Anda di halaman 1dari 18

Mekanisme Corporate Governance

dalam Tata Kelola yang Baik

Disusun Oleh :

KELOMPOK 9

1. Regis Wuisan (20081102118)


2. Yessica Hutabarat (20081102110)
3. Andre Senduk (20081102090)
4. Christy Langkai (20081102094)
5. Regina Wonggo (20081102106)

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

ILMU ADMINISTRASI BISNIS

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

2020

1
KATA PENGANTAR

Segala puja dan puji syukur kelompok kami panjatkan kepada Tuhan
Maha Esa atas rahmat dan anugrahNya kelompok kami dapat menyelesaikan
makalah yang berjudul Mekanisme Corporate Governance dalam Tata Kelola
yang Baik Adapun penyusunan makalan ini bertujuan untuk memenuhi tugas dari
Dosen Mata Kuliah Corporate Governance.
Kelompok Kami menyadari keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
dalam penyelesaian makalah ini, mungkin sangat jauh dari kata sempurna yang
diharapkan, namun kelompok Kami berharap semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan bagi yang membaca, oleh karena itu segala kritik dan saran
yang sifatnya membangun Kelompok Kami harapkan.
Akhir kata kelompok Kami berterima kasih

2
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………..1

KATA PENGANTAR…...................................................................................2

DAFTAR ISI..............………………...……………………….........................3

BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………..4

1.1 Latar Belakang ..................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah .............................................................................5

1.3 Tujuan ....................................................................................... ...…5

BAB II PEMBAHASAN………………………………………………………6

2.1 Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan) .........................................6

2.2 Hasil penelitian yang berkaitan dengan tata kelola perusahaan di


Indonesia..................................................................................... .............. .........9

2.3 Mekanisme Corporate Governance..............................................................10

2.4 Mekanisme Eksternal....................................................................................12

2.5 Hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan mekanisme Corporate


Governance..........................................................................................................13

BAB III (PENUTUP) ....................................................................... ................17

3.1 Kesimpulan ..................................................................... .......... ..................17

 DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………18

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pada dasarnya isu tentang corporate governance dilatarbelakangi oleh masalah


keagenan . Menurut agency theory permasalahan keagenan muncul karena
pengelolaan perusahaan yang terpisah dengan pemiliknya . Pemilik (principal )
sebagai pemasok modal perusahaan mendelegasikan wewenangnya atas
pengelolaan perusahaannya kepada manajer profesional (agent) sehingga
kewenangan untuk menggunakan sumber daya perusahaan ada pada tangan
manajer . Hal itu dapat menimbulkan kemungkinan terjadinya moral hazard akibat
adanya perbedaan kepentingan antara pemilik dan manajer . Manajer dengan
informasi yang dimilikinya bisa bertindak untuk kepentingan pribadinya dengan
mengorbankan kepentingan pemilik karena manajer memiliki informasi yang
tidak dimiliki pemuik . Oleh karena itu , diperlukan corporate governance untuk
mengurangi permasalahan keagendaan antara pemilik dan manajer . Good
Governance di Indonesia mula di kenal pad era tahun 1990 sebagai wacana yang
mulai dibahas dalam bentuk diskusi , penelitian serta dalam swasta maupun dalam
lingkungan akademisi . Sejak terjadinya krisis ekonomi mone seminar baik yang
diselenggarakan oleh instansi pemerintah , instansi s dan krisis kepercayaan pada
tahun 1996 , Indonesia telah memulai merancan untuk model Good Governance
( Tata Kelola ) yang baik untuk disebar luaskan pada kalangan praktisi ,
profesional baik di instansi maupun swasta . Ini sebaga dalam menyebarluaskan
yang mengarah pada perbaika tata kelola di Indonesia . Tata kelola dipandang
sebagai paradigma baru dan awal yag penting ciri yang perlu ada dalam sistem
entitas. madamayanti ( 2012 ) mengemukakan secara umum Governance dianika
sebagai kualitas hubungan antara pemerintah dan masyarakat yang dilayan dan
dilindunginya , Governance mencakup 3 ( tiga ) domain yaitu : State ( nega
pemerintah ) , private sectors ( sektor swasta / dunia usaha ) dan society

4
( masyaraka Oleh sebab itu , Good Governance sektor publik diartikan sebagai
suatu proses tata kelola pemerintahan yang baik , dengan melibatkan stakeholders.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah yang akan dibahas
yaitu sebagai berikut

1. apa yang dimaksut dengan Corporate Governance (Tata Kelola


Perusahaan)?
2. apa saja hasil penelitian yang berkaitan dengan tata kelola perusahaan di
Indonesia?
3. apa yang dimaksut denga Mekanisme Corporate Governance?
4. apa yang dimaksut dengan Mekanisme Eksternal?
5. apa saja gambaran hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan mekanisme
Corporate Governance?

1.3 Tujuan
1. untuk mengetahui pengertian Corporate Governance (Tata Kelola
Perusahaan)

2. Untuk mengetahui apa saja hasil penelitian yang berkaitan dengan tata
kelola perusahaan di Indonesia

3. dapat mengetaui apa yang dimaksut denga Mekanisme Corporate


Governance

4. dapat mengetahui apa yang dimaksut dengan Mekanisme Eksternal?

5. untuk mengetahui apa saja gambaran hasil-hasil penelitian yang berkaitan


dengan mekanisme Corporate Governance

5
BAB II

PEMBAHASAN

A.LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

1.1 Corporate Governance ( Tata Kelola Perusahmerup Dalam tulisan Avianti


( 2006 ) yang dikutip dari Nestor , menurut Organizatio for Economic
Cooperation and Development ( OECD ) ada dua konte definisi GCG : pertama,
merupakan hubungan dan pola perilaku yang berbeda dengan kewajiban para
manajer, pemegang saham, kreditur, pelanggan kunci, serta masyarakat, untuk
membentuk strategi perusahaan. Konteks tersebut disebut sebagai sisi
keperilakuan tata kelola perusahaan berkaitan dengan seperangkat peraturan
tentang kerangka hubungan dan perilaku perusahaan swasta, kemudian
membentuk perumusan strategi perusahaan, hal ini dapat berupa hukum
perusahaan, peraturan sekuritas dan persyaratan listing, tetapi dapat juga menjadi
peraturan yang disusun oleh perusahaan itu sendiri. Hal ini dapat disebut sebagai
sisi normatif dari tata kelola perusahaan ( normative side of corporate
governance). Masih dalam tulisan perd Avianti ( 2006 ) yang dikutip dari
( Syahroza , 2005 ) Corporate governance dapat corpora ditinjau dari proses
maupun pengendalian. Corporate governance ditinjau dari undation damit dilihat
sisi proses menyangkut penegakan atas prinsip-prinsipnya yang terdiri atas
transparansi, kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjawaban, dan kewajaran No.
itu Corporate governance dari sisi pengendalian dapat dilihat dari kepemilikan
institusional, kepemilikan manajerial, peran komite audit dan komisaris
independen (Fama dan Jensen, 1983). Kepemilikan institusional atas saham
BUMN, dalam mengakibatkan ada pihak eksternal secara kelembagaan ikut
berperan dalam pengambilan keputusan dan pengendalian perusahaan. Sementara

6
itu, kepemilikan manajerial yang didasarkan pada bonus plan untuk manajer, akan
dapat mengurangi konflik kepentingan antara manajer (agenn dengan
principal.Laksana (2015) mengemukakan pendapat dari Brown & Caylor 2006
bahwa Corporate governance merupakan suatu sistem yang mengatur dan
mengendalikan perusahaan yang diharapkan dapat memberikan dan meningkatkan
nilai perusahaan kepada para pemegang saham. Lanjut Laksana (2015) Corporate
governance juga didefinisikan sebagai susunan aturan yang menentukan hubungan
antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah, karyawan, dan
stakeholder internal dan eksternal yang lain sesuai dengan hak dan tanggung
jawabnya (FCGI, 2003). Corporate governance berkaitan dengan bagaimana para
investor yakin bahwa manajer akan memberikan keuntungan bagi mereka, yakin
bahwa manajer tidak akan mencuri / menggelapkan atau menginvestasikan ke
dalam proyek-proyek yang tidak menguntungkan berkaitan dengan dana / kapital
yang telah ditanamkan oleh investor, dan berkaitan dengan bagaimana para
investor mengontrol para manajer. Setyaningrum (2005) mengungkapkan
pendapat Forum for Corporate Governance in Indonesia ( FCGI 2000 ) bahwa
Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan
antara pemegang saham, pengurus, pihak kreditur , pemerintah , karyawan serta
para pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya sehubungan dengan
hak - hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengerahkan
dan mengendalikan perusahaan.

Corporate governance mengandung dua aspek keseimbangan utama yakni:

1. Keseimbangan internal, yang mengatur hubungan antara orgalwor perusahaan


yaitu Rapat Umum Pemegang Saham ( RUPS ), Komisaris dan Direksi.
Khususnya yang mencakup hal - hal yang berkaitan dengan struktur kelembagaan
dan mekanisme operasional.

2. Keseimbangan eksemal, yang menekankan bahwa perusahaan sebagai entitas


bisnis yang berada di tengah - tengah masyarakat hendaknya juga memperhatikan
hubungan antara perusahaan dengan stakehold sebagai perwujudan dari

7
pemenuhan tanggung jawab perusaha Dengan kata lain, perusahaan selayaknya
menciptakan keseimbangan antara kepentingan pemegang saham untuk
mendapatkan keuntunga dan berbagai kemanfaatan bagi stakeholder lainnya
sehingga dalan jangka panjang penyelenggaraan korporasi tidak menimbulkan
bentu kepentingan.

Wilamarta ( 2002 ) dalam bukunya yang berjudul "Hak Pemegang Saan Minoritas
dalam Rangka Good Corporate Governance" mengemukakan berbagai pengertian
GCG sebagai berikut:

a. Konsep yang menyangkut struktur perseroan, pembagian tugas, pembagian


wewenang dan pembagian beban hertanggung jawab dari masing - masing unsur
yang membentuk struktur perseroan dan mekanisme yang han ditempuh oleh
masing - masing unsur dari struktur perseroan tersebut se hubungan - hubungan
antara unsur - unsur dari struktur perseroan, mula dari RUPS, direksi, komisaris,
juga mengatur hubungan antar unsur - unsur dari struktur perseman dengan unsur
- unsur di luar perseroan, yaitu nega yang sangat berkepentingan akan
memperoleh pajak dari perseroan yang bersangkutan dan masyarakat luas, yang
meliputi para investor publik de perseroan itu, calon investor, kreditor dan calon
kreditor perseroan .

b. Perangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara pemegang saha


pengurus, pihak kreditor, pemerintah, karyawan serta para pemega kepentingan
intern dan ekstem lainnya, sehubungan dengan hak-hak dan kewajiban mereka
atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan de mengendalikan perusahaan .

c. Proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis
dan urusan-urusan perusahaan, dalam rangka meningkatkan kemakmuran dan
akuntabilitas perusahaan, dengan tujuan utama menjaga nilai pemegang saham
dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder yang
lain.

8
d. Seluruh sistem dari hak, proses dan pengendalian yang dibentuk di dalam dan
di luar manajemen secara menyeluruh dengan tujuan untuk melindungi
kepentingan stakeholder .

e. Keterkaitan antara kepemilikan suatu organisasi dan manajemen, peranan,


keterkaitan dan tanggung jawab pada pihak-pihak yang terkait langsung maupun
tidak langsung pada organisasi perusahaan yang disebut stakeholders
responsibility .

f. Kumpulan hukum, peraturan dan aturan yang wajib dipenuhi, yang dapat
mendorong kinerja perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi
jangka panjang yang berlaku bagi para pemegang saham maupun masyarakat
sekitar secara keseluruhan. Sistem yang mengarahkan dan mengendalikan
perusahaan dengan tujuan, agar mencapai kesinambungan antara kekuatan
kekuatan yang diperlukan oleh perusahaan, untuk memastikan eksistensinya dan
pertanggungjawaban kepada para pemangku kepentingan .

Hal ini berkaitan dengan pengaturan kewenangan pernilik, direktur, manajer,


pemegang saham, dan sebagainya .

2.1 Penelitian Sebelumnya tentang Tata Kelola Pada penjelasan selanjutnya ini
akan dicoba menjelaskan tentang beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan
tata kelola perusahaan di Indonesia .

a . Hariati dan Rihatiningtyas ( 2015 ), bahwa tata kelola yang diproksikan


melalui proporsi kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris independen,
ukuran komite audit, dan kinerja lingkungan terhadap nilai perusahaan ( Tobin's Q
) di perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, memberikan hasil bahwa
proporsi dewan komisaris independen Tabi proport baranganuh positif terhark
berpengaruh positif terhadap kinerja lingkungan. Hal ini ini dikarenakan dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dewan komisaris independen mampu
menjaga sikap keindependensiannya yang tidak langsung terbatas pada pemegang
saham mayoritas tetapi juga mewakili seluruh pemegang saham baik minoritas
maupun asing. Kepemilikan institusional dan ukuran komite audit berpengaruh

9
negatif terhadap nilai perusahaan . Sebagian besar kepemilikan saham pada
perusahaan sampel adalah struktur kepemilikan terkonsentrasi, sehingga
memungkinkan terjadinya hubungan famili antara investor institusi dengan
manajemen . Selain itu, ukuran komite audit juga tidak mampu menjadi salah satu
faktor penentu dalam meningkatkan efektifitas ktifitas fungsi komite audit.
Efektifitas komite audit dapat terbentuk apabila komite audit tersebut independen,
transparan. memiliki akuntabilitas yang tinggi, adil, dan memiliki charter komite
audit.

b . Tertius dan Christiawan ( 2015 ), bahwa tata kelola yang diproksikan melalui
proporsi kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris, komisaris
independen, dan kepemilikan manajerial di perusahaan sektor keuangan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia, hasilnya menunjukkan bahwa secara individual,
dewan komisaris dan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan
terhadap ROA. Semakin besar dewan komisaris dan kepemilikan manajerial maka
tidak mempengaruhi jumlah ROA yang dihasilkan. Sedangkan, komisaris
independen dan ukuran perusahaan independen dan ukuran perusahaan, maka
ROA yang dihasilkan semakin berpengaruh negatif signifikan terhadap ROA .
Semakin besar komisas kecil atau menurun .

c . Winata, 2014, bahwa tata kelola yang diproksikan melalui propo kepemilikan
institusional, prosentase dewan komisaris, kualitas audit, dan sebesar 258,
hasilnya menunjukkan bahwa corporate governance yang jumlah komite audit di
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesi terdiri dari kepemilikan
institusional, dan kualitas audit tidak berpengaruh signifikan terhadap tax
avoidance, sedangkan prosentase dewan komisar independen, dan jumlah komite
audit berpengaruh signifikan terhadap tax avoidance.

3.1 Mekanisme Corporate Governance Mekanisme Corporate Governance


merupakan suatu aturan main, prosedu dan hubungan yang jelas antara pihak yang
mengambil keputusan dengan baik yang melakukan kontrol / pengawasan

10
terhadap keputusan tersebut Mekanisme corporate governance diarahkan untuk
menjamin dan mengawa berjalannya sistem governance dalam sebuah organisasi.
Untuk meminimalkan konflik kepentingan antara principal dan agent akibat
adanya pemisahan pengelolaan perusahaan, diperlukan suatu cara efektif untuk
mengatasi masala ketidakselarasan kepentingan tersebut.. Barus dan Setiawati
(2015) mengungkapkan pendapat Boediono (2005) bahwa mekanisme corporate
governance sebagai seperangkat peraturan yang menetapkan hubungan antara
pemegang saham, pengurus ,pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta peran
pemegang kepentingan intern atau ekstem lainnya sehubungan dengan dengan
hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain sistem yang mengarahkan
dan mengendalikan perusahaan. Laksana (2015) menyampaikan pendapatnya
yang dikutip dari Barnhar & Rosentein (1998), terdapat dua mekanisme corporate
governance , ya (1) internal mechanism (mekanisme internal) seperti komposisi
dewan direk komisaris, kepemilikan manajerial dan kompensasi eksekutif (2)
extem mechanisms seperti pengendalian oleh pasar dan level debt financing
Dengan berjalannya kedua mekanisme tersebut secara bersamaan, mal sistem
corporate governance perusahaan mencoba memotivasi manajer agar
memaksimalkan nilai pemegang saham dengan pasar modal sebagai sara untuk
mendapatkan sumber dana atau alternatif pembiayaan.

Dalam tulisan Pratiwi , Endang dan Purwanto (2015) diungkapkan pandangan


mengenai mekanisme corporate governance menurut Sutedi (2012) terdiri :

a. Mekanisme internal dan eksternal Mekanisme internal dipengaruhi oleh faktor


internal perusahaan yang meliputi kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial, dewan komisars independen , dan komite audit . Mekanisme eksternal
dipengaruhi oleh faktor eksternal perusahaan yang meliputi investor, akuntan
publik, pemberi pinjaman dan lembaga yang mengesahkan legalitas .

b. Kepemilikan institusional Pemegang saham institusional adalah pemegang


saham perusahaan oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum,
institusi luar negeri, dana perwalian dan institusi lainnya. Adanya kepemilikan

11
institusional di suatu perusahaan akan mendorong peningkatan pengawasan agar
terhadap kinerja manajemen. Semakin besar kepemilikan institusi maka akan
semakin besar kekuatan suara dan dorongan dari institusi keuangan tersebut untuk
mengawa manajemen dan akibatnya akan memberikan dorongan yang lebih besar
bagi manajemen untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan dan menyelaraskan
kepentingan manajemen dengan pemegang saham atau stakeholder, Cornet et al .
(2006), menyatakan bahwa tindakan pengawasan yang dilakukan oleh sebuah
perusahaan dan investor institusional dapat membatasi perilaku manajer .

c. Kepemilikan manajerial Kepemilikan manajerial merupakan jumlah saham


yang dimiliki oleh manajemen perusahaan. Kepemilikan manajerial dapat diukur
dengan menghitung persentase saham yang dimiliki oleh manajemen perusahaan
dengan seluruh jumlah saham perusahaan yang beredar. Salah satu mekanisme
corporate governance yang dapat digunakan untuk mengurangi agency cost adalah
dengan meningkatkan kepemilikan saham oleh manajemen.

d. Dewan komisaris independen Dewan komisaris sebagai organ perusahaan


bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan
melaksanakan good corporate governance. Namunwww, dewan komisaris tidak
boleh turut serta dalam mengambil keputusan operasional . Kedudukan masing -
masing anggota dewan komisaris termasuk komisaris utama adalah setara.

e. Komite audit Sesuai dengan 29 / PM / 2004 dalam Nasution dan Setiawan


(2007), komite audit adalah komite yang dibentuk oleh dewan komisaris untuk
melakukan lugas pengawasan pengelolaan perusahaan. Keberadaan komite audit
sangat penting bagi pengelolaan perusahaan. Komite audit merupakan komponen
baru dalam sistem pengendalian perusahaan. Selain itu komite audit dianggap
sebagai penghubung antara pemegang saham dan dewan komisaris dengan pihak
manajemen dalam menangani masalah pengendalian.

4.1 Mekanisme Eksternal Mekanisme eksternal dipengaruhi oleh faktor eksternal


perusahaan yang meliputi investor, akuntan publik, pemberi pinjaman dan

12
lembaga yang mengesahkan legalitas. Menurut Iskandar dan Chamiou (2000)
mekanisme pengawasan dalam Corporate Governance juga dibagi menjadi dua
kelompok yaitu internal dan external mechanism .

a. Internal mechanism adalah cara untuk mengendalikan perusahaan dengan


menggunakan struktur dan proses internal seperti rapat umum pemegang saham,
komposisi dewan komisaris, komposisi dewan direksi dan pertemuan dengan
sedangkan Struktur kepemilikan perusahaan dibedakan menjadi Tingkat
konsentrasi kepemilikan dapat dikategorikan menjadi struktur kepemilikan
terkonsentrasi dan penisahaan yang struktur kepemilikannya tidak terkonsentrasi.
Perusahaan dikatakan memiliki struktur kepemilikan terkonsentrasi apabila
sebagian besar salam dimiliki oleh sebagian kecil individu atau institusi. Kontrol
mereka atas perusahaan begitu besar sehingga segala tindakan merupakan
cerminan dari kehendak pemilik. Sedangkan perusahaan dikatakan memilik
struktur kepemilikan yang tidak terkonsentrasi apabila kepemilikan salam
menyebar secara merata ke publik, jadi tidak ada yang memiliki salam dalam
jumlah yang sangat besar dibanding lainnya (Swandari , 2003). Kepemilikan
Perusahaan. Suatu perusahaan dapat dimiliki oleh instansi maupun non - institusi.
Institusi merupakan sebuah lembaga yang memilik kepentingan besar terhadap
investasi yang dilakukan termasuk investas saham. Sehingga biasanya institusi
menyerahkan tanggung jawab pada divisi tertentu untuk mengelola investasi
perusahaan tersebut. Karena institusi memantau secara professional
perkembangan investasinya maka adap tindakan manajemen sangat tinggi sehing
dapat ditekan. Menurut Pozen (1994), investor instit dapat dibedakan menjadi dua
yaitu investor aktif dan investor pasif. Investor pasif tidak terlalu ingin terlibat
dalam pengambilan keputusan manajerial sedangkan investor aktif ingin terlibat
dalam keputusan manajerial Keberadaan institusi inilah yang mampu menjadi alat
monitoring ell bagi perusahaan.

b . External mechanism adalah cara mempengaruhi perusahaan selain dengan


menggunakan mekanisme internal perusahaan seperti pengendalian oleh
perusahaan dan pengendalian oleh pasar.

13
5.1 Penelitian Sebelumnya tentang Mekanisme Tata Kelola Selanjutnya akan
diberikan gambaran hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan
mekanisme Corporate Governance

a . Sukmawati dan Pasaribu (2017), mekanisme Corporate Governance yang


diproksikan melalui kepemilikan manajerial, dewan komisaris, dan dewan
komisaris independent, di perusahaan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia
tahun 2010-2014 (berjumlah 39 perusahaan), hasilnya menunjukkan bahwa dari
hasil perhitungan empiris 39 emiten terdaftar di BEI yang melakukan IPO
sekaligus mengalami underpricing, dapat disimpulkan bahwa ternyata hanya
jumlah Dewan Komisaris yang mempengaruhi variansi fenomena underpricing.
Sehingga jika perusahaan melakukan IPO untuk mencari sumber - sumber dana
yang sangat dibutuhkan untuk ekspansi usaha maka agar dana yang dapat
dikumpulkan optimal maka disarankan untuk tidak meremehkan jumlah Dewan
Komisaris yang dimiliki, sementara proporsi Dewan Komisaris Independen dan
proporsi Kepemilikan Manajerial cukup hanya pada ukuran yang ditetapkan
regulasi agar dipenuhi.

b . Thaharah dan Asyik (2016), mekanisme Corporate Governance yang


diproksikan melalui kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komisaris
independen, dan komite audit di perusahaan LQ45 yang terdaftar pada Bursa Efek
Indonesia, hasilnya menunjukkan bahwa dari hasil uji F menunjukkan bahwa
variabel independen yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,
komisaris independent, komite audit, RCA dan ROE layak sebagai penjelas
variabel dependen yaitu nilai perusahaan. Hasil pengujian parsial menunjukkan
dari 6 variabel yang digunakan model penelitian yaitu kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, komisaris independen, komite audit, ROA dan ROE
yang menunjukkan berpengaruh terhadap nilai perusahaan LQ 45 adalah variabel
kepemilikan institusional, komisaris independen, komite audit, dan ROE.

c. Barus dan Setiawati (2015), mekanisme Corporate Governance yang


diproksikan melalui kepemilikan institusional, proporsi dewan komisaris,

14
perusaha dan ukuran dewan komisaris, di perusahaan manufaktur yang terdapat
pada Bursa Efek Indonesia tahu 2010-2012 (berjumlah 132), hasilnya
menunjukkan bahwa secara parsial, Kepemilikan Institusiy berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Manajemen Laba. Proper Dewan Komisaris Independen,
Ukuran Dewan Komisaris, Asim terhadap Manajemen Laha pada perusahaan
manufaktur yang terdafta Informasi dan Beban Pajak Tangguhan tidak
berpengaruh signifi Bursa Efek Indonesia pada periode 2010-2012.

d. Poluan dan Nugroho (2015), mekanisme Corporate Governance ar diproksikan


melalui kepemilikan institusional, kepemilikan manajeral komisaris independen,
ukuran dewan komisaris dan komile audit perusahaan manufaktur yang terdaftar
pada Bursa Efek Indonesia tah 2010-2012, hasilnya menunjukkan bahwa hasil uji
parsial menunjukk bahwa variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai hitung
sebesar -0,449 dengan nilai signifikan sebesar 0,654, ini lebih besar dari standar
nilai yang ditentukan yaitu sebesar 0,05 dan. Artinya bahwa variabe kepemilikan
manajerial tidak berpengaruh secara signifikan terhude variabel pengungkapan
sukarela, selanjutnya variabel kepemilike institusional memiliki nilai hitung
sebesar -0,449 dengan nilai signifik sebesar 0,009, ini lebih besar dari standar
nilai yang di tentukannya sebesar 0,05 t. Artinya bahwa variabel kepemilikan
institusional ti berpengaruh secara signifikan terhadap variabel pengungkapan
sukard selanjutnya variabel komisaris independen memiliki nilai t - hitung sebesa
2,053 dengan nilai signifikan sebesar 0,042, ini lebih kecil dari standar nilai a
yang di tentukan yaitu sebesar 0,05 dan. Artinya bahwa variate komisaris
independen berpengaruh secara positif dan signifikan terhada variabel
pengungkapan sukarela, selanjutnya variabel ukuran dewa komisaris memiliki
nilai t - hitung sebesar 4,528 dengan nilai signifika sebesar 0,000, ini lebih kecil
dari standar nilai a yang ditentukan yatı sebesar 0,05 dan . Artinya bahwa variabel
ukuran dewan komisa berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap variabel
pengungkap sukarela , dan variabel komite audit memiliki nilai t - hitung sebesar
0.5 dengan nilai signifikan sebesar 0,726 , ini lebih besar dari standar nilai yang di

15
tentukan yaitu sebesar 0,05 dan. Artinya bahwa variabel konk audit tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel pengungkapar sukarela .

e. Mai, 2014, bahwa mekanisme Corporate Governance yang diprokskar melalui


proporsi kepemilikan institusional, dan dewan komisaris independen di
perusahaan yang termasuk dalam Jakarta Islamic Index ( II ) pada Indeks Bursa
Efek Indonesia, hasilnya menunjukkan bahwa keberadaan investor institusional
menunjukkan kemampuannya dalam mendorong manajer perusahaan untuk
menambah porsi utang dalam struktur modalnya. Hal ini sesuai dengan agency
theory yang menjelaskan bahwa investor institusional merupakan salah satu
komponen mekanisme corporate governance yang diprediksi dapat meredam
kecenderungan manajer untuk berperilaku oportunistik .

f . Hadi dan Andayani (2014), mekanisme Corporate Governance yang


diproksikan melalui kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dewan
komisaris, dan dewan direksi, di perusahaan manufaktur yang terdaftar pada
Bursa Efek Indonesia tahu 2008-2011 (berjumlah 60 perusahaan), hasilnya
menunjukkan bahwa berdasarkan hasil uji parsial menunjukkan bahwa variabel
kepemilikan institusional memiliki nilal signifikan sebesar 0,423, lebih besar dari
standar nilai ar yang ditentukan yaitu sebesar 0,05. Artinya bahwa variabel
kepemilikan institusional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel
financial distress. Selanjutnya variabel kepemilikan manajerial memiliki nilai
signifikan sebesar 0,433, lebih besar dari standar nilai az yang ditentukan yaitu
sebesar 0,05. Artinya bahwa variabel kepemilikan manajerial tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel financial distress. Kemudian variabel dewan
direksi memiliki nilai signifikan sebesar 0,051, lebih besar dari standar nilai a
yang di tentukan yaitu sebesar 0,05, Artinya bahwa variabel dewan direksi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel financial distress . Dan variabel
dewan komisaris memiliki nilai signifikan sebesar 0,027 , lebih kecil dari standar
nilai a yang ditentukan yaitu sebesar 0,05. Artinya bahwa variabel dewan
komisaris berpengaruh secara negatif terhadap variabel financial distress , dimana
nilai koefisen regresinya -0,800 .

16
BAB III

PENUTUP
1.1 Kesimpulan

Berdasarkan uraian latar belakang, landasan teori dan pembahasan, maka dapat
dikatakan sebagai berikut :
1. Penerapan konsep Corporate Goverment Tata kelola pada perusahaan di
indonesia berbeda - beda , meskipun berbeda secara keseluruhan namun secara
keseluruhan tujuan dari penerapan konsep tata dalam perusahaan mengacu pada
satu tujuan yang sama yaitu menciptakan pengelolaan perusahaan yang efektif dan
efisien sekaligus mampu melindungi hal hak dari para pelaku perusahaan
sehingga akhirnya terwujudlah buday perusahaan ( budaya perusahaan ) yang
sehat dan baik.
2. Mekanisme Corporate Goverment / Tata Kelola merupakan suatu prosed yang
mengatur antara pihak yang mengambil keputusan dengan piha yang melakukan
kontrol dan pengawasan terhadap keputusan tersebu Mekanisme Tata Kelola
diarahkan untuk menjamin dan mengawas berjalannya sistem governance.

17
DAFTAR PUSTAKA

1. Buku Good Corporate Governance teori dan implementasinya di Indonesia


(Rusdiayanto, Susetyorini dan Umi Elan, 2019)

18

Anda mungkin juga menyukai