DI EMERGING COUNTRY
DI SUSUN OLEH :
YESSICA KEZIA
1
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Maha
Esa atas rahmat dan anugerah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul Corporate Governance dan Intellectual Capital di Emerging Country.
Adapun penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari Dosen Mata
Kuliah Corporate Governance. Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan dalam penyelesaian makalah ini, mungkin sangat jauh dari kata
sempurna yang diharapkan, namun penulis berharap semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan bagi yang membaca, oleh karena itu segala kritik dan saran
yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Akhir kata penulis ucapkan terima
kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
A. LATAR BELAKANG......................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................4
C. TUJUAN............................................................................................................5
BAB 2..........................................................................................................................6
PEMBAHASAN..........................................................................................................6
A. LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN.................................................6
B. PERMASALAHAN KEAGENAN (AGENCY PROBLEM)........................7
C. KARAKTERISTIK PERUSAHAAN DI EMERGING MARKET.............9
D. DOMINASI CORPORATE GOVERNANCE DI INDONESIA................11
BAB 3 PENUTUP.....................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................13
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A.LATAR BELAKANG
Corporate governance menjadi istilah yang dikenal selama dua dasawarsa
(Lukviarman, 2016) dan menjadikan berita hangat. Garratt (2003) menyatakan bahwa
dalam kepopuleran corporate governance terdapat kecenderungan penggunaan istilah yang
berlebihan (overhouse) yang berakibat pada pengaburan makna dari konsep terminologi
corporate governance menjadi fenomena obat mujarab (Garratt, 2003) atas permasalahan
di bidang korporasi alaupun sektor publik.
Yang menjadikan isu corporate governance ini menjadi penting adalah karena
memiliki dampak yang luas, komentar atau penilaian negatif, dan kritik terhadap
perkembangan ekonomi dan kesejahteraan sosial (Lukviarman, 2016). Dampak atas
komentar atau penilaian negatif terhadap corporate governance: pertama, menyediakan
insentif dan ukuran penilaian kinerja di dalam mencapai keberhasilan bisnis. Kedua,
adanya mekanisme untuk penilaian dan transparansi dalam menjamin peningkatan
kesejahteraan, sebagai akibat dari peningkatan nilai perusahaan, yang telah dibagikan
secara merata dan dapat dipertanggungjawabkan periode laporan keuangan.
Berdasarkan perkembangan teori organisasi pada periode selanjutnya dapatlah
dibuktikan bahwa faktor kontingensi lingkungan organisasi sangat penting bagi
keberhasilan pencapaian tujuan organisasi (Lawrence & Lorsch, 1967). Sebagaimana
ditegaskan oleh Darity (2008) dalam Lukviarman (2016), hal ini dibuktikan dengan
munculnya berbagai teori organisasi baru pada tahun 1970-an yang mendasarkan argumen
mereka pada teori kontingensi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu Permasalahan Keagenan?
2. Apa itu Karakteristik Perusahaan di Emerging Market?
3. Apa itu Dominasi Corporate Governance di Indonesia?
4
C.TUJUAN
1. Mengetahui tentang Permasalahan Keagenan
2. Mengetahui apa itu Karakteristik Perusahaan di Emerging Market
3. Mempelajari apa itu Dominasi Corporate Governance di Indonesia
5
BAB 2
PEMBAHASAN
6
Publik untuk mengungkapkan kepatuhan tata kelola, dan jika mereka tidak dapat
mematuhinya, mereka harus dapat menjelaskan alasannya (OJK, 2014).
Good corporate governance adalah sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan yang menciptakan nilai tambah bagi semua pemangku
kepentingan (Monks, 2003). Ada dua poin yang ditekankan dalam konsep ini:
pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi secara
tepat waktu dan benar; kedua, kewajiban perusahaan untuk mengungkapkan
secara akurat, tepat waktu, transparan untuk semua informasi kinerja perusahaan
dan pemangku kepentingan (Kaihatu, 2006).
a. Voluntary Disclosure
Masalah yang terpisah tetapi terkait adalah apakah pengungkapan sukarela
(Francis, Nanda, & Olsson, 2008) menghasilkan keseluruhan biaya modal
keseluruhan yang lebih rendah atau lebih tinggi bagi perusahaan. Sebagian
7
besar penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pengungkapan sukarela
yang lebih besar harus mengurangi asimetri informasi dan, oleh karena itu,
mengurangi biaya modal (Diamond & Verrecchia, 1991). Penelitian lain
berpendapat, bagaimanapun, bahwa peningkatan biaya efek modal dapat
terjadi jika pengungkapan itu sendiri mengarah ke lingkungan informasi yang
lebih asimetris daripada dalam ketidakhadiran mereka (Kim & Verrecchia,
1994; Zhang, 2001).
b. Teori Upper Eselon
Teori Upper eselon (Al-Musalli & Ismail, 2012) berpendapat bahwa hasil
organisasi seperti kinerja perusahaan, orientasi strategis, inovasi dan
kreativitas, dan diversifikasi dipengaruhi oleh keragaman manajemen puncak
seperti pendidikan, gender dan kebangsaan (lihat misalnya Miller & del
Carmen Triana, 2009). Teori ini menunjukkan bahwa keragaman demografis di
antara anggota dewan memberikan perspektif yang lebih luas, dan yang
meningkatkan efektivitas dan efisiensi dewan pengambilan keputusan strategis.
Ini akan membantu mereka menghasilkan kualitas tindakan yang diambil oleh
perusahaan (lihat Talke, Salomo, & Rost, 2010; Wincent, Anokhin, & Örtqvist,
2010). Oleh karena itu, keragaman atribut demografi sementara mempengaruhi
hasil organisasi juga harus mempengaruhi kinerja IC perusahaan (Williams,
2000; Swartz & Firer, 2005). Teoretisi yang bergantung pada sumber daya
berpendapat bahwa ICS (Abeysekera, 2010) pada gilirannya mengarah pada
peningkatan kinerja IC.
c. Komponen IC
Komponen IC yang diterima secara luas di antara para peneliti, yaitu HC, SC
(atau organisasi kapital) dan hubungan (atau pelanggan) modal (RC) (Bontis et
al., 2015; Nimtrakoon, 2015; Wang, 2014). Bontis et al., (2015) menyatakan
bahwa IC memiliki tiga komponen: (1) modal manusia, yang mencakup
pengetahuan individu karyawan; (2) modal struktural, yang meliputi budaya
perusahaan, arus informasi dan basis data; dan (3) modal pelanggan, yang
8
merupakan potensi untuk memanfaatkan hubungan pelanggan yang baik serta
jaringan bisnis eksternal. IC (Nimtrakoon, 2015) telah dilihat sebagai
penggerak nilai kunci dari perusahaan yang beroperasi dalam ekonomi baru
dan telah menjadi faktor yang paling kuat bagi perusahaan-perusahaan tersebut
dalam meningkatkan kompetensi kompetitif mereka dan mencapai kesuksesan
perusahaan (C. J. Wang, 2008). Kebutuhan dan manfaat dari IC untuk
perusahaan di sektor intensif pengetahuan, termasuk teknologi tinggi dan
industri jasa cukup besar; karenanya, mereka cenderung berinvestasi secara
substansial di IC. Dalam mengintensifkan ekonomi dan pengetahuan global,
inovasi menjadi faktor paling penting untuk pertumbuhan bisnis yang
berkelanjutan.
IC adalah pendorong utama inovasi, pembaruan strategis,
pertumbuhan dan kinerja perusahaan, baik di tingkat mikroekonomi dan
makroekonomi (Bontis, 1999, Webster, 2000). Perusahaan inovatif
menggunakan efisiensi IC untuk mengembangkan inovasi produk dan proses.
Selanjutnya, inovasi dalam kegiatan pemasaran juga merupakan hasil dari IC.
la juga dikenal sebagai sumber daya pengetahuan yang intensif, dan bisnis
yang kompetitif menempatkan lebih banyak sumber daya pada inovasi melalui
kegiatan penelitian dan pengembangan (R & D). Selain fakta bahwa penelitian
sebelumnya telah menunjukkan bahwa inovasi adalah dasar untuk
pengembangan pembangunan, banyak negara telah mencirikan strategi
pengembangan di mana salah satu prioritasnya adalah transformasi ekonomi
menjadi inovasi. Transformasi ini terutama didasarkan pada produktivitas dan
pemanfaatan IC.
9
Achim, & Mare (2017) menjelaskan hasil di Rumania, karakteristik di Bucharest
Stock Exchange (BSE) pada tahun 2012. Borlea menemukan karakteristik berikut
di sebagian besar dewan: keseimbangan antara non-eksekutif dan anggota
eksekutif, kemandirian anggota dan kekhawatiran tentang kompetensi pelatihan
(Borlea et al., 2017). Di sisi lain, mayoritas perusahaan tidak memiliki, dalam
sistem tata kelola mereka, komite penasihat (seperti Nominasi, Remunerasi atau
Komite Audit), yang dimaksudkan untuk membantu dewan dalam pengambilan
keputusannya. OJK (2014) menjelaskan dari 494 laporan tahunan Emiten dan
Perusahaan Publik untuk 2012 yang diserahkan kepada regulator, 158 (32%)
Karakteristik yang untuk model indonesia dijelaskan oleh Lukviarman (2016)
menggunakan sistem Tata Kelola Perusahaan mengikuti model Eropa Kontinental
dan bukan kategori sistem yang didominasi pasar.
Klaim tersebut didasarkan pada 4 karakteristik berikut:
a. Indonesia mengadopsi hukum tradisi Sipil Perancis yang ditemukan dan
digunakan oleh banyak negara Eropa kontinental.
b. Menggunakan sistem two-tier board, yaitu Dewan Direksi dan Dewan
Komisaris, sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas.
c. Perusahaan di Indonesia, bahkan yang sudah go public, didominasi oleh
struktur kepemilikan terkonsentrasi (dominasi struktur kepemilikan
terkonsentrasi). d. Menggunakan sumber pembiayaan perusahaan yang
sebagian besar berasal dari pembiayaan eksternal seperti melalui lembaga
perbankan (ketergantungan berat pada sumber eksternal pembiayaan). Selain
keempat karakteristik ini, kontrol keluarga yang kuat terhadap perusahaan
publik dan afiliasi untuk kelompok bisnis yang juga dimiliki oleh keluarga dan
hubungan dekat antara pengusaha dan pemerintah memperkuat argumen bahwa
indikasi kuat dari sistem kontrol 'orang dalam' berlaku untuk berbagai
perusahaan di Indonesia.
10
D. DOMINASI CORPORATE GOVERNANCE DI INDONESIA
Dalam konteks corporate governance (Lukviarman, 2016) memiliki
beda nilai antarnegara dan selalu berubah karena menampilkan yang sesuai
dengan berlalunya waktu. Sebagai akibatnya, tidak ada model corporate
governance tunggal yang spesifik dan sesuai (paling sesuai) untuk diterapkan di
setiap perusahaan dan di seluruh negara. Untuk hasil komparatif, para ahli di
sistem corporate governance diklasifikasikan oleh sumber pembiayaan yang
paling dominan, ditandai dengan dominasi pasar (market dominated) atau
dominasi perbankan (bank-dominated). Sistem pemerintahan berorientasi pasar
umumnya ditemukan di negara Anglo-Saxon seperti Amerika Serikat dan Inggris
yang dicirikan oleh peran dominan pasar modal dalam perekonomian negara.
Dalam sistem ini, mekanisme kontrol berbasis pasar adalah inti dari sistem
kontrol perusahaan, juga dikenal sebagai 'sistem kontrol luar'. Berbagai negara
Eropa continental dan Jepang dikategorikan memiliki sistem tata kelola
berorientasi perbankan. Di negara-negara seperti itu peran pasar sebagai alat
kontrol perusahaan hamper tidak signifikan. Berbagai literatur menyebut 'sistem
pengendalian orang dalam untuk menggambarkan suatu sistem yang dicirikan
oleh struktur kepemilikan perusahaan yang relatif stabil dan terkonsentrasi oleh
sekelompok pemegang saham di suatu negara.
11
BAB 3
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Corporate Governance perlu investasi intellectual capital yang baik untuk
mengimplementasikan seluruh perangkat di korporasi yang ada Indonesia. Karena untuk memenuhi
kesepakatan Indonesia dengan OECD dan IMF pada saat itu dan yang akan datang. Hal yang utama
adalah penguatan di perangkat lunak dan keran yang ada di korporasi untuk bisa memberikan
perlindungan hukum untuk pelaksanaan corporate governance.
Corporate Governance harus mampu mendorong melakukan investasi di Intellectual
capital untuk tujuan mengurangi biaya agensi. Permasalahan agensi timbul, baik yang di pengendalian
internal (the insider control system maupun pengendalian eksternal (the outsider control system) dalam
corporate governance. Pengendalian internal melalui governance structure (GS), governance
mechanism (GM), dan governance outcomes (GO) (Lukviarman, 2016). Perangkat GS adalah adanya
RUPS, Board of Directors, dan CEO. Perangkat GM adalah ensure atau jaminan bagi setiap investor
dapat memperoleh pengembalian atas setiap yang dilakukannya (Lukviarman, 2016). Mekanisme
pengendalian internal sebagai sistem peringatan awal, agar organisasi maupun korporasi bisa back on
track sebelum berbagai kesulitan yang dihadapinya mencapai tahap yang mengkhawatirkan
(Lukviarman, 2016).
12
DAFTAR PUSTAKA
Rusdiyanto, Susetyorini, dan Umi Elan. 2018. Good corporate governance : teori dan
implementasinya di Indonesia. Bandung : Refika Aditama
13