Anda di halaman 1dari 14

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

“AKUNTANSI SEBAGAI SEBUAH PROFESI DAN KARAKTERISTIK DARI


SEBUAH PROFESI”
TEMU – 3

Dosen: Dr. Ni Ketut Rasmini, S.E., M.Si., Ak., CA


Oleh:
KELOMPOK 1

Ni Wayan Dina Sumantari (2381611067 / 17)


Ni Wayan Kiki Jayanti Pratiwi Sujana (2381611068 / 18)
I Kadek Yogi Anggara (2381611069 / 19)
I Putu Novan Anggayana (2381611070 / 20)

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2023
MIND MAP

PROFESI AKUNTANSI Semua bidang pekerjaan akuntansi

AKUNTAN PUBLIK
TIPE-TIPE AKUNTANSI ETHICS APPLIED TO THE
AKUNTAN INTERN ACCOUNTING FIRM
AKUNTAN ACCOUNTING AS A BUSINESS
PEMERINTAH
Etika bisnis adalah sebuah oxymoron
AKUNTAN PENDIDIK
AKUNTANSI SEBAGAI MEMUAT 7 KARAKTERISTIK THE SOCIAL RESPONSIBILITY OF
PROFESI PROFESI BUSINESS

SYARAT SUATU PROFESI Menggeluti suatu batang GOOD ETHICS IS GOOD


tubuh ilmu yang khusus BUSINESS

TANGGUNGJAWAB Menyusun laporan keuangan


AKUNTAN dari perusahaan secara ETHICAL RESPONSIBILITIES OF
KEUANGAN integral ACCOUNTING FIRM

Perencanaan, Pengevalusian,
TANGGUNGJAWAB Pengendalian, Menjamin
AKUNTAN MANAJEMEN Pertanggungjawaban Sumber, Profesi Akuntansi dalam
Pelaporan Eksternal Krisis

Tanggung Jawab Profesi,


PRINSIP-PRINSIP KODE Kepentingan Publik, Integritas,
ETIK AKUNTAN Obyektivitas, Kompetensi dan
Kehati-hatian Profesional,
Kerahasiaan, Perilaku
01
Profesional, Standar Teknis
DAFTAR ISI

BAB I PEMBAHASAN ......................................................................................................... 1


1.1 AKUNTANSI SEBAGAI SUATU PROFESI DAN KEBUTUHAN ETIKA...................1
1.1.1 Pengertian Profesi Akuntansi...................................................................................1
1.1.2 Tipe-Tipe Akuntan...................................................................................................1
1.1.3 Syarat Suatu Profesi.................................................................................................2
1.1.4 Tanggungjawab Akuntan Keuangan........................................................................2
1.1.5 Tanggungjawab Akuntan Manajemen.....................................................................3
1.1.6 Prinsip-Prinsip Kode Etik Akuntan.........................................................................4
1.2 ETHICS APPLIED TO THE ACCOUNTING FIRM.......................................................6
1.2.1 Accounting As a Busines.........................................................................................6
1.2.2 The Social Responsibility Of Business.....................................................................6
1.2.3 Good Ethics Is Good Business.................................................................................9
1.2.4 Ethical Responsibilities Of Accounting Firm..........................................................10
1.2.5 Profesi Akuntansi Dalam Krisis..............................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................11
BAB I
PEMBAHASAN

1.1 AKUNTANSI SEBAGAI SUATU PROFESI DAN KEBUTUHAN ETIKA


Profesi akuntansi adalah sebuah profesi yang bisa dibilang menjanjikan, bahkan semua
bidang di dalam dunia bisnis memerlukan adanya akuntansi untuk membuat laporan keuangan.
Namun tidak banyak orang yang mampu melakukan pekerjaan dibidang akuntansi dan mengerti
betul dengan semua hal di dalam akuntansi. Maka dibutuhkan orang yang memiliki keahlian
khusus di bidang akuntansi dan tentunya memiliki pengetahuan yang cukup untuk menjalankan
akuntansi dengan baik. Tujuan profesi akuntansi adalah untuk memudahkan sebuah perusahaan
ataupun organisasi di dalam mencatat, mengaudit, dan melakukan segala hal yang berhubungan
dengan uang.
1.1.1 Pengertian Profesi Akuntansi
Profesi akuntan menurut International Federation of Accountans (dalam Regar, 2003)
adalah semua bidang pekerjaan yang menggunakan keahlian di bidang akuntansi, yaitu termasuk
di dalamya profesi akuntan publik, akuntan intern baik yang bekerja di industri, keuangan atau
dagang, akuntan yang bekerja di pemerintah, dan akuntan sebagai tenaga pendidik.
1.1.2 Tipe-Tipe Akuntan
Tipe-tipe akuntan secara garis besar dapat digolongkan sebagai berikut :
a) Akuntan Publik (Public Accountants)
Akuntan publik atau juga dikenal dengan akuntan eksternal adalah akuntan independen
yang memberikan jasa-jasanya atas dasar pembayaran tertentu. Mereka umumnya
mendirikan Kantor Akuntan. Yang termasuk akuntan publik adalah akuntan yang
bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) serta akuntan yang mendirikan akuntan publik
dengan mendapatkan izin dari Departemen Keuangan.
b) Akuntan Intern (Internal Accountant)
Akuntan intern adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan atau organisasi.
Akuntan ini biasa disebut akuntan perusahaan atau akuntan manajemen. Jabatan ini
dapat diduduki oleh staf biasa, kepala bagian akuntansi, bahkan direktur keuangan.
Tugas Akuntan ini adalah menyusun sistem akuntansi, menyusun laporan keuangan
kepada pihak-pihak eksternal, menyusun laporan keuangan kepada pemimpin
perusahaan, menyusun anggaran, penanganan masalah perpajakan dan pemeriksaan.
1
c) Akuntan Pemerintah (Government Accountants)
Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada lembaga-lembaga pemerintah,
misalnya di kantor Badan Pengawas Keuangan danPembangunan (BPKP), Badan
Pengawas Keuangan (BPK). Tugas-tugas yang diemban oleh akuntan pemerintah
antara lain melakukan pemeriksaan dan pengawasan terhadap aliran keuangan negara
serta melakukan perancangan sistem akuntansi untuk pemerintah.
d) Akuntan Pendidik
Jika tiga profesi di atas lebih condong kepada profesi sebagai praktisi akuntansi.
Akuntan pendidik adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan akuntansi,
melakukan penelitian dan pengembangan akuntansi, mengajar, dan menyusun
kurikulum pendidikan akuntansi di perguruan tinggi.
1.1.3 Syarat Suatu Profesi
Syarat akuntansi sebagai suatu profesi adalah sebagai berikut :
a) Melibatkan kegiatan intelektual.
b) Menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
c) Memerlukan persiapan profesional dan bukan sekedar latihan.
d) Memerlukan latihan dalam jabatan yang berkesinambungan.
e) Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen.
f) Mementingkan pelayanan yang dilakukan di atas keuntungan pribadi.
g) Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
1.1.4 Tanggung Jawab Akuntan Keuangan
Etika dalam akuntansi keuangan merupakan suatu bidang keuangan yang luas. Akuntansi
keuangan merupakan bidang akuntansi yang mengkhususkan fungsi dan aktivitasnya pada
kegiatan pengolahan data akuntansi dari suatu perusahaan dan penyusunan laporan keuangan
untuk memenuhi kebutuhan berbagai pihak yaitu pihak internal dan pihak external. Sedangkan
seorang akuntan keuangan bertanggung jawab untuk:
a) Menyusun laporan keuangan dari perusahaan secara integral, sehingga dapat
digunakan oleh pihak internal maupun pihak external perusahaan dalam pengambilan
keputusan.
b) Membuat laporan keuangan yang sesuai dengan karakteristik kualitatif laporan
keuangan IAI, 2004 yaitu dapat dipahami, relevan materialistis, keandalan, dapat
dibandingkan, kendala informasi yang relevan dan handal, serta penyajian yang wajar.

2
1.1.5 Tanggung Jawab Akuntan Manajemen
Akuntansi manajemen merupakan suatu sistem akuntansi yang berkaitan dengan ketentuan
dan penggunaan informasi akuntansi untuk manajer atau manajemen dalam suatu organisasi dan
untuk memberikan dasar kepada manajemen untuk membuat keputusan bisnis yang akan
memungkinkan manajemen akan lebih siap dalam pengelolaan dan melakukan fungsi kontrol.
Tanggung Jawab yang harus dimiliki oleh seorang akuntan manajemen, yaitu :
a) Perencanaan
Akuntan Manajemen turut berperan dalam pengembangan sistem perencanaan menyusun
sasaran-sasaran yang diharapkan, dan memilih cara-cara yang tepat untuk memonitor
arah kemajuan dalam pencapaian sasaran.
b) Pengevaluasian
Akuntan manajemen mempertimbangkan implikasi-implikasi historikal dan kejadian-
kejadian yang diharapkan, serta membantu memilih cara terbaik untuk bertindak.

c) Pengendalian

Akuntan manajemen menjamin integritas informasi finansial yang berhubungan dengan


aktivitas organisasi dan sumber-sumbernya, memonitor dan mengukur prestasi, dan
mengadakan tindakan koreksi yang diperlukan untuk mengembalikan kegiatan pada cara-
cara yang diharapkan.
d) Menjamin Pertanggungjawaban Sumber
Akuntan manajemen mengimplementasikan suatu sistem pelaporan yang ikut disesuaikan
dengan aturan berdasarkan pertanggung jawaban dalam suatu organisasi sehingga sistem
pelaporan tersebut dapat memberikan kontribusi kepada efektifitas penggunaan sumber
daya dan pengukuran prestasi manajemen.
e) Pelaporan Eksternal
Akuntan manajemen ikut berpartisipasi di dalam proses mengembangkan prinsip- prinsip
pada akuntansi yang mendasari pelaporan eksternal.

3
1.1.6 Prinsip-Prinsip Kode Etik Akuntan
Kode etik Akuntan Indonesia memuat delapan prinsip etika adalah sebagai berikut:
(Mulyadi, 2001:53)
a) Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan
yang dilakukannya. Sebagai seorang profesional sudah tentu harus mempunyai tanggung
jawab kepada semua pemakai jasa profesional mereka.
b) Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan
kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas
profesionalisme. Profesi akuntan memegang peran yang penting di masyarakat, dimana
publik dari profesi akuntan yang terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi
kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung
kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya fungsi bisnis
secara tertib.
c) Integritas

Integritas adalah suatu elemen karakter yangmendasari timbulnya pengakuan profesional.


Integritas merupakan kualitas yang melandasi kepercayaan publik dan merupakan
patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji keputusan yang diambilnya. Integritas
mengharuskan setiap anggota untuk bersikap jujur tanpa harus mengorbankan rahasia
penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh
keuntungan pribadi. Integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengajadan
perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak menerima kecurangan atau peniadaan prinsip.
d) Obyektivitas
memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota. Prinsip obyektivitas mengharuskan
anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau
bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau dibawah pengaruh pihak lain.

4
e) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan berhati-hati,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban mempertahankan pengetahuan
dan ketrampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk memastikan bahwa
klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa professional dan teknik yang
paling mutakhir.
f) Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama
melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi
tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional atau hukum
untuk mengungkapkannya. Prinsip kerahasiaan merupakan bentuk perlindungan
kepentingan publik karena memfasilitasi aliran informasi yang bebas dari klien atau
organisasi tempatnya bekerja kepada anggota dengan pemahaman bahwa informasi
tersebut tidak akan diungkapkan kepada pihak ketiga. Anggota harus terus mematuhi
prinsip kerahasiaan bahkan setelah berakhirnya hubungan antara anggota dan klien atau
organisasi tempatnya bekerja. Ketika berganti pekerjaan atau memperoleh klien baru,
anggota berhak menggunakan pengalaman sebelumnya, tetapi tidak diperkenankan
menggunakan atau mengungkapkan informasi rahasia yang diperoleh atau diterima
sebagai hasil dari hubungan profesional atau bisnis.
g) Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik
serta ikut menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi. Kewajiban untuk
menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi (perilaku yang
mengakibatkan pengaruh negatif terhadap reputasi profesi) harus dipenuhi oleh
anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga,
anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan masyarakat umum. Anggota tidak boleh
terlibat dalam bisnis, pekerjaan, atau aktivitas apapun yang diketahui merusak
integritas, objektivitas, atau reputasi baik dari profesi, dan hasilnya tidak sesuai dengan
prinsip dasar etika.
h) Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis
dan standar profesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan dengan berhati-
hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan penugasan dari penerima jasa
selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas. Standar
5
teknis dan standar professional yang harus ditaati anggota adalah standar yang
dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Internasional Federation of Accountants,
badan pengatur, dan pengaturan perundang-undangan yang relevan.
1.2 ETHICS APPLIED TO THE ACCOUNTING FIRM
1.2.1 Accounting as a Business
Sebuah pepatah mengklaim bahwa etika bisnis adalah sebuah oxymoron seperti
intelijen militer atau udang jumbo. Kadang-kadang, sindiran ini adalah kecaman diri
sendiri terhadap bisnis oleh akademisi atau seniman anti-bisnis, yang jarang terlibat
dalam bisnis (atau begitulah menurut mereka). Mereka berpendapat bahwa aktivitas
bisnis adalah dangkal. Sikap mereka sudah ada sejak para filosof Yunani kuno, yang
menegaskan bahwa terlibat dalam kegiatan bisnis berarti melakukan sesuatu yang tidak
liberal. Bagi para filsuf seperti Plato dan Aristoteles, bisnis bukanlah pengejaran yang
layak untuk manusia yang bebas. Terkadang, kritik terhadap etika bisnis disampaikan
oleh para pebisnis hanya untuk merasionalisasi perilaku bisnis mereka yang tidak etis.
Mereka gagal melihat bahwa sebagian besar transaksi bisnis adalah etis; jika tidak,
bisnis seperti yang kita tahu akan berhenti berfungsi.
Klaim bahwa tidak ada yang namanya etika bisnis tidak dapat dipertahankan. Lebih
jauh lagi, itu sudah ketinggalan zaman dan telah melampaui kegunaannya, jika memang
ada. Etika bisnis yang baik pada umumnya adalah bisnis yang baik. Ketika etika yang
baik bukanlah bisnis yang baik maka kepentingan bisnis harus tunduk pada kepentingan
etis. Misalnya, dalam situasi di mana melakukan hal yang etis akan membahayakan
keuntungan, seorang pebisnis yang berintegritas akan menunda mengejar keuntungan
untukmelakukan apa yang benar.
1.2.2 The Social Responsibility of Business

Ide kontemporer bisnis sebagai institusi sosial berkembang dari persepsi bahwa
perhatian mendasarnya adalah untuk menghasilkan keuntungan. Milton Friedman
mengatakan bahwa tanggung jawab utama dan satu-satunya bisnis adalah dalam
menggunakan sumber daya dan terlibat dalam aktivitas yang dirancang untuk
meningkatkan keuntungannya selama bisnis itu tetap berada dalam aturan main, yaitu
terlibat dalam persaingan terbuka dan bebas tanpa penipuan. Prinsip ini memfokuskan
kembali tujuan utama bisnis dari menghasilkan produk dan jasa untuk mengumpulkan
uang. Dengan melakukan hal tersebut, promotor tampaknya melupakan batasan
Friedman tentang berada dalam aturan permainan dan menghindari penipuan.

6
Pembuatan produk dan layanan digantikan sebagai tujuan utama bisnis dan hanya
menjadi alat untuk menghasilkan keuntungan.
Konsep bahwa fungsi utama bisnis adalah mencari keuntungan, bermula dari
bacaan klasik abad ke-18 The Wealth of Nations oleh Adam Smith. Smith
memperkenalkan model pemaksimal rasional dan melihat manusia dimotivasi oleh
kepentingan diri sendiri. Kejeniusan Smith mempertahankan bahwa mengejar
kepentingan pribadilah yang membuat perdagangan dan masyarakat berkembang
dengan mendirikan pasar bebas. Dia memberikan kepercayaan pada keyakinan bahwa
seluruh masyarakat akan lebih baik jika setiap pelaku bisnis mengejar kepentingannya
sendiri. Dalam memperdebatkan hal ini, ia mengacu pada filosofi “invisible hand” yang
menggambarkan sifat ekonomi yang mengatur diri sendiri.
Milton Friedman dan pengikut Smith kontemporer lainnya mengklaim bahwa
keberhasilan sistem ekonomi dapat dikaitkan dengan filosofi ini. Ketika membiarkan
bisnis tidak memikirkan apapun selain keuntungan, maka menciptakan persaingan, lebih
banyak barang diproduksi dan seluruh masyarakat menikmati standar hidup yang lebih
tinggi. Fakta bahwa sistem ekonomi kapitalisme telah menghasilkan lebih banyak
barang dan jasa daripada sistem ekonomi lainnya dalam sejarah umat manusia adalah
bukti argument invisible hand.
Berdasarkan struktur argumen utilitarian, praktek pengejaran kepentingan diri
dibenarkan karena kebaikan yang akan diperoleh masyarakat dalam mengadopsi sistem
yang berorientasi pada keuntungan. Singkatnya kebaikan terbesar untuk jumlah terbesar
akan dilayani jika pasar didorong oleh kepentingan pribadi, diizinkan untuk beroperasi.
Nanum jika kita melupakan bahwa tujuan mengejar kepentingan diri sendiri adalah
untuk membuat masyarakat lebih baik, maka akan menimbulkan permasalahan. Manfaat
sosial adalah tujuan yang membenarkan untuk mengejar keuntungan. Mengejar
keuntungan tidak bisa berdiri sebagai tujuan itu sendiri. Pengejaran kepentingan pribadi
yang tidak dibatasi dan eksklusif dapat menyakiti orang lain. Jadi, tidak selalu benar
bahwa mengejar kepentingan pribadi membuat masyarakat menjadi lebih baik. Maka
dari itu, pengejaran kepentingan pribadi harus dibatasi. Menurut Smith, mengejar
kepentingan pribadi hanya dibenarkan selama tidak melanggar hukum keadilan.
Suatu bisnis dibangun oleh masyarakat, sehingga diasumsikan bahwa bisnis itu
dibangun untuk memberi manfaat bagi masyarakat. Oleh karena itu, masyarakat
mengembangkan bisnis untuk membantu dirinya (masyarakat) berkembang dan

7
bertahan. Bisnis, termasuk praktik dan aturannya, diciptakan untuk memberi manfaat
bagi masyarakat. Jika bisnis itu merugikan masyarakat, masyarakat harus mengubahnya
atau menutupnya. Sehingga berdasarkan pada pernyataan yang dibuat oleh Adam Smith
bahwa sistem perusahaan bebas yang kompetitif dan bermotivasi laba adalah sistem
yang efektif untuk mewujudkan tujuan yang terpuji, sehingga bermanfaat bagi
masyarakat.
Sistem ekonomi kapitalis yang agak diatur diperbolehkan karena produktif.
Meskipun bukan satu-satunya cara untuk menghasilkan barang dan jasa, tetapi itu adalah
hal yang paling efisien. Sistem kapitalis ini berpusat pada aturan yang mengatur
distribusi keuntungan. Keuntungan digunakan untuk memotivasi atau memberi insentif
kepada wirausahawan. Tapi keuntungan bukanlah segalanya dan akhir dari segalanya.
Mereka hanyalah sarana untuk mencapai tujuan bisnis, dan sebagai sarana, mereka tidak
boleh menggeser tujuan akhir bisnis.
Terdapat argumen tandingan terhadap pendirian Friedman. Jika tujuan bisnis
adalah untuk menyediakan barang dan jasa, dan motifnya adalah untuk mencari
keuntungan, maka tanggung jawab manajemen bukan hanya untuk mengejar
keuntungan, tetapi untuk mengejarnya sebagaimana diatur oleh tuntutan kepentingan
umum. Undang-undang yang mewajibkan audit atas perusahaan publik memiliki tujuan
publik untuk memastikan bahwa laporan keuangan akurat dan bermanfaat bagi mereka
yang membutuhkannya. Dengan demikian, perusahaan audit diberi insentif dengan
menghasilkan uang, tetapi tujuannya adalah untuk melayani publik. Akuntan publik,
memenuhi peran audit publik mereka, memiliki tujuan yang diberikan kepada mereka
oleh pemerintah. Mereka adalah pengawas sistem keuangan. Itulah peran dan tanggung
jawab mereka.
Motif tidak sama dengan tujuan. Ada banyak motif untuk tindakan yang sama. Oleh
karena itu, ada pandangan sosial tentang tujuan dan pandangan pribadi tentang motif.
Demikian pula, tujuan bisnis bukanlah untuk mencari untung. Misalnya, ada berbagai
macam cara untuk menghasilkan uang, dan ingin menghasilkan uang tentu boleh saja
sebagai motif, tetapi tujuan dari praktik akuntansi bukanlah untuk menghasilkan uang.
Tujuan auditing adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan akurat. Dengan
demikian, praktik sosial memiliki tujuannya sendiri, terlepas dari motif orang-orang
yang terlibat dalam praktik tersebut. Oleh karena itu, motif untuk melakukan sesuatu
mungkin atau mungkin tidak sesuai dengan tujuan kegiatan tersebut.

8
Mengetahui tujuan terhadap sesuatu, dapat memberikan standar untuk menilainya.
Bisnis dapat dinilai dari seberapa baik ia memenuhi tujuannya. Jika tujuannya adalah
untuk menghasilkan keuntungan, maka bisnis yang terus menghasilkan keuntungan yang
sehat adalah bisnis yang baik, tidak peduli bagaimana membantu atau menyakiti orang.
Tetapi jika tujuan bisnis adalah untuk menyediakan barang dan jasa, dan untuk tujuan
itulah masyarakat memungkinkan bisnis ada. Maka dari itu, bisnis tidak dapat dinilai dari
seberapa banyak keuntungan yang dihasilkannya. Tetapi harus mempertimbangkan
seberapa baik produk atau layanannya. Bisnis yang baik adalah bisnis yang menyediakan
barang dan jasa yang dapat diterima untuk kepentingan masyarakat.

1.2.3 Good Ethics is Good Business


Bagaimana kita memotivasi perilaku etis? Pemikiran saat ini, didorong oleh
kepedulian etis, telah mencoba untuk mencampuradukkan tujuan dan motif bisnis. Oleh
karena itu, pepatah “Etika yang baik adalah bisnis yang baik”. Pertimbangkan hal berikut:
“Meskipun berperilaku etis harus menjadi tujuan itu sendiri, ada juga 10anjangbisnis yang
sah untuk melakukan apa yang benar. Jika kita mencermati contoh perilaku bisnis yang
tidak etis, kita akan menemukan dua hal: perusahaan hanya memperoleh keuntungan
jangka pendek dari tindakannya dan dalam jangka 10anjang, berhemat pada kualitas atau
layanan tidak akan membuahkan hasil. Ini bukan bisnis yang baik.”
Mari kita telusuri bagaimana pepatah bahwa etika yang baik adalah bisnis yang baik
berlaku untuk profesi akuntansi. Selanjutnya, perusahaan yang memperlakukan klien atau
pelanggannya dengan baik dan adil harus melihat efek positif tidak hanya pada penjualannya
tetapi juga pada karyawannya. Ahli etika bisnis Archie Carroll menjelaskan apa yang terjadi
pada perusahaan yang hanya dimotivasi oleh keserakahan. “Jika manajemen secara aktif menentang
apa yang dianggap etis, implikasi yang jelasadalah bahwa manajemen mengetahui yang benar dan
yang salah dan memilih untuk melakukan yang salah. Jadi, itu dimotivasi oleh keserakahan.
Tujuannya adalahprofitabilitas dan kesuksesan organisasi di 10anjan semua harga. Manajemen yang
tidak bermoral tidak peduli dengan klaim orang lain yang diperlakukan secara adil atau tidak.”
Karyawan sadar ketika sebuah perusahaan serakah dan keserakahan itu bahwa pencarian
keuntungan yang tidak peduli, mengikis moral dan loyalitas mereka karena mereka menyadari
bahwa itu adalah satu-satunya motivasi perusahaan mereka.
Faktanya, masyarakat kita saat ini mengatakan bahwa ungkapan sinis untuk
membenarkan perilaku tidak etis, “itu hanya bisnis”, tidak lagi dapat diterima. Ketikaperilaku etis
mengesampingkan keserakahan bisnis, manajer tidak harus hidup di dua dunia, dunia etis
10anjang10ic mereka dan yang lainnya, dunia bisnis mereka yang kejam. Manajer tidak perlu
memeriksa etika mereka di pintu ketika mereka 10anjan
9
untuk bekerja. Jadi, ada empat motivasi untuk perilaku etis. Perilaku etis mengarah pada (1)
keuntungan jangka 11anjang bagi perusahaan, (2) integritas dan kepuasan pribadi bagi
individu yang terlibat dalam bisnis, (3) kejujuran dan loyalitas dari karyawan, dan (4)
kepercayaan dan kepuasan dari pelanggan. Korporasi harus berperilaku etis, sebagian karena
akan memiliki konsekuensi yang baik bagi perusahaan. Keruntuhan Arthur Andersen karena
perannya dalam bencana Enron membuktikan bahaya motivasi yang didorong oleh keuntungan.
Namun, seperti yang ditunjukkan David Vogel, etika dan keuntungan tidak selalu berjalan
beriringan. Terkadang, manajemen harus memilih antara apa yang benar dan apa yang
menguntungkan. Namun, pada umumnya, lebih bijaksana untuk bersikap etis atau tidak.

1.2.4 Ethical Responsibilities of Accounting Firm


Melalui pemilik dan manajernya, menjalin hubungan dengan individu dan kelompok;
hubungan melibatkan tanggung jawab. Hubungan ini menjadi dasar kewajiban etis antara
bisnis dan pemangku kepentingannya. Kantor akuntan harus membuat beberapa keuntungan
atau meningkatkan nilai bisnis atau kemitraan, tetapi ada batasan dalam menghasilkan
keuntungan. Tidak ada firma akuntansi yang dapat tetap eksis tanpa memperhatikan laba, tetapi
firma akuntansi memiliki tanggung jawab lain di luar keuntungan. Akuntansi adalah industri
jasa yang muncul untuk memberi manfaat bagi klien dan masyarakat. Oleh karena itu,
merugikan klien atau publik atas nama keuntungan melanggar tujuan eksplisitnya. Kantor
akuntan memiliki fungsi khusus, yang telah dilisensikan oleh masyarakat. Fungsi utamanya
adalah untuk memberikan informasi tentang situasi keuangan perusahaan. Selain itu, untuk
membuktikan keakuratan informasi itu. Dengan demikian, kantor akuntan yang baik harus
menyajikan gambaran sejelas mungkin tentang kondisi keuangan organisasi, dan/atau
membuktikan kewajaran gambaran tersebut. Setiap praktik yang melanggar tujuan itu
bertentangan dengan esensi perusahaan.

1.2.5 Profesi Akuntansi dalam Krisis


Kegagalan Arthur Andersen/Enron telah membuatnya sangat jelas bahwa adalah naif
untuk berpikir bahwa kantor akuntan tidak dimanipulasi oleh motif keuntungan. Ada masalah
dalam profesi dan di antara perusahaan. Tekanan untuk memaksimalkan keuntungan telah
menempatkan profesi akuntansi kontemporer dalam krisis.

10
Daftar Pustaka

Gayatri. (2020). Etika Bisnis dan Profesi. CV.Alif Gemilang Pressindo.

Ronald F. Duska, & B.S. Duska (2005). Accounting Ethics. Blackwell Publishing.

11

Anda mungkin juga menyukai