“Ethical Governance”
Disusun oleh :
1. Lestari Febrianti (201600053)
2. Mutiara Inka Femilia (201600059)
3. Fina Novita Sari (201600075)
4. Indah Ayu Permatasari (201600081)
Dosen Pembimbing :
Nurdina, S. E., M. SA
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmad dan ridho Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Dengan pembuatan makalah ini kami
bisa belajar untuk bekerja sama sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
memenuhi batas waktu yang telah ditentukan.
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik dalam
penulisan ataupun penyusunannya. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran guna
untuk memperbaiki kekurangan pada makalah ini. Demikian dengan banyak harapan semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Dengan ini kami mengucapkan terima kasih.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAAN
1. Kesimpulan …………………………………………………………….......... 10
2. Saran …………………………………………………………….................... 10
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perkembangan etika bisnis suatu perusahaan tidak lepas dari budaya yang ada di
perusahaan tersebut. Karena bagaimanapun budaya perusahaan akan membentuk perilaku
keseharian orang-orang yang ada diperusahaan akan membentuk perilaku keseharian
orang-orang yang ada di perusahaan tersebut. Perusahaan yang memberlakukan budaya
disiplin kerja dengan reward dan punishment akan membentuk karyawan yang disiplin
sesuai dengan yang diberlakukan oleh perusahaan. Pada bab ini akan dijelaskan tentang
pengertian budaya organisasi, hubungan etika dengan budaya, kendala dalam
mewujudkan kinerja bisnis etis, manfaat tercapainya tujuan etika bisnis bagi perusahaan
Setiap organisasi memiliki sebuah kode etik dimana setiap individu baik pemimpin
dan karyawan yang berada dalam organisasi tersebut harus patuh dan mengikuti kode etik
tersebut. Adanya kode etik tersebut dapat menjadi tolak ukur setiap individu untuk
berperilaku sesuai dengan peraturan. Kode etik juga dapat menjadi tindakan pencegahan
terhadap penyimpangan-penyimpangan yang akan terjadi pada organisasi.
Banyaknya penyimpangan-penyimpangan dalam hal ini seperti kasus Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme yang dilakukan oleh pihak-pihak yang ada dalam organisasi
menandakan bahwa adanya kode etik yang telah dilanggar. Hal ini tentu saja dapat
membawa pengaruh yang buruk bagi sebuah organisasi. Adanya pelanggaran etika dapat
membuat para pihak-pihak yang berkepentingan tidak mempercayai organisasi. Selain
itu, pelanggaran etika juga dapat merubah pandangan masyarakat terhadap organisasi
tersebut.
2. Rumusan Masalah
1). Apa yang dimaksud dengan Ethical Governance?
2). Apa saja kendala dalam mewujudkan kinerja Bisnis Etis?
3). Apa manfaat tercapainya tujuan Etika Bisnis bagi perusahaan?
4). Bagaimana contoh kasus terhadap Ethical Governance?
3. Tujuan Masalah
PEMBAHASAAN
Etika bisnis perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
memiliki kemampuan untuk menciptakan nilai yang tinggi. Biasanya dimulai dari
perencanaan stategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung
oleh budaya perusahaan yang handal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara
konsisten dan konsekuen. Karena itu, tindakan perusahaan ditentukan oleh pilihan dan
tindakan individu-individu yang berada dalam perusahaan, individu-individulah yang
harus dipandang sebagai penjaga utama kewajiban moral dan tanggung jawab moral :
individu harus pertanggung jawab atas apa yang dilakukan perusahaan, karena tindakan
perusahaan secara keseluruhan mengalir dari pilihan dan perilaku individu.
Etika bisnis mempunyai prinsip dalam kaitan ini berhubungan dengan berbagai
upaya untuk menggabungkan berbagai nilai-nilai dasar dalam perusahaan, agar berbagai
aktivitas yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan. Haruslah diyakini bahwa pada
dasarnya praktik etika bisnis akan selalu menguntungkan perusahaan baik untuk jangka
panjang maupun jangka menengah karena Mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya
kemungkinan terjadinya friksi, baik Intern perusahaan maupun dengan eksternal. 2.
Mampu meningkatkan motivasi pekerja. 3. Melindungi prinsip kebebasan berniaga. 4.
Mampu meningkatkan keunggulan bersaing. Tidak blsa dipungkiri, tindakan yang tidak
etis yang dilakukan oleh perusahaan akan memancing tindakan balasan dari konsumen
dan masyarakat dan akan sangat kontra produktif, misalnya melalui gerakan
pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasa dan lam sebagainya. Hai ini akan
dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan
yang menjunjung tinggi nilai-nilal etika bisnis, pada umumnya termasuk perusahaan
yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila
perusahaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis, misalnya diskriminasi dalam 8
sistem remunerasi atau jenjang karier.Perlu dipahami, karyawan yang berkualitas adalah
aset yang paling berharga bagi perusahaan.0leh karena Itu, perusahaan harus
semaksimal mungkin harus mempertahankan karyawannya. Untuk memudahkan
penerapan etika perusahaan dalam kegiatan sehari-harl maka nilai-nllal yang terkandung
dalam etika bisnis harus dituangkan kedalam manajemen korporasi yakni dengan cara :
Contoh Kasus 1
Pada kasus Ratu Atut Chosiah ini terdapat beberapa faktor hambatan yang melanggar
etika pemerintahan, seperti tindakan tidak jujur dan penyalahgunaan wewenang.
Tentunya kedua perilaku tersebut bertolak belakang dengan peran Ratu Atut sebagai
gubernur pemerintah daerah. Dimana seorang gubernur atau kepala daerah suatu provinsi
memiliki tugas dan wewenang memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD provinsi. Seorang gubernur atau
pemimpin yang sudah terpilih seharusnya menjalankan tugasnya dengan baik dan benar.
Seorang pemimpin akan diberi tugas yang wajib dilaksanakan, selain itu juga diberi
wewenang dalam memimpin suatu daerah. Namun ‘‘wewenang” yang mereka miliki
disalah artikan, dimana wewenang yang diberikan sebagai sarana untuk melaksanakan
tugas dipandang sebagai kekuasaan pribadi. Maka dari itu tindakan yang diperlukan
adalah pembentukan etika, moral dan disiplin di kalangan pejabat untuk mencegah
terjadinya penyalahgunaan wewenang atau pun pelanggaran etika pemerintahan lainnya
yang sering terjadi pada pemerintahan masa kini.
Contoh Kasus 2
JAKARTA - Konflik antara Serikat Pekerja International Container (JICT) dan Direktur
Utama PT Pelindo II RJ Lino belum selesai.
Konflik tersebut terkait dengan perpanjangan kerja sama atau konsesi JICT antara
Pelindo II dan Hutchison Port Holdings (HPH). Bahkan sebelumnya, SP JICT telah
melaporkan tentang dugaan adanya penyimpangan dalam kerja sama itu ke Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). (Baca: Dirut Pelindo II Dilaporkan ke KPK). Dalam
siaran persnya, SP JICT menegaskan alasan pekerja JICT menentang perpanjangan
konsesi bukan karena anti-asing atau alasan remunerasi.
“Melainkan prosesnya tidak sesuai dengan prinsip tata kelola yang baik (good corporate
governance/GCG),” kata Ketua Umum SP JICT Nova Hakim dalam siaran persnya,
Senin (19/10/2015). Nova juga menduga ada pelanggaran GCG termasuk dugaan
pelanggaran UU pelayaran dan tiga surat menteri serta satu surat Otoritas Pelabuhan
Tanjung Priok dalam izin konsesi itu.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Etika pemerintahan adalah seperangkat nilai moral dan ajaran tentang berperilaku
baik dan benar sesuai dengan nilai-nilai keutamaan yang berhubungan dengan hakikat
manusia. Dalam Ethical Governance (Etika Pemerintahan) terdapat juga masalah
kesusilaan dan kesopanan ini dalam aparat, aparatur, struktur dan lembaganya. Etika
pemerintahan tidak terlepas dari filsafat pemerintahan. Perusahaan-perusahaan memiliki
budaya etis dimana berisi nilai-nilai etika dan moral dan dijadikan acuan dalam
berperilaku dalam perusahaan tersebut. Budaya etis diterapkan melalui 3 metode yaitu
penetapan credo perusahaan, penetapan program etika, dan penetapan kode etik
perusahaan.
2. Saran
Sebaiknya dalam menjalankan aktivitas bisnis harus dilandasi oleh etika yang baik.
Dengan adanya etika, sebuah perusahaan akan dituntut untuk berperilaku sesuai dengan
norma-norma serta ajaran-ajaran yang baik dan telah telah diterapkan dalam aktivitas
bisnis. Penerapan etika dapat menjaga hubungan yang baik antara pelaku-pelaku
organisasi yaitu terhadap para manajer, karyawan, pemangku kepentingan dan pihak-
pihak yang terkait dalam kegiatan organisasi. Adanya pemimpin yang beretika
mencerminkan perusahaan yang telah berperilaku etis. Pemimpin yang beretika telah
memberikan contoh kepada karyawan-karyawan untuk selalu berperilaku etis dan taat
kepada aturan-aturan yang berlaku.
DAFTAR PUSTAKA
https://pdfcoffee.com/makalah-etika-bisnis-3-4-pdf-free.html
https://www.academia.edu/37792050/
ETIKA_BISNIS_Corporate_Ethical_Governance_and_Accountability
https://hukamnas.com/contoh-kasus-pelanggaran-good-corporate-governance
http://robithotusslmah.blogspot.com/2017/10/ethical-governance.html?m=1
https://mohammadfadlyassagaf.wordpress.com/2016/12/04/ethical-governance/