripsikan prinsip pengungkapan dan transparansi.


2. Memaparkan kebijakan dalam pengungkapan.
3. Menjelaskan prinsip “Comply or Explain” terhadap CG Code.
4. Menjelaskan saluran komunikasi yang dapat digunakan perusahaan untuk
mendiseminasi informasi.
5. Mendeskripsikan pengungkapan & transparansi oleh pihak perantara (intermediaries).
6. Memaparkan peran pengendalian internal dan manajemen resiko dalam mengurangi
konflik keagenan dan penegakan GCG?

2
BAB II
PEMBAHASAN
12.1 Latar Belakang

Prinsip transparansi mengharuskan informasi tersedia dan dapat langsung diakses oleh
pihak-pihak yang berkepentingan dengan informasi tersebut. Prinsip pengungkapan dan
transparansi menyatakan bahwa perusahaan harus mengungkapkan semua informasi material
mengenai perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Beberapa informasi material tersebut
antara lain kondisi keuangan, struktur kepemilikan, transaksi pihak berelasi, dan tata kelola
perusahaan. Laporan keuangan perusahaan harus di audit oleh auditor eksternal yang
independen dan kompeten, serta media komunikasi harus memberikan akses informasi yang
relevan yang sama, tepat waktu, dan efisien dari sisi biaya untuk semua pemangku
kepentingan.

Prinsip ini terutama berguna bagi pihak pengguna informasi eksternal karena pihak
eksternal mempunyai keterbatasan akses informasi sebagaimana yang dimiliki pihak internal
(manajemen, pemegang saham, pengendali). Adanya ketidakseimbangan informasi antara
pihak eksternal dan internal yang tercermin dari pihak internal ilegal/tidak etis dan
mengakibatkan kerugian besar bukan hanya pada perusahaan dan pemegang sahamnya, tetapi
juga untuk perekonomian secara keseluruhan.

Aturan pengungkapan yang transparan akan mengurangi ketidakseimbangan informasi


sehingga kemungkinan terjadinya tindakan yang dapat merugikan perusahaan dapat
diperkecil. Adanya praktik pengungkapan yang baik di suatu pasar modal dapat
meningkatkan minat investor untuk berinvestasi dan juga melindungi investor. Informasi
yang disampaikan perusahaan kepada investor perlu disediakan secara reguler, dapat
diandalkan, dan dapat dibandingkan dengan cukup rinci agar investor dapat menilai
akuntabilitas manajemen dan mengambil keputusan

Terdapat dua jenis pengungkapan, yaitu pengungkapan wajib dan pengungkapan


sukarela. Regulator menetapkan pengungkapan wajib apa saja yang harus dilakukan
perusahaan. Peraturan Bapepam- LK mengharuskan perusahaan publik untuk menyampaikan
laporan keuangan tengah tahunan dan tahunan (X.K.2), serta menyampaikan laporan tahunan
(X.K.6). Bursa Efek Indonesia juga mengatur kewajiban perusahaan tercatat untuk
menyampaikan laporan keuangan interim ( Peraturan No I-E). Perusahaan secara sukarela
juga dapat melakukan pengungkapan sukarela, melebihi pengungkapan wajib yang

3
diharuskan regulator. Yang perlu diungkapkan adalah yang material yaitu informasi yang jika
tidak diungkapkan atau disajikan secara tidak wajar akan mempengaruhi pengambilan
keputusan ekonomis oleh pengguna informasi.

12.2 Kebijakan Pengungkapan

Menurut OECD (2004) pengungkapan harus termasuk, namun tidak terbatas pada,
informasi material terkait :

1. Kinerja keuangan dan operasi perusahaan

2. Tujuan perusahaan

3. Kepemilikan dan hak suara utama

4. Kebijakan remunerasi untuk anggota dewan komisaris dan direksi dan informasi
mengenai anggota dewan termasuk kualifikasinya, proses seleksi, jabatan direktur dan
komisaris perusahaan yang lain dan apakah mereka independen

5. Transaksi pihak berelasi

6. Faktor- faktor risiko yang diketahui

7. Isu terkait karyawan dan pemangku kepentingan lain

8. Struktur dan kebijakan tata kelola, terutama kode atau kebijakan tata kelola yang ada
dan proses implementasinya.

Berdasarkan UU PT No.40 tahun 2007 dan UU pasar modal, perusahaan terdaftar harus
membuat dan menyerahkan laporan keuangan yang disusun berdasarkan standar akuntansi
keuangan. Laporan keuangan tersebut terdiri dari laporan posisi keuangan ( neraca), Laporan
laba rugi komperhensif, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan
keuangan. Didalam laporan keuangan juga terdapat pengungkapan mengenai struktur
kepemilikan perusahaan laporan keuangan auditan dapat diperoleh dari perusahaan dan di
website Bursa Efek Indonesia.

Penerapan standar pelaporan yang berkualitas dapat secara signifikan meningkatkan


kemampuan investor untuk melakukan pengawasan atas perusahaan dengan membverikan
pelaporan yang semakin meningkatkan keandalannya dan daya bandingnya dan juga

4
memberikan informasi yang lebih baik mengenai kinerja perusahaan. Prinsip pengungkapan
dan transparansi mendukung adanya pengembangan standar internasional yang berkualitas
tinggi yang dapat berperan dalam transparansi dan daya banding laporan keuangan antar
perusahaan dan juga antar negara. Standar tersebut harus dikembangkan dengan melibatkan
sektor privat dan pihak lain yang berkepentingan seperti asosiasi profesi dan ahli yang
independen. Standar domestik yang berkualitas tinggi dapat dicapai dengan membuat standar
domestik tersebut konsisten dengan standar akuntansi internasional tersebut.

Peraturan Bapepam-LK No X.K.6 mengenai Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan


mengharuskan perusahaan terdaftar untuk menyampaikan laporan tahunan kepada OJK
paling lama 4 bulan setelah tahun buku berakhir. Laporan tahunan wajib dimuat dalam
website emiten atau perusahaan publik bersamaan dengan disampaikan laporan tahunan
tersebut kepada OJK. Laporan wajib memuat :

a) ikhtisar data laporan keuangan penting,


b) laporan dewan komisaris,
c) laporan direksi,
d) profil perusahaan,
e) analisis dan pembahasan manajemen,
f) tata kelola perusahaan,
g) tanggung jawab sosial perusahaan,
h) laporan keuangan tahunan yang telah diaudit, dan
i) surat pernyataan tanggung jawab dewan komisaris dan direksi atas kebenaran
isi laporan tahunan.

Di dalam aturan tersebut juga diatur kewajiban pengungkapan mengenai sistem


manajemen resiko dan pengendalian internal. Namun, belum ada aturan yang mengharuskan
perusahaan mengungkapkan kepatuhannya terhadap pedoman GCG yang dikerluarkan
KNKG. Didalam laporan tersebut juga diharuskan dilakukan pengungkapan mengenai
anggota dewan, diantaranya terkait kualifikasi, kehadiran dalam rapat, independensi,
remunerasi. Hal lain juga wajib diungkapkan adalah kepemilikan, termasuk informasi
mengenai pemegang saham utama dan pengendali, baik langsung maupun tidak langsung,
sampai kepada pemilik individu, yang disajikan dalam bentuk skema atau diagram. Aturan
terkait kepemilikan ultimat tersebut baru diatur dalam peraturan X.K.6 yang direvisi pada
tahun 2012. Transaksi pihak berelasi juga harus diungkapkan. Hal ini juga di atur dalam

5
PSAK no. 7 pengungkapan pihak berelasi, yang juga mengatur mengenai kewajiban untuk
mengungkapkan remunerasi dewan. Kewajiban mengungkapkan remunerasi dewan tersebut
juga diatur dalam peraturan X.K.6. peraturan Bapepam-LK (X.K.1) juga mengharuskan
perusahaan untuk mengungkapkan kepada publik informasi yang secara material dapat
mempengaruhi harga saham dalam waktu 2 hari.

12.3 Prinsip Comply or Explain terhadap CG Code

Idealnya, perusahaan publik harus mengungkapkan dalam laporan tahunan pernyataan


mengenai bagaimana perusahaan menerapkan CG code sehingga memungkinkan pemegang
saham untuk mengevaluasi bagaimana prinsip-prinsip tersebut telah diterapkan, pernyataan
apakah perusahaan publik telah mematuhi atau tidak mematuhi semua prinsip dalam CG code
tersebut selama satu periode tahun buku. Perusahaan harus mengungkapkan alasan mengapa
perusahaan tidak mematuhi CG code tersebut. Salah satu negara yang sudah mewajibkan hal
tersebut adalah inggris. Di Indonesia sampai saat ini belum ada kewajiban melaksanakan
prinsip “ comply or explain” tersebut, namun OJK merencanakan untuk menerapkan
ketentuan tersebut, seperti yang tercantum dalam CG Roadmap yang diluncurkan OJK pada
bulan Februari 2014.

Dewan Komisioner Otoritas Jasa keuangan menetapkan   Peraturan Otoritas Jasa


Keuangan Nomor 21/POJK.04/2015, yang mulai berlaku sejak 17 November 2015 (“POJK
21/2015”). POJK 21/2015 mengatur pedoman tata kelola bagi perusahaan terbuka yang
pelaksanaannya dilakukan melalui pendekatan terapkan atau jelaskan (comply or explain).
Tepatnya pada bab III poin ke 1.

“Penerapan Pedoman Tata Kelola oleh Perusahaan Terbuka dilakukan melalui


pendekatan ‘Terapkan atau Jelaskan’ (Comply or Explain). Dengan pendekatan ‘Terapkan
atau Jelaskan’ (Comply or Explain), Perusahaan Terbuka direkomendasikan melaksanakan
rekomendasi penerapan aspek dan prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Dalam hal
Perusahaan Terbuka belum melaksanakan rekomendasi tersebut, Perusahaan Terbuka wajib
menjelaskan alasannya dan alternatif pelaksanaannya (jika ada).”

12.4 Saluran Komunikasi

Saluran yang digunakan perusahaan untuk mendiseminasi informasi harus memberikan


akses yang adil, tepat waktu, dan efisien bagi pengguna informasi. Salurtan untuk komunikasi
dapat bernilai sama pentingnya dengan isi informasi itu sendiri. Internet dan teknologi
informasi lain dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan desimenasi informasi karena
informasi diinternet dapat diakses dengan mudah dan tepat waktu kepada siapapun yang
mempunyai akses ke internet. Peraturan Bapepam-LK X.K.6 mengharuskan perusahaan
publik untuk menyediakan soft copy laporan keuangan mereka di website perusahaan.

6
Pengumuman yang disampaikan perusahaan ke bursa efek indonesia akan ditampilkan dalam
website, termasuk laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan publik.
KEPUTUSAN KETUA BADAN PENGAWAS PASAR MODAL DAN LEMBAGA
KEUANGAN NOMOR: KEP-431/BL/2012 pasal 3, “Emiten atau Perusahaan Publik yang
telah memiliki laman (website) sebelum berlakunya Peraturan ini, wajib memuat laporan
tahunan pada laman (website) tersebut. Bagi Emiten atau Perusahaan Publik yang belum
memiliki laman (website), maka dalam jangka waktu 1 (satu) tahun sejak berlakunya
Peraturan ini, Emiten atau Perusahaan Publik dimaksud wajib memiliki laman (website) yang
memuat laporan tahunan.”

12.5 Pengungkapan dan Transparansi oleh Pihak Perantara (Intermediaries)

Kerangka tata kelola perusahaan harus dilengkapi dengan pendekatan efektif yang
menyediakan dan mendorong analisis, broker, agen pemeringkat, dan pihak lain untuk
melakukan analisis atau memberikan nasihat yang relevan untuk investor, yang bebas dari
konflik kepentingan yang dapat mempengaruhi integritas analisi atau nasihat pihak- pihak
tersebut.
Selain diperlukan auditor ekternal yang kompeten dan independen, dan juga untuk
memfasilitasi diseminasi informasi yang tepat waktu, diperlukan langkah-langkah untuk
memastikan integritas dari profesi dan aktivitas pihak-pihak yang melakukan analisis dan
memberikan saran ke pasar. Pihak-pihak perantara tersebut memerankan peranan penting
dalam mendorong dewan untuk mengikuti praktik tata kelola perusahaan yang baik.
Masalah akan timbul jika pihak-pihak perantara tersebut memiliki konflik kepentingan
yang dapat mempengaruhi kepentingan mereka.konflik tersebut dapat terjadi jika pihak yang
memberikan masukan ke perusahaan juga ingin memberikan jasa lain ke perusahaan, atau
jika mereka memiliki kepentingan material diperusahaan atau di perusahaaan pesaing.
Salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah keharusan pengungkapan penuh atas
konflik kepentingan dan bagaimana entitas perantara mengelola konflik tersebut. Salah satu
aspek pengungkapan yang penting adalah bagaimana entitas merancang insentif untuk
karyawannya untuk mengeliminasi potensi konflik kepentingan, sehingga investor dapat
menilai rasio yang ada dan kemungkina bias yang timbul.
Perusahaan harus melaporkan praktek tata kelola perusahaannya, bahkan di sejumlah
negara pengungkapan tersebut telah diwajibkan sebagai bagian dari pelaporan berkala. Di
beberapa negara, perusahaan diwajibkan untuk mengimplementasikan praktek tata kelola
perusahaan, atau memerlukan pengesahan oleh otoritas pasar modal terhadap kewajiban
pelaporan dengan dasar kriteria ”memenuhi atau perlu penjelasan”.  Informasi yang harus
diungkapkan oleh Perseroan meliputi pengungkapan yang tidak terbatas pada visi, misi,
sasaran usaha , strategi, kondisi keuangan, susunan dan kompensasi Direksi dan Dewan
Komisaris, Pemegang Saham mayoritas, kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan Dewan
Komisaris beserta keluarganya dalam Perseroan dan Perusahaan lainnya, sistem manajemen
risiko, sistem pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan GCG serta

7
tingkat kepatuhan dalam penerapannya, dan kejadian-kejadian penting yang dapat
mempengaruhi kondisi Perseroan secara proporsional.

12.6 Peran Pengendaliaan Internal dan Manajemen Risiko dalam Mengurangi


Konflik Keagenan dan Penegakan GCG

Sistem tata kelola perusahaan yang efektif memungkinkan perusahaan mencapai tingkat
kepatuhan dan kinerja yang sesuai ekspektasi pemegang saham dan pemangku kepentingan.
Oleh karena itu, diperlukan pengendalian internal yang efektif dan manajemen resiko dalam
proses bisnis normal dan juga proses tata kelola perusahaan, dan kedua hal tersebut
membentuk kerangka akuntabilitas dan pelaporan reguler ke pemegang saham (HK CPA,
2005)
Pengendalian internal sangan penting untuk memastikan keberhasilan operasi perusahaan
dan berjalannya operasi sehari-hari perusahaan sertamembantu perusahaan mencapai tujuan
usahanya. Cakupan pengendalian intern sangat luas , yaitu termasuk semua pengendalian
yang terkait proses strategis, tat kelola, dan manajemen, yang mencakup semua aktivitas dan
operasi perusahaan. Tidak hanya terbatas pada aspek keuangan dan pelaporan semata.
Cakupannya juga bukan hanya semata aspek kepatuhan, tetapi juga aspek kinerja perusahaan.
Pengendalian internal (COSO, 2013) adalah proses yang dipengaruhi oleh dewan,
manajemen, dan personel lain di perusahaan, yang dirancang untuk memberikan
keyakinanmemadai terkait pencapaian tujuan tersebut :
1. Efektivitas dan efisiensi operasi.
2. Keandalan pelaporan keuangan.
3. Kepatuhan terhadap hukum dan regulasi yang berlaku.
Kerangka pengendalian internal COSO (2013) menyebutkan tiga kategori tujuan yang
terkait dengan aspek pengendalian internal yang berbeda-beda, yaitu ujuan operasi
(efektivitas dan efisiensi operasi perusahaan, termasuk tujuan kinerja operasi dan keuangan,
serta melindungi aset perusahaan), tujuan pelaporan (pelaporan keuangan dan non keuangan
baik internal maupun eksternal), dan tujuan kepatuhan (kepatuhan terhadap hukum dan
regulasi yag berlaku).
Pengendalian internal terdiri dari 5 komponen yang terintegrasi, yaitu (COSO, 2013) :

1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian adalah kumpulan standar, proses, dan struktur yang
memberikan dasar untuk menjalankan pengendalian internal dalam perusahaan.
Direksi dan dewan komisaris adalah pihak yang bertanggung jawab untuk
memberikan ontoh (sering disebut dengan istilah tone at the top) pentingnya
pengendalian internal bagi seluruh karyawan di perusahaan. Lingkungan
pengendalian terdiri atas nilai integritas dan etika organisasi, parameter yang
memungkinkan Dewan Komisaris untuk menjalankan fungsi pengawasannya,

8
struktur organisasi dan penetapan otoritas dan tanggung jawab, proses untuk
menarik, mengembagkan, dan mempertahankan orang-orang yang kompeten,
serta ukuran, insentif dan imbalan kinerja yang sesuai untuk mendorong
akuntabilitas atas kinerja.
2. Penilaian Risiko
Penilaian risiko adalah proses dinamis dan iteratif untuk mengidentifikasi dan
meniali risiko dari pencapaian tujuan perusahaan. Penilaian risiko merupakan
dasar untuk menentukan bagaimana mengelola risiko. Sebelum melakukan
penilaian risiko, perusahaan perlu menetapkan tujuan perusahaan yang kemudian
dikaitkan dengan berbagai tingkat yang ada di perusahaan terkait dengan operasi,
pelaporan, dan kepatuhan. Manajemen menetapkan tujuan tersebut dengan cukup
jelas yang memungkinkan mereka untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko
dari tujuan tersebut. Penilaian risiko juga mengharuskan manajemen untuk
mempertimbangkan pengaruh dari kemungkinan [erubahan yang terjadi dalam
lingkungan eksternal dan perubahan dalam model bisnis perusahaan yang dapat
menyebabkan pengendalian internal menjadi tidak efektif.
3. Aktivitas Pengendalian
Aktivita spengendalian adalah tindakan yang dilakukan berdasarkan kebijakan
dan prosedur untuk memastikan arahan manajemen untuk memitigasi risiko untuk
mencapai tujuan telah dijalankan. Aktivitas tersebut dilakukan di tiap tingkat
dalam perusahaan, dalam setiap proses bisnis. Beberapa aktivitas tersebut antara
lain otorisasi dan persetujuan, verifikasi, rekonsiliasi dan penilaian kinerja bisnis.
Dalam aktivitas pengendalian diperlukan adanya pemisahan tugas, yang apabila
tidak dimungkinkan maka perlu diganti dengan aktivitas pengendalian yang lain.
4. Informasi dan Komunikasi
Informasi sangat penting bagi perusahaan untuk menjalankan pengendalian
internal. Manajemen mendapatkan atau menghasilkan dan menggunakan
informasi yang relevan dari berbagai sumber (internal dan eksternal) untuk
mendukungberfungsinya komponen pengendalian internal. Komunikasi adalah
proses berkelanjutan dan iteratif untuk menyediakan, membagi, dan mendapatkan
informasi yang diperlukan. Komunikasi internal adalah cara mendiseminasikan
informasi di dalam perusahaan. Komunikasi eksternal memungkinkan perusahaan
untuk mendapatkan informasi yang relevan dari luar dan memberikan informasi
yang diperlukan pihak eksternal.

9
5. Aktivitas Monitoring
Monitoring adalah evaluasi untuk menilai apaksh detiap elemen dari
pengendalian internal sudah ditetapkan dan berfungsi sebagaimana seharusnya.
Evaluasi terus menerus diterapkan dalam proses bisnis pada berbagai tingkat di
perusahaan akan memberikan informasi yang tepat waktu. Evaluasi terpisah yang
dilakukan secara periodik dapat dilakukan sesuai kebutuhan . teuan dari
monitoring akan dievaluasi terhadap kriteria yang ditetapkan regulator, badan
yang menetapkan standar yang diakui, atau Direksi dan Dewan Komisaris. Setiap
defiesiensi dikomunikasikan ke Direksi dan Dewan Komisaris.

Dengan sistem pengendalian internal yang efektif, Direksi dan Dewan Komisaris
mempunyai keyakinan yang memadai bahwa operasi perusahaan berjalan secara efektif dan
efisien, dapat memprediksi secara memadi sift dan waktu terjadinya kejadian kesternal yang
dapat mempengaruhi perusahaan serta memitigasi risiko yang timbul ke tingkat yang wajar,
melakukan pelaporan yang sesuai dengan peraturan yang ada, serta mematuhi hukum dan
peraturan yang berlaku. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan tersebut, berarti
perusahaan juga patuh terhadap berbagai aturan yang ditetapkan regulator terkait konflik
kepentingan khususnya dan tata kelola perusahaan pada umumnya.

Setiap perusahaan mempunyai eksposur terhadap risiko. Risiko adalah elemen yang
tidak dapat dihindari dari suatu bisnis. Setiap perusahaan harus dapat mengidentifikasi dan
mengevaluasi berbagai risiko yang dihadapinya dan menggunakan hasil analisis tersebut
dalam pengambilan keputusan perusahaan. Beberapa jenis risiko yang umumnya dihadapi
perusahaan (HK CPA, 2009) adalah risiko bisnis (seperti strategi bisnis yang salah, terget
pengambilan), risiko keuangan (seperti risiko kredit, risiko tingkat bunga, penyalahgunaan
sumberdaya keuangan perusahaan, terjadinya fraud), risiko kepatuhan (seperti melanggar
aturan regulator pasar modal dan aturan Bursa Efek), risiko operasi dan lainnya (seperti
proses manajemen yang tidak efektif dan efisien, kehilangan aset).

Manajemen risiko penting untuk mengurangi kemungkinan tujuan perusahaan tidak


tercapai karena adanya kejadian yang tidak terduga. Dewan harus menentukan jenis dan
tingkat risiko yang dapat diterima perusahaan, da mempertahankan risiko pada tingkat
tersebut. Pengendalian internal adalah salah satu cara mengelola risiko (HK CPA, 2005).

10
Perusahaan perlu menerapkan manajemen risiko secara efektif, yang disesuaikan
dengan tujuan, kebijakan usaha, ukuran dan kompleksitas usaha serta kemampuan
perusahaan. Perusahaan perlu menyeimbangkanantara mengambil risiko dan menghindari
risiko. Dewan Komisaris, terutama Komisaris Independen, mempunyai peranan penting
untuk mengawasi Direksi sehingga dapat membatasi keinginan Direksi untuk melakukan
ekspansi yang mempunyai risiko tinggi, yang berpotensi merugikan perusahaan. Keinginan
Direksi tersebut dapat menimbulkan konflik kepentingan dengan tujuan mensejahterakan
pemegang saham. Sistem manajemen risiko yang berfungsi baik dapat mengurangi konflik
tersebut dan membantu dewan dalam menerapkan tata kelola perusahaan yang baik.

Direksi bertanggung jawab dalam perancangan dan implementasi sistem pengendalian


internal dan Dewan Komisaris melakukan pengawasan. Dalam melaksanakan tugas tersebut,
salah satu unit yang membantu Direksi adalah unit audit internal. Emiten atau perusahaan
publik harus mempunyai unit audit internal. Bank juga diwajibkan oleh BI untuk membentuk
Satuan Kerja Audit Internal (auditor internal).

Auditor internal wajib menguji dan mengevaluasi pelaksanaan sistem amanajemen


risiko sesuai dengan kebijakan perusahaan. Dalam Peraturan Bapepam-LK disebutkan bahwa
salah satu tanggungjawab Komite Audit adalah melakukan penelaahan terhadap aktivitas
pelaksanaan manajemen risiko yang dilakuakn oleh Direksi, jika Emiten atau Perusahaan
Publik tidak memiliki fungsi pemantauan risiko di bawah Dewan Komisaris. Dalam beberapa
perusahaan fungsi tersebut dilakukan oleh Komite Pemantau Risiko di bawah Dewan
Komisaris. Khusus untuk bank, BI juga mengharuskan bank untuk mempunyai Komite
Pemantau Risiko. BI juga mewajibkan Direksi setiap bank untuk membentuk Satuan Kerja
Manajemen Risiko dan Komite Manajemen Risiko.

Laporan tahunan perusahaan diharuskan (Peraturan Bapepam-LK No. X.K.6)


mengungkapkan mengenai sistem pengendalian internal yang diterapkan oleh perusahaan
(paling kurang mengenai pengendalian keuangan dan operasional, serta kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan lainnya; dan reviu gambaran umum mengenai sistem
manajemen risiko perusahaan ; jenis risiko dan cara pengelolaannya; dan reviu atas
efektivitas sistem manajemen risiko perusahaan).

11
BAB III
PENUTUP

Prinsip pengungkapan dan transparansi menyatakan bahwa perusahaan harus


mengungkapkan semua informasi material mengenai perusahaan secara akurat dan tepat
waktu dan informasi yang tersedia harus dapat diakses langsung oleh pihak yang
berkepentingan. Terdapat dua jenis pengungkapan yaitu pengungkapan wajib dan
pengungkapan sukarela. Jika perusahaan tidak mematuhi aturan CG code maka perusahaan
harus mengungkapan alasan mengapa tidak menggunakan aturan tersebut. Alat atau sarana
yang memudahkan penyampaian pesan atau informasi suatu perusahaan disebut saluran
komunikasi, saluran komunikasi sama pentingnya dengan isi informasi itu sendiri. Pihak
perantara memiliki peranan penting dalam mendorong dewan untuk mengikuti praktik tata
kelola perusahaan yang baik.
Pengendalian internal sangan penting untuk memastikan keberhasilan operasi
perusahaan dan berjalannya operasi sehari-hari perusahaan serta membantu perusahaan
mencapai tujuan usahanya, tujuan terkait pengendalian internal sendiri terdiri dari 3 yaitu
tujuan operasi, tujuan pelaporan dan tujuan kepatuhan. Sedangkan untuk komponen
pengendalian internal yang terintegrasi ada lingkungan pengendalian, penilaian risiko,
aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, dan yang terakhir ada aktivitas
monitoring.

12
DAFTAR PUSTAKA
https://www.ojk.go.id/Files/regulasi/pasar-modal/bapepam-pm/emiten-
pp/pelaporan/X.K.6.pdf

SEOJK-NOMOR-32-SEOJK-04-2015.PDF

http://iaiglobal.or.id/v03/files/modul/eptkk/

13

Anda mungkin juga menyukai