Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK


DAN KODE ETIK PROFESI AKUNTAN PUBLIK

DISUSUN OLEH:

NAMA : MUTIARA NISRA MAHULETTE

NPM :02272111150

KELAS : IVA

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS KHAIRUN TERNATE

TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamu’ alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan, atas

segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini bisa terselesaikan

dengan baik, tidak lupa shalawat serta salam selalu tercurah kepada baginda Nabi

Muhammad SAW.

Makalah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengauditan 1

yang dibimbing oleh dosen Yustiana Djaelani, SE., M.Si dengan sub pembahasan

“Standar profesional akuntan publik dan kode etik profesi akuntan publik”. Semoga

makalah ini yang disusun oleh penulis dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca.

Demikian makalah ini dibuat, saya menyadari di dalam penyusunan dan

pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan maka dari pada itu kritik dan

saran sangat saya harapkan untuk mencapai kesempurnaan makalah ini agar lebih baik

lagi, dan atas kritik dan saran saya ucapkan terima kasih.

Wassalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Ternate, 09 Maret 2023

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang...................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah..............................................................................................................3

C. Tujuan.................................................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan Standar Profesional Akuntan Publik...........................................................4

B. Pentingnya Kode Etik Bagi Akuntan Publik.......................................................................7

C. Pelanggaran etika bisnis dan profesi di kantor akuntan Publik……………......................10

D. Pengaruh etika auditor terhadap kualitas audit...................................................................14

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.........................................................................................................................

B. Saran...................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Profesi akuntan publik mengalami perkembangan pesat seiring tingginya

tuntutan masyarakat dunia usaha dan perkembangan global, sebagai profesional di

bidang akuntansi, salah satunya di bidang jasa profesi akuntan. Jasa akuntan publik

sangat diperlukan oleh perusahaan dan para pengguna informasi karena pengguna dan

para pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan akan lebih yakin terhadap

kualitas laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik.

Tujuan suatu audit adalah untuk meningkatkan tingkat keyakinan pengguna

laporan keuangan yang dituju Semakin besarnya kepercayaan masyarakat terutama

pengguna laporan keuangan seperti investor, kreditor, instansi pemerintah serta

lembaga lainnya, menuntut akuntan publik untuk melaksanakan audit atas laporan

keuangan sesuai dengan standar audit yang telah ditetapkan oleh IAPI serta kode etik

profesi yang mengatur tanggung jawab profesi,

Kompetensi dan profesional seorang auditor dalam menjalankan profesinya.

Kepercayaan terhadap akuntan publik sering dinodai dengan beberapa kasus yang

melanggar kode etik yang dilakukan oleh beberapa akuntan publik.

Kode Etik Akuntan Indonesia merupakan suatu panduan dan aturan yang

mengatur etika profesi akuntan publik indonesia agar dapat memenuhi tanggungjawab

secara profesional dalam bekerja (Nanang, 1999).


Kode Etik Akuntan Indonesia dikeluarkan oleh IAMI dan IAI, dan IAPI secara

paralel dengan nama Kode Etik Profesi Akuntan Publik (Indonesia, 2021). Tiga syarat

yang harus dimiliki seorang akuntan publik untuk dianggap profesional adalah

memiliki keahlian, pengetahuan, dan karakter (Machfoedz, 1997).

Walaupun sudah ada Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang mengatur sikap dan

tindakan akuntan publik, masih banyak pelanggaran dan penyimpangan yang dilakukan

oleh akuntan publik, sehingga hal ini dapat menimbulkan skandal yang mencemarkan

profesi akuntan publik itu sendiri dan menurunkan kepercayaan masyarakat kepada

para akuntan publik.

Menurut Standar Pengendalian Mutu No. 1 menyatakan bahwa setiap KAP harus

menetapkan dan memelihara suatu sistem pengendalian mutu yang mencakup unsur-

unsur sebagai berikut : (a) Tanggung jawab kepemimpinan KAP atas mutu. (b)

Ketentuan etika profesi yang berlaku. (c) Penerimaan dan keberlanjutan hubungan

dengan klien dan perikatan tertentu. (d) Sumber daya manusia. (e) Pelaksanaan

perikatan. (f) Pemantauan. Tujuan KAP dalam menetapkan dan memelihara sistem

pengendalian mutu adalah untuk memberi keyakinan memadai bahwa KAP dan

personalnya mematuhi standar profesi, serta ketentuan hukum dan peraturan yang

berlaku dan Laporan yang diterbitkan oleh KAP telah sesuai dengan kondisinya.

Apabila terjadi pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi Akuntan Publik, maka

akuntan publik harus melaksanakan evaluasi dan dampak dari pelanggaran tersebut.

Setelah itu, akuntan publik harus bertindak dengan cepat untuk mengatasi dampak yang

terjadi akibat pelanggaran tersebut dan membuat keputusan apakah akan melaporkan

mengenai pelanggaran tersebut kepada pihak yang terkait atau tidak, seperti asosiasi

profesi, otoritas pengawasan, atau regulator.


B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana perkembangan standar profesional akuntan publik ?

2. Mengapa kode etik penting bagi akuntan publik ?

3. Apa saja yang menyebabkan terjadinya pelanggaran etika bisnis dan profesi di

kantor akuntan publik ?

4. Apakah etika auditor berpengaruh terhadap kualitas audit ?

C. Tujuan

Dari uraian rumusan masalah maupun latar belakang diatas, tujuan dari makalah

ini adalah untuk membuktikan :

1. Perkembangan standar profesional akuntan publik.

2. Pentingnya kode etik bagi akuntan publik.

3. Faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran etika bisnis dan profesi di kantor

akuntan publik.

4. Pengaruh etika auditor terhadap kualitas audit.


BAB II
PEMBAHASAN

A. PERKEMBANGAN STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK

Profesi akuntansi telah masuk ke Indonesia sejak zaman penjajahan Belanda.

Dimulai dari latar belakang Belanda menjajah Indonesia yaitu untuk mengeruk sumber

daya alam yang dimiliki Indonesia, mulailah mengalir dana besar ke pemerintah

Belanda. Dari situlah orang-orang Belanda yang berprofesi sebagai akuntan publik

masuk ke wilayah Indonesia. Orang Indonesia pun mulai terpengaruh dan mulai

mencoba berasimilasi terhadap kebudayaan akuntan tersebut. Mulailah kantor-kantor

akuntan publik terkenal masuk ke wilayah Indonesia, menyebabkan terciptanya

akuntan publik lokal.

Perkembangan teknologi informasi tidak hanya mempengaruhi dunia bisnis,

tetapi juga bidang-bidang lain, seperti kesehatan, pendidikan, pemerintahan, dan lain-

lain. Dengan teknologi yang berkembang di sisi lain, profesi akuntansi yang terfokus

pada pembukuan secara manual dapat terpengaruh secara langsung. Semakin maju

teknologi informasi di dunia globalisasi, semakin banyak pengaruhnya pada bidang

akuntansi.

Profesi akuntansi terbagi menjadi tiga sesuai dengan fungsinya, yaitu akuntan

publik, akuntan swasta, dan bidang spesialisasi akuntan. Akuntan publik (public

accountant) adalah akuntan yang memberikan jasa akuntansi berdasarkan honor (fee)

yang bentuknya dapat berupa perorangan atau kelompok yang terdiri dari berbagai staf

anggota.
Akuntan publik yang telah memenuhi pendidikan negara, berpengalaman, dan

lulus ujian dapat menjadi Akuntan Publik Bersertifikat (Certified Public Accountant).

Sedangkan akuntan swasta (private accountant) adalah akuntan yang bekerja pada

perusahaan atau organisasi nirlaba. Sering disebut sebagai akuntansi manajemen karena

berhubungan dengan manajemen suatu perusahaan. Namun jika akuntan swasta bekerja

di pabrik disebut akuntan industri atau akuntan biaya.

Dalam tahun 1972, untuk pertama kalinya Ikatan Akuntan Indonesia berhasil

menerbitkan Norma Pemeriksaan Akuntan, yang disahkan dalam Kongres ke III Ikatan

Akuntan Indonesia. Norma Pemeriksaan Akuntan tersebut mencakup: tanggung jawab

Akuntan Publik, unsur-unsur norma pemeriksaan akuntan yang antara lain meliputi:

pengkajian dan penilaian pengendalian intern, bahan pembuktian dan penjelasan

informatif, serta pembahasan mengenai peristiwa kemudian, laporan khusus dan berkas

pemeriksaan.

Dalam Kongres ke IV Ikatan Akuntan Indonesia tanggal 25-26 Oktober 1982,

Komisi Norma Pemeriksaan Akuntan mengusulkan agar segera dilakukan

penyempurnaan atas buku Norma Pemeriksaan Akuntan yang lama, dan

melengkapinya dengan serangkaian suplemen yang merupakan penjabaran lebih lanjut

norma tersebut. Untuk melaksanakan tugas tersebut, telah dibentuk Komite Norma

Pemeriksaan Akuntan (KNPA) yang baru untuk periode kepengurusan 1982-1986,

yang anggotanya berasal dari unsur-unsur akuntan pendidik, akuntan publik dan

akuntan pemerintah.

Komite ini telah menyelesaikan konsep Norma Pemeriksaan Akuntan yang

disempurnakan pada tanggal 11 Maret 1984. Pada tanggal 19 April 1986, Norma

Pemeriksaan Akuntan yang telah diteliti dan disempurnakan oleh Tim Pengesahan,
disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia (PPIAI) sebagai norma

pemeriksaan yang berlaku efektif selambat-lambatnya untuk penugasan pemeriksaan

atas laporan keuangan yang diterima setelah tanggal 31 Desember 1986.

Dalam tahun 1982, Ikatan Akuntan Indonesia menerbitkan Norma Pemeriksaan

Akuntan, Edisi revisi yang memasukan suplemen no. 1 sampai dengan no. 12 dan

interpretasi no. 1 sampai dengan no. 2.

Dalam kongres ke VII Ikatan Akuntan Indonesia tahun 1994, disahkan Standar

Profesional Akuntan Publik yang secara garis besar berisi:

 Uraian mengenai standar profesional akuntan public

 Berbagai pernyataan standar auditing yang telah diklasifikasikan

 Berbagai pernyataan standar atestasi yang telah diklasifikasikan

 Pernyataan jasa akuntansi dan review

Pertengahan tahun 1999 Ikatan Akuntan Indonesia mengubah nama Komite

Norma Pemeriksaan Akuntan menjadi Dewa Standar Profesional Akuntan Publik.

Selama tahun 1999 Dewan melakukan perubahan besar atas Standar Profesional

Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan menerbitkannya dalam buku yang diberi judul

Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Standar Profesional Akuntan

Publik per 1 Januari 2001 terdiri atas lima standar yaitu:

1. Pernyataan Standar Auditing (PSA) yang dilengkapi dengan Interpretasi Pernyataan

Standar Auditing (IPSA).

2. Pernyataan Standar Atestasi (PSAT) yang dilengkap dengan Interpretasi Pernyataan

Standar Atestasi (IPSAT).


3. Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR) yang dilengkapi dengan

Interpretasi Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR).

4. Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (PSJK) yang dilengkapi dengan Interpretasi

Pernyataan Standar Jasa Konsultasi (IPSJK).

5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (PSPM) yang di lengkapi dengan

Interpretasi Pernyataan Standar Pengendalian Mutu (IPSPM).

Selain kelima standar tersebut masih dilengkapi dengan Aturan Etika

Kompartemen Akuntan Publik yang merupakan aturan normal yang wajib dipenuhi

oleh akuntan publik. Akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari disiplin ilmu

akuntansi yang mengkaji hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, serta

dimensi keperilakuan dari organisasi dimana manusia dan sistem akuntansi itu berada

dan diakui keberadaannya (Suartana, 2010).

Dengan demikian, definisi akuntansi keperilakuan adalah suatu studi tentang

perilaku akuntan atau non-akuntan yang dipengaruhi oleh fungsi-fungsi akuntansi dan

pelaporan.

Akuntansi keperilakuan menekankan pada pertimbangan dan pengambilan

keputusan akuntan dan auditor, pengaruh dari fungsi akuntansi (misalnya partisipasi

penganggaran, keketatan anggaran dan karakter sistem informasi) dan fungsi auditing

terhadap perilaku, misalnya pertimbangan (judgment) dan pengambilan keputusan.


B. PENTINGNYA KODE ETIK BAGI AKUNTAN PUBLIK

Kasdin Sihotang (2016, 262) menjelaskan “kode etik adalah aturan-aturan yang

menjadi pegangan dalam menjalankan suatu profesi tertentu. Kode etik menjadi

kerangka konseptual untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi perilaku suatu profesi”

Profesi berasal dari bahasa latin “professio” dapat diartikan:

 Pernyataan di hadapan umum,

 Pekerjaan, jabatan berkaitan dengan mata pencaharian,

 Kaul, ikrar, pengakuan dan pernyataan.

Kasdin Sihotang (2016, 27) menyebutkan ada enam ciri-ciri umum profesi yaitu

menuntut keterampilan khusus, mempunyai komitmen moral yang dipertegas dengan

kesetiaan menjalankan kode etik, mengandalkan hidup dari profesi, mengabdi pada

masyarakat, mempunyai izin untuk praktik, dan memiliki organisasi profesi.

Kata profesional menunjuk perbedaan dengan amatiran pada orang yang

menyandang suatu profesi. Pada seksi 100 Kode Etik Akuntan Publik tentang

PrinsipPrinsip Dasar Etika Profesi disebutkan bahwa salah satu unsur pembeda antara

akuntan publik dengan profesi lainnya adalah dalam hal tanggung jawab secara profesi

oleh akuntan publik untuk melindungi kepentingan publik.

Hal ini mengisyaratkan bahwa akuntan publik tidak hanya menjaga kepentingan

klien, tetapi juga kepentingan publik secara umum. Dalam bertindak bagi kepentingan

publik, akuntan publik harus memperhatikan dan mematuhi ketentuan Kode Etik

Akuntan Publik yang diterapkan kepadanya. Kata profesional menunjuk perbedaan

dengan amatiran pada orang yang menyandang suatu profesi.


Pada seksi 100 Kode Etik Akuntan Publik tentang Prinsip-Prinsip Dasar Etika

Profesi disebutkan bahwa salah satu unsur pembeda antara akuntan publik dengan

profesi lainnya adalah dalam hal tanggung jawab secara profesi oleh akuntan publik

untuk melindungi kepentingan publik.

Di Indonesai, akuntan publik merupakan akuntan yang dapat berpraktik untuk

memberikan jasa layanan di bidang akuntansi dan audit, seperti jasa audit, pembukuan,

dan reviu. Akuntan publik dalam menjalankan profesinya dapat berhimpun dalam suatu

Kantor Akuntan Publik (KAP). Salah satu jasa profesional yang diberikan oleh KAP

adalah jasa audit atas laporan keuangan.

Dengan adanya kode etik ini membuat masyarakat dapat melihat dan menilai

sejauh mana para auditor menjalankan standar-standar perilaku yang telah ditetapkan.

Selain itu kode etik tersebut dibuat untuk mengatur tingkah laku seorang profesi

akuntan publik agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Apabila profesi akuntan

publik menerapkan standar mutu yang tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan audit,

maka kepercayaan masyarakat terhadap mutu audit akan lebih tinggi (Mulyadi, 2002).

Menurut Primaraharjo dan Handoko (2011) berpendapat bahwa perkembangan

perekonomian saat ini sudah sangat pesat yang mengharuskan persaingan dalam setiap

perusahaan pada saat menjalankan bisnisnya. Persaingan tersebut berupa persaingan

terhadap laporan keuangan yang valid, memadai, serta dapat dipertanggungjawabkan.


Dengan begitu semua perusahaan sangat bergantung pada Akuntan Publik yang

menyediakan jasa auditor untuk menghasilkan laporan keuangan yang handal. Seorang

auditor dituntut untuk lebih profesional dalam menjalankan tugas dan tanggung

jawabnya untuk menjaga kepercayaan klien terhadap kinerjanya.

Salah satu sikap untuk menjadi auditor yang profesional adalah dengan

menerapkan dan mematuhi kode etik yang dijadikan sebagai pedoman atau prinsip.

Sehingga dari hal ini dibentuklah suatu kode etik akuntan yang mana di dalam memuat

norma, nilai, aturan yang secara tegas menyatakan hal-hal yang benar dan baik serta

sebaliknya.

Dengan adanya kode etika ini diharapkan dapat memberikan arahan para pelaku

profesi untuk memiliki karakter dan dasar profesi serta karakter yang profesional,

bertanggung jawab, adil, objektif, independen, berintegritas moral dan kompeten.


C. PELANGGARAN ETIKA BISNIS DAN PROFESI DI KANTOR AKUNTAN
PUBLIK.

Perhatian atas keberlangsungan suatu praktik etika dalam bisnis dan profesi

dewasa ini telah sedemikian berkembang. Situasi ini tidak terlepas dari kenyataan

bahwa bisnis merupakan bidang kehidupan yang rentan atas pelanggaran-pelanggaran

moral. Bidang bisnis yang melibatkan banyak kalangan profesional bahkan seringkali

dianggap sebagai pemicu rusaknya berbagai tatanan kehidupan dalam suatu

masyarakat.

Menoleh ke belakang atas beberapa peristiwa bisnis yang melibatkan akuntan,

perhatian atas berlangsungnya etika seharusnya menjadi sesuatu yang utama. Dalam

perspektif etika, kasus inipun kemudian berimplikasi pada munculnya keraguan

banyak pihak pada berbagai aspek kunci dari etika profesi akuntan.

Salahsatu aspek kunci tersebut adalah bersangkutan dengan independensi,

sehingga dalam hal ini memaksa Kongres Amerika Serikat turun tangan untuk

memperketat pengaturan praktik akuntan publik sebagaimana tersebut dalam kedua

undang-undang di atas. Dengan pengaturan ini, bagaimanapun kemudian persoalan

etika ditarik pada wilayah hukum.

Krisis moral dalam dunia bisnis yang sangat fenomenal pada dekade ini adalah

kasus “Enron”, yang di dalamnya melibatkan salah satu the big five accounting firm

“Arthur Anderson”. Suatu kasus yang sedemikian kompleks, yang kemudian diikuti

mencuatnya kasus-kasus lainnya yang melibatkan Merck, Qwest, Xerox, dan

Worldcom.
Kasus-kasus skandal keuangan ini tidak saja berakibat pada menurunnya

kinerja perekonomian Amerika Serikat (yang ditandai dengan menurunnya harga

saham di Wall Street dan indeks harga saham Dow Jones), tetapi kemudian juga

merembet ke negara-negara lainnya (Suharto, 2002).

Peristiwa ini kemudian memicu kalangan pemerintahan dan legislatif di

Amerika Serikat untuk meninjau kembali perangkat hukum yang mengatur perusahaan

(korporat) dan praktik akuntan publik. Sementara itu di Indonesia kasus-kasus serupa

juga terjadi, misalnya kasus audit PT Telkom oleh KAP “Eddy Pianto & Rekan”

(Media Akuntansi, 2003).

Dalam kasus ini laporan keuangan auditan PT Telkom tidak diakui oleh SEC

(pemegang otoritas pasar modal di Amerika Serikat), dan atas peristiwa ini audit ulang

diminta untuk dilakukan oleh KAP yang lainnya. Kasus lainnya yang cukup menarik

adalah keterlibatan10 KAP (jumlah sample dalam peer review) yang melakukan audit

terhadap bank beku operasi dan bank beku kegiatan usaha (Toruan, 2002; Baidaie,

2000). Bahkan dalam kasus ini KAP-KAP besar seperti “Hans Tuannakotta &

Mustofa”, “Prasetio Utomo & Rekan”, “Johan Malonda & Rekan” serta “Hendra

Winata & Rekan” disebut-sebut juga terlibat (lihat Media Akuntansi, 2002).

Kemudian selain itu adalah kasus penggelapan pajak yang melibatkan KAP

“KPMG Sidharta Sidharta & Harsono” (KPMG-SSH) yang menyarankan kepada

kliennya (PT. Easman Christensen/PTEC) untuk melakukan penyuapan kepada aparat

perpajakan Indonesia untuk mendapatkan keringanan atas jumlah kewajiban pajak

yang harus dibayarnya (Sinaga dkk., 2001). Sebuah kasus ironis, oleh karena

pengungkapannya justru dilakukan oleh pemegang otoritas pasar modal Amerika

Serikat (SEC).
Dalam praktik akuntan publik, secara kolektif tindakan dan perilaku etis

akuntan (dan staf profesional di bidang akuntansi) yang bekerja di kantor akuntan

publik akan menggambarkan tindakan dan perilaku etis kantor akuntan publik (KAP)

sebagai organisasi yang menaungi aktifitas profesionalnya. Sebagai sebuah organisasi

bisnis profesional, yang keberadaannya tergantung pada kepercayaan masyarakat,

akuntan dan staf profesional di kantor akuntan publik secara taken for granted harus

mengedepankan etika. Sehingga dalam praktik di organisasi KAP, akomodasi etika

profesi di dalamnya menjadi sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan.

Keberadaan etika profesi dimaksudkan sebagai pemenuhan karakteristik

profesionalisme akuntan sebagai sebuah profesi.

Tetapi dalam realitasnya tentu individu akuntan dan KAP mempunyai pola-

pola tertentu yang unik dalam batasan otonomisnya dalam mempraktikkan etika

profesi tersebut. Demikian pula bahwa praktik profesional di kalangan profesi akuntan

tidaklah terlepas dan saling mengkait dengan keberadaan dan keadaan berbagai

institusi bisnis dan sosial lainnya. Sebagai hasil refleksi atas moralitas, etika dapat

berkembang sesuai praksis kehidupan (struktur sosial) yang melingkupi keberadaan

diri individu (dan kemudian organisasi).

Dimensi refleksif dan praksis moral merupakan suatu keterpaduan yang tidak

begitu saja dapat dipisahkan. Berbagai konteks refleksi moralitas dalam suatu

kehidupan sosial diri akuntan dan para staf profesional, serta juga kehidupan sosial

organisasi KAP, akan sangat mungkin berkembang di luar yang telah terkodifikasikan

dalam suatu kode etik.


Dengan demikian maka praktik etika mempunyai konteks yang luas, di mana

ini terjadi meliputi baik pada dimensi individual, organisasional ataupun sosial.

Pencermatan atas berbagai konteks yang luas ini merupakan sesuatu yang penting

untuk dilakukan.

Akuntan merupakan profesi yang keberadaannya sangat tergantung pada

kepercayaan masyarakat. Sebagai sebuah profesi yang kinerjanya diukur dari

profesionalismenya, akuntan harus memiliki ketrampilan, pengetahuan dan karakter.

Penguasaan ketrampilan dan pengetahuan tidaklah cukup bagi akuntan untuk menjadi

profesional. Karakter diri yang dicirikan oleh ada dan tegaknya etika profesi

merupakan hal penting yang harus dikuasainya pula.

Dengan kompetensi dan independensi akuntan akan dapat membuat

pertimbangan dan keputusan yang tepat menyangkut obyek auditnya. Hal demikian

berkaitan dengan pengertian bahwa audit dimaksudkan untuk memastikan integritas

pengungkapan informasi dalam laporan keuangan, dan ini harus dilakukan oleh

akuntan yang berintegritas. Pengertian ini menunjukkan bahwa integritas begitu

sentralnya bagi profesi akuntansi yang melakukan audit, oleh karena profesi ini

mempertaruhkan integritasnya untuk memberikan kesaksian atas integritas pihak

lainnya (Sudibyo, 2001).

Mengacu pada pekerjaan audit ini, secara umum dapat ditunjukkan bahwa

pekerjaan akuntan merupakan pekerjaan yang sarat dengan acuan normatif dan muatan

moral. Acuan normatif dan muatan moral ini dapat dicermati antara lain pada kode

etik profesi akuntan, standar profesional akuntan publik, dan standar akuntansi

keuangan yang telah dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.


D. PENGARUH ETIKA AUDITOR TERHADAP KUALITAS AUDIT

Audit merupakan proses yang sistematik, independen dan terdokumentasi

untuk memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan

sampai sejauh mana kriteria audit dipenuhi. Perusahaan harus semakin kritis dalam

memilih Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk mengaudit laporan keuangan

perusahaan. Selain digunakan oleh perusahaan, hasil dari audit juga dapat digunakan

oleh pihak luar perusahaan seperti calon investor, investor, kreditor, Bapepam dan

pihak lain yang terkait untuk menilai perusahaan dan mengambil keputusan-keputusan

yang strategik yang berhubungan dengan perusahaan tersebut.

Dalam hal ini akuntan publik berfungsi sebagai pihak ketiga yang

menghubungkan manajemen perusahaan dengan pihak luar perusahaan yang

berkepentingan. Dari profesi akuntan publik, masyarakat mengharapkan penilaian

yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen

perusahaan dalam laporan keuangan (Mulyadi dan Puradireja, 1998).

Oleh karena itu auditor harus menghasilkan audit yang berkualitas sehingga

dapat mengurangi ketidakselarasan yang terjadi antara pihak manajemen dan pemilik.

Banyaknya kasus perusahaan yang “jatuh” kegagalan bisnis yang dikaitkan dengan

kegagalan auditor, hal ini mengancam kredibilitas laporan keuangan.

Berkualitas atau tidaknya pekerjaan auditor akan mempengaruhi kesimpulan

akhir auditor dan secara tidak langsung akan mempengaruhi tepat atau tidaknya

keputusan yang akan diambil oleh pihak luar perusahaan.


Sehingga auditor dituntut rasa kebertanggungjawaban (akuntabilitas) dalam

setiap melaksanankan pekerjaannya dan memiliki sikap professional. Mengingat

peranan auditor sangat dibutuhkan oleh kalangan di dunia usaha, maka auditor

mempunyai kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis mereka terhadap organisasi

dimana mereka bekerja, profesi mereka masyarakat dan diri mereka sendiri (Anni,

2004). Setiap auditor diharapkan memegang teguh etika profesi yang sudah ditetapkan

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), agar situasi persaingan tidak sehat dapat dihindarkan.

Etika akuntan menjadi isu yang sangat menarik. Hal ini seiring terjadinya beberapa

pelanggaran etika yang dilakukan akuntan baik akuntan independen, akuntan intern

perusahaan maupun akuntan pemerintah (Dewi, 2009).

Selain etika profesi yang harus dimiliki, auditor juga harus bertindak sebagai

seorang ahli dalam bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai

dengan pendidikan formal, yang selanjutnya melalui pengalaman dan praktek audit

(SPAP, 2001). Rahmawati dan Winarna (2002) dalam risetnya menemukan fakta

bahwa auditor, expectation gap terjadi karena kurangnya pengalaman dan pengetahuan

yang dimiliki hanya sebatas pada bangku kuliah saja. Pengalaman audit ditunjukkan

dengan jam terbang dalam melakukan prosedur audit terkait dengan pemberian opini

atas laporan auditnya.

Menurut Libby dan Frederick (1990) pengalaman yang dimiliki auditor akan

mempengaruhi kualitas auditnya, mereka menemukan bahwa semakin banyak

pengalaman auditor semakin dapat menghasilkan berbagai dugaan dalam menjelaskan

temuan audit. Karena berbagai alasan seperti diungkapkan di atas, pengalaman kerja

telah dipandang sebagai faktor penting dalam memprediksi kinerja akuntan publik,

dalam hal ini adalah kualitas auditnya.


Faktor lain yang dapat mempengaruhi auditor untuk mengambil keputusan

dalam pemberian opini audit adalah fee audit. Menurut Wanous., dkk (1983) fee audit

merupakan salah satu faktor seorang auditor untuk melaksanakan pekerjaannya.

Menurut Haryono Jusup (2001: 104), besarnya fee audit dapat bervariasi tergantung

antara lain risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang

diperlukan untuk melakukan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan

pertimbangan professional yang lainnya.

Kompleksitas jasa yang dimaksud adalah kompleksitas perusahaan

menyangkut banyaknya anak perusahaan dan jumlah karyawan. Semakin kompleks

klien, semakin sulit untuk mengaudit dan membutuhkan waktu yang lebih lama pula

sehingga fee audit pun semakin tinggi (Hay et al ., 2006).

Chuntao Lie, Frank M. Song dan Sonia M.L.Wong (2005) menyatakan bahwa

KAP yang lebih besar dengan fee audit yang lebih tinggi cenderung memberikan jasa

audit yang lebih berkualitas. Kualitas audit merupakan probabilitas seorang auditor

dalam menemukan dan melaporkan suatu kekeliruan atau penyelewengan yang terjadi

dalam suatu sistem akuntansi klien (Tandiontong, 2016:80). Sebuah kualitas audit

dikatakan berkualitas jika opini yang dikeluarkan oleh auditor mencerminkan kondisi

perusahaan yang sebenarnya (Murti & Firmansyah, 2017).

Etika auditor, akuntabilitas dan skeptisme professional menjadi hal yang

penting dalam kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor. Seorang auditor harus

memiliki kesadaran etis yang tinggi pada saat melaksanakan tugasnya yaitu memeriksa

laporan keuangan. Dengan adanya etika tersebut, pendapat yang dihasilkannya juga

akan sesuai dengan kenyataan yang ada mengenai kondisi keuangan perusahaan yang

diauditnya.
Selain auditor harus memiliki etika, seorang auditor harus memiliki rasa

tanggungjawab (akuntabilitas) atas pekerjaan auditnya sebagai bentuk

mempertahankan kepercayaan publik yang telah di berikan kepadanya. Auditor juga

harus bertanggungjawab atas hasil penelitian bukti-bukti audit yang diberikan klien,

sehingga hasil dari penelitian tersebut dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan

oleh klien.

Jika auditor memiliki akuntabilitas yang tinggi, maka semakin berkualitas hasil

audit yang dihasilkan. Skeptisme professional juga perlu diperhatikan oleh auditor

professional agar hasil atas pemeriksaan laporan keuangan dapat di percaya oleh

pemakai laporan keuangan. Sikap tersebut merupakan suatu kewajiban bagi setiap

auditor dalam kewaspadaan terhadap terjadinya kecurangan yang bisa dilakukan

manajemen, yang selalu mempertanyakan bukti dan menerapkan sikap kehati – hatian.

Pengertian kualitas audit menurut Tandiontong (2016:80), merupakan

probabilitas seorang akuntan publik dalam menemukan dan melaporkan suatu

kekeliruan atau penyelewengan yang terjadi dalam suatu sistem akuntansi klien.

Seorang auditor diharuskan untuk mampu memberikan jaminan bahwa tidak adanya

salah saji yang material atau kecurangan dalam laporan keuangan suatu perusahaan

yang di auditnya.

Sehingga para pengguna laporan keuangan dapat mempercayai hasil laporan

audit dan untuk mengambil keputusan berdasarkan laporan audit yang telah dibuat

oleh auditor tersebut.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Norma Pemeriksaan Akuntan tersebut mencakup: tanggung jawab Akuntan


Publik, unsur-unsur norma pemeriksaan akuntan yang antara lain meliputi: pengkajian
dan penilaian pengendalian intern, bahan pembuktian dan penjelasan informatif, serta
pembahasan mengenai peristiwa kemudian, laporan khusus dan berkas pemeriksaan.
Dalam bertindak bagi kepentingan publik, akuntan publik harus memperhatikan
dan mematuhi ketentuan Kode Etik Akuntan Publik yang diterapkan kepadanya. Kata
profesional menunjuk perbedaan dengan amatiran pada orang yang menyandang suatu
profesi.
Perhatian atas keberlangsungan suatu praktik etika dalam bisnis dan profesi
dewasa ini telah sedemikian berkembang. Situasi ini tidak terlepas dari kenyataan
bahwa bisnis merupakan bidang kehidupan yang rentan atas pelanggaran-pelanggaran
moral. Bidang bisnis yang melibatkan banyak kalangan profesional bahkan seringkali
dianggap sebagai pemicu rusaknya berbagai tatanan kehidupan dalam suatu
masyarakat.
Berkualitas atau tidaknya pekerjaan auditor akan mempengaruhi kesimpulan
akhir auditor dan secara tidak langsung akan mempengaruhi tepat atau tidaknya
keputusan yang akan diambil oleh pihak luar perusahaan. Sehingga auditor dituntut
rasa kebertanggungjawaban (akuntabilitas) dalam setiap melaksanankan pekerjaannya
dan memiliki sikap professional. Mengingat peranan auditor sangat dibutuhkan oleh
kalangan di dunia usaha, maka auditor mempunyai kewajiban untuk menjaga standar
perilaku etis mereka terhadap organisasi dimana mereka bekerja, profesi mereka
masyarakat dan diri mereka sendiri.
DAFTAR PUSTAKA

1. Medianto Suryo & Erik Nugraha (2019):

Mempertahankan Profesionalisme Akuntan Publik Melalui Standar Pengendalian

Mutu. https://www.proceeding.unindra.ac.id/index.php/simponi/article/view/318

2. Syafira Ramadhea Jr (2022):

Literature Review: Etika dan Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Jurnal Akuntansi

Kompetif. https://www.researchgate.net/publication/365042135

3. Sukrisno Agoes (2017): Auditing, Petunjuk Praktis Pemeriksaan Akuntan Oleh

Akuntan Publik, Buku 1 Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat.

4. Ismail, H. A., & Kurniawan, D. (2018): Penerapan Kode Etik Auditor Dalam Menjaga

Kerahasiaan Data Klien: Studi Kasus Kantor Akuntan Publik TGS. Substansi: Sumber

Artikel Akuntansi Auditing Dan Keuangan Vokasi, 2(2), 261–281. jurnal.pknstan.ac.id

https://doi.org/10.35837/subs.v2i2.318.

5. David Setyo Hutomo, Dinda Oktavia Rieuwpassa, Eka Wulandari Putri, & Dhika Maha

Putri (2022): Penerapan Kode Etik Akuntan Publik pada Peningkatan Kualitas Auditor

di Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Akuntansi, Keuangan, dan Ekonomi.

http://conference.um.ac.id/index.php/nsafe/article/view/3063

6. Ludigdo, Unti. Memaknai Etika Profesi Akuntan Indonesia Dengan Pancasila. Pidato

Pengukuhan Guru Besar Bidang Etika Bisnis dan Profesi, (2012).“Mengembangkan

Etika Di Kantor Akuntan Publik: Sebuah Perspektif Untuk Mendorong Perwujudan

Good Governance.” Konferensi Nasional Akuntansi, no. September (2006): 1–20.

http://arikamayanti.lecture.ub.ac.id/files/2014/05/Etika-di-KAP-Unti-Ludigdo.pdf.
7. Rina Y. Asmara & Karina Ayu Ditriani (2009):

Pengaruh Teknologi Informasi terhadap Perkembangan Profesi Akuntansi Di

Indonesia. Jurnal Akuntansi bisnis. https://journal.ubm.ac.id/index.php/akuntansi-

bisnis/article/view/384/368

8. Andreani Hanjani & Rahardja (2014):

Pengaruh Etika Auditor, Pengalaman Auditor, Fee Audit, Dan Motivasi Auditor

Terhadap Kualitas Audit (Studi Pada Auditor Kap Di Semarang). Journal Of

Accounting, https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/accounting

9. Fayi Fawwazi & Apry Linda Diana (2020): Pengaruh Etika Auditor, Akuntabilitas, Dan

Skeptisme Professional Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan

Publik Di Wilayah Bekasi Dan Jakarta Timur). Jurnal Independensi Auditor,

http://repository.stei.ac.id

10. Dewi Zulvia, Nila Sari & Renil Septiano (2017): Persepsi Akuntan Publik Dan

Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kode Etik Profesi Akuntan Pada Kantor Akuntan

Publik Dan Mahasiswa Akuntansi. Jurnal Pundi, Vol. 01, No. 03, ojs.akbpstie.ac.id.

Anda mungkin juga menyukai