Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Partai Politik adalah setiap organisasi yang dibentuk oleh warga
negara Republik Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak
untuk memperjuangkan baik kepentingan anggotanya maupun bangsa dan
negara melalui Pemilihan Umum. Tujuan umum partai politik adalah
mewujudkan cita-cita nasional bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud
dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, dan mengembangkan
kehidupan demokrasi berdasarkan Pancasila dengan menjunjung tinggi
kedaulatan rakyat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan
tujuan khusus partai politik adalah memperjuangkan cita-cita para
anggotanya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Moralitas politik yang menyangkut keuangan dan kesejahteraan rakyat
tidak pernah menjadi agenda kerja yang serius dalam proses reformasi.
Akibatnya ketiadaan transparansi akan sumber keuangan partai merupakan
bagian yang paling lemah dari kemungkinan untuk terjadi praktek-praktek
korupsi untuk keuangan partai, seperti kasus yang paling mutakhir.
Institusi hukum yang berselisih waktu dalam pencekalan perginya sang
kader partai ke negeri yang tidak memiliki perjanjian extradisi, dan KPK
yang juga dicitrakan terlambat dalam mencegah kepergian pelaku yang
diduga terlibat dalam kasus penyuapan pembangunan wisma Atlit. Jika ini
benar, maka kita dapat mengatakan bahwa partai tidak lagi memiliki
moralitas politik.
1.2 Rumusan Masalah
1.Bagaimana Pengertian Partai Politik?
2.Bagaimana Fungsi Partai Politik?
3.Mengapa perlu menyusun laporan keuangan Partai Politik?
4.Bagaimana Penyusunan Laporan Keuangan dalam Partai Politik?
5.Bagaimana Audit Atas Laporan Keuangan Partai Politik?
6.Bagaiamana Tinjauan PSAK dan Kebutuhan Standar Akuntansi untuk
Partai Politik?
7.Darimanakah Sumber Dana Partai Politik?

1.3 Tujuan Penulisan


1.Untuk mengetahui tentang pengertian partai politik.
2.Untuk mengetahui tentang Fungsi Partai Politik.
3.Untuk mengetahui tentang alasan penyusunan laporan keuangan Partai
Politik.
4.Untuk mengetahui tentang Penyusunan Laporan Keuangan dalam Partai
Politik.
5.Untuk mengetahui tentang Atas Laporan Keuangan Partai Politik.
6.Untuk mengetahui tentang Tinjauan PSAK dan Kebutuhan Standar
Akuntansi untuk PartaiPolitik.
7.Untuk mengetahui tentang Sumber Dana Partai Politik.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Partai Politik

Partai politik disebutkan secara khusus dalam UU RI No 2 Tahun


2008 tentang Partai Politik, partai politik adalah organisasi yang bersifat
nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara
sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita untuk
memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat,
bangsa, dan negara serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Pertanggungjawaban keuangan yang transparan oleh partai politik
merupakan bentuk kepatuhan terhadap undang-undang partai politik dan
undang-undang pemilu.Partai politik harus mampu dan melaksanakan
pertanggungjawaban terhadar seluruh sumber daya keuangan yang
digunakan kepada para konstituennya. Bentuk pertanggungjawaban
pengelola keuangan partai politik serta pemilu adalah penyampaian
Laporan Dana Kampanye (semua peserta pemilu),serta Laporan Keuangan
(khusus untuk partai politik), yang harus diaudit oleh Kantor Akuntan
Publik, ke KPU serta terbuka untuk diakses publik. Akuntabilitas yang
tinggi dapat menciptakan good political party governance sehingga dapat
meminimalisasi kecurangan penyalahgunaan dana dan mengantisipasi
munculnya konflik. Penerapan kewajiban tata administrasi keuangan dan
system pelaporan dana kampanye secara transparan, akuntabel, dan
independen akan sangat menunjang perwujudan pelaksanaan pemilu yang
bersih dalam rangka membengun demokrasi yang berkredibilitas dan dapat
menciptakan kepercayaan publik kepada pemerintah dan
pertanggungjawaban peserta pemilu kepada publik. Realitas yang ada
masih menunjukkan lemahnya kesadaran dan kepatuhan partai politik
untuk membuat laporan pertanggungjawaban atas penggunaan dananya.
Faktanya pada nopember 2010, masih ada 11 parpol kontestan pemilu 2009
yang belum menyerahkan laporan pertanggungjawaban Dana kampanyenya
kepada KPU.

Hal ini tentunya dapat menghambat pembangunan demokrasi yang


berkredibilitas. Di sisi lain, standar akuntansi yang ada, yaitu PSAK 45,
merupakan standar akuntansi keuangan yang dibuat IAI untuk organisasi
nirlaba yang juga digunakan untuk partai politik. PSAK 45 ini tidak cukup
mengakomodir.

karakteristik partai politik yang berbeda dengan organisasi nirlaba.


Oleh karena itu, perlu standar akuntansi keuangan khusus yang mengatur
pelaporan keuangan partai politik. Dengan demikian laporan keuangan
partai politik dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, dapat
diandalkan, dan memiliki daya banding yang tinggi. Laporan yang baik
dapat digunakan semaksimal mungkin oleh para pengurus partai, anggota
partai, pemerintah, donator, kreditur, dan publik dalam membantu menilai,
memonitor, dan mengevaluasi kinerja partai, serta merencanakan gerak
langkah partai selanjutnya. Secara khusus, tujuan utama pembuatan
laporan adalah menginformasikan posisi keuangan, kinerja, serta
perubahan posisi keuangan partai politik

2.2 Fungsi Partai Politik

Dalam Negara demokrasi Partai politik menyelenggarakan beberapa


fungsi: 1. Partai Politik Sebagai Komunikasi Politik:Menyalurkan aneka
ragam pendapat dan aspirasi masyarakat serta mengaturnya sedemikian
rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat dalam masyarakat masyakat
menjadi berkurang. 2. Partai Politik sebagai Sarana Sosialisasi politik:
diartikan sebagai proses sikap dan orientasi seorang terhadap fenomena
politik dalam mengikuti kecenderungan masyarakatnya. 3. Partai Politik
Sebagai Sarana Rekrutmen Politik: Untuk mencari dan mengajak orang
yang terbakar untuk turut aktif dalam kegiatan politik, Rekruitmen anggota
partai merupakan uapaya regenerasi kepemimpinan. 4. Partai Politik
Sebagai Sarana Pengatur Konflik: Persaingan dan perbedaan dalam
masyarakat merupakan hal yang wajar.Jika sampai terjadi konflik partai
politik berusaha untuk mengatasinya.

2.3. Sumber Dana Partai Politik

PP No. 5 Tahun 2009 tentang Bantuan Keuangan kepada Parpol.


Juga dijelaskan Permendagri No. 24 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata
Cara Penghitungan, Penganggaran dalam APBD, Pengajuan dan Laporan
Pertanggungjawaban Penggunaan Bantuan Keuangan Parpol. Perhitungan
harusnya sesuai dengan Permendagri . Untuk nilai bantuan persuara,
digunakan perhitungan, jumlah anggota DPR dikali bantuan keuangan,
kemudian dibagi jumlah perolehan suara pemilu. Lalu untuk jumlah
bantuan keuangan, dihitung dengan mengalikan antara jumlah perolehan
suara parpol danan nilai bantuan persuara. Secara rinci perbandingan
mengenai aturan-aturan keuangan partai politik dapat dilihat di bawah ini:

a. Iuran Anggota Hampir semua negara menekankan bahwa sumber


utama keuangan partai adalah iuran anggota. TI menyebutkan nama
ini sebagai “Uang Jujur”, karena anggota menyumbang bukan untuk
mendapatkan imbalan keuntungan atau fasilitas, tetapi karena ingin
agar idealismenya dan aspirasinya dibawakan oleh partai tempat dia
menjadi anggota.
b. Sumbangan Perusahaan Negara-negara mempunyai posisi yang
berbeda-beda tentang sumbangan dari perusahaan ini. Negara yang
melarang sumbangan dari perusahaan adalah Amerika Serikat dan
Filipina, sedangkan Inggris dan Jerman tidak jelas. Thailand hanya
melarang sumbangan dari perusahaan negara.Yang mengizinkan
sumbangan dari perusahaan terjadi di banyak Negara seperti
Argentina, Portugal, Ceko kecuali dari bank dan asuransi, Italia.
Sumbangan perusahaan ini ada yang dibatasi, tetapi ada pula
yang tidak dibatasi.Yang membatasi misalnya Portugal dan
Ceko.Yang tidak membatasi adalah Argentina, Afrika Selatan, Italia,
Inggris, Jerman, dan Thailand.
c. Subsidi Dana Publik Hampir semua negara memberikan subsidi
kepada partai politik. Misalnya Jerman, Amerika Serikat, Portugal,
Ceko, Inggris, Afrika Selatan, dan Filipina. Di Thailand, pengesahan
undang-undang mengenai subsidi dari pemerintah baru berlaku
tahun 1997 setelah sebelumnya usulan undang-undang selalu ditolak.
d. Fasilitas Publik Sebagian besar negara yang dipelajari melarang
penggunaan fasilitas publik atau negara dalam kegiatan partai politik.
Negara-negara yang jelas-jelas melarang antara lain Amerika
Serikat, Inggris, Jerman, Portugal, Filipina, Kanada dan Afrika
Selatan. Sedangkan negara yang tidak mengatur secara jelas adalah
Argentina, Italia dan Thailand.
e. Sumbangan Individual Kebanyakan negara-negara demokrasi
membatasi jumlah sumbangan individual, misalnya Amerika Serikat,
Inggris, Ceko, Jerman, dan Portugal. Namun ada juga yang tidak
membatasi jumlah sumbangan individual, yang termasuk
dalamkategori ini misalnya negara-negara Kanada, Argentina, Afrika
Selatan, Italia dan ThailandSelain itu ada negara yang membatasi
jumlah sumbangan tunai. Di atas jumlah tersebut, sumbangan harus
diberikan dalam bentuk cek. Yang membatasi ini misalnya Kanada
dan Filipina. Selain itu, identitas individu yang menyumbang diatur
dalam undang-undang.Sebagian besar negara mengizinkan
sumbangan anonim, tetapi dalam jumlah tertentu.Negara yang
mengizinkan sumbangan anonim tetapi dengan batasan besar
sumbangan ini misalnya Portugal dan Kanada.Argentina
mengizinkan sumbangan anonim tanpa batas besarnya sumbangan.
Negara-negara yang melarang sumbangan anonym adalah Ceko,
Amerika Serikat, Inggris, Kanada, Jerman, Filipina dan Thailand.
Argentina dan Afrika Selatan tidak membatasi sumbangn anonim
ini..
f. Sumbangan Organisasi Buruh dan Sejenis Banyak negara yang
melarang sumbangan organisasi buruh, organisasi non- profit dan
organisasi massa lainnya untuk partai politik. Negara-negara yang
melarang misalnya Amerika Serikat, Kanada, Portugal (?), dan
Filipina. Sedangkan yang tidak melarang adalah Argentina, Italia,
Inggris, Jerman, Ceko dan Afrika Selatan.
g. Sumbangan dari Pihak Asing Hampir semua negara melarang,
kecuali Ceko yang mengizinkan apabila dana berasal dari organsiasi
nirlaba asing; Afrika Selatan, dari pemerintah, swasta maupun dari
organisasi nirlaba dan Italia yang mengizinkan sumbangan dari
organisasi buruh di luar negeri.

2.4. Alasan Perlunya penyusunan laporan keuangan Partai Politik

Tujuan mengatur pelaporan keuangan partai politik adalah


menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja saat
perubahan posisi keuangan suatu partai politik untuk memenuhi
kepentingan para anggota, penyumbang, pemerintah dan pihak lain yang
menyediakan sumber daya bagi partai politik serta masyarakat luas. Secara
lebih rinci, tujuan laporan keuangan partai politik adalah memberikan
informasi keuangan untuk :

a) Akuntabilitas
Mempertanggung jawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan
kebijakan yang dipercayakan kepada partai politik dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan melalui laporan keuangan partai
politik.
b) Manajerial
Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan dan
pengelolaan keuangan partai politik serta memudahkan pengendalian yang
efektif atas seluruh aset, hutang, dan aktiva bersih.
c) Menyediakan informasi bagi kepatuhan terhadap undang-undang
(compliance) dan bebas dari konflik kepentingan dan politik uang.

Dengan adanya standar pelaporan diharapkan laporan keuangan


organisasi partai politik supaya dapat lebih mudah dipahami, memiliki
relevensi, dapat diandalkan, dan memiliki daya banding yang tinggi. Dalam
rangka pesta demokasi di negara ini, laporan keuangan disusun untuk
suatu pertanggungjawaban keuangan baik yang dialamatkan ke Parpol
maupun peserta pemilu. Idealnya laporan keuangan partai politik harus
transparan karena sebagai suatu entitas yang menggunakan dana public
yang besar tanggung jawab keuangan merupakan hal yang tidak dapat
ditawar-tawar lagi. Mereka harus mempertangungjawabkan sumber daya
keuangan yang digunakan kepada para konstituennya dan juga sebagai
bentuk kepatuhan kepada Undang-undang, indikasi politik uang dan
konflik kepentingan.

Bentuk pertanggungjawaban pengelolaan keuangan para peserta


pemilu, adalah dengan menyampaikan Laporan Dana kampanye (semua
peserta pemilu) serta Laporan Keuangan (khusus untuk Parpol), yang
harus diaudit oleh akuntan Publik dan disampaikan ke KPU serta terbuka
untuk diakses publik.

2.5. Penyusunan Pelaporan Keuangan Dalam Partai Politik

Keuangan Partai Politik bersumber dari iuran anggota, sumbangan


yang sah menurut hukum, dan bantuan dari anggaran negara.Sumbangan
yang sah menurut hukum dapat berupa uang, barang, fasilitas, peralatan,
dan/atau jasa. Bantuan dari anggaran negara (yang diatur dalam peraturan
pemerintah) diberikan secara proporsional kepada Partai Politik yang
mendapat kursi di lembaga perwakilan rakyat. Sumbangan dari anggota
dan bukan anggota yang sah menurut hukum paling banyak senilai
Rp200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dalam waktu 1 (satu) tahun. Dan
sumbangan dari perusahaan dan/atau badan usaha yang sah menurut hukum
paling banyak senilai Rp800.000.000 (delapan ratus juta rupiah) dalam
waktu 1 (satu) tahun.Laporan keuangan yang dibuat oleh Partai Politik
adalah laporan keuangan tahunan dan laporan Dana kampanye.

Penyusunan Laporan Keuangan Tahunan Partai Politik mengacu


pada PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) No. 45 tentang
akuntansi untuk organisasi nirlaba, yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan
Indonesia dan terdiri atas laporan berikut ini:

• Laporan Posisi Keuangan.


• Laporan Aktivitas.

• Laporan Perubahan dalam Aktiva Neto/Ekuitas.

• Laporan Arus Kas.

•Catatan atas Laporan Keuangan.

Selain mengacu pada PSAK No. 45, penyusunan laporan keuangan


Partai Politik juga terikat pada ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam
perundang-undangan RI mengenai Partai Politik dan Pemilu, seperti UU
No. 31 tahun 2002 tentang Partai Politik dan UU No. 12 tahun 2003
tentang Pemilu. Ketentuan teknis tentang pedoman penyusunan laporan
keuangan untuk Partai Politik terdapat dalam SK KPU No. 676 tahun 2003
tentang Tata Administrasi Keuangan dan Sistem Akuntansi Keuangan
Partai Politik, serta Pelaporan Dana Kampanye Peserta Pemilihan Umum.

2.6. Jenis Laporan Keuangan Partai Politik

(1). Laporan Keuangan Tahunan Partai politik merupakan laporan


pertanggung jawaban keuangan secara periodik. Laporan ini terdiri dari
laporan posisi keuangan, laporan aktivitas, laporan arus kas, serta catatan
atas laporan keuangan.

(2). Laporan Keuangan pemilu merupakan laporan pertanggung


jawaban keuangan pada kegiatan pemilu, terutama pertanggungjawaban
dana kampanye.

(3) Laporan Keuangan Konsolidasi merupakan laporan keuangan


kosolidasi dari seluruh struktur organisasi partai politik

2.7. Audit Atas Laporan Keuangan Partai Politik

Aturan yang mengatur Audit Partai Politik Peraturan mengenai partai


politik telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 2 tahun 2011, sebagai
pengganti dari Undang-Undang Nomor 2 tahun 2008 tentang Partai Politik.
Keuangan partai politik bersumber dari iuran anggota, sumbangan, maupun
bantuan keuangan dari APBN/APBD. Dalam pasal 34A ayat 1
menyebutkan bahwa partai politik wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran yang bersumber dari
dana bantuan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kepada Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) secara berkala 1 (satu) tahun sekali untuk
diaudit paling lambat 1 (satu) bulan setelah tahun anggaran berakhir.
Tujuan audit oleh BPK tersebut adalah untuk menilai kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan terkait dengan bantuan pemerintah dan
efektivitas dan operasi penggunaan dana bantuan pemerintah. Audit
dilaksanakan berdasarkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN). Dalam pasal 38 UU No 2 tah 2011 dijelaskan bahwa hasil
pemeriksaan laporan pertanggungjawaban penerimaan dan pengeluaran
keuangan partai politik terbuka untuk diketahui masyarakat.Hal ini
mengindikasikan bahwa seharusnya masyarakat dapat mengetahui dan
mengakses atas pelaporan keuangan partai. Namun kenyataannya masih
sangat sulit untuk menerapkan transparansi atas keuangan partai politik.
Pasal 39 dari undang-undang ini menyatakan bahwa:

1. Pengelolaan keuangan Partai Politik dilakukan secara transparan dan


akuntabel 2.Pengelolaan keuangan Partai Politik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diaudit oleh akuntan publik setiap 1 (satu) tahun dan
diumumkan secara periodic 3. Partai Politik wajib membuat laporan
keuangan untuk keperluan audit dana yang meliputi:

• laporan realisasi anggaran Partai Politik

• laporan neraca; dan

• laporan arus kas.

Dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 2002 tentang partai politik,


pasal 9 sebagai dasar hukum penyelenggaraan akuntansi bagi partai politik
yang menjelaskan bahwa:

• Partai politik diwajibkan untuk membuat pembukuan, memelihara daftar


penyumbang dan jumlah sumbangan yang diterima, serta terbuka untuk
diketahui oleh masyarakat dan pemerintah.
• Partai politik diwajibkan untuk menyampaikan laporan keuangan dan
laporan dana kampanye pemilihan umum kepada Komisi Pemilihan
Umum.

• Partai politik diwajibkan membuat laporan keuangan secara berkala 1


(satu) tahun sekali dan memiliki rekening khusus dana kampanye
pemilihan umum serta menyerahkan laporan keuangan yang diaudit oleh
akuntan publik kepada Komisi pemilihan Umum paling lambat 6 (enam)
bulan setelah hari pemungutan suara.Keputusan KPU No. 30/2004
Mengatur Audit Keuangan dan Dana Kampanye Partai dan Calon Presiden-
Wapres. Calon presiden dan calon wakil presiden bisa ditanya mengenai
asal-usul dana kampanye mereka apabila ditemukan ada penyumbang
anonim atau penyumbang yang tidak masuk daftar penyumbang. Presiden
dan wakil presiden bisa ditanya tentang identitas sebenarnya dari
penyumbang itu serta alasan tidak dimasukkannya nama donatur. Hal itu
merupakan salah satu butir dalam Keputusan Komisi Pemilihan Umum
(KPU) No. 30 Tahun 2004 Tentang Panduan Audit Laporan Keuangan
Partai Politik dan Audit Laporan Dana Kampanye Peserta Pemilihan
Umum yang diterbitkan oleh KPU 21 April lalu. Secara keseluruhan isi
keputusan ini mencakup Juklak untuk audit laporan dana kampanye Parpol
dan calon anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan audit laporan
dand kampanye pasangan calon presiden dan wakil presiden. Semua
ketentuan mengenai hal-hal ini diatur dalam Pasal 2, 3, dan 4 keputusan ini,
yang kemudian dirinci di dalam lampirannya. Rincian di dalam lampiran
itu mencakup 3 pokok bahasan besar, yaitu penerapan prosedur yang
disepakati atas laporan dana kampanye Pemilu; prosedur pemeriksaan atas
dana kampanye calon anggota DPD; penerapan prosedur yang disepakati
atas laporan dana kampanye pasangan calon presiden dan wakil presiden.
Ketiga pokok bahasan itu masing-masing dirinci dengan jelas dan detail
mengenai bagaimana prosedur pemeriksaan atas saldo awal, sumbangan
nonkas dari partai dan para calon, dan seterusnya. Pendek kata, ketentuan
mengenai mekanisme audit di keputusan ini sudah jelas dan rinci. Audit
yang dimaksud dalam keputusan KPU ini adalah audit umum untuk
menyatakan pendapat (opini) akuntan atas kewajaran penyajian laporan
keuangan tahunan partai politik. Sedangkan audit atas laporan dana
kampanye peserta Pemilu adalah audit sesuai prosedur yang disepakati
(agreed upon procedures).

Sedangkan laporan keuangan parpol adalah laporan yang mencakup


periode 1 Januari hingga 31 Desember. Selambat-lambatnya 3 bulan
setelah akhir tahun buku yang bersangkutan, parpol menyerahkan laporan
keuangan tahunan kepada kantor akuntan publik.

Audit atas Laporan Keuangan Tahunan Audit atas laporan keuangan


tahunan partai politik dilakukan oleh auditor independen yaitu Kantor
Akuntan Publik (KAP).Dalam hal ini partai politik melakukan seleksi dan
penetapan KAP sesuai dengan prosedur internal Partai. Partai politik dapat
meminta KAP untuk melakukan jenis audit lain yang relevan yang
diperlukan oleh partai politik terkait dengan pelaporan keuangan.

2.8. Tinjauan Terhadap Psak 45 dan Kebutuhan Standar Akuntansi


Untuk Partai Politik

Dengan adanya standar pelaporan diharapkan laporan keuangan


organisasi Partai Politik dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevensi,
dapat diandalkan, dan memiliki daya banding yang tinggi. Pertanyaan
utamanya adalah:

Apakah PSAK 45 dapat dipakai sebagai standar pelaporan keuangan partai


politik? Untuk menjawabnya, harus dibedakan dahulu apa itu PSAK 45 dan
kemudian dikonfrontasikan dengan karakter Partai Politik. PSAK adalah
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 45 yang dikeluarkan oleh IAI
untuk organisasi nirlaba. Dalam audit yang dikoordinir oleh IAI untuk dana
kampanye pada tahun 1999 dan laporan keuangan, maka PSAK 45 ini yang
sekiranya sesuai untuk digunakan. Ada tiga pendapat dalam hal ini untuk
pemakaian PSAK, yaitu:
1. Pendapat pertama mengatakan PSAK 45 masih bisa dipakai sebagai
standar akuntansi keuangan Partai Politik, karena karakter Partai Politik
mirip dengan karakter organisasi nirlaba. Yang perlu dibuat adalah
pedoman pembuatan laporan keungan/pedoman audit keuangan Partai
Politik untuk melengkapi PSAK 45 tersebut.

2. Pendapat kedua menyatakan bahwa tidak perlu membuat standar


akuntansi keuangan khusus Partai Politik tetapi memodifikasi PSAK 45
sehingga memenuhi kebutuhan transparansi dana akuntabilitas keuangan
Partai Politik. Modifikasi lalu dilengkapi dengan pedoman pembuatan dan
pencatatan laporan keuangan.

3. Pendapat ketiga menyatakan perlu dibuat suatu standar laporan keuangan


khusus untuk Partai Politik. Karena karakter Partai Politik tidak sama
dengan karakter organsiasi nirlaba. Beberapa karakteristik khusus Partai
Politik tersebut antara lain: a. Jika pada organisasi nirlaba pada umumnya
terdapat kejelasan jenis barang dan/atau jasa yang dihasilkannya, maka
tujuan utama Partai Politik adalah dalam rangka meraih kekuasaan politik

b. Perjuangan utama Partai Politik dilakukan melalui Pemilihan Umum

c. Kepentingan publik yang lebih besar

d. Dan adanya kegiatan besar lima tahunan yaitu kegiatan kampanye.

e. Di samping itu, beberapa peraturan yang secara khusus mengatur Partai


Politik sehingga menyebabkan kekhususan pada keuangan Partai Politik.
Undang-undang ini berbeda dengan undang-undang yang mengatur Partai
Politik.

Karena faktor kekuasaan yang dimiliki Partai Politik, maka aturan-


aturan keuangan Partai Politik harus lebih ketat untuk mencegah korupsi
politik dan dominasi kelompok-kelompok kepentingan.Dari hasil penelitian
ini, kami cenderung pada posisi mendukung pendapat ketiga, yaitu bahwa
Partai Politik memerlukan suatu Standar Akuntansi Khusus Partai
Politik.Perbedaan karakteristik ini mengakibatkan perbedaan transaksi
keuangan, bentuk laporan keuangan dan pengukuran-pengukuran tertentu
terhadap pos-pos dalam laporan keuangan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Partai politik adalah politik institusi politik yang berupa organisasi


nonpemerintahan yang didirikan untuk memperjuangkan hak dan
kewajiban warga negara dalam rangka mencapai kesejahteraan serta
kedaulatan rakyat. Dalam Negara demokrasi,Partai politik
menyelenggarakan beberapa fungsi: Partai Politik Sebagai Komunikasi
Politik yaitu Menyalurkan aneka ragam pendapat dan aspirasi masyarakat
serta mengaturnya sedemikian rupa sehingga kesimpangsiuran pendapat
dalam masyarakat masyakat menjadi berkurang; Partai Politik sebagai
Sarana Sosialisasi politik diartikan sebagai proses sikap dan orientasi
seorang terhadap fenomena politik dalam mengikuti kecenderungan
masyarakatnya; Partai Politik Sebagai Sarana Rekrutmen Politik yaitu
Untuk mencari dan mengajak orang yang terbakar untuk turut aktif dalam
kegiatan politik. Rekruitmen anggota partai merupakan upaya regenerasi
kepemimpinan; Partai Politik Sebagai Sarana Pengatur Konflik yaitu
Persaingan dan perbedaan dalam masyarakat merupakan hal yang wajar.
Keuangan partai politik bersumber dari: Iuran anggota, Sumbangan yang
sah menurut hukum dan bantuan dari anggaran negara, Sumbangan yang
sah menurut hukum dapat berupa uang, barang, fasilitas, peralatan atau
jasa, Bantuan dari anggaran negara (yang diatur dalam pemerintahan)
diberikan secara operasional kepada partai politik yang mendapat kursi
dilembaga perwakilan rakyat. Penyusunan Laporan keuangan tahunan
Partai politik mengacu pada PSAK no.45 tentang akuntansi untuk
organisasi nirlaba yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan
terdiri atas laporan berikut ini: Laporan Posisi Keuangan, Laporan
Aktivitas, Laporan Perubahan dalam aktiva Neto/Ekuitas, Laporan arus
kas, Cacatan atas laporan keuangan. Selain mengacu pada PSAK
No.45,PenyusunanLaporan keuangan Partai politik juga terikat pada
ketentuan yang terdapat dalam perundang-undangan RI mengenai Partai
politik dan pemilu seperti UU No.31 Th.2002 tentang partai politik dan
UU No.12 th 2003 tentang pemilu.

DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra. 2007. Akuntansi untuk LSM dan Partai Politik. Jakarta:
Penerbit ERLANGGA Hafild, Emmy. 2008. Laporan Studi: Standar
Akuntansi Keuangan Khusus Partai Politik. Jakarta: Transperency
International Indonesia

Anda mungkin juga menyukai