Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ETIKA BISNIS

DEFINISI ETIKA BISNIS

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Bisnis

Dosen Pengampu :
Peni Shoffiyati, S.P, M.Si

Disusun oleh :

ABIGAIL NATALIVA LARASATI


NIM A01318030

MANAJEMEN BISNIS INDUSTRI FURNITUR


POLITEKNIK INDUSTRI FURNITUR
DAN PENGOLAHAN KAYU
KENDAL
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas karunia yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa sehingga
penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Definisi Etika Bisnis”,
makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Etika Bisnis. Penulis
mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan tepat pada
waktunya.
Penulis sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna,
sehingga diharap pembaca dapat memberikan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan makalah. Akhir kata penulis ucapkan terimakasih. Semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca.

Semarang, 2 Oktober 2019

Abigail Nataliva Larasati

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii


DAFTAR ISI .................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 3
2.1 Definisi Etika Bisnis...................................................................... 3
2.2 Sasaran dan Ruang Lingkup Etika Bisnis ..................................... 5
2.3 Prinsip Etika Bisnis ....................................................................... 6
2.4 Penerapan Etika Bisnis .................................................................. 9
2.5 Manfaat Penerapan Etika Bisnis ................................................... 12
BAB III PENUTUP ......................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan.................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap perusahaan atau pelaku bisnis pada saat ini, diberi kebebasan
dalam perekonomian pasar bebas untuk dapat melakukan kegiatan dan
mengembangkan diri dalam pembangunan ekonomi. Sehingga, pelaku
bisnis dapat bersaing untuk dapat berkembang dalam mekanisme pasar.
Kegiatan bisnis yang tengah berkembang di Indonesia, akan memicu terjadi
persaingan yang sangat ketat dan kadang kala akibat dari ketatnya
persaingan dapat menyebabkan pelaku bisnis menghalalkan segala cara
untuk mencapai tujuannya. Pelaku bisnis atau perusahaan dalam
menjalankan kegiatan usahanya selalu mengharapkan keuntungan yang
maksimal dan produk yang mereka tawarkan diterima oleh masyarakat
akibatnya memungkinkan terjadinya persaingan bisnis yang tidak sehat.
Persaingan yang tidak sehat di dalam bisnis dapat merugikan orang
banyak, selain itu juga dalam jangka panjang dapat merugikan pelaku bisnis
itu sendiri. Permasalahan etika ini tidak hanya ada pada bisnis skala kecil,
namun tidak jarang bisnis dalam skala besarpun mengahadapi permasalahan
yang sama yaitu permasalah etika dalam bisnis. Setiap pelaku bisnis atau
perusahaan seharusnya dapat memegang prinsip-prinsip etika bisnis
tersebut.
Etika bisnis adalah studi yang dikhususkan mengenai moral yang
benar dan salah atau tata cara dalam menjalankan sebuah bisnis. Dengan
adanya etika bisnis pelaku bisnis atau perusahaan dapat mengetahui aturan-
aturan, nilai-nilai bahkan norma-norma dalam menjalankan usahanya.
Perusahaan yang menerapkan etika bisnis dapat membentuk nilai, norma
dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang
adil, sehat dengan mitra kerja atau pelanggan, pemegang saham dan
masyarakat.

1
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang maka dapat ditarik sebuah rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan etika bisnis?
2. Bagaimana sasaran dan ruang lingkup etika bisnis?
3. Apa saja prinsip dalam etika bisnis?
4. Bagaimana penerapan etika bisnis?
5. Apa manfaat penerapan etika bisnis?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan penulisan ini untuk memenuhi tugas mata kuliah
Etika Bisnis dalam membuat makalah Definisi Etika Bisnis. Maksud dari
penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui etika dalam berbisnis ;
2. Untuk mengetahui mengapa etika sangat penting dalam menjalankan
bisnis perusahaan;
3. Dapat mengetahui bagaimana etika bisnis yang baik agar mampu
menghadapi persaingan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Etika Bisnis


Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu “Ethos” dan dari bahasa Latin
yaitu “ethicus” yang berarti adat istiadat atau kebiasaan. Hal ini berarti etika
berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yang baik, aturan hidup yang
baik, dan segala kebiasaan yang dianut dan diwariskan dari satu orang ke
orang lain atau dari satu generasi ke generasi lainnya. Menurut Harmon
Chaniago (2013:237), etika adalah nilai-nilai yang dianut oleh suatu
masyarakat, didasarkan pada kebiasaan mereka.
Bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada
konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba. Secara historis kata
bisnis dari bahasa Inggris business, dari kata dasar busy yang berarti sibuk
dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Dalam artian,
sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan keuntungan.
Menurut Allan Afuah (2004), bisnis adalah suatu kegiatan usaha individu
yang terorganisasi untuk menghasilkan dana menjual barang ataupun jasa
agar mendapatkan keuntungan dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat
dan ada di dalam industri. Para pelaku bisnis ini biasanya disebut
entrepreneur.
Etika bisnis adalah aturan yang tidak tertulis mengenai bagaimana
cara menjalankan kegiatan bisnis secara adil, serta sesuai dengan hukum
yang diberlakukan oleh negara dan tidak tergantung pada kedudukan
individu maupun perusahaannya dalam masyarakat. Menurut Muslich
(2004:9), etika bisnis adalah suatu pengetahuan tentang tata cara ideal
pengaturan dan pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan
moralitas yang berlaku secara universal. Sedangkan menurut Bertens
(2000), etika bisnis bahkan lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh
hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar
minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita
temukan wilayah abu-abu yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.

3
Berdasarkan definisi di atas maka dapat disimpulkan secara umum
bahwa pengertian etika bisnis adalah cara-cara yang dilakukan oleh suatu
bisnis dalam menjalankan kegiatan bisnisnya yang mencakup berbagai
aspek, baik itu individu, perusahaan, maupun masyarakat. Etika dalam
bisnis dapat juga diartikan sebagai suatu pengetahuan mengenai tata cara
ideal dalam mengelola bisnis dengan memperhatikan norma dan moralitas
yang berlaku secara universal, ekonomi, dan sosial. Setiap perusahaan harus
memperhatikan dan menjalankan etika-etika yang berlaku, misalnya taat
kepada hukum dan peraturan yang berlaku. Etika Bisnis dapat menjadi
standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen dan
menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-hari
dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang
profesional. Oleh karena itu, etika bisnis dapat dilihat sebagai usaha untuk
merumuskan dan menerapkan prinsip-prinsip etika dibidang bisnis. Secara
terperinci, Richard T.de George menyebut bahwa etika bisnis menyangkut
empat kegiatan sebagai berikut:
1. Penerapan prinsip-prinsip umum dalam praktik bisnis. Berdasarkan
prinsi-prinsip etuka bisnis itu kita dapat menyoroti dan menilai apakah
suatu keputusan atau tindakan yang diambil dalam dunia bisnis secara
moral dapat dibenarkan atau tidak. Dengan demikian etika bisnis
membantu para pelaku bisnis untuk mencari cara guna mencegah
tindakan yang dinilai tidak etis.
2. Etika bisnis tidak hanya menyangkut penerapan prinsip-prinsip etika
pada dunia bisnis, tetapi juga metaetika. Dalam hubungan ini, etika
bisnis mengkaji apakah perilaku yang dinilai etis pada individu juga
dapat berlaku pada organisais atau perusahaan bisnis. Selanjutnya etika
bisnis menyoroti apakah perusahaan mempunyai tanggung jawab sosial
atau tidak.
3. Bidang telaah etika bisnis menyangkut pandangan – pandangan
mengenai bisnis. Dalam hal ini, etika bisnis mengkaji moralitas sistem
ekonomi pada umumnya dan sistem ekonomi publik pada khususnya,
misalnya masalah keadilan sosial, hak milik, dan persaingan.

4
4. Etika bisnis juga menyentuh bidang yang sangat makro, seperti operasi
perusahaan multinasional, jaringan konglomerat internasional, dan lain-
lain.

2.2 Sasaran dan Ruang Lingkup Etika Bisnis


Sasaran etika bisnis adalah membangun kesadaran kritis pelaku
bisnis, bahwa bisnis adalah aktivitas yang bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan yang harus dicapai dengan cara-cara baik, tidak curang, tidak
merugikan orang lain. Keuntungan yang dicapai juga meliputi non financial
profit, moral, citra, pelayanan, tanggung jawab sosial, integritas moral,
mutu, dan kepercayaan. Ada pun tiga sasaran dan ruang lingkup pokok etika
bisnis yaitu :
1. Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi
dan masalah yang terkait dengan praktek bisnis yang baik dan etis.
Etika bisnis bertujuan untuk mengimbau para pelaku bisnis untuk
menjalankan bisnisnya secara baik dan etis. Karena bisnis yang baik
dan etis menunjang keberhasilan bisnisnya dalam jangka panjang. Dan
berfungsi menggugah kesadaran moral para pelaku bisnis untuk
berbisnis secara baik dan etis demi nilai-nilai luhur tertentu dan demi
kepentingan bisnisnya sendiri. Etika bisnis dalam lingkupnya yang
pertama ini tidak hanya menyangkut perilaku dan organisasi
perusahaan secara internal melainkan juga menyangkut secara
eksternal.
2. Sasaran yang kedua yaitu untuk menyadarkan masyarakat, khususnya
konsumen, karyawan dan masyarakat luas, akan hak dan kepentingan
mereka yang tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapa pun juga.
Pada tingkat ini etika bisnis berfungsi untuk menggugah masyarakat
untuk bertindak menuntut para pelaku bisnis untuk berbisnis secara
baik demi terjaminnya hak dan kepentingan masyarakat. Etika bisnis
mengajak masyarakat luas untuk sadar dan berjuang menuntut haknya
agar hak dan kepentingannya tidak dirugikan oleh pembisnis.

5
3. Pada sasaran ketiga, etika bisnis berbicara mengenai sistem ekonomi
yang sangat menentukan etis tidaknya suatu praktek bisnis. Dalam hal
ini etika bisnis lebih bersifat makro, yang karena itu barangkali lebih
tepat disebut sebagai etika ekonomi.
Ketiga lingkup dan sasaran etika bisnis ini berkaitan erat satu dengan
yang lainnya dan bersama sama menentukan baik tidaknya, etis tidaknya
praktek bisnis tersebut.

2.3 Prinsip Etika Bisnis


Pada dasarnya, setiap pelaksanaan bisnis harus menyelaraskan
proses bisnis tersebut dengan etika bisnis yang telah disepakati secara
umum dalam lingkungan tersebut. Keraf (1994:71-75) menyebutkan
terdapat lima prinsip etika bisnis yaitu :
1. Prinsip otonomi
Prinsip otonomi yaitu sikap kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan dan bertindak berdasarkan kesadarannya tentang apa yang
dianggapnya baik untuk dilakukan. Pelaku usaha dikatakan memiliki
prinsip otonomi bila ia sadar bahwa keputusan dan tindakan yang
diambil sesuai atau bertentangan dengan nilai atau norma moral
tertentu, serta memiliki risiko yang dapat terjadi bagi dirinya dan
perusahaan. Prinsip otonom bukanlah sekedar mengikuti nilai dan
norma yang berlaku, tapi juga kesadaran dalam diri bahwa yang
dilakukan adalah hal yang baik.
2. Prinsip kejujuran
Prinsip kejujuran seharusnya menjadi dasar penting dalam menjalankan
usaha apapunTerdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa
ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan
berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam
pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran
dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga sebanding.
Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.

6
Sehingga dapat disimpulkan bahwa kejujuran merupakan kunci
kesuksesan berjalannya bisnis.
3. Prinsip keadilan
Prinsip keadilan menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama
sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional
obyektif, serta dapat dipertanggungjawabkan. Dengan begitu, maka
semua pihak yang terkait dalam bisnis harus memberikan kontribusi
terhadap keberhasilan bisnis yang dijalankan, baik secara langsung
maupun tak langsung.
4. Prinsip saling menguntungkan (Mutual benefit principle)
Menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga
menguntungkan semua pihak. Berbeda dengan prinsip keadilan yang
menuntut agar semua pihak tidak merasa rugi, prinsip saling
menguntungkan ini menuntut hak yang dalam hal keuntungan kegiatan
bisnis.
5. Prinsip integritas moral
Prinsip ini dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis
atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga
nama baik pimpinan atau orang-orangnya maupun perusahaannya.
Sedangkan menurut pendapat Michael Josephson (2007:125), secara
universal ada 10 prinsip etika yang mengarahkan perilaku, yaitu:
1. Kejujuran, yaitu penuh kepercayaan, tidak curang, dan tidak
berbohong.
2. Integritas, yaitu memegang prinsip, melakukan kegiatan terhormat,
tulus hati, berani dan penuh pendirian, tidak bermuka dua, tidak
berbuat jahat dan saling percaya.
3. Memelihara janji, yaitu selalu menaati janji, patut dipercaya, penuh
komitmen, dan patuh.
4. Kesetiaan, yaitu hormat dan loyal kepada keluarga, teman,
karyawan, dan negara; jangan menggunakan atau memperlihatkan
informasi yang diperoleh dalam kerahasiaan; begitu juga dalam
suatu konteks professional, jaga/lindungi kemampuan untuk

7
membuat keputusan professional yang bebas dan teliti, hindari hal
yang tidak pantas dan konflik kepentingan.
5. Kewajaran/Keadilan, yaitu berlaku adil dan berbudi luhur, bersedia
untuk mengakui kesalahan; dan memperlihatkan komitmen
keadilan, persamaan perlakuan individual dan toleran terhadap
perbedaan, jangan bertindak melampaui batas atau mengambil
keuntungan yang tidak pantas dari kesalahan atau kemalangan orang
lain. Seema Gupta (2010:11) menyatakan bahwa konsep keadilan
secara tradisional telah berkaitan dengan hak dan kewajiban.
6. Suka membantu orang lain, yaitu saling membantu, barbaik hati,
belas kasihan, tolong menolong, kebersamaan, dan menghindari
segala sesuatu yang membahayakan orang lain.
7. Hormat kepada orang lain, yaitu menghormati martabat manusia,
menghormati kebebasan dan hak untuk menentukan nasib sendiri
bagi semua orang, bersopan santun, jangan merendahkan diri
seseorang, jangan memperlakukan seseorang dan jangan
merendahkan martabat orang lain.
8. Kewarganegaraan yang bertanggung jawab, yaitu selalu mentaati
hukum/aturan, penuh kesadaran sosial, menghormati proses
demokrasi dalam mengambil keputusan.
9. Mengejar keunggulan, yaitu mengejar keunggulan dalam hal baik
dalam pertemuan personal maupun pertanggungjawaban
professional, tekun, dapat dipercaya/diandalkan, rajin dan penuh
komitmen, melakukan semua tugas dengan yang terbaik berdasar
kemampuan, mengmbangkan, dan memperhahankan tingkat
kompetensi yang tinggi
10. Dapat dipertanggung jawabkan, yaitu memilki tanggung jawab,
menerma tanggung jawab atas keputusan dan konsekuensinya, dan
selalu mencari contoh.

8
2.4 Penerapan Etika Bisnis
Ada pun beberapa contoh penerapan etika bisnis di beberapa perusahaan
yang telah yaitu :
1. PT Pupuk Indonesia (Persero)
Kebijakan Larangan Gratifikasi dan anti Suap Perusahaan telah
menerapkan kebijakan yang melarang pemberian dan penerimaan
setiap bentuk uang, hadiah atau kenikmatan atau manfaat, pemberian
diskon, pinjaman, penyediaan fasilitas akomodasi, transportasi atau hal-
hal sejenis lainnya yang terkait dengan bisnis perusahaan kepada dan
dari pejabat, rekan kerja, mitra bisnis atau pihak-pihak lain yang terkait
dengan kedudukan atau tugasnya sebagai karyawan perusahaan yang
diduga akan mempengaruhi pengambilan suatu keputusan.
Kebijakan dan prosedur Pelaporan (whistle blower) sebagai salah
satu usaha peningkatan penerapan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance (GCG) di lingkungan PIHC beserta seluruh jajaran anak
perusahaannya. Pada tanggal 30 Mei 2008 bertempat di gedung
Bidakara, Jakarta, telah dilaksanakan penandatangan Piagam Pakta
Integritas yang dilakukan oleh seluruh Direksi dan Komisaris Utama
PIHC beserta seluruh jajaran anak perusahaannya. Selaku perwakilan
dari PIHC, penandatanganan piagam tersebut dilakukan oleh Direktur
Utama, Bpk. Dadang Heru Kodri. Acara tersebut juga dilengkapi
dengan pembekalan mengenai Etika Bisnis yang disampaikan oleh
Ketua KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi) saat itu, Bpk. Antasari
Azhar. Inti Pakta Integritas tersebut adalah pernyataan Direksi dan
Komisaris Utama yang memegang teguh dan bertanggung jawab atas
penerapan prinsip-prinsip dasar Integritas di lingkungan PIHC dengan
tujuan untuk melaksanakan usaha yang bersih, transparan, profesional
dan pembentukan Whistle Blowing System (M-18) serta bertindak
jujur, dapat dipercaya, menghindari konflik kepentingan dan tidak
mentolerir suap.
Pelaksanaan penerapan GCG tidak hanya wajib dilakukan oleh
pihak Direksi dan Komisaris saja, tetapi juga wajib dilaksanakan oleh

9
seluruh karyawan untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan pakta
integritas yang telah ditandatangani.
Kebijakan Anti Fraud Perusahaan melarang anggota Komisaris,
Direksi, dan seluruh karyawan PIHC dan pihak terkait untuk melakukan
dan memasuki setiap transaksi negatif (fraud). Apabila transaksi
tersebut terjadi, maka setiap pihak yang terlibat akan dikenai sanksi,
penahanan dan tuntutan sesuai hukum yang berlaku.
Kebijakan Keterlibatan Dalam Politik Kebijakan Perusahaan
mengharuskan Direksi dan karyawan yang mewakili Perusahaan dalam
setiap urusan Pemerintah dan politik, untuk patuh terhadap setiap
perundang-undangan yang mengatur keterlibatan perusahaan dalam
urusan publik.
2. Perusahaan Semen Indonesia
Perseroan senantiasa mendorong kepatuhan terhadap standar etika
dan berkomitmen untuk mengimplementasikannya, serta mewajibkan
seluruh pimpinan dari setiap tingkatan bertanggungjawab untuk
memastikan bahwa pedoman perilaku dipatuhi dan dijalankan dengan
baik pada jajaran masing-masing. Sebagai perusahaan publik,
Perseroan bertanggung jawab untuk memenuhi harapan pemegang
saham dan pemangku kepentingan (stakeholders). Perseroan dikelola
secara profesional dengan senantiasa menjaga dan membina hubungan
dengan semua pemangku kepentingan sesuai standar etika bisnis.
Dalam mengemban tanggung jawab tersebut, Perusahaan menerapkan
Pedoman GCG secara konsisten, yang ditunjang dengan standar etika
perilaku bisnis dan individu yang dituangkan dalam Pedoman Kode
Etik Semen Indonesia. Pedoman tersebut memberikan petunjuk praktis
dan pedoman perilaku bagi seluruh organ perusahaan, pegawai
perusahaan, entitas anak dan afiliasi serta Pemangku Kepentingan
lainnya yang harus dipatuh dalam berinteraksi dengan semua pihak, dan
harus dijadikan landasan dalam proses pengambilan keputusan, serta
sebagai sarana untuk menciptakan lingkungan kerja yang positif dalam
mendukung terlaksananya kegiatan perusahaan dengan baik dan benar,

10
dalam batas-batas norma dan etika berusaha sesuai dengan Pedoman
GCG. Selain hal tersebut, Pedoman Kode Etik ini sebagai sarana untuk
terciptanya hubungan yang harmonis, sinergis, dan saling
menguntungkan antara pemangku kepentingan dengan perusahaan.
Pedoman Kode Etik Perseroan telah dilakukan penyusunan ulang
atas butir-butir ketentuan dalam Pedoman Kode Etik Perusahaan yang
telah ada, menyesuaikan kembali aturan di dalamnya dengan Pedoman
GCG dan praktik-praktik lazim terkini. Langkah tersebut diikuti dengan
sosialisasi dan pemberlakuan Pedoman Kode Etik Perseroan. Pedoman
Kode Etik Perusahaan ini digunakan sebagai landasan untuk
membentuk dan mengatur tingkah laku yang konsisten berdasarkan
prinsip-prinsip berkesadaran etis (ethical sensibility), berpikir etis
(ethical reasoning), dan berperilaku etis (ethical conduct) sebagai
bagian upaya menumbuhkan integritas yang tinggi. Pada akhirnya,
integritas tinggi yang menyertai penerapan tata kelola yang baik akan
menjamin perwujudan visi, misi, falsafah, nilai-nilai, dan budaya
perusahaan.
Etika bisnis dalam perusahaan terasa sangat penting saat ini karena
untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing
yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-
creation) yang tinggi, diperlukan suatu landasan yang kokoh. Biasanya
dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur
yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang andal serta etika
perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen. Untuk
memudahkan penerapan etika perusahaan dalam kegiatan sehari-hari maka
nilai-nilai yang terkandung dalam etika bisnis harus dituangkan kedalam
manajemen korporasi yakni dengan cara:
1. Menuangkan etika bisnis dalam suatu kode etik (code of conduct);
2. Memperkuat sistem pengawasan;
3. Menyelenggarakan pelatihan (training) untuk karyawan secara terus
menerus.

11
2.5 Manfaat Penerapan Etika Bisnis
Etika bisnis dapat memberikan keuntungan kepada sebuah
perusahaan dalam jangka panjangnya. Berikut ini adalah manfaat yang bisa
diperoleh jika sistem etika bisnis di dalam sebuah perusahaan dijalankan
dengan tepat :
1. Mampu mengurangi biaya akibat di cegahnya kemungkinan
terjadinya friksi, baik internal perusahaan maupun eksternal.
2. Mampu meningkatkan motivasi untuk semua pihak yang terlibat
dengan perusahaan.
3. Dapat menjadi nilai unggul dalam menuju ketatnya persaingan
(competitive advantage).
4. Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika
telah dijadikan sebagai budaya perusahaan. Dengan adanya etika
bisnis, secara internal semua karyawan terikat dengan standard etis
yang sama sehingga akan mengambil kebijakan/keputusan yang
sama terhadap kasus sejenis yang timbul.
5. Dapat membantu menghilangkan grey area (kawasan kelabu)
dibidang etika. Mencakup penerimaan komisi, penggunaan tenaga
kerja anak, dan kewajiban perusahaan dalam melindungi lingkungan
hidup.
6. Menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab
sosialnya.
7. Bagi perusahaan yang telah go public dapat memperoleh manfaat
berupa meningkatnya kepercayaan para investor. Selain itu karena
adanya kenaikan harga saham, maka dapat menarik minat para
investor untuk membeli saham perusahaan tersebut.
8. Membangun corporate image / citra positif, serta dalam jangka
panjang dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan (sustainable
company).
Adapun manfaat budaya perusahaan dikemukakan oleh Robbinson (1993) :
1. Membatasi peran yang membedakan antara organisasi yang satu
dengan organisasi yang lain karena setiap organisasi mempunyai peran

12
yang berbeda, sehingga perlu memiliki akar budaya yang kuat dalam
sistem dan kegiatan yang ada didalamnya.
2. Menimbulkan rasa memiliki identitas bagi anggota. Adanya budaya
yang kuat, anggota organisasi akan merasa memiliki iidentitas yang
merupakan ciri khas organisasinya.
3. Mementingkan tujuan bersama daripada mengutamakan kepentingan
individu.
4. Menjaga stabilitas organisasi yang direkatkan oleh pemahaman budaya
yang sama akan membuat kondisi internal yang relatif stabil.

13
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etika dalam bisnis merupakan suatu pengetahuan mengenai tata cara
ideal dalam mengelola bisnis dengan memperhatikan norma dan moralitas
yang berlaku secara universal, ekonomi, dan sosial. Setiap perusahaan harus
memperhatikan dan menjalankan etika-etika yang berlaku, misalnya taat
kepada hukum dan peraturan yang berlaku Etika bisnis menjadi sangat
penting bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan, maksudnya adalah
keberlangsungan hidup suatu perusahaan bergantung pada bagaimana cara
penerapan etika bisnis oleh pelaku bisnis. Etika bisnis merupakan sebuah
harga mati yang tidak dapat ditawar lagi terutama di dalam persaingan dunia
usaha yang sangat ketat ini. Ketatnya persaingan bisnis menyebabkan
beberapa pelaku bisnisnya kurang memperhatikan etika dalam bisnis.
Etika bisnis seharusnya diterapkan diseluruh bidang bisnis, agar
menciptakan suatu sistem bisnis yang kondusif. Etika bisnis yang tepat
adalah yang mampu menerapkan beberapa hal dalam perusahaan yaitu
pengendalian diri, pengembangan tanggung jawab sosial, mempertahankan
jati diri, menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep
pembangunan tanggung jawab sosial, mempertahankan jati diri,
menciptakan persaingan yang sehat, menerapkan konsep pembangunan
yang berkelanjutan, mampu mengatakan yang benar itu benar dan salah itu
salah, dll.
Dengan adanya moral dan etika dalam dunia bisnis, serta kesadaran
semua pihak untuk melaksanakannya, salah satu kendala dalam menghadapi
era globalisasi dapat diatasi. Etika bisnis juga merupakan cara unggul untuk
dapat memperoleh simpati masyarakat agar perusahaan mampu bertahan.
Etika bisnis mempengaruhi tingkat kepercayaan atau trust dari masing-
masing elemen dalam lingkaran bisnis.

14
Adapun etika bisnis perusahaan memiliki peran yang sangat penting,
yaitu untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya
saing yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-
creation) yang tinggi, dimana diperlukan suatu landasan yang kokoh untuk
mencapai itu semua.

15
DAFTAR PUSTAKA

Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius.

Rindjin, Ketut. 2004. Etika Bisnis dan Implementasinya. Jakarta: PT Gramedia


Pustaka Utama.

https://www.dewaweb.com/blog/etika-bisnis/ diakses pada 2 Oktober 2019

https://www.jurnal.id/id/blog/2017-pengertian-tujuan-dan-contoh-etika-bisnis-
dalam-perusahaan/ diakses pada 2 Oktober 2019

https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/etika-bisnis.html diakses pada 2 Oktober


2019

http://pupuk-indonesia.com/id/profile-pupuk-indonesia/gcg/etika-bisnis diakses
pada 2 Oktober 2019

http://www.semenindonesia.com/page/get/pedoman-etika-perusahaan-76 diakses
pada 2 Oktober 2019

16

Anda mungkin juga menyukai