Anda di halaman 1dari 15

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

“PERILAKU ETIS DALAM AKUNTANSI DAN TEORI ETIKA”


TEMU – 2

Dosen: Dr. Ni Ketut Rasmini, S.E., M.Si., Ak., CA

Oleh:

KELOMPOK 1

Ni Wayan Dina Sumantari (2381611067 / 17)

Ni Wayan Kiki Jayanti Pratiwi Sujana (2381611068 / 18)

I Kadek Yogi Anggara (2381611069 / 19)

I Putu Novan Anggayana (2381611070 / 20)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2023
PENDAHULUAN

Ada banyak faktor yang mempengaruhi dan menentukan kegiatan berbisnis. Dalam
kegiatan berbisnis mengejar keuntungan adalah hal yang sangat wajar asalkan hal tersebut
dilakukan dengan benar dan tidak merugikan pihak lain. Berdasarkan penjelasan tersebut tentu
pentingnya melihat batasan - batasan yang harus dipatuhi sehingga dapat mencapai tujuan bisnis,
sebab kita perlu memperhatikan kepentingan dan hak orang lain demi kelangsungan hidup bisnis
itu sendiri. Salah satu faktor yang menentukan kegiatan bisnis itu berjalan dengan baik ialah
melalui prilaku etis. Bisnis yang tidak etis akan merugikan bisnis itu sendiri terutama jika dilihat
dari perspektif jangka panjang. Bisnis yang baik bukan saja bisnis yang menguntungkan, tetapi
bisnis yang baik adalah selain bisnis tersebut menguntungkan juga bisnis yang baik secara
moral.

Tanpa disadari, kasus pelanggaran etika bisnis dan kode etik profesi akuntan merupakan
hal sering terjadi pada masa kini. Secara tidak sadar, kita sebenarnya menyaksikan banyak
pelanggaran etika bisnis dalam kegiatan berbisnis di Indonesia. Banyak hal yang berhubungan
dengan pelanggaran etika bisnis yang sering dilakukan oleh para pebisnis yang tidak bertanggung
jawab di Indonesia. sebagai contoh, pada ada bulan Maret 2009, David Friehling, auditor
Bernard Madoff ditangkap oleh jaksa federal atas tuduhan penipuan, diduga menandatangani
laporan keuangan palsu. Berbagai hal tersebut merupakan bentuk dari perlakuan bisnis yang
tidak sehat oleh para pebisnis dalam profesinya. Selain itu, terdapat faktor lain yang juga
mempengaruhi para pebisnis untuk melakukan pelanggaran etika bisnis dan kode etik profesi,
antara lain untuk memperluas pangsa pasar dan mendapatkan banyak keuntungan. Dua faktor
tersebut merupakan alasan yang umum untuk para pebisnis melakukan pelanggaran etika dengan
berbagai cara. Oleh sebab itu penting bagi kita mempelajari tentang prilaku etis dalam akuntansi
dan teori – teori etika.

ii
DAFTAR ISI

BAB I PEMBAHASAN....................................................................................................... 1

1.1 Etika ................................................................................................................. 1

1.1.1 Pengertian Etika ................................................................................... 1

1.1.2 Perbedaan Etika Bisnis dan Etika Profesi Akuntan ............................. 1

1.1.3 Prinsip Dalam Etika Bisnis .................................................................. 2

1.1.4 Tujuan dan Peran Etika Bisnis ............................................................. 3

1.1.5 Kendala yang Dihadapi dalam Mencapai Tujuan Etika Bisnis ............ 4

1.2 Prilaku Etika.................................................................................................... 5

1.2.1 Bagaimana Menentukan Apa Yang Harus Dilakukan ....................... 5

1.2.2 Teori – Teori Etika dalam Prilaku Etis .............................................. 6

1.2.3 Pertanyaan Untuk Membenarkan Suatu Tindakan ............................ 9

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 11

iii
MIND MAP

iv
BAB I

PEMBAHASAN

1.1 ETIKA
1.1.1 PENGERTIAN ETIKA
Secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang
apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Selain itu, istilah etika
juga dipahami sebagai kajian tentang tingkah laku manusia, tentang apa itu baik
atau buruk, benar atau salah, sengaja atau tidak. Sedangkan Etika bisnis adalah
cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang
berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat secara adil,
sesuai hukum yang berlaku.

1.1.2 PERBEDAAN ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN

Dari pemaparan makalah tersebut terdapat perbedaan antara etika bisnis


dengan etika profesi akuntan yaitu etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan
kegiatan bisnis yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu,
perusahaan, industry dan juga masyarakat. Hal ini mencakup cara kita dalam
menjalankan bisnis secara adil sesuai dengan hukum yang berlaku, yang tidak
bergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat. Sedangan
etika profesi adalah sikap etis sebagai bagian integral dari sikap hidup dalam
mejalankan kehidupan sebagai pengemban profesi serta mempelajari penerapan
prinsip-prisip moral dasar atau norma-norma etis umum pada bidang-bidang
khusus, etika profesi berkaitan dengan bidang pekerjaan yang telah dilakukan
seseorang sehingga sangat perlu untuk menjaga profesi di kalangan masyarakat
atau klien.

Dari fokus tujuan etika bisnis bertujuan untuk menggugah kesadaran moral
dan memberikan batasan-batasan para pelaku bisnis untuk menjalankan good
business dan tidak melakukan monkey business atau dirty business yang bisa
merugikan banyak pihak yang terkait dalam bisnis tersebut. Sedangakn etika
profesi bertujuan untuk sebagai sarana kontrl social bagi masyarakat atas profesi
yang bersangkutan serta mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi
tentang hubungan etika dalam keanggotaan profesi.

1
1.1.3 PRINSIP DALAM ETIKA BISNIS

Dalam etika bisnis, terdapat prinsip-prinsip yang dijadikan pedoman oleh


suatu perusahaan agar perusahaan tersebut mempunyai patokan dalam memandang
etika moral sebagai standar kerja perusahaan tersebut.

Adapun prinsip-prinsip etika bisnis yaitu sebagai berikut:

a. Prinsip otonomi

Prinsip otonomi memandang bahwa perusahaan secara bebas memiliki


wewenang sesuai dengan bidang yang dilakukan dan pelaksanaannya dengan
visi dan misi yang dimilikinya.

b. Kesatuan (Unity)

Adalah kesatuan sebagaimana terefleksikan dalam konsep yang memadukan


keseluruhan aspek aspek kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, politik,
sosial menjadi keseluruhan yang homogen,serta mementingkan konsep
konsistensi dan keteraturan yang menyeluruh.
c. Kehendak Bebas (Free Will)

Kebebasan merupakan bagian penting dalam nilai etika bisnis,tetapi


kebebasan itu tidak merugikan kepentingan kolektif..Tidak adanya batasan
pendapatan bagi seseorang mendorong manusia untuk aktif berkarya dan
bekerja dengan segala potensi yang dimilikinya.
d. Kebenaran (kebajikan dan kejujuran)

Prinsip kejujuran menjadi hal yang paling penting dalam mendukung


keberhasilan suatu perusahaan. Perusahaan yang menjunjung tinggi nilai
kejujuran akan mendapatkan kepercayaan yang tinggi dari masyarakat sekitar
dan mitra kerja perusahaan tersebut.
e. Prinsip keadilan / Keseimbangan (Equilibrium)

Perusahaan harus bersikap adil kepada pihak-pihak yang terkait dengan sistem
bisnis. Contohnya, upah yang adil kepada karywan sesuai kontribusinya,
pelayanan yang sama kepada konsumen, dan lain-lain.
f. Tanggung jawab (Responsibility)

2
Kebebasan tanpa batas adalah suatu hal yang mustahil dilakukan oleh manusia
karena tidak menuntut adanya pertanggungjawaban dan akuntabilitas. untuk
memenuhi tuntunan keadilan dan kesatuan, manusia perlu
mempertanggungjawabkan tindakannya.
g. Prinsip Hormat Pada Diri Sendiri

Prinsip hormat terhadap diri sendiri adalah prinsip dimana kita melakukan
penghargaan kepada orang lain seperti kita menghargai diri sendiri. Maka
dari itu, semua aspek pelaku bisnis harus dapat menjaga nama baik
perusahaan karena hal tersebut sangat penting dalam menjaga eksistensi
perusahaan tersebut.
h. Prinsip Saling Menguntungkan Prinsip

Saling menguntungkan menuntut kesadaran pelaku bisnis untuk tidak saling


merugikan. yang artinya dalam semua keputusan yang diambil dalam kegiatan
bisnis semua pihak harus mengusahakan agar masing-masing merasa
diuntungkan.

1.1.4 TUJUAN DAN PERAN ETIKA BISNIS

a. Tujuan Etika Bisnis

Setiap akuntan sudah memiliki seperangkat keyakinan moral yang dia ikuti.
Terdapat beberapa alasan untuk mempelajari etika:

1) Studi tentang etika dapat membantu individu memilah isu-isu kompleks


dengan melihat prinsip-prinsip apa yang beroperasi dalam kasus-kasus
tersebut.

2) Dalam beberapa situasi, ketika ada konflik antara prinsip-prinsip etika


yang saling bertentangan, mungkin menjadi sulit untuk menentukan
tindakan yang seharusnya diambil. Dalam konteks seperti ini, penalaran
etis dapat memberikan pandangan yang lebih jelas tentang cara
memutuskan di antara prinsip-prinsip yang bersaing tersebut, dan juga
dapat menjelaskan mengapa suatu tindakan tertentu lebih diunggulkan
daripada yang lain.

3) Seseorang mungkin memiliki beberapa keyakinan atau nilai-nilai yang


kurang tepat atau tidak sesuai. Memajukan keyakinan atau nilai-nilai
3
tersebut ke dalam analisis etika yang kritis dapat mengungkapkan
ketidakpantasannya.

4) Mempelajari etika untuk memahami apakah dan mengapa pendapat kita


layak dipegang.

5) Alasan terakhir adalah untuk mengenali prinsip-prinsip etika dasar yang


dapat diterapkan pada tindakan. Prinsip-prinsip ini seharusnya
memberikan panduan dalam menentukan tindakan yang seharusnya
diambil dan membantu kita memahami mengapa tindakan tersebut
dipilih.

b. Peran Etika Bisnis

Adapun etika bisnis perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu
untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang
tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang
tinggi, dimana diperlukan suatu landasan yang kokoh untuk mencapai itu
semua. Dan biasanya dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang baik,
sistem prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang
handal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan
konsekuen.

1.1.5 KENDALA YANG DIHADAPI DALAM MENCAPAI TUJUAN ETIKA


BISNIS

Pencapaian tujuan etika bisnis di Indonesia masih berhadapan dengan


beberapa masalah dan kendala. Keraf menyebutkan beberapa kendala tersebut
yaitu:

1. Standar Moral Para Pelaku Bisnis Pada Umumnya Masih Lemah

Banyak di antara pelaku bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas,
bahkan menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan dengan
mengabaikan etika bisnis, seperti memalsukan campuran, timbangan, ukuran,
menjual barang yang kadaluwarsa, dan memanipulasi laporan keuangan.

2. Banyak Perusahaan Yang Mengalami Konflik Kepentingan

Konflik kepentingan ini muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai

4
pribadi yang dianutnya atau antara peraturan yang berlaku dengan tujuan yang
hendak dicapainya, atau konflik antara nilai pribadi yang dianutnya dengan
praktik bisnis yang dilakukan oleh sebagian besar perusahaan lainnya, atau
antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan masyarakat. Orang-orang
yang kurang teguh standar moralnya bisa jadi akan gagal karena mereka
mengejar tujuan dengan mengabaikan peraturan.

3. Situasi Politik Dan Ekonomi Yang Belum Stabil

Hal ini diperkeruh oleh banyaknya sandiwara politik yang dimainkan oleh
para elit politik, yang di satu sisi membingungkan masyarakat luas dan di sisi
lainnya memberi kesempatan bagi pihak yang mencari dukungan elit politik
guna keberhasilan usaha bisnisnya. Situasi ekonomi yang buruk tidak jarang
menimbulkan spekulasi untuk memanfaatkan peluang guna memperoleh
keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.

4. Lemahnya Penegakan Hukum

Banyak orang yang sudah divonis bersalah di pengadilan bisa bebas


berkeliaran dan tetap memangku jabatannya di pemerintahan. Kondisi ini
mempersulit upaya untuk memotivasi pelaku bisnis menegakkan norma-
norma etika.

1.2 Prilaku Etika

1.2.1 PRILAKU ETIS: BAGAIMANA MENENTUKAN APA YANG HARUS


DILAKUKAN

Akuntan memiliki sejumlah tanggung jawab etis untuk diri mereka sendiri,
keluarga mereka, profesi mereka, dan klien serta perusahaan tempat mereka
bekerja. Akuntan secara implisit berjanji untuk melakukan pekerjaan mereka
ketika mereka memasuki profesi dan janji harus ditepati. Melakukan pekerjaan
mencakup tanggung jawab khusus. Tanggung jawab ini dijabarkan dalam deskripsi
pekerjaan, buku pegangan karyawan, buku panduan manajerial, kode etik
perusahaan, dan/atau terakhir kode etik atau kode etik profesi. Dengan demikian
kode etik profesi dan/atau deskripsi pekerjaan menjadi standar untuk berprilaku
dalam pekerjaannya. Misalnya, kode etik AICPA secara jelas mengamanatkan
5
jenis perilaku tertentu dalam tujuh prinsipnya.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara
lain adalah:
a. Pengendalian diri
b. Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
c. Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh
pesatnya perkembangan informasi dan teknologi
d. Menciptakan persaingan yang sehat
e. Menerapkan konsep “pembangunan berkelanjutan”
f. Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan
g. Konsekuen dan konsisten dengan aturan yang telah disepakati bersama
h. Menumbuh kembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati
i. Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hukum positif
yang berupa peraturan perundang-undangan.

1.2.2 TEORI TEORI ETIKA DALAM PRILAKU ETIS

Etika sebagai disiplin ilmu berhubungan dengan kajian secara kritis tentang adat
kebiasaan, nilai - nilai, dan norma perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak
baik. Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan
suatu tindakan, sifat, atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau
perspektif yang berlainan. Berikut ini beberapa teori etika:

1. Egoisme

Kebanyakan orang berpikir prinsip egoisme adalah seorang individu yang


selalu bertindak demi kepentingannya sendiri pada dasarnya dianggap tidak
etis. Egois menegaskan, bahwa lebih mengutamakan kepentingan pribadi
adalah hal yang baik. Namun, egoisme bisa menjadi terlalu jauh, karena selalu
mengejar kepentingan pribadi mengarah pada keegoisan, dan keegoisan
merupakan sifat tidak bermoral. Pelajaran yang mementingkan diri sendiri
tidaklah buruk. Mengejar kebahagiaan untuk diri sendiri memanglah hal yang
baik namun menjadi masalah ketika mengejar kepentingan sendiri dengan
mengorbankan orang lain. Keegoisan adalah mengejar kepentingan sendiri
dengan mengorbankan yang lain. Membenarkan tindakan dengan mengatakan

6
bahwa itu akan membantu anda adalah membenarkannya secara egois. Jadi,
prinsip Perilaku egois adalah perilaku yang tidak etis dan egoisme
mengamanatkan keegoisan, kami menolak egoisme sebagai teori etika yang
layak. Jelas, itu tidak dapat diterima dalam profesi akuntansi, di mana kode
etik mengamanatkan “kewajiban akuntan untuk bertindak dengan cara yang
akan melayani kepentingan publik.”

2. Utilitarianisme

Aliran utilitarian dicetuskan oleh filosof Inggris, yakni Jeremy Bentham


(1748-1832) dan John Stuart Mill (1806-1873). Kata “utility” bermakna
“berguna” atau “kegunaan”. Menurut teori ini, suatu perbuatan adalah baik
jika membawa manfaat pada masyarakat secara keseluruhan atau banyak
orang, dan bukan pada satu atau dua orang saja. Kriteria untuk menentukan
baik buruknya suatu perbuatan adalah, the greatest happiness of the greatest
number, yakni kebahagiaan terbesar dari jumlah orang terbesar. Jadi perbuatan
yang mengakibatkan orang banyak bahagia adalah perbuatan terbaik (Bertens
2000: 66). Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa aliran
utilitarianisme sangat menekankan pentingnya dampak atau konsekwensi dari
suatu perbuatan dalam menilai baik dan buruknya. Jika suatu perbuatan
mengakibatkan manfaat paling besar, dalam arti memajukan kesejahteraan,
kebahagiaan, serta kemakmuran bagi orang banyak maka itu adalah perbuatan
baik. Namun, jika sebaliknya yang terjadi maka itu adalah perbuatan buruk.

3. Deontologi

Istilah deontologi berasal dari perkataan Yunani, “deon”, yang berarti,


“kewajiban” atau “sesuatu yang diwajibkan”. Tokoh teori deontologi adalah
Immanuel Kant (1724-1804). Dalam teori ini yang menjadi dasar baik dan
buruknya suatu perilaku itu adalah kewajiban. Suatu perbuatan itu baik, dan
karena itu kita wajib melakukannya. Sementara perbuatan itu buruk, maka
dilarang bagi kita. Teori ini menegaskan baik atau buruknya suatu perilaku itu
tidak dinilai berdasarkan dampak yang ditimbulkannya, tetapi kewajiban.
Sebagai contoh, kenapa kita harus berlaku jujur, adil, ikhlas, amanah, tidak
menyakiti orang lain, karena itu adalah kewajiban. Begitu juga kenapa kita
dilarang mencuri, korupsi, iri hati, karena hal tersebut dilarang dalam semua

7
ajaran agama. Contoh lainnya seperti saat bekerja di suatu perusahaan,
kemudian mendapat tugas menangani pemasaran produk, tugas yang diemban
merupakan tanggung jawab dari seseorang, dari rasa tanggung jawab ini maka
akan muncul melalui tindakan - tindakan atas rasa tanggung jawabnya,

4. Teori Hak

Teori hak berbicara terhadap sesuatu yang pantas dan harus didapatkan oleh
seseorang, bukan tanpa alasan mengapa demikian. Karena nantinya jika dilihat
dari segi bisnis, adanya keputusan yang dibuat dan diambil oleh perusahaan
tidak melanggar hak seseorang.

5. Teori Keutamaan (Virtue Theory)

Teori keutamaan menjadi teori pertama dalam etika bisnis, merujuk terkait
pandangan bagaimana seseorang bersikap. Adanya perilaku dan sikap yang
baik seseorang, berdampak pada tindakan selanjutnya menciptakan watak dan
karakter yang baik termasuk berkaitan dengan moral.

6. Teori Etika Teleologi

Istilah teleologi berasal dari Bahasa Yunani, “telos”, yang berarti tujuan. Teori
ini menyatakan bahwa baik atau buruknya suatu perbuatan itu tergantung pada
tujuan yang dicapainya. Suatu perbuatan yang memang bermaksud baik, tetapi
tidak menghasilkan sesuatu yang bermakna, menurut aliran ini tidak pantas
disebut baik. Berlaku jujur, bijaksana, komitmen pada janji, ikhlas,
menghormati orang yang lebih tua, adalah baik, karena hasil dari perbuatan
tersebut adalah baik. Bukan karena sifat-sifat interen dari perbuatan tersebut.
Begitu juga dengan perilaku berbohong, sombong, melanggar hak orang lain,
menipu masyarakat, adalah buruk, karena apa yang dihasilkan dari perbuatan
tersebut adalah buruk. Dengan demikian, penilaian terhadap sesuatu perilaku
atau tindakan itu, apakah itu bermoral atau tidak bermoral adalah berdasarkan
pada akibat yang ditimbulkan dari perbuatan tersebut. Jika perbuatan tersebut
memberi akibat baik, maka perbuatan tersebut dianggap bermoral dan kalau
perbuatan tersebut meninggalkan akibat yang buruk maka perbuatan tersebut
dianggap sebagai tidak bermoral. Jadi sekali lagi, teori ini mementingkan
dampak dari suatu perbuatan. Dengan kata lain, sebelum seseorang itu

8
melakukan sesuatu tindakan atau perbuatan, maka ia perlu memikirkan
terlebih dahulu dampak apa yang ditimbulkan, baik atau buruk. Kita dapat
meneruskan perbuatan sekiranya itu berdampak baik, sebaliknya tidak akan
melakukan sesuatu perbuatan sekiranya berdampak buruk.

1.2.3 PERTANYAAN UNTUK MEMBENARKAN SUATU TINDAKAN: DASAR


TEORIETIS

Setelah mempelajari teori – teori yang menjelaskan Tindakan Tindakan pada


individu, kita tentu bertanya tanya apakah Tindakan yang kita lakukan sudah
benar?, cara untuk membenarkan suatu Tindakan adalah dengan meeriksa alasan
– alasan yang mendukung dan menentannya. Salah satu cara untuk memeriksa
alasan tersebut, dapat dengan cara coba mengajukan pertanyaan dasar ini pada diri
kalian sendiri:
1. Apakah Tindakan itu baik untuk saya?
Jelas, jika tindakan tertentu menguntungkan seseorang atau baik untuk orang
itu, itu adalah alasan yang baik untuk melakukannya. Seperti yang kita lihat,
alasan yang baik untuk bekerja adalah karena hal itu memberi kita sarana untuk
hidup dan idealnya untuk terlibat dalam aktivitas yang memuaskan. Di sisi lain,
jika suatu tindakan merugikan individu, itu adalah alasan yang baik untuk tidak
melakukannya. Orang sering menyamakan perilaku etis dengan tindakan yang
merugikan mereka dan ragu untuk membela tindakan yang menguntungkan Itu
adalah kesalahan. Kepentingan pribadi yang sehat adalah hal yang baik. Jika
Anda tidak peduli dengan keuntungan Anda sendiri, siapa lagi?
2. Apakah Tindakan itu baik atau berbahaya bagi Masyarakat?
Ketika kita berpikir secara etis, kita biasanya tidak berhenti mempertimbangkan
manfaat dari tindakan itu untuk diri kita sendiri, tetapi kita melangkah lebih
jauh dan mempertimbangkan manfaatnya bagi semua orang yang terkena
dampak. Jika alasan yang baik untuk melakukan suatu tindakan adalah karena
itu menguntungkan saya, maka itu berlaku untuk semua orang, jadi semakin
banyak orang yang diuntungkan semakin baik.
3. Apakah Tindakan itu adil atau tidak?
Prinsip keadilan, yang kita semua akui, adalah bahwa yang sama (setara) harus
diperlakukan sama. Sering ada ketidaksepakatan tentang siapa dan apa yang
setara, tetapi kecuali ada beberapa perbedaan yang relevan, semua orang harus
9
diperlakukan sama. Gagasan tentang keadilan ini menimbulkan alasan lain
untuk atau menentang tindakan: hak. Berhak atas sesuatu berarti bahwa orang
tersebut memiliki hak atasnya dan bahwa hak orang tersebut harus dihormati.
4. Apakah Tindakan tersebut melanggar hak seseorang?
Sejauh semua manusia adalah sama, mereka adalah berhak untuk diperlakukan
dengan cara tertentu. Prinsip keadilan yang sama memberi kita hak untuk
diperlakukan sama. Sepatah kata tentang hak (entitlements): ada dua jenis hak
negatif dan positif. Hak negatif adalah hak atas hal-hal yang tidak harus
disediakan oleh siapa pun bagi kita, yang sudah kita miliki, dan yang harus
dihormati dan tidak diambil, seperti hak untuk hidup, hak atas kebebasan, dan,
beberapa orang akan berpendapat, dan hak atas properti. Sedangkan hak negatif
adalah hak intrinsik, hak positif adalah hak di mana sesuatu harus disediakan
atau hak untuk menerima (menerima sesuatu).
5. Sudahkah Saya membuat komitmen, tersirat atau tersurat?
Orang-orang adalah pembuat janji. Ini adalah salah satu aspek yang
membedakan kita dari kerajaan hewan lainnya, dan struktur sosial kita tidak
dapat berfungsi sebaliknya. Setiap hubungan yang langgeng bersandar pada
janji dan harapan akan perilaku yang dijamin terlepas dari kemungkinan di
masa depan.

10
DAFTAR PUSTAKA

Wirdayanti (2007). ETIKA BISNIS DAN ETIKA PROFESI AKUNTAN (Business Ethics and
Accountant Professional Ethics). Tim Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan
Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia., Balai Pustaka, Vol. 2 No. 1 Juni 2007 : 1,
Edisi Kedua.
Elfieni, F. T. (2016). Penegakan Kode Etik Profesi Pada Suatu Kantor Akuntan Publik. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa FEB. From https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324, 4.
IAI. (n.d.). KODE ETIK AKUNTAN AKUNTAN INDONESIA. Komite Etika Ikatan Akuntan
Indonesia Grha Akuntan.
Keraf, S. &. (1998). Etika Bisnis.
Maiwan, M. (n.d.). MEMAHAMI TEORI-TEORI ETIKA: CAKRAWALA DAN
PANDANGAN. jurnal.unj.ac.id. From
https://journal.unj.ac.id/unj/index.php/jmb/article/download/9093/6204/
Martadi, I. F. (2006). Persepsi Akuntan, Mahasiswa Karyawan Bagian Akutansi Dipandang
Dari Segi Gender Terhadap Etika Bisnis Dan Etika Profesi. Simposium Nasional
Akuntansi, 1-25.

11

Anda mungkin juga menyukai