OLEH KELOMPOK 7
DEPARTEMEN AKUNTANSI
MEDAN
2019
DAFTAR ISI
Latar Belakang .................................................................................................................... 3
PROFESI AKUNTAN ........................................................................................................ 5
Pengertian Profesi Akuntansi .......................................................................................... 5
Tipe-tipe Akuntan ......................................................................................................... 5
Akuntansi Sebagai sebuah Profesi .................................................................................. 6
Syarat Suatu Profesi ........................................................................................................ 6
Tanggung Jawab Akuntan............................................................................................... 7
ORGANISASI INSTITUT AKUNTAN INDONESIA (IAI) ............................................. 8
PROFESI AKUNTAN DALAM SOROTAN .................................................................. 10
STRUKTUR ETIKA INSTITUT AKUNTAN INDONESIA .......................................... 11
PRINSIP ETIKA IAI (INSTITUT AKUNTAN INDONESIA) ........................................... 13
Perlunya Etika Profesional Bagi Organisasi Profesi .............................................. 13
PRINSIP ETlKA PROFESI ....................................................................................... 15
INSTITUT AKUNTAN INDONESIA ..................................................................... 15
KODE ETIK IAPI (INSTITUT AKUNTAN PUBLIK INDONESIA)................................. 24
Kode Etik IAMI (Institut Akuntan Manajemen Indonesia) ............................................. 27
Kode Etik IAI - KASP (Kompartemen Akuntan Sektor Publik) ....................................... 31
Prinsip Dasar Perilaku Etis Auditor ................................................................................ 31
Panduan Umum Lainnya pada Aturan Etika IAI-KASP .................................................. 33
PENGATURAN DAN PERIZINAN KAP ......................................................................... 34
UU Akuntan Publik (UU No. 5 Tahun 2011) ............................................................... 35
KESIMPULAN ................................................................................................................. 41
Daftar Pustaka ................................................................................................................... 43
2
Latar Belakang
Seiring dengan meningkatnya kompetisi dan globalisasi, setiap profesi
dituntut untuk bekerja secara professional. Kemampuan dan keahlian khusus yang
dimiliki oleh suatu profesi adalah suatu keharusan agar profesi tersebut mampu
bersaing di dunia usaha sekarang ini. Selain keahlian dan kemampuan khusus
yang dimiliki oleh suatu profesi, dalam menjalankan suatu profesi juga dikenal
adanya etika profesi.
Dengan adanya etika profesi maka tiap profesi memiliki aturan – aturan
khusus yang harus ditaati oleh pihak yang menjalankan profesi tersebut. Etika
Profesi diperlukan agar apa yang dilakukan oleh suatu profesi tidak melanggar
batas-batas tertentu yang dapat merugikan suatu pribadi atas masyarakat luas.
Etika tersebut akan memberi batasan-batasan mengenai apa yang harus dilakukan
dan apa yang harus dihindari oleh suatu profesi.
Etika profesi menjadi tolak ukur kepercayaan masyarakat terhadap suatu
profesi. Apabila etika suatu profesi dilanggar maka harus ada sanksi yang tegas
terhadap pelanggaran yang dilakukan oleh profesi tersebut. Jika tidak maka akan
mengakibatkan kepercayaan masyarakat terhadap profesi tersebut akan berkurang.
Sedangkan apabila suatu profesi dijalankan berdasarkan etika profesi yang ada
maka hasilnya tidak akan merugikan kepentingan umum dan akan meningkatkan
kepercayaan masyarakat terhadap profesi tersebut.
Profesi akuntan sekarang ini dituntut untuk mampu bertindak secara
profesional dan sesuai dengan etika. Hal tersebut karena profesi akuntan
mempunyai tanggung jawab terhadap apa yang diperbuat baik terhadap
pekerjaannya, organisasinya, masyarakat dan dirinya sendiri. Dengan bertindak
sesuai dengan etika maka kepercayaan masyarakat terhadap profesi akuntan akan
meningkat.Terlebih saat ini profesi akuntan diperlukan oleh perusahaan,
khususnya perusahaan yang akan masuk pasar modal. Hal ini disebabkan setiap
perusahaan yang hendak ikut serta dalam bursa efek wajib diaudit oleh akuntan
publik.
3
Untuk mendukung profesionalisme akuntan, Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI), sejak tahun 1975 telah mengesahkan “Kode Etik Akuntan Indonesia” yang
telah mengalami revisi pada tahun 1986, tahun 1994 dan terakhir pada tahun
1998. Dalam mukadimah Kode Etik Akuntan Indonesia tahun 1998 ditekankan
pentingnya prinsip etika bagi akuntan.
4
PROFESI AKUNTAN
Tipe-tipe Akuntan
Secara garis besar Akuntan dapat digolongkan sebagai berikut :
1) Akuntan Publik (Public Accountants)
Akuntan publik atau juga dikenal dengan akuntan eksternal adalah akuntan
independen yang memberikan jasa-jasanya atas dasar pembayaran tertentu.
Mereka bekerja bebas dan umumnya mendirikan suatu kantor akuntan. Yang
termasuk dalam kategori akuntan publik adalah akuntan yang bekerja pada
kantor akuntan publik (KAP) dan dalam prakteknya sebagai seorang akuntan
publik dan mendirikan kantor akuntan, seseorang harus memperoleh izin dari
Departemen Keuangan.
2) Akuntan Intern (Internal Accountant)
Akuntan intern adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan atau
organisasi. Akuntan intern ini disebut juga akuntan perusahaan atau akuntan
manajemen. Jabatan tersebut yang dapat diduduki mulai dari staf biasa
sampai dengan kepala bagian akuntansi atau direktur keuangan. Tugas
mereka adalah menyusun sistem akuntansi, menyusun laporan keuangan
5
kepada pihak-pihak eksternal, menyusun laporan keuangan kepada pemimpin
perusahaan, menyusun anggaran, penanganan masalah perpajakan dan
pemeriksaan intern.
3) Akuntan Pemerintah (Government Accountants)
Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada lembaga-lembaga
pemerintah, misalnya di kantor Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan (BPKP), Badan Pengawas Keuangan (BPK).
4) Akuntan Pendidik
Akuntan pendidik adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan akuntansi,
melakukan penelitian dan pengembangan akuntansi, mengajar, dan menyusun
kurikulum pendidikan akuntansi di perguruan tinggi.
6
e. Menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang permanen
f. Mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi
g. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
7
3. Pengendalian, menjamin integritas informasi finansial yang berhubungan
dengan aktivitas organisasi dan sumber-sumbernya, memonitor dan
mengukur prestasi, dan mengadakan tindakan koreksi yang diperlukan untuk
mengembalikan kegiatan pada cara-cara yang diharapkan.
4. Menjamin pertanggungjawaban sumber, mengimplementasikan suatu sistem
pelaporan yang disesuaikan dengan pusat-pusat pertanggungjawaban dalam
suatu organisasi sehingga sistem pelaporan tersebut dapat memberikan
kontribusi kepada efektifitas penggunaan sumber daya dan pengukuran
prestasi manajemen.
5. Pelaporan eksternal, ikut berpartisipasi dalam proses mengembangkan
prinsip-prinsip akuntansi yang mendasari pelaporan eksternal.
Pada saat itu hanya sedikit akuntan di indonesia. Anggaran dasar IAI
disahkan oleh Menteri Kehakiman RI pada tanggal 11 Februari 1959 dan baru
dimuat dalam Berita Negara RI Nomor 24 tanggal 24 Maret 1959. walaupun
demikian, para angota sepakat bahwa tanggal pendirian IAI tetap tanggal 23
Desember 1957.
IAI menjadi wadah yang menaungi profesi akuntan indonesia secara
keseluruhan, baik yang berpraktik di sektor swasta maupun sektor pemerintah (
8
sebagai akuntan sektor bublik, akuntan pendidik, akuntan manajemen, akuntan
pajak, akuntan forensik, dan lain sebagainya.)
Yang dapat disetujui sebagai anggota IAI adalah mereka yang telah
mengikuti pendidikan akuntan secara formal berdasarkan undang-undang No. 34
tahun 1945 dan/atau telah mengikuti ujian sertifikasi akuntan yang dikenal dengan
nama ujian negara akuntansi (UNA) serta telah memperoleh register akuntan dari
Departemen Keuangan RI.
Tujuan awal terbentuknya IAI adalah Membimbing perkembangan
akuntansi serta mempertinggi mutu pendidikan akuntan, dan mempertinggi mutu
pekerjaan akuntan. IAI bertanggungjawab menyelenggarakan ujian sertifikasi
akuntan profesional (ujian Chartered Accountant – CA indonesia),
Untuk mencapai maksud, tujuan, dan fungsinya, IAI melaksanakan beragam
kegiatan diantaranya, Pendaftaran dan pelayanan keanggotaan; Pengembangan
dan penyusunan standar akuntansi keuangan; Menjaga kompetensi melalui
penyelenggaraan pendidikan profesional berkelanjutan; pengembangan dan
penegakkan kode etik akuntan; standar profesi; menerapkan penegakan disiplin
anggota, serta mengembangkan profesi akuntan indosesia, pemberian konsultasi
untuk pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi; publikasi; hubungan
internasional; menjadi pusat pengetahuan dan pengembangan akuntansi; menjaga
dan meningkatkan kompetensi akuntan melalui kegiatan pendidikan dan
pelatihan; melaksanakan sertifikasi di bidang akuntansi sebagai tolak ukur standar
kualitas keprofesian; serta menjaga kepercayaan pemakai jasa dan masyarakat
luas atas hasil kerja profesi akuntan yang tergabung dalam IAI.
Pada perkembangannya IAI kini dipimpin oleh satu badan pengurus yang
disebut Dewan Pengurus Nasional (DPN). DPN merupakan suatu badan yang
mirip dengan Dewan Direksi pada suatu organisasi perusahaan berbentuk
Perseroan Terbatas. Persyaratan untuk menjadi anggota IAI juga mengalami
perubahan, seiring dengan masuknya IAPI sebagai anggota IAI atas nama
kelembagaan. Bila dulu yang dapat menjadi anggota IAI hanyalah perorangan
yang telah memperoleh gelar akuntan, maka kini persyaratan ini lebih dilonggar
dengan diperbolehkannya anggota lembaga dan anggota perorangan yang bukan
akuntan, asalkan memenuhi syarat tertentu yang ditentukan oleh IAI.
9
PROFESI AKUNTAN DALAM SOROTAN
Walapun organisasi profesi IAI telah ada sejak tahun 1957, namun profesi
ini baru berkembang pesat pada era pemerintahan Orde Baru, sejalan dengan
kebijakan pemerintah Orde Baru untuk memprioritaskan pembangunan di bidang
ekonomi. Pertumbuhan ekonomi mempunyai korelasi positif yang kuat dengan
pertumbuhan profesi akuntan. Kemajuan dan pertumbuhan ekonomi pada era
Orde Baru juga berdampak positif bagi pertumbuhan dan kemajuan profesi
akuntan di Indonesia. Namun sebagaimana sejarah telah mencatat bahwa
menjelang akhir abad ke-20, Indonesia tertimpa krisis ekonomi dan moneter yang
berakibat runtuhnya pemerintah Orde Baru di bawah Presiden Soeharto.
Walaupun pada awalnya krisis ekonomi di Indonesia dipicu oleh factor eksternal,
namun banyak yang mengatakan bahwa akar penyebab krisis yang sesungguhnya
adalah karena pembangunan di bidang ekonomi tersebut tidak diimbangin oleh
pembangunan landasan moral yang kuat. Seluruh Kehidupan ekonomi, sosial, dan
politik sarat dengan budaya KKN yang telah mengakar. Aparat birokrasi dan
penegak hukum telah tercemar virus KKN ini sehingga seluruh praktik bisnis dan
kehidupan masyarakat terperangkap ke dalam budaya KKN.
Profesi akuntan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari praktik bisnis
dan penyelenggaran administrasi pemerintahaan, mau tidak mau, berada dalam
tekanan berat konflik kepentingan sehingga banyak profesi akuntan juga terseret
ke dalam praktik-praktik yang tidak etis. Sorotan terhadap profesi akuntan tidak
saja terjadi di Indonesia, tetapi juga di AS baik terhadap akuntan manajemen
maupun akuntan public. Sorotan terhadap citra profesi bahkan juga menimpa
KAP peringkat dunia, yang dikenal sebutan “the big five”. Namun sorotan paling
tajam diberikan kepada KAP Arthur Anderson karena pelanggaran etika dan
pelanggaran tindak pidana berupa pemusnahan dokumen kertas kerja dalam
kaitannya dengan audit yang dilakukannya pada Enron. Pelanggaran ini tidak saja
mengakibatkan pimpinan puncaknya masuk penjara, tetapi juga KAP Arthur
Anderson sendiri tidak mampu lagi mempertahankan eksistensinya karena
kehilangan kepercayaan publik. Memulihkan citra profesi akuntan merupakan
tantangan bersama bila ingin profesi akuntan masih dihormati oleh public.
10
STRUKTUR ETIKA INSTITUT AKUNTAN INDONESIA
Etika profesional dikeluarkan oleh organisasi profesi untuk mengatur
perilaku anggotanya dalam menjalankan praktik profesinya bagi
masyarakat. Etika profesional bagi praktik akuntan di Indonesia disebut
dengan istilah kode etik dan dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia,
sebagai organisasi profesi akuntan.
Institut Akuntan Indonesia adalah satu-satunya organisasi profesi
akuntan di Indonesia. Ikatan Akuntan Indonesia beranggotakan auditor dari
berbagai tipe (auditor independen dan auditor intern), akuntan manajemen,
akuntan yang bekerja sebagai pendidik, serta akuntan sektor publik. Dengan
demikian etika profesional yang dikeluarkan oleh IAI tidak hanya mengatur
anggotanya yang berpraktik sebagai akuntan publik, namun mengatur
prilaku semua anggotanya yang berpraktik dalam berbagai tipe profesi
auditor clan profesi akuntan lain. Organisasi IAI dibagi menjadi empat
kompartemen :
1) Kompartemen Akuntan Publik,
2) Kompartemen Akuntan Manajemen,
3) Kompartemen Pendidik,
4) Kompartemen Akuntan Sektor Publik.
Dalam kode etik IAI yang berlaku sejak tahun 1998, organisasi IAI
menetapkan depan Prinsip Etika yang berlaku bagi seluruh anggota IAI,
baik yang berada dalam Kompartemen Akuntan Publik, Kompartemen
Akuntan Menejemen, Kompartemen Akuntan Pendidik, maupun
Kompartemen Akuntan Sektor Publik. Kemudian setiap kompartemen
menjabarkan delapan Prinsip Etika tersebut kedalam Aturan yang berlaku
secara khusus bagi anggota IAI yang bergabung dalam masing-masing
kompartemen.
Tujuan profesi akuntansi adalah untuk memenuhi tanggung jawabnya
dengan standar profesionalisme tertinggi dan mencapai tingkat kinerja tertinggi
dengan orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut, ada
empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi (Prosiding Kongres VIII IAI Tahun
1998), yaitu :
11
a) Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem
informasi.
b) Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat
diidentifikasikan oleh pemakai jasa akuntan sebagai profesional dibidang
akuntansi.
c) Kualitas Jasa. Keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari akuntan
diberikan dengan standar kinerja tertinggi.
d) Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus merasa yakin bahwa terdapat
kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan.
Faktor kunci citra profesi akuntan yaitu keberadaan dan perkembangan profesi
akuntan itu sendiri ditentukan oleh tingkat kepercayaan masyarakat pemakai jasa
akuntan, sedangkan tingkat kepercayaan masyarakat ditentukan oleh tingkat
kualitas jasa (pengetahuan dan keterampilan teknis di bidang akutansi serta
disiplin ilmu terkait) dan tingkat ketaatan serta kesadaran para akuntan dalam
mematuhi kode etik profesi akuntansi.
Struktur Kode Etik IAI terdiri atas empat bagian yang disusun berdasarkan
struktur / jenjang (hierarchy) yaitu :
1. Prinsip etika
2. Aturan etika
3. Interpretansi aturan etika
4. Tanya jawab etika
Prinsip etika disusun oleh IAI dan disahkan dalam rapat anggota IAI.
Prinsip etika memberikan kerangka dasar bagi penyusun aturan etika semua
kompartemen/insitusi profesi sejenis. Prinsip etika berlaku bagi semua anggota
IAI. Aturan Etika merupakan pedoman perilaku bagi semua anggota
kompertemen/instusi sejenis seperti, IAPI, IAI-KAPd, IAI-KAM, dan IAI-KASP.
Aturan Etika ini disusun oleh masing – masing kompertemen / instusi profesi
sejenis dan disahkan dalam rapat anggota kompertemen / instusi yang
bersangkutan, Interpensi aturan etika merupan penafsiran, penjelasan, atau
elaborasi lebih lanjut atas hal-hal, isu-isu serta pasal – pasal yang diatur dalam
Aturan Etika yang dianggap memerlukan penjelasan agar tidak terjadi perbedaan
pemahaman atas aturan etika dimaksud. Interprestasi etika ini dikeluarkan oleh
12
suatu badan yang dibentuk oleh pengurus kompertemen/instusi profesi sejenis
yang bersangkutan . Pada tingkat paling bawah, dimungkinkan adanya tanya
jawab yang berkaitan dengan isu-isu etika. Tanya jawab ini dapat dilakukan
dengan Dewan Standar Profesi yang dibentuk oleh kompertemen/instusi profesi
sejenis yang bersangkutan.
13
terhadap mutu jasa yang diserahkan oleh profesi. Dengan hal ini perlu
adanya Tujuan kode etik & UU yang mengaturnya, sebagai berikut :
Tujuan Kode Etik
Etika dalam bahasa Yunani berasal dari dua kata yaitu Ethos yang
berarti kebiasaan atau adat, dan Etikhos yang berarti perasaan batin
atau kecenderungan batin yang mendorong manusia dalam
bertingkah laku. Tujuan audit Menurut Sriwahjoeni dan M.
Gudono dalam “Jurnal Riset Akuntansi Indonesia”, adalah sebagai
berikut : “Tujuan kode etik adalah untuk melindungi kepentingan
masyarakat yang menggunakan jasa profesi akuntan”. (2000 : 170).
Undang-undang No. 34 tahun 1954 dikeluarkan oleh pemerintah
untuk menjamin masyarakat untuk mendapatkan pelayanan jasa dari
orang-orang yang memiliki pengetahuan dan keahlian memadai.
Dengan demikian dalam menjalankan pekerjaannya, akuntan harus
mengutamakan kepentingan masyarakat pemakai jasanya. Pada tahun
2002 Menteri Keuangan mengeluarkan SK Nomor
423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik. Dalam pembukaan
didefinisikan kode etik sebagai pedoman bagi para anggota Akuntan
Indonesia untuk bertugas secara bertanggung jawab.
Jadi dengan adanya tujuan kode etik dan UU yang telah ditetapkan
maka keperluan etika profesional sangatlah penting bagi organisasi profesi.
Kepercayaan masyarakat terhadap mutu audit akan menjadi lebih tinggi jika
profesi akuntan publik menerapakan standar mutu yang tinggi terhadap
pelaksanaan pekerjaan audit yang dilakukan oleh anggota profesi tersebut.
14
PRINSIP ETlKA PROFESI
15
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan publik, dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
1. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung-jawab
kepada publik. Profesi akuntan memegang peranan yang penting di
masyarakat, di mana publik dari profesi akuntan yang terdiri dari
klien, pemberi kredit, pemerintah, pemberi kerja, pegawai, investor,
dunia bisnis dan keuangan, dan pihak lainnya bergantung kepacla
obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara berjalannya
fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan
tanggung-jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Kepentingan
publik didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi
yang dilayani anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini
menyebabkan sikap dan tingkah laku akuntan dalam menyediakan
jasanya mempengaruhi kesejahteraan ekonomi masyarakat dan negara.
2. Profesi akuntan dapat tetap berada pada posisi yang penting ini hanya
dengan terus menerus memberikan jasa yang unik ini pada tingkat
yang menunjukkan bahwa kepercayaan masyarakat dipegang teguh.
Kepentingan utama profesi akuntan adalah untuk membuat pemakai
jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan dilakukan dengan tingkat
prestasi tertinggi dan sesuai dengan persyaratan etika yang diperlukan
untuk mencapai tingkat prestasi tersebut.
3. Dalam mememuhi tanggung-jawab profesionalnya, anggota mungkin
menghadapi tekanan yang saling berbenturan dengan pihak -pihak yang
berkepentingan. Dalam mengatasi benturan ini, anggota harus
bertindak dengan penuh integritar, dengan suatu keyakinan bahwa
apabila anggota memenuhi kewajibannya kepada publik, maka
kepentingan penerima jasa terlayani dengan sebaik-baiknya.
4. Mereka yang memperoleh pelayanan dari anggota mengharapkan
anggota untuk memenuhi tanggungjawabnya dengan integritas,
obyektivitas, keseksamaan profesional, dan kepentingan untuk
melayani publik. Anggota diharapkan untuk memberikan jasa
16
berkualitas, mengenakan imbalan jasa yang pantas, serta menawarkan
berbagai jasa, semuanya dilakukan dengan tingkat profesionalisme
yang konsisten dengan Prinsip Etika Profesi ini.
5. Semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan
publik. Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota
harus secara terus-menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk
mencapai profesionalisme yang tinggi.
6. Tanggung-jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi
kebutuhan klien individual atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan
tugasnya seorang akuntan harus mengikuti standar profesi yang
dititik-beratkan pada kepentingan publik, misalnya:
17
Prinsip Ketiga – Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota
harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi
mungkin.
1. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya
pengakuan profesional. Integritas merupakan kualitas yang
melandasi kepercayaan publik dan merupakan patokan
(benchmark) bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang
diambilnya.
2. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain,
bersikap jujur dan berterus terang tanpa harus mengorbankan
rahasia penerima jasa. Pelayanan dan kepercayaan publik tidak
boleh dikalahkan oleh keuntungan pribadi. Integritas dapat
menerima kesalahan yang tidak disengaja dan perbedaan
pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan
atau peniadaan prinsip.
3. Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Dalam hal
tidak terdapat aturan, standar, panduan khusus atau dalam
menghadapi pendapat yang bertentangan, anggota harus menguji
keputusan atau perbuatannya dengan bertanya apakah anggota
telah melakukan apa yang seorang berintegritas akan lakukan dan
apakah anggota telah menjaga integritas dirinya. Integritas
mengharuskan anggota untuk menaati baik bentuk maupun jiwa
standar teknis dan etika.
4. Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuti prinsip
obyektivitas dan kehati-hatian profesional.
18
bersikap adil, tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak
berprasangka atau bias, serta bebas dari benturan kepentingan atau
berada di bawah pengaruh pihak lain.
2. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus
menunjukkan obyektivitas mereka dalam berbagai situasi. Anggota
dalam praktik publik memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta
konsultasi manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan
keuangan sebagai seorang bawahan, melakukan jasa audit internal
dan bekerja dalam kapasitas keuangan dan manajemennya di
industri, pendidikan dan pemerintahan. Mereka juga mendidik dan
melatih orang-orang yang ingin masuk ke dalam profesi. Apapun
jasa atau kapasitasnya, anggota harus melindungi integritas
pekerjaannya dan memelihara obyektivitas.
3. Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik
berhubungan dengan aturan etika sehubungan dengan obyektivitas,
pertimbangan yang cukup harus diberikan terhadap faktor-faktor
berikut:
19
d) Anggota memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orang-
orang yang terilbat dalam pemberian jasa profesional
mematuhi prinsip obyektivitas.
20
a. Pencapaian Kompetensi Profesional. Pencapaian kompetensi
profesional pada awalnya memerlukan standar pendidikan
umum yang tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan
dan ujian profesional dalam subyek-subyek yang relevan, dan
pengalaman kerja. Hal ini harus menjadi pola pengembangan
yang normal untuk anggota.
b. Pemeliharaan Kompetensi Profesional.
21
4. Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung-jawabnya kepada
penerima jasa dan publik. Ketekunan mengandung arti pemenuhan
tanggung-jawab untuk memberikan jasa dengan segera dan berhati-
hati, sempurna dan mematuhi standar teknis dan etika yang berlaku.
22
pengungkapan informasi dengan tujuan memenuhi tanggung-jawab
anggota berdasarkan standar profesional.
6. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang
berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan dan bahwa terdapat
panduan mengenai sifat dan luas kewajiban kerahasiaan serta mengenai
berbagai keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan
jasa profesional dapat atau perlu diungkapkan.
7. Berikut ini adalah contoh hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan sejauh mana informasi rahasia dapat diungkapkan.
a. Apabila pengungkapan diizinkan. Jika persetujuan untuk
mengungkapkan diberikan oleh penerima jasa, kepentingan
semua pihak termasuk pihak ketiga yang kepentingannya dapat
terpengaruh harus dipertimbangkan.
b. Pengungkapan diharuskan oleh hukum. Beberapa contoh di mana
ruskan oleh hukum untuk mengungkapkan informasi rahasia
adalah:
untuk menghasilkan dokumen atau memberikan bukti dalam
proses hukum; dan
untuk mengungkapkan adanya pelanggaran hukum kepada
publik.
c. Ketika ada kewajiban atau hak profesional untuk
mengungkapkan bahwa:
mematuhi standar teknis dan aturan etika; pengungkapan
seperti itu tidak bertentangan dengan prinsip etika ini;
untuk melindungi kepentingan profesional anggota dalam
sidang pengadilan;
untuk menaati penelaahan mutu (atau penelaahan sejawat) IAI
atau badan profesionallainnya;dan
untuk menanggapi permintaan atau investigasi oleh IAI atau
badan pengatur.
23
Prinsip Ketujuh – Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi
yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi
hams dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung-jawabnya kepada
penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staf, pemberi kerja dan
masyarakat umum.
24
Bagian A: memuat Prinsip Dasar Etika Profesi dan memberikan kerangka
konseptual untuk penerapan prinsip.
1. Prinsip integritas
Setiap Praktisi harus tegas dan jujur dalam menjalin hubungan profesional
dan hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. Prinsip objektivitas
Setiap Praktisi tidak boleh membiarkan subjektivitas, benturan
kepentingan, atau pengaruh yang tidak layak (undue influence) dari pihak-
pihak lain memengaruhi pertimbangan profesional atau pertimbangan
bisnisnya.
3. Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian profesional
(professional competence and due care).
Setiap Praktisi wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesionalnya
pada suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan,
sehingga klien atau pemberi kerja dapat menerima jasa profesional yang
diberikan secara kompeten berdasarkan perkembangan terkini dalam
praktik, perundang-undangan, dan metode pelaksanaan pekerjaan. Setiap
Praktisi harus bertindak secara profesional dan sesuai dengan standar
profesi dan kode etik profesi yang berlaku dalam memberikan jasa
profesionalnya.
4. Prinsip kerahasiaan
Setiap Praktisi wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh
sebagai hasil dari hubungan profesional dan hubungan bisnisnya, serta
tidak boleh mengungkapkan informasi tersebut kepada pihak ketiga tanpa
persetujuan dari klien atau pemberi kerja, kecuali jika terdapat kewajiban
untuk mengungkapkan sesuai dengan ketentuan hukum atau peraturan
lainnya yang berlaku. Informasi rahasia yang diperoleh dari hubungan
profesional dan hubungan bisnis tidak boleh digunakan oleh Praktisi untuk
keuntungan pribadinya atau pihak ketiga.
5. Prinsip perilaku profesional
Setiap Praktisi wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan
harus menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
25
Bagian B: Bagian ini memuat Aturan Etika Profesi yang memberikan ilustrasi
mengenai penerapan kerangka konseptual pada situasi tertentu.
1) Ancaman
Kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi dapat terancam oleh berbagai situasi
sebagai berikut:
a. Ancaman kepentingan pribadi
b. Ancaman telaah pribadi
c. Ancaman advokasi
d. Ancaman kedekatan
e. Ancaman intimidasi
2) Pencegahan
a. Pencegahan yang dibuat oleh profesi, perundang-undangan atau peraturan
b. Pencegahan dalam lingkungan kerja, pencegahan pada tingkat institusi dan
tingkat perikatan
26
Dalam melakukan negoisasi jasa professional yang diberikan, praktisi
dapat mengusulkan jumlah imbalan jasa professional yang sesuia. Namun dapat
menjadi ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi.
6. Pemasaran Jasa Profesional
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika dapat terjadi ketika
praktisi mendapatkan suatu perikatan melalui iklan/bentuk pemasaran lainnya.
Setiap praktisi tidak boleh mendiskreditkan profesi dalam memasarkan jasa
profesionalnya.
7. Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramahtamahan Lainnya
Ancaman dapat terjadi terhadap kepatuhan pada prinsip dasar etika profesi
terutama dalam hal objektifitas praktisi.
8. Penyimpanan Aset Milik Klien
Setiap praktisi tidak boleh mengambil tanggung jawab penyimpanan uang
atau asset lainnya milik klien, kecuali diperbolehkan oleh ketentuan hukum yang
berlaku.
9. Objektivitas Semua Jasa Profesional
Ancaman terhadap kepatuhan pada prinsip dasar objektivitas yang dapat
terjadi dari adanya kepentingan dalam, atau hubungan dengan klien maupun
direktur, pejabat atau karyawan.
10. Independensi dalam Perikatan Assurance
Dalam melaksanakan perikatan assurance, kode etik ini mewajibkan
anggota tim assurance, KAP, dan jika relevan, Jaringan KAP, untuk bersikap
independen terhadap klien assurance sehubungan dengan kapasitas mereka untuk
melindungi kepentingan publik.
27
nilai inti yang diidentifikasi menghasilkan prinsip-prinsip yang melukiskan benar
dan salah dalam kerangka umum. Sepuluh nilai tersebut adalah:
1. Kejujuran (honesty)
2. Integritas (integrity)
4. Kesetiaan (fidelity)
5. Keadilan (fairness)
1. Kompetensi
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk
28
a. Menjaga tingkat kompetensi profesional yang diperlukan dengan terus
menerus mengembangkan pengetahuan dan keahliannya
b. Melakukan tugas-tugas profesionalnya sesuai dengan hukum,
peraturan, dan standar
teknis yang berlaku
3. Integritas
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk:
a. Menghindari konflik kepentingan aktual atau terlihat nyata dan
mengingatkan semua
pihak terhadap potensi konflik
29
d. Menahan diri untuk tidak melakukian penggerogotan terhadap
legitimasi organisasi dan tujuan-tujuan etis, baik secara pasif maupun
aktif
e. Mengenali dan mengkomunikasikan berbagai batasan profesional atau
kendala lainnya yang akan menghalangi munculnya penilaian yang
bertanggung jawab atau kinerja sukses dari suatu aktivitas
f. Mengkomunikasikan informasi yang baik atau buruk dan penilaian
atau opini profesional
g. Menahan diri dari keterlibatan dalam aktivitas yang merugikan
profesi
4 Objektivitas
Akuntan manajemen bertanggung jawab untuk
a. Mengkomunikasikan informasi dengan adil dan objektif
b. Mengungkapkan semua informasi relevan yang dapat diharapkan
mempengaruhi pemahaman pengguna terhadap laporan, komentar,
dan rekomendasi yang dikeluarkan
5. Resolusi konfik etika
Dalam pelaksanaan standar perilaku etis, akuntan manajemen mungkin
menghadapi masalah dalam mengidentifikasi perilaku yang tidak etis, atau dalam
meyelesaikan konflik etika. Ketika menghadapi isu-isu etika yang penting,
akuntan manajemen harus mengiuti kebijakan yang ditetapkan organisasidalam
mengatasi konflik. Jika kebijakan ini tidak menyelesaikan konflik etika, akuntan
manajemen harus mempertimbangkan tindakan berikut ini:
30
wewenang untuk mengatasi mungkin berada di tangan suatu kelompok
seperti komite audit, komite eksekutif, dewan direksi, dewan
perwalian, atau pemilik. Berhubungan dengan jenjang di atas atasan
langsung sebaiknya dilakukan dengan sepengetahuan atasan.
31
karena pengaruh atau berdasarkan pendapat atau prasangka pribadi maupun
tekanan dan pengaruh orang lain.
3. Kompetensi dan Kehati-hatian
Berdasarkan prinsip kompetensi dan kehati-hatian, auditor hanya dapat
melakukan suatu audit apabila ia memiliki kompetensi yang diperlukan atau
menggunakan bantuan tenaga ahli yang kompeten untuk melaksanakan tugas-
tugasnya secara memuaskan. Untuk itu auditor harus selalu meningkatkan
pengetahuan dan keahlian profesinya pada tingkat yang diperlukan untuk
memastikan bahwa instansi tempat ia bekerja atau auditan dapat menerima
manfaat dari layanan profesinya berdasarkan pengembangan praktik, ketentuan,
dan teknik yang terbaru.
4. Kerahasiaan
Auditor harus mampu menjaga kerahasiaan atas informasi yang diperolehnya
dalam melakukan audit, walaupun keseluruhan proses audit mungkin harus
dilakukan secara terbuka dan transparan. Informasi tersebut merupakan hak
milik auditan, untuk itu auditor harus memperoleh persetujuan khusus apabila
akan mengungkapkannya, kecuali adanya kewajiban pengungkapan karena
peraturan perundang-undangan. Kerahasiaan ini harus dijaga sampai kapanpun
bahkan ketika auditor telah berhenti bekerja pada instansinya.
5. Ketepatan Bertindak
Auditor harus dapat bertindak secara konsisten dalam mempertahankan
reputasi profesi serta lembaga profesi akuntan sektor publik dan menahan diri
dari setiap tindakan yang dapat mendiskreditkan lembaga profesi atau dirinya
sebagai auditor profesional.
6. Standar Teknis dan Profesional
Auditor harus melakukan audit sesuai dengan standar audit yang berlaku, yang
meliputi standar teknis dan profesional yang relevan yang ditetapkan oleh
Ikatan Akuntan Indonesia dan Pemerintah Republik Indonesia. Pada instansi-
instansi audit publik, terdapat juga standar audit yang mereka tetapkan dan
berlaku bagi para auditornya, termasuk aturan perilaku yang ditetapkan oleh
instansi tempat ia bekerja.
32
Panduan Umum Lainnya pada Aturan Etika IAI-KASP
1. Good Governance
Auditor diharapkan mendukung penerapan good governancepada organisasi
atau instansi tempat ia bekerja, yang meliputi prinsip-prinsip berikut: tidak
mementingkan diri sendiri, integritas, objektivitas, akuntabilitas, keterbukaan,
kejujuran, kepemimpinan.
2. Pertentangan Kepentingan
Beberapa hal yang tercantum dalam aturan etika yang dapat mengindikasikan
adanya pertentangan kepentingan yang dihadapi oleh auditor sektor publik,
seperti:
Adanya tekanan dari atasan, rekan kerja,
Adanya tekanan dari pihak luar seperti keluarga atau relasi,
Adanya tuntutan untuk bertindak yang tidak sesuai dengan standar,
Adanya tuntutan loyalitas kepada organisasi atau atasan yang
bertentangan dengan kepatuhan atas standar profesi,
Adanya publikasi informasi yang bias sehingga menguntungkan
instansinya,
Adanya peluang untuk memperoleh keuntungan pribadi atas beban
instansi tempat ia bekerja atau auditee.
3. Fasilitas dan Hadiah
Auditor dapat menerima fasilitas atau hadiah dari pihak-pihak yang memiliki
atau akan memiliki hubungan kontraktual dengannya dengan mengacu dan
memperhatikan seluruh peraturan perundang-undangan mengenai tindak
pidana korupsi, dengan melakukan tindakan-tindakan berikut:
Melakukan pertimbangan atau penerimaan fasilitas atau hadiah yang
normal dan masuk akal, artinya auditor juga akan menerima hal yang
sama pada instansi tempat ia bekerja apabila ia melakukan hal yang
sama.
Meyakinkan diri bahwa besarnya pemberian tidak menimbulkan persepsi
masyarakat bahwa auditor akan terpengaruh oleh pemberian tersebut.
Mencatat semua tawaran pemberian fasilitas atau hadiah, baik yang
diterima maupun yang ditolak, dan melaporkan catatan tersebut.
33
Menolak tawaran-tawaran fasilitas atau hadiah yang meragukan.
34
2. Etika Profesi yang ditetapkan oleh IAPI; dan
3. Peraturan perundang-undangan yang berlaku yang berhubungan dengan
bidang jasa yang diberikan.
35
Akuntan Publik (AP) merupakan profesi yang lahir dan besar dari tuntutan
publik akan adanya mekanisme komunikasi independen antara entitas ekonomi
dengan para stakeholder terutama berkaitan dengan akuntabilitas entitas yang
bersangkutan. Jasa profesional AP erupakan hak exclusive AP dan hasil pekerjaan
AP digunakan oleh publik (pengguna laporan keuangan) sebagai salah satu bahan
dalam pengambilan keputusan ekonomi. Pengguna hasil pekerjaan AP tidak hanya
klien yang memberikan penugasan, namun juga publik (investor/pemegang
saham, kreditor, pemerintah, masyarakat dll). Oleh karena jasa profesional AP
berpengaruh secara luas terhadap publik maka jasa dan profesi AP perlu diatur
dalam suatu Undang-undang.
Pasal 3
2 Proses menjadi Persyaratan: Register Disederhanakan dan
Akuntan Publik Akuntan Negara, S1 basis peserta
Akuntansi, PPAk, lulus diperluas:S1, D IV, atau
USAP setara (akuntansi dan
nonakuntansi), lulus
USAP yang
diselenggarakan IAPI,
pendidikan profesi
akuntan publik yang
terakreditasi oleh IAPI
Pasal 6
3 Rotasi audit Rotasi AP: 3 tahun Rotasi AP dan KAP
Rotasi KAP: 5 tahun diatur lebih lanjut dalam
PP
Pasal 6
4 Izin AP Masa berlaku tidak Izin AP berlaku 5 tahun,
dibatasi dan dapat diperpanjang
Pasal 5
5 Izin AP asing Tidak diatur Diatur
36
Pasal 7
6 Bentuk usaha Perseorangan, Perseorangan,
KAP Persekutuan Perdata, Persekutuan Perdata,
Firma Firma, Bentuk usaha lain
yang sesuai dengan
karakteristik profesi
Akuntan Publik, yang
diatur dalam UU
Pasal 12
7 Komposisi rekan Tidak diatur Komosisi rekan KAP:
dan pegawai KAP Jml rekan WNA maks.
warga negara 1/5 dari seluruh rekan
asing (note: AP WNA tidak
mendirikan KAP
Perseorangan),
Komposisi pegawai KAP:
jml pegawai profesional
WNA maksimal 1/10,
Pemimpin KAP harus AP
WNI
Pasal 13
8 Rekan non-AP Tidak ada mekanisme Diatur mekanisme
pendaftaran pendaftarannya
Pasal 14-16
9 Jumlah pegawai Minimal 3 Minimal 2
profesional
pemeriksa KAP
Pasal 27
10 Benturan Tidak diatur secara Diatur secara umum,
kepentingan eksplisit detail akan diatur lebih
lanjut dalam PMK
Pasal 28
11 Pihak terasosiasi Tidak diatur Diatur
Pasal 52
12 Larangan rangkap Diatur detail AP dilarang merangkap:
jabatan a. Pejabat Negara,
b. Pimpinan atau pegawai
pada
lembaga pemerintah,
lembaga
Negara, atau lebaga
lain yang
dibentuk dengan
37
peraturan
perundang-undangan,
atau
c. Jabatan lain yang
menimbulkan benturan
kepentingan.
Pasal 30
13 Kerja sama antar Tidak diatur Organisasi Audit
KAP Indonesia (OAI)
Pasal 33-34
14 Kerja sama KAP Tidak diatur mekanisme Diatur mekanisme
dengan KAPA & pendaftaran bagi KAPA pendaftaran bagi KAPA
OAA dan OAA dan OAA
Pasal 38-40
15 Kewajiban Diatur Tidak diatur
direview mutu
oleh KAPA/OAA
16 Asosiasi Profesi Pengakuan IAPI Diatur kewenangan
Akuntan Publik sebagai asosiasi profesi Asosiasi Profesi Akuntan
akuntan publik Publik dan asosiasi
tersebut ditetapkan oleh
Menteri
Pasal 43-44
17 Komite Profesi Tidak diatur Diatur, yang berfungsi:
Akuntan Publik memberikan
pertimbangan kepada
Menteri, sebagai lembaga
banding atas hasil
pemeriksaan dan
pengenaan sanksi
administratif
Pasal 45-48
18 Kewenangan Tidak diatur secara jelas Diatur ketentuan lebih
Menteri dalam hal lanjut dalam PP
Pembinaan
Pasal 41-42
19 Sanksi Diatur 3 jenis sanksi: Diatur 7 jenis sanksi:
administratif a. Peringatan, a. Rekomendasi untuk
b. Pembekuan izin, melaksanakan
c. Pencabutan izin. kewajiban
tertentu,
b. Peringatan tertulis,
c. Pembatasan pemberian
38
jasa
kepada suatu jenis
entitas
tertentu,
d. Pembatasan pemberian
jasa
tertentu,
e. Pembekuan izin,
f. Pencabutan izin,
dan/atau
g. Denda,
h. Diatur lebih lanjut
dalam PP
Pasal 53
20 Ketentuan pidana Tidak diatur Diatur ketentuan pidana
bagi:
Akuntan Publik, Pihak
terasosiasi, AP dan KAP
palsu
Pasal 55-57
21 Kadaluarsa Tidak diatur Diatur 5 tahun
tuntutan atau
gugatan Pasal 58
22 UU No. 34 Tahun Peraturan pelaksanaan Ketentuan pasal 4 dan
1954 UU No. 34 tahun 1954 pasal 5 UU No. 34 Tahun
1954 dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 60
Secara garis besar UU No. 5 tahun 2011 tentang Akuntan Publik terdiri dari 16
bab dan 62 pasal dengan sistematika sebagai berikut.
39
XII Sanksi Administratif 53-54
XIII Ketentuan Pidana 55-57
XIV Kadaluwarsa Tuntutan atau 58
Gugatan
XV Ketentuan Peralihan 59
XVI Ketentuan Penutup 60-62
40
KESIMPULAN
41
Kewajiban menaati kode etik telah diatur oleh Departemen Keuangan
yaitu Peraturan Menteri Keuangan No. 17 tahun 2008. Peraturan ini mewajibkan
akuntan dalam melaksanakan tugas atas kliennya itu selalu berdasarkan pada
SPAP (Standar Profesi Akuntan Publik) dan kode etik. SPAP dan kode etik yang
diterapkan oleh asosiasi profesi berdasarkan standar Internasional. Terdapat dua
tujuan utama dari kode etik:
1) kode etik bertujuan melindungi kepentingan masyarakat dari kemungkinan
kelalaian, kesalahan atau pelecehan, baik disengaja maupun tidak
disengaja oleh anggota profesi.
2) kode etik bermaksud melindungi keluhuran profesi dari perilakuperilaku
menyimpang oleh anggota profesi.
Agar kode etik dapat berfungsi dengan optimal, minimal ada 2 (dua) syarat
yang arus dipenuhi.
1. Kode etik harus dibuat oleh profesinya sendiri.
Kode etik tidak akan efektif apabila ditentukan oleh pemerintah atau
instansi di luar profesi itu.
2. Pelaksanaan kode etik harus diawasi secara terus-menerus.
Setiap pelanggaran akan dievaluasi dan diambil tindakan oleh suatu dewan
yang khusus dibentuk.
42
Daftar Pustaka
43