Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN PROFESI

“Ethical Governance”

Disusun oleh :
1. Lestari Febrianti (201600053)
2. Mutiara Inka Femilia (201600059)
3. Fina Novita Sari (201600075)
4. Indah Ayu Permatasari (201600081)

Dosen Pembimbing :
Nurdina, S. E., M. SA

UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
PRODI AKUNTANSI
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmad dan ridho Nya
kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan baik. Dengan pembuatan makalah ini kami
bisa belajar untuk bekerja sama sehingga dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan
memenuhi batas waktu yang telah ditentukan.
Dalam pembuatan makalah ini kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan, baik dalam
penulisan ataupun penyusunannya. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran guna
untuk memperbaiki kekurangan pada makalah ini. Demikian dengan banyak harapan semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua. Dengan ini kami mengucapkan terima kasih.

Surabaya, 17 Oktober 2021

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………........ II

DAFTAR ISI ……………………………………………………………..................... III

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………….. 1

1. Latar Belakang ……………………………………………………………........ 1


2. Rumusan Masalah …………………………………………………………….. 1
3. Tujuan Masalah ……………………………………………………………...... 1

BAB II PEMBAHASAAN

1. Apa yang dimaksud dengan Ethical Governance? ………………………… 3


2. Apa saja kendala dalam mewujudkan kinerja Bisnis Etis? ………………...… 4
3. Apa manfaat tercapainya tujuan Etika Bisnis bagi perusahaan? …………... 5
4. Bagaimana contoh kasus terhadap Ethical Governance? ………………….… 7

BAB III PENUTUPAN

1. Kesimpulan …………………………………………………………….......... 10
2. Saran …………………………………………………………….................... 10

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………...... 11


BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Perkembangan etika bisnis suatu perusahaan tidak lepas dari budaya yang ada di
perusahaan tersebut. Karena bagaimanapun budaya perusahaan akan membentuk perilaku
keseharian orang-orang yang ada diperusahaan akan membentuk perilaku keseharian
orang-orang yang ada di perusahaan tersebut. Perusahaan yang memberlakukan budaya
disiplin kerja dengan reward dan punishment akan membentuk karyawan yang disiplin
sesuai dengan yang diberlakukan oleh perusahaan. Pada bab ini akan dijelaskan tentang
pengertian budaya organisasi, hubungan etika dengan budaya, kendala dalam
mewujudkan kinerja bisnis etis, manfaat tercapainya tujuan etika bisnis bagi perusahaan
Setiap organisasi memiliki sebuah kode etik dimana setiap individu baik pemimpin
dan karyawan yang berada dalam organisasi tersebut harus patuh dan mengikuti kode etik
tersebut. Adanya kode etik tersebut dapat menjadi tolak ukur setiap individu untuk
berperilaku sesuai dengan peraturan. Kode etik juga dapat menjadi tindakan pencegahan
terhadap penyimpangan-penyimpangan yang akan terjadi pada organisasi.
Banyaknya penyimpangan-penyimpangan dalam hal ini seperti kasus Korupsi,
Kolusi dan Nepotisme yang dilakukan oleh pihak-pihak yang ada dalam organisasi
menandakan bahwa adanya kode etik yang telah dilanggar. Hal ini tentu saja dapat
membawa pengaruh yang buruk bagi sebuah organisasi. Adanya pelanggaran etika dapat
membuat para pihak-pihak yang berkepentingan tidak mempercayai organisasi. Selain
itu, pelanggaran etika juga dapat merubah pandangan masyarakat terhadap organisasi
tersebut.
2. Rumusan Masalah
1). Apa yang dimaksud dengan Ethical Governance?
2). Apa saja kendala dalam mewujudkan kinerja Bisnis Etis?
3). Apa manfaat tercapainya tujuan Etika Bisnis bagi perusahaan?
4). Bagaimana contoh kasus terhadap Ethical Governance?
3. Tujuan Masalah

1). Dapat memahami pengertian dari Ethical Governance


2). Dapat menjelaskan kendala dalam mewujudkan kinerja Bisnis Etis
3). Dapat mengetahui manfaat tercapainya tujuan Etika Bisnis bagi perusahaan
4). Dapat mengetahui bagaimana contoh kasus terhadap Ethical Governance
BAB II

PEMBAHASAAN

1. Pengertian Ethical Governance


Ethical Governance ( Etika Pemerintahan ) adalah ajaran untuk berperilaku yang
baik dan benar sesuai dengan nilai-nilai keutamaan yang berhubungan dengan hakikat
manusia. Dalam Ethical Governance ( Etika Pemerintahan ) terdapat juga masalah
kesusilaan dan kesopanan ini dalam aparat, aparatur, struktur dan lembaganya. Etika
pemerintahan tidak terlepas dari filsafat pemerintahan. filsafat pemerintahan adalah
prinsip pedoman dasar yang dijadikan sebagai fondasi pembentukan dan perjalanan roda
pemerintahan yang biasanya dinyatakan pada pembukaan UUD negara.
Dalam ilmu kaedah hukum (normwissen chaft atau sollenwissens
chaft) menurut Hans Kelsen yaitu menelaah hukum sebagai kaedah dengan
dogmatik  hukum  dan sistematik hukum meliputi  Kenyataan idiil (rechts ordeel)  dan
Kenyataan Riil (rechts werkelijkheid). Kaedah merupakan patokan atau pedoman atau
batasan prilaku yang “seharusnya”. Proses terjadinya kaedah meliputi : Tiruan
(imitasi) danPendidikan (edukasi). Adapun macam-macam kaedah
mencakup, Pertama : Kaedah pribadi, mengatur kehidupan pribadi seseorang, antara lain :
Kaedah Kepercayaan, tujuannya adalah untuk mencapai kesucian hidup pribadi atau
hidup beriman. meliputi : kaedah fundamentil (abstrak), contoh : manusia harus yakin
dan mengabdi kepada Tuhan YME. Dan kaedah aktuil (kongkrit), contoh : sebagai umat
islam, seorang muslim/muslimah harus sholat lima waktu.
Kaedah Kesusilaan, tujuannya adalah untuk kebaikan hidup pribadi, kebaikan hati
nurani atau akhlak. Contoh : kaedah fundamentil, setiap orang harus mempunyai hati
nurani yang bersih. Sedangkan kaedah aktuilnya, tidak boleh curiga, iri atau dengki.
Dengan begitu Good governance merupakan tuntutan yang terus menerus
diajukan oleh publik dalam perjalanan roda pemerintahan. Good governance dapat
diartikan bahwa good governance harus menjunjung tinggi nilai-nilai luhur yang hidup
dalam kehidupan masyarakat berbangsa dan bernegara yang berhubungan dengan nilai-
nilai kepemimpinan. Good governance mengarah kepada asas demokrasi dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Pencapaian visi dan misi secara efektif dan efisien.
Mengacu kepada struktur dan kapabilitas pemerintahan serta mekanisme sistem
kestabilitas politik dan administrasi negara yang bersangkutan.
Untuk penyelenggaraan Good governance tersebut maka diperlukan etika
pemerintahan. Etika merupakan suatu ajaran yang berasal dari filsafat mencakup tiga hal
yaitu :
Ø  Logika, mengenai tentang benar dan salah.
Ø  Etika, mengenai tentang prilaku baik dan buruk.
Ø  Estetika, mengenai tentang keindahan dan kejelekan.
Etika pemerintahan ini juga dikenal dengan sebutan Good Corporate
Governance. Menurut Bank Dunia (World Bank) adalah kumpulan hukum, peraturan, dan
kaidah-kaidah yang wajib dipenuhi yang dapat mendorong kinerja sumber-sumber
perusahaan bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang
berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara
keseluruhan. LembagaCorporate Governance di Malaysia yaitu Finance Committee on
Corporate Governance (FCCG) mendifinisikan corporate governance sebagai proses dan
struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola bisnis dan aktivitas
perusahaan ke arah peningkatan pertumbuhan bisnis dan akuntabilitas perusahaan.
2. Kendala Dalam Mewujudkan Kinerja Bisnis Etis
Etika Bisnis dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku
karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan
pelanggan / mitra kerja, pemegang saham, masyarakat. Perusahaan meyakini prinsip
bisnis yang baik adalah bisnis yang beretika, yakni bisnis dengan kinerja unggul dan
berkesinambungan yang dijalankan dengan mentaati kaidah-kaidah etika sejalan dengan
hukum dan peraturan yang berlaku. Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi
seluruh karyawan termasuk manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk
melaksanakan pekerjaan sehari-hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan
dan sikap yang profesional.

KENDALA DALAM MEWUJUDKAN KINERJA ETIKA BISNIS


Pencapaian tujuan etika bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan beberapa masalah
dan kendala. Keraf(1993:81-83) menyebut beberapa kendala tersebut yaitu:
1) Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah.
Banyak di antara pelaku bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan
menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan dengan mengabaikan
etika bisnis, seperti memalsukan campuran, timbangan, ukuran, menjual barang
yang kadaluwarsa, dan memanipulasi laporan keuangan.
2) Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan.
Konflik kepentingan ini muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai
pribadi yang dianutnya atau antara peraturan yang berlaku dengan tujuan yang
hendak dicapainya, atau konflik antara nilai pribadi yang dianutnya dengan
praktik bisnis yang dilakukan oleh sebagian besar perusahaan lainnya, atau antara
kepentingan perusahaan dengan kepentingan masyarakat. Orang-orang yang
kurang teguh standar moralnya bisa jadi akan gagal karena mereka mengejar
tujuan dengan mengabaikan peraturan.
3) Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil.
Hal ini diperkeruh oleh banyaknya sandiwara politik yang dimainkan oleh para
elit politik, yang di satu sisi membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya
memberi kesempatan bagi pihak yang mencari dukungan elit politik guna
keberhasilan usaha bisnisnya. Situasi ekonomi yang buruk tidak jarang
menimbulkan spekulasi untuk memanfaatkan peluang guna memperoleh
keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
4) Lemahnya penegakan hukum.
Banyak orang yang sudah divonis bersalah di pengadilan bisa bebas berkeliaran
dan tetap memangku jabatannya di pemerintahan. Kondisi ini mempersulit upaya
untuk memotivasi pelaku bisnis menegakkan norma-norma etika.
5) Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode etik
bisnis dan manajemen.
3. Manfaat tercapainya tujuan Etika Bisnis bagi perusahaan
Etika bisnis dalam perusahaan yakni menyangkut kebijakan etis perusahaan
berhubungan dengan kesulitan yang bisa timbul (mungkin pernah timbul di masa lalu),
seperti konflik kepentingan, hubungan dengan pesaing dan pemasok, menerima hadiah,
sumbangan dan lain sebagainya. Latar belakang pembuatan etika bisnis adalah sebagai
cara ampuh untuk melembagakan etika ke dalam struktur dan kegiatan perusahaan.
Perusahaan yang memiliki etika tersendiri memiliki beberapa keunggulan dibanding
dengan perusahaan yang tidak memiliki etika. Sementara itu manfaat etika bisnis bagi
perusahaan adalah :
 Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah dijadikan
sebagai corporate culture. Hal ini terutama penting bagi perusahaan besar yang
karyawannya tidak semua saling mengenal satu sama lainnya. Dengan adanya
etika bisnis, secara intern semua karyawan terkikat pada standart etis yang sama,
sehingga akan mengambil kebijakan/keputusan yang sama terhadap kasus
sejenis yang timbul.
 Dapat membantu menghilangkan grey area (kawasan kelabu) di bidang etika.
Seperti, penerimaan komisi, penggunaan tenaga kerja anak, serta kewajiban
perusahaan dalam melindungi lingkungan hidup.
 Menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya.
 Memberikan kesempatan bagi perusahaan untuk mengatur dirinya sendiri (self
regulation).
 Bagi perusahaan yang telah go public dapat meningkatkan kepercayaan investor,
serta menarik investor untuk menanamkan modalnya.
 Dapat meningkatkan daya saing perusahaan (competitive advantage)
perusahaan.
 Membangun corporate image atau citra positif perusahaan yang dalam jangka
panjang akn berdampak terhadap kelangsungan hidup perusahaan.

Etika bisnis perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
memiliki kemampuan untuk menciptakan nilai yang tinggi. Biasanya dimulai dari
perencanaan stategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung
oleh budaya perusahaan yang handal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara
konsisten dan konsekuen. Karena itu, tindakan perusahaan ditentukan oleh pilihan dan
tindakan individu-individu yang berada dalam perusahaan, individu-individulah yang
harus dipandang sebagai penjaga utama kewajiban moral dan tanggung jawab moral :
individu harus pertanggung jawab atas apa yang dilakukan perusahaan, karena tindakan
perusahaan secara keseluruhan mengalir dari pilihan dan perilaku individu.

Etika bisnis mempunyai prinsip dalam kaitan ini berhubungan dengan berbagai
upaya untuk menggabungkan berbagai nilai-nilai dasar dalam perusahaan, agar berbagai
aktivitas yang dilaksanakan dapat mencapai tujuan. Haruslah diyakini bahwa pada
dasarnya praktik etika bisnis akan selalu menguntungkan perusahaan baik untuk jangka
panjang maupun jangka menengah karena Mampu mengurangi biaya akibat dicegahnya
kemungkinan terjadinya friksi, baik Intern perusahaan maupun dengan eksternal. 2.
Mampu meningkatkan motivasi pekerja. 3. Melindungi prinsip kebebasan berniaga. 4.
Mampu meningkatkan keunggulan bersaing. Tidak blsa dipungkiri, tindakan yang tidak
etis yang dilakukan oleh perusahaan akan memancing tindakan balasan dari konsumen
dan masyarakat dan akan sangat kontra produktif, misalnya melalui gerakan
pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasa dan lam sebagainya. Hai ini akan
dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan
yang menjunjung tinggi nilai-nilal etika bisnis, pada umumnya termasuk perusahaan
yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila
perusahaan tidak mentolerir tindakan yang tidak etis, misalnya diskriminasi dalam 8
sistem remunerasi atau jenjang karier.Perlu dipahami, karyawan yang berkualitas adalah
aset yang paling berharga bagi perusahaan.0leh karena Itu, perusahaan harus
semaksimal mungkin harus mempertahankan karyawannya. Untuk memudahkan
penerapan etika perusahaan dalam kegiatan sehari-harl maka nilai-nllal yang terkandung
dalam etika bisnis harus dituangkan kedalam manajemen korporasi yakni dengan cara :

 Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct).


 Memperkuat sistem pengawasan
 Menyelenggarakan pelatihan (mining) untuk karyawan secaraterus menerus.
4. Contoh kasus terhadap Ethical Governance

Contoh Kasus 1

Pada kasus Ratu Atut Chosiah ini terdapat beberapa faktor hambatan yang melanggar
etika pemerintahan, seperti tindakan tidak jujur dan penyalahgunaan wewenang.
Tentunya kedua perilaku tersebut bertolak belakang dengan peran Ratu Atut sebagai
gubernur pemerintah daerah. Dimana seorang gubernur atau kepala daerah suatu provinsi
memiliki tugas dan wewenang memimpin penyelenggaraan pemerintahan daerah
berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama DPRD provinsi. Seorang gubernur atau
pemimpin yang sudah terpilih seharusnya menjalankan tugasnya dengan baik dan benar.
Seorang pemimpin akan diberi tugas yang wajib dilaksanakan, selain itu juga diberi
wewenang dalam memimpin suatu daerah. Namun ‘‘wewenang” yang mereka miliki
disalah artikan, dimana wewenang yang diberikan sebagai sarana untuk melaksanakan
tugas dipandang sebagai kekuasaan pribadi. Maka dari itu tindakan yang diperlukan
adalah pembentukan etika, moral dan disiplin di kalangan pejabat untuk mencegah
terjadinya penyalahgunaan wewenang atau pun pelanggaran etika pemerintahan lainnya
yang sering terjadi pada pemerintahan masa kini.

Contoh Kasus 2

JAKARTA - Konflik antara Serikat Pekerja International Container (JICT) dan Direktur
Utama PT Pelindo II RJ Lino belum selesai.

Konflik tersebut terkait dengan perpanjangan kerja sama atau konsesi JICT antara
Pelindo II dan Hutchison Port Holdings (HPH). Bahkan sebelumnya, SP JICT telah
melaporkan tentang dugaan adanya penyimpangan dalam kerja sama itu ke Komisi
Pemberantasan Korupsi (KPK). (Baca: Dirut Pelindo II Dilaporkan ke KPK). Dalam
siaran persnya, SP JICT menegaskan alasan pekerja JICT menentang perpanjangan
konsesi bukan karena anti-asing atau alasan remunerasi.

“Melainkan prosesnya tidak sesuai dengan prinsip tata kelola yang baik (good corporate
governance/GCG),” kata Ketua Umum SP JICT Nova Hakim dalam siaran persnya,
Senin (19/10/2015). Nova juga menduga ada pelanggaran GCG termasuk dugaan
pelanggaran UU pelayaran dan tiga surat menteri serta satu surat Otoritas Pelabuhan
Tanjung Priok dalam izin konsesi itu.

Menurut dia, seharusnya Pelindo II mengedepankan kepentingan nasional saat


memperpanjang HPH di JICT. “Sesungguhnya JICT layak dikelola mandiri. Baik SDM
dan teknologi sudah sangat memadai,” katanya, Nova mengatakan proses perpanjangan
JICT dilakukan terburu-buru dan tidak melalui tender yang ditegaskan Pelindo melalui
iklan di media massa.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Etika pemerintahan adalah seperangkat nilai moral dan ajaran tentang berperilaku
baik dan benar sesuai dengan nilai-nilai keutamaan yang berhubungan dengan hakikat
manusia. Dalam Ethical Governance (Etika Pemerintahan) terdapat juga masalah
kesusilaan dan kesopanan ini dalam aparat, aparatur, struktur dan lembaganya. Etika
pemerintahan tidak terlepas dari filsafat pemerintahan. Perusahaan-perusahaan memiliki
budaya etis dimana berisi nilai-nilai etika dan moral dan dijadikan acuan dalam
berperilaku dalam perusahaan tersebut. Budaya etis diterapkan melalui 3 metode yaitu
penetapan credo perusahaan, penetapan program etika, dan penetapan kode etik
perusahaan.

Struktur etika dalam perusahaan dikembangkan melalui penerapan GCG (Good


Corporate Governance). GCG ada karena banyaknya kasus-kasus seperti Enron, Warrens,
yang membutuhkan prinsip-prinsip etika khususnya dalam pengelolaan bisnis. Adapun
prinsip-prinsip GCG adalah transparansi, akuntabel, kemandirian, dapat
dipertanggungjawabkan, dan kewajaran. Pengelolaan perusahaan tidak dapat dilepaskan
dari aturan-aturan main yang selalu harus diterima dalam pergaulan sosial, baik aturan
hukum maupun aturan moral atau etika. Code of Conduct merupakan pedoman bagi
seluruh pelaku bisnis dalam bersikap dan berperilaku untuk melaksanakan tugas sehari-
hari dalam berinteraksi dengan rekan sekerja, mitra usaha dan pihak-pihak lainnya yang
berkepentingan.

2. Saran
Sebaiknya dalam menjalankan aktivitas bisnis harus dilandasi oleh etika yang baik.
Dengan adanya etika, sebuah perusahaan akan dituntut untuk berperilaku sesuai dengan
norma-norma serta ajaran-ajaran yang baik dan telah telah diterapkan dalam aktivitas
bisnis. Penerapan etika dapat menjaga hubungan yang baik antara pelaku-pelaku
organisasi yaitu terhadap para manajer, karyawan, pemangku kepentingan dan pihak-
pihak yang terkait dalam kegiatan organisasi. Adanya pemimpin yang beretika
mencerminkan perusahaan yang telah berperilaku etis. Pemimpin yang beretika telah
memberikan contoh kepada karyawan-karyawan untuk selalu berperilaku etis dan taat
kepada aturan-aturan yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA
https://pdfcoffee.com/makalah-etika-bisnis-3-4-pdf-free.html
https://www.academia.edu/37792050/
ETIKA_BISNIS_Corporate_Ethical_Governance_and_Accountability
https://hukamnas.com/contoh-kasus-pelanggaran-good-corporate-governance
http://robithotusslmah.blogspot.com/2017/10/ethical-governance.html?m=1
https://mohammadfadlyassagaf.wordpress.com/2016/12/04/ethical-governance/

Anda mungkin juga menyukai