Anda di halaman 1dari 21

GOOD CORVORATE GOVERNANCE

Etika Bisnis, Pedoman Perilaku Dan Manajemen Resiko

MAKALAH

Dosen pengampu: L. Suprawan, M.E.I

Disusun oleh:

Dicky Chandra Hardiansyah (190502100)

Renaldi Ade Kusuma (190502

Isnaini Sani (190502111)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM

2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Etika Bisnis, Pedoman
Perilaku Dan Manajemen Resiko" dengan tepat waktu.
Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Good Corvorate Governance.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak L. Suprawan, M.E.I. Ucapan
terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu diselesaikannya
makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan
kritik yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Mataram, 01 Desember 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................3
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan masalah......................................................................................................................5
C. Tujuan........................................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN...................................................................................................................................6
A. Etika Bisnis................................................................................................................................6
1. Pengertian Etika Bisnis..........................................................................................................6
2. Prinsip-prinsip Etika Bisnis...................................................................................................7
3. Tujuan dan Manfaat Etika Bisnis...........................................................................................8
B. Pedoman perilaku organisasi.....................................................................................................9
1. Definisi Perilaku Organisasi..................................................................................................9
2. Pendekatan iklim organisasi...................................................................................................9
3. Dimensi Iklim Organisasi....................................................................................................10
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ilkim Organisasi Menurut Higgins (1994:477-478).....12
C. Manajemen Risiko...................................................................................................................13
1. Pengertian Risiko Dan Manajemen Risiko..........................................................................13
2. Jenis-Jenis Risiko.................................................................................................................15
3. Sumber Risiko.....................................................................................................................17
BAB III................................................................................................................................................20
PENUTUP...........................................................................................................................................20
KESIMPULAN...............................................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................21
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Etika bisnis merupakan pedoman dalam melakukan kegiatan bisnis dan meliputi
seluruh aspek mulai dari individu, perusahaan sampai masyarakat. Etika bisnis dalam
sebuah perusahaan dapat membentuk suatu norma dan perilaku dalam membangun
hubungan yang sehat di dalam ligkungan kerja dan juga hubungan sehat antara
pedagang dan mitra kerjanya. Etika bisnis dianggap mampu menjadi standar kerja dan
pedoman mulai dari pimpinan sampai karyawan untuk menjalankan pekerjaan sehari-
hari, karena dalam berbisnis tidak cukup hanya mengandalkan kecerdasan,
keterampilan atau kepiawaian teknis saja. Prioritas yang mendasar adalah membangun
moral terlebih dahulu. Prinsip bisnis yang baik adalah dimana mereka menjalankan
bisnis yang beretika, yaitu bisnis yang dijalankan dengan menaati kaidah-kaidah etika
sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.
Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana
seharusnya perilaku tingkat individu, tingkat kelompok, serta dampaknya terhadap
kinerja (baik kinerjaindividual, kelompok, maupun organisasi).
Risiko merupakan bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan. Bahkan ada orang
yang mengatakan bahwa tak ada hidup tanpa risiko, sebagaimana tak ada hidup tanpa
maut. Sekalipun orang berusaha untuk menghindari risiko, setiap orang pasti akan
menghadapi risiko.
Seseorang yang memutuskan untuk melanjutkan studi menghadapi risiko,
misalnya tidak naik kelas. Bila mungkin, seseorang tentu tidak ingin tinggal kelas.
Untuk itu, ia berusaha belajar keras dan dengan belajar keras, ia berharap dapat selalu
naik kelas. Jadi, risiko dapat saja tidak terjadi, namun ada kemungkinan untuk terjadi.
Dengan kata lain, risiko mengandung unsur ketidakpastian. Untuk itu manusia selalu
berusaha bagaimana caranya agar risiko yang ada/dihadapinya itu tidak terjadi.
Risiko juga dihadapi oleh perusahaan-perusahaan. Sejak awal maupun pada saat
berjalannya, usaha sudah menampakkan kemungkinan-kemungkinan risiko yang akan
dihadapi, misalnya risiko rugi atau kegagalan usaha. Untuk itu diperlukan suatu upaya
dini di dalam mengantisipasi berbagai risiko yang mungkin terjadi dalam menjalankan
suatu usaha. Dengan kata lain, perlu adanya manajemen risiko.
B. Rumusan masalah
1. apa pengertian etika bisnis ?
2. apa saja prinsip-prinsip etika bisnis?
3. Apa manfaat dan tujuan etika bisnis?
4. Bagiman pedoman perilaku organisasi?
5. Apa pengertian manajemen resiko?
6. Apa saja jenis-jenis resiko?

C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian etika bisnis.
2. Mengetahui manfaat dan tujuan etika bisnis.
3. Memahami pengertian pedoman perilaku organisasi.
4. Memahami pengertian manajemen resiko dan mengetahui jenis-jenisnya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Etika Bisnis
1. Pengertian Etika Bisnis
Suatu kegiatan haruslah dilakukan dengan etika atau norma-norma yang berlaku
di masyarakat bisnis. Etika atau norma-norma ini digunakan agar para pengusaha tidak
melanggar aturan yang telah ditetapkan dan bisnis yang dijalankan memperoleh simpati
dari berbagai pihak. Pada akhirnya, etika tersebut ikut membentuk pengusaha yang
bersih dan dapat memajukan serta membesarkan bisnis yang dijalankan dalam waktu
yang relatif lebih lama.
Untuk memahami etika bisnis, kita harus memahami etika dan bisnis itu sendiri.
Etika merupakan salah satu cabang llmu Filsafat yang memfokuskan pada moral
manusia dalam tindakan-tindakan yang dilakukan khususnya yang bersangkutan
dengan kebaikan dan keburukan dari hasil tindakannya. Etika berasal dari bahasa
Yunani, yaitu ethos yang artinya cara bertindak, adat dan kebiasaan. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 1995), etika merupakan nilai mengenai benar dan salah
yang dianut suatu golongan atau masyarakat. Etika tidak bisa disamakan dengan moral.
Menurut Franz Magnis Suseno, etika dan ajaran moral tidak berada di satu tingkat yang
sama.1 Moral menetapkan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia dalam
hidup. Sedangkan etika merupakan alat pembantu seseorang untuk paham alasan
mengapa ia harus mengikuti ajaran moral dan mempertanggung jawabkan semua
tindakannya.
Etika bisnis merupakan pedoman dalan melakukan kegiatan bisnis dan
meliputi seluruh aspek mulai dari individu, perusahaan sampai masyarakat. Etika bisnis
dalam sebuah perusahaan dapat membentuk suatu norma dan perilaku dalam
membangun hubungan yang sehat di dalam ligkungan kerja dan juga hubungan sehat
antara pedagang dan mitra kerjanya. Etika bisnis dianggap mampu menjadi standar
kerja dan pedoman mulai dari pimpinan sampai karyawan untuk menjalankan pekerjaan
sehari-hari, karena dalam berbisnis tidak cukup hanya mengandalkan kecerdasan,
keterampilan atau kepiawaian teknis saja. Prioritas yang mendasar adalah membangun
moral terlebih dahulu. Prinsip bisnis yang baik adalah dimana mereka menjalankan

1
Suseno, Franz Magnis. Etika Dasar- Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral, (Yogyakarta: Kanisius,
1987), hlm. 14
bisnis yang beretika, yaitu bisnis yang dijalankan dengan menaati kaidah-kaidah etika
sejalan dengan hukum dan peraturan yang berlaku.

2. Prinsip-prinsip Etika Bisnis


Menurut pendapat Michael Josephson dalam Pandji (2007:125), secara
universal ada 10 prinsip etika yang mengarahkan perilaku, yaitu :
1) Kejujuran, yaitu penuh kepercayaan, tidak curang, dan tidak berbohong.
2) Integritas, yaitu memegang prinsip, melakukan kegiatan terhormat, tulus hati,
berani dan penuh pendirian, tidak bermuka dua, tidak berbuat jahat dan saling
percaya.
3) Memelihara janji, yaitu selalu menaati janji, patut dipercaya, penuh komitmen,
patuh.
4) Kesetiaan, yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman, karyawan, dan negara;
jangan menggunakan atau memperlihatkan informasi yang diperoleh dalam
kerahasiaan; begitu juga dalam suatu konteks professional, jaga/lindungi
kemampuan untuk membuat keputusan professional yang bebas dan teliti, hindari
hal yang tidak pantas dan konflik kepentingan.
5) Kewajaran/Keadilan, yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia untuk
mengakui kesalahan; dan memperlihatkan komitmen keadilan, persamaan
perlakuan individual dan toleran terhadap perbedaan, jangan bertindak
melampaui batas atau mengambil keuntungan yang tidak pantas dari kesalahan
atau kemalangan orang lain.
6) Suka membantu orang lain, yaitu saling membantu, barbaik hati, belas kasihan,
tolong menolong, kebersamaan, dan menghindari segala sesuatu yang
membahayakan orang lain.
7) Hormat kepada orang lain, yaitu menghormati martabat manusia, menghormati
kebebasan dan hak untuk menentukan nasib sendiri bagi semua orang, bersopan
santun, jangan merendahkan diri seseorang, jangan memperlakukan seseorang
dan jangan merendahkan martabat orang lain.
8) Kewarganegaraan yang bertanggung jawab, yaitu selalu mentaati hukum/aturan,
penuh kesadaran sosial, menghormati proses demokrasi dalam mengambil
keputusan.
9) Mengejar keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam hal baik dalam
pertemuan personal maupun pertanggungjawaban professional, tekun, dapat
dipercaya/diandalkan, rajin dan penuh komitmen, melakukan semua tugas dengan
yang terbaik berdasar kemampuan, mengmbangkan, dan memperhahankan
tingkat kompetensi yang tinggi.
10) Dapat dipertanggung jawabkan, yaitu memilki tanggung jawab, meneri,a
tanggung jawab atas keputusan dan konsekuensinya, dan selalu mencari contoh.

3. Tujuan dan Manfaat Etika Bisnis


Berikut ini beberapa tujuan etika yang selalu ingin dicapai oleh perusahaan,
yaitu:
a) Untuk persahabatan dan pergaulan
Etika dapat meningkatkan keakraban dengan karyawan, pelanggan atau pihak-
pihak lain yang berkepentingan. Jika karyawan, pelanggan, dan masayarakat
menjadi akrab, segala urusan menjadi lebih mudah dan lancar.
b) Menyenangkan orang lain
Menyenangkan orang lain berarti membuat orang menjadi suka dan puas terhadap
pelayanan kita. Jika pelanggan merasa senang dan puas atas pelayanan yang
diberikan, diharapkan merekan akan mengulangnya kembali suatu waktu.
c) Membujuk pelanggan
Setiap calon pelanggan memiliki karakter tersendiri. Kadang-kadang seorang
calon pelanggan perlu dibujuk agar mau menjadi pelanggan. Salah satu cara
untuk membujuk calaon pelanggan adalah melalui etika yang ditunjukkan seluruh
karyawan perusahaan.
d) Mempertahankan pelanggan
Ada anggapan mempertahankan pelanggan jauh lebih sulit daripada mencari
pelanggan. Anggapan ini tidak seluruhnya benar, justru mempertahankan
pelanggan lebih mudah karena mereka sudah merasakan produk atau layanan
yang kita berikan.
e) Membina dan menjaga hubungan
Hubungan yang sudah berjalan baik harus tetap dan terus dibina. Hindari adanya
perbedaan paham atau konflik. Ciptakan hubungan dalam suasana akrab. Dengan
etika hubungan yang lebih baik dan akrab pun dapat terwujud.
B. Pedoman perilaku organisasi
1. Definisi Perilaku Organisasi
Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana
seharusnya perilaku tingkat individu, tingkat kelompok, serta dampaknya terhadap
kinerja (baik kinerjaindividual, kelompok, maupun organisasi).
Perilaku organisasi juga dikenal sebagai Studi tentang organisasi. Studi ini adalah
sebuah bidang yang mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan metode-metode
dari ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi dan psikologi. Disiplin-disiplin lain
yang terkait dengan studi ini adalah studi tentang Sumber daya manusia dan psikologi
industri serta teori organisasi.
Studi organisasi adalah telaah tentang pribadi dan dinamika kelompok dan konteks
organisasi, serta sifat organisasi itu sendiri. Setiap kali orang berinteraksi dalam
organisasi, banyak faktor yang ikut bermain. Studi organisasi berusaha untuk
memahami dan menyusun model-model dari faktor-faktor ini.
Hal ini sama dengan semua ilmu sosial, perilaku organisasi berusaha untuk
mengontrol, memprediksikan, dan menjelaskan. Namun ada sejumlah kontroversi
mengenai dampak etis dari pemusatan perhatian terhadap perilaku pekerja. Karena itu,
perilaku organisasi (dan studi yang berdekatan dengannya, yaitu psikologi industri)
kadang-kadang dituduh telah menjadi alat ilmiah bagi pihak yang berkuasa. Terlepas
dari tuduhan-tuduhan itu, Perilaku Organisasi dapat memainkan peranan penting dalam
perkembangan organisasi dan keberhasilan kerja.
Terdapat 4 aturan kinerja dalam suatu bisnis:
1. Produktivitas yang efektif dan efisien, yakni minimal biaya dengan tepat guna
atau sasaran.
2. Absensi, yakni rasio antara jumlah jam kerja dengan jam kerja seharusnya.
3. Kepuasan kerja
4. Tingkat perputaran tenaga kerja (Labor turn over), yakni perbandingan antara
jumlah karyawan yang masuk dan yang keluar dibagi jumlah tenaga kerja.

2. Pendekatan iklim organisasi


Pendapat dari James dan Jones dalam Toulson dan Smith (1994:455) membagi
iklim organisasi dalam tiga pendekatan, yaitu:
a. Multiple measurement – organizational approach
Pendekatan ini memandang bahwa iklim organisasi adalah serangkaian
karakteristik deskriptif dari organisasi yang mempunyai tiga sifat, yaitu: relatif tetap
selama periode tertentu, berbeda antara organisasi satu dengan organisasi lainnya, serta
mempengaruhi perilaku orang yang berada dalam organisasi tersebut. Faktor-faktor
utama yang mempengaruhi adalah ukuran, struktur, kompleksitas sistem, gaya
kepemimpinan, dan arah tujuan organisasi.
b. Perseptual measurement – organizational attribute approach
Pendekatan ini juga memandang iklim organisasi sebagai atribut organisasi, tetapi
pendekatan ini lebih menekankan penggunaan pengukuran persepsi daripada
pengukuran secara obyektif seperti ukuran dan struktur organisasi.
c. Perseptual measurement – individual approach
Pendekatan ini memandang iklim sebagai serangkaian ringkasan atau persepsi
global yang mencerminkan sebuah interaksi antara kejadian yang nyata dalam
organisasi dan persepsi terhadap kejadian tersebut. Pendekatan ini menekankan pada
atribut organisasi yang nyata ke sebuah ringkasan dari persepsi individu. Dengan
pendekatan ini, variabel intervensi yang disebabkan oleh kejadian-kejadian baik yang
dialami oleh individu maupun organisasi dapat mempengaruhi perilaku individu-
individu tersebut. Oleh karena itu, iklim organisasi dapat berlaku sebagai variabel bebas
maupun terikat.

3. Dimensi Iklim Organisasi


Menurut Toulson dan Smith (1994:457) menerangkan dalam jurnalnya bahwa
konsep iklim organisasi pertama kali dikemukakan oleh Litwin dan Stringer pada tahun
1968. Iklim organisasi oleh Litwin dan Stringer, dijabarkan atau diukur melalui lima
dimensi, yaitu:
1. Responsibility (tanggung jawab)
2. Identity (identitas)
3. Warmth (kehangatan)
4. Support (dukungan)
5. Conflict (konflik)
Pengertian dari masing-masing dimensi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Tanggung Jawab
Tanggung jawab (responsibility) adalah perasaan menjadi pimpinan bagi diri
sendiri, tidak selalu harus mengecek ulang semua keputusan yang diambil, ketika
karyawan mendapat suatu pekerjaan, karyawan yang bersangkutan mengetahui bahwa
itu adalah pekerjaannya (Toulson & Smith, 1994:457).
Tanggung jawab adalah kewajiban seseorang untuk melaksanakan fungsi yang
ditugaskan dengan sebaik-baiknya sesuai dengan pengarahan yang diterima (Flippo,
1996:103) atau tingkatan sejauh mana anggota organisasi bertanggung jawab terhadap
pekerjaan yang dibebankan (Cherrington, 1996:560).
Tanggung jawab berhubungan dengan delegasi, Handoko (2000:224) menyatakan
bahwa delegasi dapat didefinisikan sebagai pelimpahan wewenang dan tanggung jawab
formal kepada orang lain untuk menjalankan kegiatan tertentu. Delegasi wewenang
adalah proses dimana para manajer mengalokasikan wewenang ke bawah kepada
orang-orang yang melapor kepadanya.
Ada Empat kegiatan terjadi ketika delegasi dilakukan:
1. Pendelegasian menetapkan tujuan dan tugas pada bawahan
2. Pendelegasian melimpahkan wewenang yang diperlukan untuk mencapai tujuan
atau tugas
3. Penerimaan delegasi, baik implisit atau eksplisit, menimbulkan tanggung jawab.
4. Pendelegasian menerima pertanggungjawaban bawahan untuk hasil-hasil yang
dicapai.
2. Identitas
Identitas (identity) adalah perasaaan memiliki (sense of belonging) terhadap
perusahaan dan diterima dalam kelompok (Toulson & Smith, 1994:457).
3. Kehangatan
Kehangatan (warmth) adalah perasaan terhadap suasana kerja yang bersahabat dan
lebih ditekankan pada kondisi keramahan atau persahabatan dalam kelompok yang
informal, serta hubungan yang baik antar rekan kerja, penekanan pada pengaruh
persahabatan dan kelompok sosial yang informal (Toulson & Smith, 1994:457).
4. Dukungan
Dukungan (support) adalah hal-hal yang terkait dengan dukungan dan hubungan
antar sesama rekan kerja yaitu perasaan saling menolong antara manajer dan karyawan,
lebih ditekankan pada dukungan yang saling membutuhkan antara atasan dan bawahan
(Toulson & Smith, 1994:457).
5. Konflik
Konflik (conflict) merupakan situasi terjadi pertentangan atau perbedaan pendapat
antara bawahan dengan pimpinan dan bawahan dengan bawahan. Ditekankan pada
kondisi dimana manajer dan para pekerja mau mendengarkan pendapat yang berbeda.
Kedua belah pihak bersedia menempatan masalah secara terbuka dan mencari solusinya
daripada menghindarinya (Toulson & Smith,1994:457).

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ilkim Organisasi Menurut Higgins


(1994:477-478)
ada 4(empat) macam prinsip faktor-faktor yang mempengaruhi iklim, yaitu :
a. Manajer/pimpinan
Pada dasarnya setiap tindakan yang diambil oleh pimpinan atau manajer
mempengaruhi iklim dalam beberapa hal, seperti aturan-aturan, kebijakan-kebijakan,
dan prosedur-prosedur organisasi terutama masalah-masalah yang berhubungan dengan
masalah personalia, distribusi imbalan, gaya komunikasi, cara-cara yang digunakan
untuk memotivasi, teknik-teknik dan tindakan pendisiplinan, interaksi antara
manajemen dan kelompok, interaksi antar kelompok, perhatian pada permasalahan
yang dimiliki karyawan dari waktu ke waktu, serta kebutuhan akan kepuasan dan
kesejahteraan karyawan.
b. Tingkah laku karyawan
Tingkah laku karyawan mempengaruhi iklim melalui kepribadian mereka, terutama
kebutuhan mereka dan tindakan-tindakan yang mereka lakukan untuk memuaskan
kebutuhan tersebut. Komunikasi karyawan memainkan bagian penting dalam
membentuk iklim. Cara seseorang berkomunikasi menentukan tingkat sukses atau
gagalnya hubungan antar manusia. Berdasarkan gaya normal seseorang dalam hidup
atau mengatur sesuatu, dapat menambahnya menjadi iklim yang positif atau dapat juga
menguranginya menjadi negatif.
c. Tingkah laku kelompok kerja
Terdapat kebutuhan tertentu pada kebanyakan orang dalam hal hubungan
persahabatan, suatu kebutuhan yang seringkali dipuaskan oleh kelompok dalam
organisasi. Kelompok-kelompok berkembang dalam organisasi dengan dua cara, yaitu
secara formal, utamanya pada kelompok kerja; dan informal, sebagai kelompok
persahabatan atau kesamaan minat.
d. Faktor eksternal organisasi
Sejumlah faktor eksternal organisasi mempengaruhi iklim pada organisasi tersebut.
Keadaan ekonomi adalah faktor utama yang mempengaruhi iklim. Contohnya dalam
perekonomian dengan inflasi yang tinggi, organisasi berada dalam tekanan untuk
memberikan peningkatan keuntungan sekurang-kurangnya sama dengan tingkat inflasi.
Seandainya pemerintah telah menetapkan aturan tentang pemberian upah dan harga
yang dapat membatasi peningkatan keuntungan, karyawan mungkin menjadi tidak
senang dan bisa keluar untuk mendapatkan pekerjaan pada perusahaan lain. Di lain
pihak, ledakan ekonomi dapat mendorong penjualan dan memungkinkan setiap orang
mendapatkan pekerjaan dan peningkatan keuntungan yang besar, sehingga hasilnya
iklim menjadi lebih positif.

C. Manajemen Risiko

1. Pengertian Risiko Dan Manajemen Risiko


Untuk memanajemeni risiko. Pertama kali kita harus memahami arti kata risiko.
Ada banyak definisi yang diberikan untuk menunjukkan pengertian risiko, seperti
disebutkan berikut ini: (Hermawan Darmawi, 1992)
1. Risiko adalah kemungkinan rugi. Peluang kerugian biasanya digunakan untuk
menunjukkan keadaan yang memiliki suatu keterbukaan terhadap kerugian atau
suatu kemungkinan kerugian. Ada yang tidak menyetujui definisi ini dengan alasan
harus ada pembedaan antara risiko dengan kemungkinan rugi. Menurut mereka,
jika risiko sama dengan kemungkinan rugi maka tingkat risiko sama dengan tingkat
probabilitas. Sehingga apabila kemungkinan rugi adalah 100%, maka kerugian itu
adalah pasti dan karena kerugian pasti terjadi maka risiko tidak ada. Walaupun
demikian, masih banyak ahli yang setuju dengan definisi di atas.
2. Risiko adalah ketidakpastian. Tampaknya ada kesepakatan bahwa risiko
berhubungan dengan ketidakpastian. Jadi, adanya risiko karena adanya
ketidakpastian. Oleh karena itu, ada penulis yang menyatakan bahwa risiko sama
artinya dengan ketidakpastian. Tetapi istilah ketidakpastian itu sendiri mempunyai
berbagai arti, dan selalu tidak segera bisa ditangkap arti mana yang dimaksudkan.
Untuk ringkasnya. Dapat dikatakan bahwa ketidakpastian ada yang bersifat
subjektif dan yang bersifat objektif.
Ketidakpastian yang subjektif merupakan penilaian individu terhadap situasi risiko.
Hal ini didasarkan atas pengetahuan dan sikap orang yang memandang situasi itu.
Ketidakpastian itu merupakan ilusi yang diciptakan oleh karena
ketidaksempurnaan pengetahuannya di bidang itu. Misalnya dilaporkan oleh dinas
pengamat cuaca, bahwa besok mungkin akan hujan. Tidak ada kepastian dalam
alam. Semua sudah diatur berdasarkan hukum alam. Hujan pasti atau tidak pasti
akan datang. Pengetahuan peramal cuaca yang tidak sempurnalah yang tidak dapat
untuk memastikannya. Jadi, ketidakpastian seperti ini bersifat subyektif dan inilah
yang menimbulkan risiko dalam pengambilan keputusan.
3. Risiko merupakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan. Ahli statistik
sudah sejak lama mendefinisikan risiko sebagai derajat penyimpangan sesuatu nilai
di sekitar suatu posisi sentral atau di sekitar titik rata-rata. Definisi risiko ini
sesungguhnya merupakan versi lain dari definisi risiko adalah ketidakpastian, yaitu
penyimpangan relatif merupakan suatu pernyataan ketidakpastian secara statistik.
4. Risiko adalah probabilitas sesuatu hasil berbeda dari hasil yang diharapkan.
Probabilita objektif dimaksudkan sebagai frekuensi relatif yang didasarkan atas
perhitungan ilmiah. Kunci dalam definisi ini ialah bahwa risiko bukan probabilitas
dari suatu kejadian tunggal, tetapi beberapa hasil yang berbeda dari yang
diharapkan.

Risiko dihubungkan dengan kemungkinan terjadinya akibat buruk (ke rugian)


yang tak diinginkan atau tidak terduga. Dengan kata lain, “kemung kinan” itu sudah
menunjukkan adanya ketidakpastian. Ketidakpastian itu merupakan kondisi yang
menyebabkan tumbuhnya risiko. Dan jika kita kaji lebih lanjut “kondisi yang tidak
pasti” itu timbul karena berbagai sebab, antara lain.

1. Jarak waktu antara dimulai perencanaan kegiatan sampai kegiatan itu berakhir. Makin
panjang jarak waktu makin besar ketidakpastiannya.
2. Keterbatasan tersedianya informasi yang diperlukan.
3. Keterbatasan pengetahuan/keterampilan/teknik

Mengambil keputusan. Sedangkan manajemen risiko merupakan suatu usaha


untuk mengetahui, menganalisis, serta mengendalikan risiko dalam setiap kegiatan
perusahaan, dengan tujuan untuk memperoleh efektifitas dan efisiensi yang lebih baik.

Konsep Lain yang Berkaitan dengan Risiko

Pada umumnya orang sering memenyamakan pengertian antara risiko. Hazard,


dan peril. Memang ketiga istilah tersebut erat sekali kaitannya satu dengan yang lain,
akan tetapi ketiganya berbeda. Oleh karena itu, untuk maksud-maksud kajian, istilah-
istilah tersebut harus dibedakan dengan tegas.

Peril adalah suatu peristiwa yang dapat menimbulkan suatu kerugian. Sedangkan
hazard adalah keadaan dan kondisi yang dapat memperbesar kemungkinan terjadinya
suatu peril. Akibat terjadinya suatu peril ini akan menimbulkan satu kerugian atau
kerusakan pada diri seseorang atau harta miliknya. Kedua istilah tersebut, peril dan
hazard, lebih erat hubungannya kepada kemungkinan risiko.

Peril (Bencana, Musibah)

Peril dapat didefinisikan sebagai penyebab langsung kerugian. Orang orang dapat
terkena kerugian atau kerusakan karena berbagai peril atau bencana. Bencana yang
umum adalah kebakaran, topan, ledakan, kecelakaan.

2. Jenis-Jenis Risiko
Ada empat jenis risiko yang dapat dibedakan sebagai berikut:

1. Risiko Murni, yaitu risiko atau penyimpangan yang hanya menimbulkan


kemungkinan kerugian saja, misalnya seorang yang menginginkan umur panjang,
akan terbuka kemungkinan mati lebih cepat atau mati muda. Seorang pemilik rumah
terbuka mempunyai kerugian. Risiko ini hanyalah mempunyai kemungkinan kerugian
dan tidak mempunyai kemungkinan untung. Risiko ini adalah risiko murni karena
hanya bergerak ke satu arah saja yaitu ke arah kemungkinan kerugian.
2. Risiko Spekulatif, yaitu risko atau penyimpangan yang terjadi dapat menguntungkan
atau dapat merugikan. Kejadian yang terjadi sesungguhnya kadang-kadang
menyimpang dari perkiraan (expectations), ke salah satu dari dua arah. Artinya, ada
kemungkinan penyimpangan yang menguntungkan dan ada pula penyimpangan yang
merugikan. Jika kedua kemungkinan itu ada maka dikatakan risiko itu bersifat
spekulatif. Contoh: Judi menimbulkan kemungkinan untuk menang atau kalah.
Tujuan penjudi bukanlah untuk kalah atau mempertahankan stutusquo, melainkan
untuk menang. Begitu pula seseorang yang membeli saham mengharapkan kenaikkan
harga sahamnya itu sehingga memperbaiki kondisi keuangannya. Dengan melakukan
transaksi itu, terbuka dua kemungkinan, yaitu untung atau rugi, Risiko adalah
kemungkinan kerugian, tetapi bila di samping kemungkinan kerugian terdapat
kemungkinan untung maka risiko itu dinamakan risiko spekulatif.
3. Risiko yang bersifat fundamental. Yang dimaksud adalah risiko yang
kemungkinannya dapat timbul pada hampir sebagian besar anggota masyarakat, jadi
akan bersifat dan menimpa sebagian anggota masyarakat dan pada perseorangan.
Misalnya risiko terhadap bahaya perang, gempa bumi, dan lain sebagainya.
4. Risiko tertentu, merupakan risiko yang mengenai perorangan atau secara pribadi,
artinya bahwa risiko tersebut benar-benar merupakan kemungkinan yang hanya
menimpa orang-orang pribadi, jadi ada kemungkinan yang dapat menjadi kenyataan
menimpa pribadi seseorang, seperti kematian atau cacat. Kategori risiko di bawah ini,
yaitu risiko harta dan risiko tanggung gugat juga dapat dimasukkan dalam risiko
pribadi.
5. Risiko harta adalah risiko kerugian atas harta seperti pencurian mobil.
6. Risiko tanggung gugat (risiko pertanggungjawaban) adalah kemungkinan
bertanggung jawab secara hukum untuk membayar kerusakan terhadap orang atau
barang orang lain.Dalam bidang usaha, risiko-risiko yang diperkirakan muncul dapat
dikelompokkan menjadi dua, yaitu: risiko yang dapat diasuransikan dan risiko yang
tidak dapat diasuransikan. (TarsisTarmudji, 1996)
Risiko yang Dapat Diasuransikan
Adalah kemungkinan penyimpangan yang tidak diharapkan yang dapat
menimbulkan keragu-raguan. Kemungkinan penyimpangan itu dapat dialihkan ke
dalam suatu perjanjian pertanggungan atau asuransi, dengan maksud untuk membagi
risiko itu dengan pihak lain yang bersedia menerima peralihan atau pembagian tersebut.
Perusahaan. Bila perusahaan tidak dapat beroperasi secara efektif dan efisien
maka akan terjadi pembengkakan biaya yang tidak perlu, yang kemudian berakibat
pada harga produk yang tinggi, dan akhimya mengurangi daya saing di pasar.
Risiko Kapital. Risiko ini disebabkan oleh tindakan investasi dalam usaha.
Mungkin sekali investasi modal itu akan akan berada dalam kedudukan yang berbahaya
oleh adanya proses penemuan baru dalam teknik. Risiko kapital ini juga dapat
disebabkan karena adanya kesalahan dalam menghitung studi kelayakan proyek yang
ada.
Pentingnya pengelompokan ini, karena setiap usaha ekonomi itu penuh dengan
risiko, baik risiko spekulatif maupun risiko mumi. Walaupun ketegori risiko itu selalu
jelas, namun kebanyakan risiko dapat diklasifikasi. Apabila itu suatu risiko spekulatif,
biasanya tidak dapat diasuransikan. Hanya risiko mumi yang dapat diasuransikan.
Asuransi adalah alat utama untuk meningkat kan kerugian bagi orang yang terbuka
terhadap kemungkinan risiko mumi.
Risiko mumi yang dihadapi seseorang, keluarga, perusahaan, dan organisasi lain
dapat digolongkan ke dalam risiko pribadi, risiko harta, dan risiko pertanggung jawab.
3. Sumber Risiko
Hazard menimbulkan kondisi yang kondusif terhadap bencana yang
menimbulkan kerugian, dan kerugian adalah penyimpangan yang tidak diharapkan.
Kemungkinan kejadian demikianlah yang kita namakan risiko. Walaupun ada beberapa
overlapping (tumpang tindih) di antara kategori kategori ini, namun sumber penyebab
kerugian (dan risiko) dapat diklasifikasi sebagai: Risiko sosial, Risiko fisik, Risiko
ekonomi.
Menentukan sumber risiko adalah penting karena akan mempengaruhi cara
penanganannya.
1. Risiko Sosial
Sumber utama risiko sosial adalah masyarakat, artinya tindakan orang orang
menciptakan kejadian yang menyebabkan penyimpangan yang merugikan kita. Sulit
jika tidak mungkin untuk mendata segala penyebab kerugian yang bersifat sosial ini,
tetapi beberapa contoh dapat menggambarkan sifat dan peranan sumber risiko ini.
Dengan berkembangnya toko-toko swalayan maka pengusaha pertokoan menghadapi
risiko besamya pencurian (shoplifftin). Akan tetapi, tidak semua pencuri itu adalah
orang luar, melainkan ada kemungkinan juga penggelapan dan penyalahgunaan
dilakukan oleh pegawainya sendiri.Vandalisme (perusakan) merupakan sumber risiko
bagi pemilik gedung. Rumah-rumah yang pemiliknya pergi berlibur dan mobil-mobil
yang diparkir di jalan merupakan sasaran empuk para perusak ini. Ribuan rumah
terbakar karena arson (membakar rumah sendiri untuk menagih asuransi) setiap tahun.
Huru-hara (riot) semakin menjadi-jadi akhir-akhir ini. Para perusuh itu merampas toko-
toko dan merusak segala macam harta. Pemogokan kadang-kadang menjurus ke
kekerasan yang menimbulkan banyak kerusakan harga dan juga cidera badan atau
kematian. Pemogokan juga menyebabkan kerugian produksi sampai jutaan rupiah.
Pemogokan yang lama dapat menyebabkan kerugian besar dan bahkan menyebabkan
bangkrutnya perusahaan.Orang-orang dapat menyebabkan kecelakaan yang menciderai
diri mereka sendiri/atau orang lain sehingga menyebabkan kerusakan harta dan jiwa
yang besar.
2. Risiko Fisik
Ada banyak sumber risiko fisik yang sebagian adalah fenomena alam, sedangkan
lainnya disebabkan kesalahan manusia. Banyak risiko yang kompleks sumbemya tetapi
termasuk ketegori fisik, contohnya adalah:Kebakaran, Kebakaran adalah penyebab
utama eidera, kematian dan kerusakan harta. Kebakaran besar dapat disebabkan secara
fisik seperti kabel yang cacat, atau karena keteledoran manusia.Cuaca. Iklim adalah
risiko yang serius. Kadang-kadang hujan terlalu banyak sehingga panen terkena banjir
dan sungai meluap. Banjir terjadi setiap tahun. Yang berubah hanyalah lokasinya,
malahan kadang-kadang berulang pada lokasi yang sama. Banjir menimbulkan
kerugian jiwa dan jutaan rupiah kerusakan harta. Sebaliknya, kekeringan juga
menyebabkan kerugian besar karena kerusakan panen dan juga rusaknya tanah bila
disertai angin. Badai salju juga menghancurkan panen dan kerusakan harta yang
serius.Petir, menyebabkan kebakaran yang selanjutnya merusakkan harta, membunuh
atau menciderai manusia. Tanah longsor, telah umum terjadi sumber kerusakan harta.
Semakin padatnya daerah kota maka semakin banyak rumah dibangun di atas tanah
Tanah yang labil. Dengan bergesemya tanah maka rumah-rumah pun rusak dan
hancur. Salah satu sumber malapetaka yang mengerikan yang mendatangkan kerusakan
harta dan kerugian jiwa adalah gempa bumi.
3. Risiko Ekonomi
Banyak risiko yang dihadapi perusahaan bersifat ekonomi. Contoh contoh risiko
ekonomi adalah inflasi, fluktuasi lokal, dan ketidakstabilan perusahaan individu, dan
sebagainya.
Selama periode inflasi, daya beli uang merosot dan para pensiunan serta merka
yang berpenghasilan tetap tidak mungkin lagi mempertaruhkan tingkat hidup yang
biasa.
Bahkan dalam periode ekonomi yang relatif stabil. Daerah-daerah tertentu
mungkin mengalami boom atau resesi. Keadaan ini menempatkan orang-orang dan
pengusaha pada risiko yang sama dengan risiko pada fluktuasi umum kegiatan
ekonomi. Keadaan masing-masing perusahaan itu tidak stabil. Ada yang sukses dan ada
yang gagal. Para pemilik perusahaan kehilangan sebagian dan seluruh investasi dana,
dan para pekerja terancam pengangguran bila perusahaan pailit.
Semua sumber risiko tersebut berasal dari faktor lingkungan eksternal, namun
risiko juga dapat berasal karena faktor-faktor internal dalam perusahaan, yaitu:
1. Pimpinan usaha kurang memahami dengan jelas syarat teknis dan manajemen apa
yang harus dipenuhi. Syarat teknis atau pengetahuan teknis tersebut meliputi:
teknis (produksi); komersial (penjualan, pembelian dan penukaran); keuangan;
jaminan (proteksi terhadap milik dan terhadap tenaga manusia); akuntansi
termasuk statistik. Syarat Manajemen meliputi: perencanaan, pengorganisasian,
disiplin, koordinasi, dan pengawasan.
2. Adanya rencana yang kurang matang. Fungsi rencana merupakan salah satu aspek
penting dalam pengurusan suatu perusahaan dan suatu syarat eksistensi untuk tiap
tujuan yang orang ingin capai. Hal ini berlaku baik untuk urusan bisnis atau
pribadi. Orang harus berencana, dan rencana tersebut hendaknya sematang
mungkin bila ingin menghasilkan produk-produk yang bagus. Dapat dikatakan
bahwa, untuk mencapai suatu tujuan hendaknya didasarkan atas suatu rencana
agar tidak menemui kesukaran-kesukaran secara tiba-tiba.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
1. Etika bisnis merupakan pedoman dalan melakukan kegiatan bisnis dan meliputi seluruh
aspek mulai dari individu, perusahaan sampai masyarakat. Etika bisnis dalam sebuah
perusahaan dapat membentuk suatu norma dan perilaku dalam membangun hubungan
yang sehat di dalam ligkungan kerja dan juga hubungan sehat antara pedagang dan mitra
kerjanya.
2. Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana seharusnya
perilaku tingkat individu, tingkat kelompok, serta dampaknya terhadap kinerja (baik
kinerjaindividual, kelompok, maupun organisasi).
3. Ada banyak definisi yang diberikan untuk menunjukkan pengertian risiko, seperti
disebutkan berikut ini: (Hermawan Darmawi, 1992)
1. Risiko adalah kemungkinan rugi.
2. Risiko adalah ketidakpastian.
3. Risiko merupakan penyebaran hasil aktual dari hasil yang diharapkan.
4. Risiko adalah probabilitas sesuatu hasil berbeda dari hasil yang diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Pandji.(2004) Manajemen Bisnis. PT Asdi Mahasatya, Jakarta Jl. Jend.


Sudirman Kav. 36-A, Blok-B No. 5
Kasmir, Kewirausahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Happy Nur Fitri Handayani, Pedoman Perilaku dalam Etika Bisnis di PT.KF,
Vol.1Nomor 2, November 2019.
James L.Gibson, John M Ivancevich. H. Donelly, Jr, 2000, Organizational Behavior,
Structure and Process, Burr Ridge, H. Irwin
Greenberg, J & Baron RA, 2004, Behaviour in Organizations : Understanding and
Managing The Human Side of Work, 9th edition, Upper Saddie River, NJ ,
Prentice Hall.
Kasmir, Kewirausahaan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007.
Robbin Stephen P, 1996, Organizational behavior: Concepts, Controversies,
Aplication, 7th Prentice Hall.
Robbins, Stephen P. 1994, Teori Organisasi Struktur, Desain dan Aplikasi, Edisi 3.
Yuliantini, Tine. Perilaku Organisasi. Jurnal Ekonomi dan Bisnis. Universitas Mercu
Buana. Hal. 1-15. 2019
http://www.mercubuana.ac.id

Anda mungkin juga menyukai