Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH KEWIRAUSAHAAN

NORMA, ETIKA BISNIS DAN CARA MEMPERTAHANKAN STANDAR


ETIKA DALAM BERWIRAUSAHA

Dosen Pengampu:
Dosen

Disusun Oleh:
Kelompok 6
1. Risalah Nur Fadliansyah Putri (21153027)
2. Sindi Novita Dona (21153038)
3. Angeline Priscilla Sinaga (21153040)
4. Annisa Dwi Putri (21153041)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN POLITEKNIK


KESEHATAN KEMENKES TANJUNG KARANG
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
mata kuliah Kewirausahaan yang berjudul “Norma, Etika Bisnis dan Cara
Mempertahankan Standar Etika dalam Berwirausaha”. Adapun tujuan kami
menyusun makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas dari ibu
Marlina, SST., M.Kes selaku dosen mata kuliah Kewirausahaan. Selain itu,
penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk menambahkan wawasan pembaca.

Kami juga mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah
yang kami susun ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah
ini.

Bandar Lampung, 06 Januari 2024

Kelompok 6

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................ii

DAFTAR ISI................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1

1.1 Latar Belakang................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...........................................................................................1

1.3 Tujuan.............................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................................2

2.1 Norma.............................................................................................................2

2.2 Etika Bisnis.....................................................................................................3

2.3 Cara Mempertahankan Standar Etika Dalam Berwirausaha...........................4

2.4 Kecerdasan Wirausaha....................................................................................5

BAB III PENUTUP.....................................................................................................17

3.1 Kesimpulan...................................................................................................17

3.2 Saran.............................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................18

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan dunia bisnis yang begitu cepat dan dinamis pada saat ini, tentunya
harus diimbangi dengan aturan-aturan atau norma-norma yang dapat mengatur
bisnis itu sendiri. Etika dan integritas merupakan suatu keinginan yang murni
dalam membantu orang lain. Kejujuran yang ekstrem, kemampuan untuk
menganalisis batas- batas kompetensi seseorang, kemampuan untuk mengakui
kesalahan dan belajar dari kegagalan.

Sudah saatnya dunia bisnis kita mampu menciptakan kegiatan bisnis yang
bermoral dan beretika, yang terlihat perjalanan yang seiring dan saling
membutuhkan antara golongan menengah kebawah dan pengusaha golongan atas.

Etika dan norma bisnis adalah suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam
kegiatan bisnis yang dilakukan oleh para pelaku-pelaku bisnis. Apabila moral
pengusaha maupun pelaku bisnis merupakan suatu yang mendorong orang untuk
melakukan kebaikan etika bertindak sebagai rambu-rambu yang merupakan
kesepakatan secara rela dari semua anggota suatu kelompok.

Etika di dalam bisnis sudah menjadi barang tentu harus disepakati oleh orang-
orang yang berada dalam kelompok bisnis tersebut serta kelompok yang terkait
lainnya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan norma dan etika bisnis?
2. Bagaimana cara mempertahakan standar etika dalam berwirausaha?
3. Apa saja kecerdasan kewirausahaan

1
1.3 Tujuan
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan norma dan etika bisnis.
2. Mengetahui bangaimana cara mempertahankan standar etika dalam
berwirausaha.
3. Mengetahui mengenai kecerdasan kewirausahan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1.4 Norma
Norma adalah aturan yang berlaku di kehidupan masyarakat. Norma memberi
pedoman tentang bagaimana kita harus hidup dan bertindak secara baik dan tepat,
sekaligus menjadi dasar bagi penilaian mengenai baik buruknya perilaku dan
tindakan kita. Adapun macam-macam norma meliputi:
1. Norma Khusus
Norma khusus yaitu, aturan-aturan yang hanya berlaku dalam bidang kegiatan
dan situasi yang khusus/tertentu. Contoh aturan-aturan yang diterapkan dalam
dunia kerja, seperti jam masuk, cara kerja, pakaian seragam, dan lain
sebagainya.
2. Norma umum
Aturan yang berlaku, yang lebih bersifat umum dan sampai pada tingkat
tertentu boleh dikatakan bersifat universal. Adapun macam-macam norma
umum meliputi:
a. Norma Hukum
Norma hukum adalah norma yang dituntut keberlakuannya secara tegas
oleh masyarakat, karena dianggap perlu dan niscaya demi keselamatan dan
kesejahteraan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Norma hukum ini
mencerminkan harapan, keinginan dan keyakinan seluruh anggota
masyarakat tersebut, tentang bagaimana hidup bermasyarakat yang baik
dan bagaimana masyarakat tersebut harus diatur secara baik.
b. Norma Moral
Norma moral, yaitu aturan mengenai sikap dan perilaku manusia. Norma
moral ini menyangkut aturan tentang baik buruknya, adil tidaknya tindakan
dan perilaku manusia sejauh ia dilihat sebagai manusia.

3
Ada beberapa ciri utama yang membedakan norma moral dari norma
umum lainnya (kendati dalam kaitan dengan norma hukum ciri-ciri ini bisa
tumpang tindih):
 Kaidah moral berkaitan dengan hal-hal yang mempunyai atau yang
dianggap mempunyai konsekuensi yang serius bagi kesejahteraan,
kebaikan dan kehidupan manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai
kelompok.
 Norma moral tidak diterapkan dan/atau diubah oleh keputusan penguasa
tertentu. Norma moral dan juga norma hukum merupakan ekspresi,
cermin dan harapan masyarakat mengenai apa yang baik dan apa yang
buruk. Berbeda dengan norma hukum, norma moral tidak
dikodifikasikan, tidak ditetapkan atau diubah oleh pemerintah. Ia lebih
merupakan hukum tidak tertulis dalam hati setiap anggota masyarakat,
yang karena itu mengikat semua anggota dari dalam dirinya sendiri.
 Norma moral selalu menyangkut sebuah perasaan khusus tertentu, yang
oleh beberapa filsuf moral disebut sebagai perasaan moral (moral
sense).

1.5 Etika Bisnis


Pengertian etika berasal dari bahasa Yunani "ethos" berarti adat istiadat atau
kebiasaan. Hal ini berarti etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang
baik, aturan hidup yang baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan
dari satu orang ke orang lain atau dari satu generasi ke generasi lainnya.
Etik ialah suatu studi mengenai yang benar dan yang salah dan pilihan moral yang
dilakukan seseorang. Keputusan etik ialah suatu hal yang benar mengenai
perilaku standar. Etika bisnis kadang sering pula disebut dengan etika
manajemen, yaitu penerapan standar moral ke dalam kegiatan bisnis.
Salah satu contoh etika dalam bisnis ialah mencakup hubungan antara perusahaan
dengan orang yang menginvestasikan uangnya dalam perusahaan, melingkupi

4
konsumen, pegawai, kreditur, saingan dan sebagainya. Para pelaku bisnis
diharapkan bertindak secara etis dalam berbagai aktivitasnya sampai di lingkup
masyarakat luas.

1.6 Cara Mempertahankan Standar Etika Dalam Berwirausaha


Cara-cara untuk mempertahankan standar etika bisnis dalam berwirausaha adalah
sebagai berikut:
 Ciptakan kepercayaan perusahaan. Kepercayaan perusahaan dalam
menetapkan nilai-nilai perusahaan yang mendasari tanggung jawab etika bagi
pemangku kepentingan.
 Kembangkan kode etik. Kode etik adalah suatu catatan tentang standar
perilaku serta prinsip-prinsip etika yang diharapkan perusahaan dari
karyawan.

Topik-topik yang ada pada suatu kode etik biasanya memuat tentang hal-hal
berikut:
a. Ketulusan hati secara fundamental dan ketaatan terhadap hukum.
b. Kualitas serta keamanan
c. Kesehatan serta keamanan termpat kerja
d. Konflik kepentingan
e. Praktik dan pelatihan karyawan
f. Praktik pemasaran dan penjualan
g. Keamanan/kebebasan
h. Kegiatan berpolitik
i. Laporan finansial
j. Hubungan dengan pemasok
k. Penentuan harga, pengajuan rekening, dan kontrak
l. Informasi orang dalam
m. Pembayaran untuk mendapat bisnis

5
n. Perlindungan lingkungan
o. Informasi pemilikan
p. Keamanan kemasan

1.7 Kecerdasan Wirausaha


1. Kecerdasan Finansial
Kecerdasan finansial merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan
saat ini. Menurut Widayati (2012) kecerdasan finansial adalah kecerdasan
dalam mengelola aset pribadi. Pada era ekonomi global moderen saat ini,
individu harus dapat mengelola keuangannya secara cermat. Karena dari
pengelolaan keuangan tersebut akan menghasilkan keputusan dalam
penggunaan ataupun alokasi dana yang dimiliki. Individu harus bisa
mengelola keuangannya secara cermat dan efisien, karena itu penting bagi
individu untuk mengetahui tentang literasi keuangan.
Menurut Tribun (2015) dalam Juwita, et. al (2016), literasi keuangan adalah
seperangkat keterampilan dan pengetahuan yang memungkinkan individu
untuk membuat keputusan efektif terhadap investasinya agar dapat
meningkatkan keuangannya. Menurut Ilham dalam Juwita, et. al (2016)
literasi keuangan sebagai upaya untuk meningkatkan kepekaan masyarakat
terhadap sektor jasa keuangan, yang diawali dengan mengetahui, kemudian
meyakini, hingga menjadi terampil untuk terlibat aktif, dengan kata lain
mencapai masyarakat yang melek pada sektor jasa keuangan yakni bidang
perbankan, perasuransian, lembaga pembiayaan, dana pensiun, pasar modal,
dan pegadaian. Literasi keuangan penting bagi individu untuk mengedukasi
dibidang keuangan kepada individu agar dapat mengelola keuangan secara
cerdas. Sehingga rendahnya pengetahuan tentang industri keuangan dapat
diatasi dan individu tidak mudah tertipu pada produk-produk investasi yang
menawarkan keuntungan tinggi dalam jangka pendek tanpa
mempertimbangkan risikonya.

6
2. Kecerdasan Adversity
Adversity Quotient adalah konsep yang dikembangkan oleh Pil G. Stoltz,
presiden PEAK Learning Inc. Beliau adalah seorang konsultan di dunia kerja
dan pendidikan berbasis skill. Dalam kamus bahasa inggris, adversity
diterjemahkan sebagai kesengsaraan dan kemalangan, sedangkan quotient
diartikan sebagai kemampuan atau kecerdasan. Adversity Quotient (AQ)
diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengamati
kesulitan dan mengolah kesulitan tersebut dengan kecerdasan yang dimiliki
sehingga menjadi sebuah tantangan untuk diselesaikan (Stoltz, 2007).
Konsep AQ bisa terwujud dalam tiga bentuk yaitu:
1. Sebagai kerangka konseptual baru untuk memahami dan meningkatkan
semua aspek keberhasilan.
2. Sebagai ukuran bagaimana seseorang merespon masalah yang menimpa.
3. Sebagai perangkat/alat untuk memperbaiki respon seseorang terhadap
suatu masalah yang harus dihadapi. Dengan demikian AQ merupakan
suatu kemampuan untuk dapat bertahan dalam menghadapi segala
masalah ataupun kesulitan hidup
Aspek-aspek AQ terdiri dari empat dimensi yang disingkat dengan COORE
yaitu dimensi Control, Origin-Ownership, Reach dan Endurance (Stoltz,
2007). Adapun penjelasan masing-masing adalah sebagai berikut:
1. Control (pengendalian)
2. Origin-Ownership (asal usul dan pengakuan)
3. Reach (jangkauan)
4. Endurance (daya tahan)

3. Kecerdasan Nalar
a) pengertian
John Santrock mengatakan inteligensi (kecerdasan) merupakan
kemampuan verbal, keterampilan-keterampilan pemecahan masalah dan
kemampuan untuk belajar dan menyesuaikan diri dengan pengalaman

7
hidup sehari-hari. Menurut Phares, intelegensi dapat diklasifikasikan
menjadi tiga yaitu kemampuan menyesuaikan diri dengan lingkungan,
kemampuan untuk belajar atau kapasitas untuk menerima pendidikan, dan
kemampuan untuk berpikir secara abstrak menggunakan konsep-konsep.
Berbeda dengan pendapat Alfred Binet, seorang tokoh utama perintis
pengukuran inteligensi mendefinisikan inteligensi terdiri dari tiga
komponen. Pertama, yaitu kemampuan untuk memusatkan pada suatu
masalah yang harus dipecahkan (Direction). Kedua, yaitu kemampuan
untuk mengadakan adaptasi terhadap masalah yang dihadapinya atau
fleksibel dalam menghadapi masalah (Adaptation). Terakhir, ialah
kemampuan untuk mengkritik orang maupun dirinya sendiri (Criticism).
Kemampuan ini kemudian dikenal dengan kecerdasan intelektual.
Kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yang menuntut pemberdayaan
otak, hati, jasmani, dan pengaktifan manusia untuk berinteraksi secara
fungsional dengan yang lain. Intelligence Quotient atau yang biasa disebut
dengan IQ merupakan sebuah kecerdasan yang memberikan kemampuan
untuk berhitung, beranalogi, berimajinasi, dan memiliki sumber daya kreasi
serta inovasi. Kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan tunggal dari
setiap individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif
dari setiap masing- masing individu. dirinya sendiri (Criticism).
Kemampuan ini kemudian dikenal dengan kecerdasan intelektual.
Kecerdasan intelektual adalah kecerdasan yang menuntut pemberdayaan
otak, hati, jasmani, dan pengaktifan manusia untuk berinteraksi secara
fungsional dengan yang lain. Intelligence Quotient atau yang biasa disebut
dengan IQ merupakan sebuah kecerdasan yang memberikan kemampuan
untuk berhitung, beranalogi, berimajinasi, dan memiliki sumber daya kreasi
serta inovasi. Kecerdasan intelektual merupakan kecerdasan tunggal dari
setiap individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan aspek kognitif
dari setiap masing- masing individu.

8
Dalam Al-Qur’an kecerdasan intelektual biasa disebut dengan Al- ‘Aql
yang berati kepandaian atau kecerdasan. Dalam Al-Qur’an kata ‘aql tidak
berbentuk nomina tapi berbentuk kata kerja, hal ini menunjukkan bahwa
Al- Qur’an tidak hanya menghargai akal sebagai kecerdasan intelektual
semata tapi mendorong dan menghormati manusia untuk menggunakan
akalnya secara benar. IQ adalah kemampuan seseorang untuk berimajinasi
secara abstrak. Kecerdasan intelektual seseorang dapat diukur dari
pengetahuan umum luas, kemampuan untuk bertumbuh dan berkembang,
sifat inkuisitif yang mencakup rasa ingin tahu, kemampuan analistik, daya
ingat yang kuat, rasionalitas, dan naluri relevansi.
b) Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Nalar
Bayle mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi intelektual
individu, yaitu:
1. Faktor keturunan, faktor ini didasari dari sudut pandang biologis dimana
masing- masing individu lahir memiliki gen yang berbeda.
2. Latar belakang sosial ekonomi, misalnya pendapatan keluarga,
pekerjaan orang tua, dan faktor lain yang mempengaruhi taraf
inteligensi individu dalam usia 3 tahun sampai remaja.
3. Lingkungan hidup, lingkungan hidup yang baik akan menciptakan
kemampuan intelektual yang baik pula dan sebaliknya.
4. Kondisi fisik, kondisi fisik dapat dilihat dari keadaan gizi yang kurang
baik, kesehatan yang buruk, dan perkembangan fisik yang lambat
menyebabkan pertumbuhan inteligensi yang rendah.
5. Iklim emosi, dimana individu dibesarkan mempengaruhi
perkembangan mental individu yang bersangkutan.
Sedangkan menurut Saifudin Azwar selain yang disebutkan oleh Bayle
tersebut, terdapat dua faktor lain yang mempengaruhi kecerdasan intelekt
ual seorang individu. Pertama, yaitu faktor bawaan yang merupakan faktor
yang sangat dalam inteligensi seseorang. Hal ini dikarenakan setiap
manusia membawa sifat tertentu sejak lahir, sifat alami inilah yang sangat

9
menentuka n pembawaan seseorang. Kedua, yaitu faktor lingkungan yang
sebenarnya diawali sejak terjadinya pembuahan sampai saat lahir.
Lingkungan telah mempengaruhi calon bayi lewat ibu kemudian melalui
proses belajar. Hal tersebut dimaksudkan karena proses belajar pengaruh
budaya secara tidak langsung juga mempengaruhi individu.

c) Ciri-ciri Kecerdasan Nalar


Seorang yang mempunyai kecerdasan intelektual yang tinggi akan
tercermin dalam perilaku sehari-hari. Menurut Nickerson, Perkins, dan
Smith, ciri-ciri kecerdasan intelektual ialah sebagai berikut:
1. Kemampuan untuk mengklasifikasikan pola
Semua manusia yang mempunyai intelegensi normal akan mampu
menempatkan stimulus tak-identik ke dalam kelompok. Kemampuan
ini merupakan dasar berpikir dan berbahasa, karena kata-kata pada
umumnya merepresentasikan pengkategorian informasi.
2. Kemampuan untuk memodifikasi perilaku adaptif
Kemampuan seseorang dalam menyesuaikan diri dengan kondisi
lingkungan yang ada. Para teoritikus menyetujui bahwa kemampuan
beradaptasi ini merupakan hal terpenting yang mencirikan intelegensi
manusia.
3. Kemampuan untuk berpikir secara deduktif
Berpikir deduktif meliputi pembuatan kesimpulan yang logis dari suatu
premis.
4. Kemampuan berpikir secara induktif
Orang yang berpikir secara induktif perlu “keluar” dari informasi yang
diberikan, untuk mengetahui atau menemukan aturan-aturan maupun
prinsip dari beberapa peristiwa yang spesifik.
5. Kemampuan untuk mengembangkan dan menggunakan model
konseptual
Kemampuan ini berarti individu membentuk kesan tentang dunia dan

10
bagaimana dunia berfungsi serta menggunakan model tersebut untuk
memaha mi dan menginterpretasikan semua peristiwa dalam hidup.
6. Kemampuan untuk memahami atau mengerti
Kemampuan yang berkaitan dengan kemampuan untuk melihat
hubungan masalah dan memahami makna hubungan tersebut dalam
memecahkan masalah.

4. Kecerdasan Spiritual
a) Pengertian
Spiritual Quotient (SQ) atau Spiritual Intelligence diterjemahkan sebagai
kecerdasan spiritual banyak diartikan oleh berbagai penulis, diantaranya
menurut Zohar dan Marshal (2007) yang mengartikan SQ adalah
kecerdasan yang bertumpu pada bagian dalam diri kita yang
berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar. Ini adalah
kecerdasan yang kita gunakan bukan hanya untuk mengetahui nilai-nilai
yang ada, melainkan juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.
SQ adalah kecerdasan yang mendapat inspirasi, dorongan dan efektivitas
yang terinspirasi, penghayatan ketuhanan yang di dalamnya kita semua
menjadi bagian. SQ adalah bagian dari dimensi non material kita, ruh
manusia. Inilah intan yang belum terasa yang kita semua memilikinya. Kita
harus mengenalinya seperti apa adanya, menggosoknya sehingga berkilap
dengan tekad besar dan menggunakannya untuk memperoleh kebahagiaan
abadi.
b) Ciri Kecerdasan Spiritual
Menurut Mahanaya ada beberapa ciri orang yang ber-SQ tinggi, antara
lain adalah memiliki prinsip dan visi yang kuat, mampu melihat
kesatuan dan keragaman, mampu memaknai setiap sisi kehidupan dan
mampu mengelola serta bertahan dalam kesulitan dan penderitaan.
Terdapat tiga prinsip dalam SQ yaitu :
1. Prinsip kebenaran.

11
Kebenaran adalah suatu yang paling nyata. Setiap hari kita
berhadapan dengan kebenaran. Karena begitu dekatnya kebenaran
dengan kita, kadang-kadang seseorang tidak merasakan keberadaannya.
Hidup berdasarkan kebenaran menuntun kita kearah kesempurnaan.
2. Prinsip keadilan.
Keadilan adalah memberikan sesuatu sesuai dengan haknya. Prinsip
ini sangat mendasar dalam kehidupan kita. Hidup selaras dengan
prinsip keadilan berarti konsisten melangkah di jalan kebenaran.
3. Prinsip kebaikan.
Kebaikan adalah memberikan lebih dari haknya. Keadilan lebih
utama daripada kebaikan, karena dengan menggunakan keadilan maka
terbuka peluang untuk menciptakan kebaikan, tetapi dengan
mengutamakan kebaikan, dapat menutupi atau meluapkan keadilan.
Nggermanto (2002) mengutip pendapat Zuhri bahwa kenikmatan-
kenikmatan duniawi seperti makanan, mendukung dimensi fisik manusia
berkembang. Makanan bergizi, suplay oksigen yang memadai, membuat
otak fisik manusia terutama IQ bekerja optimal. Sedangkan kesulitan
adalah yang menimbulkan dimensi spiritual manusia. SQ mampu
mentransformasikan kesulitan menjadi suatu medan penyempurnaan dan
pendidikan spiritual yang bermakna. Semakin banyak kesulitan, semakin
mematangkan SQ. SQ memicu seseorang maju ketika yang lainnya mulai
mundur.
c) Indikator Kecerdasan Spiritual
Zohar dan Marshall (2007) memberikan indikator SQ diantaranya adalah
sebagai berikut:
1. Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif)
2. Tingkat kesadaran tinggi
3. Kemampuan mengadaptasi dan memanfaatkan penderitaan
4. Kemampuan menghadapi dan melampaui rasa sakit
5. Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan misi

12
6. Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu
7. Kecenderungan untuk melihat keterkaitan antara berbagai hal
(berpandangan holistik)
8. Kecenderungan nyata untuk bertanya mengapa atau bagaimana mencari
jawaban dasar.
9. Pemimpin yang penuh pengabdian dan bertanggungjawab.
Sedangkan King (2008) menyampaikan bahwa terdapat empat
komponen kecerdasan spiritual yang masing-masing mewakili
pengukuran kecerdasan spiritual secara menyeluruh yaitu:
1. Critical Existential Thinking,
2. Personal Meaning Production,
3. Trancendential Awareness, dan
4. Conscious State Expansion.

5. Kecerdasan Emosional
a) Pengertian
Kecerdasan Emosional adalah sekumpulan kemampuan untuk merasakan
dan menyatakan emosi, mengasimilasi emosi dalam berfikir, memahami
dan alasan dengan emosi, dan menghubungkan emosi dalam diri sendiri
dan orang lain. (McShane dan Von Glinow, 2010:105)
Menurut Ismail Ludin dkk. (2017:12) “Kecerdasan Emosional adalah
kemampuan memahami emosi, pengetahuan emosi dan pengendalian emosi
dalam membantu mendorong pertumbuhan kecerdasan emosional dan
intelektual.”
Kreitner dan Knicki (2010: 144) (dalam Widayati, 2016:218) memberikan
pengertian bahwa “Kecerdasan Emosional sebagai kemampuan mengelola
dirinya sendiri dan berinteraksi dengan orang lain dengan cara dewasa dan
konstruktif.” Pendapat lain dikemukakan oleh Widayati, (2016:219) yang
menjelaskan bahwa “Kecerdasan Emosional merupakan suatu bentuk dari
Kesadaran diri yang harus dikelola sehingga dapat lebih memahami

13
emosionalnya dan kemudian menggunakan pemahaman tersebut untuk
merubah situasi bagi kebaikan diri.” Menurut Definisi diatas maka dapat
disimpulkan bahwa Kecerdasan Emosional adalah sekumpulan kemampuan
untuk merasakan dan menyatakan emosi serta dapat mengelolanya untuk
membantu dan mendorong pertumbuhan kecerdasan berdasarkan
emosional dan intelektual untuk merubah situasi bagi kebaikan diri dan
orang lain.
b) Faktor yang Mempengaruhi kecerdasan Emosional
Menurut penelitian Fadly Adha (2018:3882), terdapat dua faktor yang
mempengaruhi kecerdasan emosional, faktor tersebut terdiri dari faktor
internal dan faktor eksternal. Berikut ini adalah penjelasan dari masing-
masing faktor tersebut, yaitu:
1. Faktor Internal
Faktor yang ada dalam diri seseorang. Setiap manusia memiliki sistem
saraf pengatur emosi atau lebih dikenal dengan otak emosional.
2. Faktor Eksternal
Faktor pengaruh yang berasal dari luar diri seseorang. Faktor eksternal
kecerdasan emosi adalah faktor yang datang dari luar dan
mempengaruhi perubahan sikap. Pengaruh tersebut dapat berupa
perorangan atau secara kelompok. Perorangan mempengaruhi kelompok
atau kelompok mempengaruhi perorangan. Hal ini lebih memicu pada
lingkungan. Seseorang akan memiliki kecerdasan emosi yang berbeda-
beda seperti ada yang rendah, sedang maupun tinggi serta kecerdasan
emosi tersebut tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat.
c) Dimensi kecerdasan emosional
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fadly Adha (2018:3882), disebutkan
bahwa Kecerdasan Emosional terdiri dari 4 (empat) dimensi yaitu Self
Emotional Appraisal (SEA), Other’s Emotional Appraisal (OEA),
Regulation of Emotion 17 (ROE), Use of Emotion (UOE), yang masing–
masing dimensi dijelaskan sebagai berikut:

14
1. Self Emotional Appraisal (SEA)
Kemampuan individu untuk memahami dan menilai emosi mereka yang
terdalam dan mampu mengekspresikan emosi ini secara alami.
2. Others’ Emotional Appraisal (OEA)
Kemampuan individu untuk merasakan dan memahami emosi orang lain
di sekitar mereka.
3. Regulation of Emotion (ROE)
Kemampuan individu untuk mengatur emosi mereka, yang akan
memungkinkan pemulihan yang lebih cepat dari tekanan psikologis.
4. Use of Emotion (UOE)
Kemampuan individu memanfaatkan emosinya dengan mengarahkannya
pada aktivitas yang membangun dan kinerja pribadi.
d) Indikator kecerdasan emosional
Terdapat beberapa indikator dari kecerdasan Emosional yang dijelaskan
oleh McShane dan Von Glinow (2010:106), indikator tersebut yaitu:
1. Self Awareness
Kemampuan merasa dan memahami makna dari emosi kita sendiri. Kita
lebih sensitif melemahkan respon emosional pada kejadian dan
memahami pesan mereka. Memiliki Self Aware lebih baik dapat
mendengarkan pada respon emosional mereka pada situasi spesifik dan
menggunakan kesadaran ini sebagai informasi secara sadar 18.
2. Self Management
Kemampuan Mengelola Emosi kita sendiri, sesuatu yang kita semua
lakukan pada suatu tingkat tertentu. Kita menjaga gerak hati yang
mengganggu dalam pengawasan. Kita mencoba untuk tidak merasa
marah atau frustasi apa bila kejadian diarakan terhadap kita.
3. Social Awareness
Kemampuan untuk merasa dan memahami orang lain. Untuk sebagian
besar, kemampuan ini ditunjukkan oleh empati, mempunyai pemahaman
tentang sensitivitas pada perasaan, pikiran dan situasi orang lain.

15
4. Relationship Management
Kemampuan individu memanfaatkan emosinya dengan mengarahkannya
pada aktivitas yang menyangkut Orang lain, termasuk menghibur orang
yang sedang sedih, secara emosional memberikan inspirasi anggota tim
untuk menyelesaikan proyek tepat waktu.

16
BAB III
PENUTUP

1.8 Kesimpulan
Norma adalah aturan yang berlaku di kehidupan masyarakat, sedangkan etika
bisnis kadang sering pula disebut dengan etika manajemen, yaitu penerapan
standar moral ke dalam kegiatan bisnis. dalam kegiatan bisnis terdapat ara-cara
untuk mempertahankan standar etika bisnis dalam berwirausaha yaitu,
menciptakan kepercayaan perusahaan dan mengembangkan kode etik. Salah satu
contoh etika dalam bisnis ialah mencakup hubungan antara perusahaan dengan
orang yang menginvestasikan uangnya dalam perusahaan, melingkupi konsumen,
pegawai, kreditur, saingan dan sebagainya. Dalam etika bisnis kita harus memiliki
kecerdasan yang dimana Kecerdasan ini menurut wirausahawan dapat mengenali
dan mengelola diri diberbagai peluang maupun sumber daya disekitarnya.

1.9 Saran
Demikian makalah ini kami buat, semoga dapat bermanfaat dan berguna untuk
menambah wawasan bagi pembaca. Kami sebagai penulis menyadari masih
terdapat kekurangan dalam penulisan makalah ini dan tentunya jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengaharapkan kritik dan saran
mengenai makalah ini.

17
DAFTAR PUSTAKA
BIBLIOGRAPHY Muttaqiyathun, A., Nurmaya, E., & Saputra, Y. (2022). PERAN KECERDASAN
TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA GENERASI Z. Jurnal Riset Manajemen Sains
Indonesia (JRMSI, 220-226.

18

Anda mungkin juga menyukai