DISUSUN OLEH:
NPM :02272111150
KELAS : IVA
TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan, atas
segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan makalah ini bisa terselesaikan
dengan baik, tidak lupa shalawat serta salam selalu tercurah kepada baginda Nabi
Muhammad SAW.
Makalah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengauditan 1
yang dibimbing oleh dosen Yustiana Djaelani, SE., M.Si dengan sub pembahasan
“Standar profesional akuntan publik dan kode etik profesi akuntan publik”. Semoga
makalah ini yang disusun oleh penulis dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca.
pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan dan maka dari pada itu kritik dan
saran sangat saya harapkan untuk mencapai kesempurnaan makalah ini agar lebih baik
lagi, dan atas kritik dan saran saya ucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................3
C. Tujuan.................................................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan.........................................................................................................................
B. Saran...................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
bidang akuntansi, salah satunya di bidang jasa profesi akuntan. Jasa akuntan publik
sangat diperlukan oleh perusahaan dan para pengguna informasi karena pengguna dan
para pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan akan lebih yakin terhadap
kualitas laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh kantor akuntan publik.
lembaga lainnya, menuntut akuntan publik untuk melaksanakan audit atas laporan
keuangan sesuai dengan standar audit yang telah ditetapkan oleh IAPI serta kode etik
Kepercayaan terhadap akuntan publik sering dinodai dengan beberapa kasus yang
Kode Etik Akuntan Indonesia merupakan suatu panduan dan aturan yang
mengatur etika profesi akuntan publik indonesia agar dapat memenuhi tanggungjawab
paralel dengan nama Kode Etik Profesi Akuntan Publik (Indonesia, 2021). Tiga syarat
yang harus dimiliki seorang akuntan publik untuk dianggap profesional adalah
Walaupun sudah ada Kode Etik Profesi Akuntan Publik yang mengatur sikap dan
tindakan akuntan publik, masih banyak pelanggaran dan penyimpangan yang dilakukan
oleh akuntan publik, sehingga hal ini dapat menimbulkan skandal yang mencemarkan
profesi akuntan publik itu sendiri dan menurunkan kepercayaan masyarakat kepada
Menurut Standar Pengendalian Mutu No. 1 menyatakan bahwa setiap KAP harus
menetapkan dan memelihara suatu sistem pengendalian mutu yang mencakup unsur-
unsur sebagai berikut : (a) Tanggung jawab kepemimpinan KAP atas mutu. (b)
Ketentuan etika profesi yang berlaku. (c) Penerimaan dan keberlanjutan hubungan
dengan klien dan perikatan tertentu. (d) Sumber daya manusia. (e) Pelaksanaan
perikatan. (f) Pemantauan. Tujuan KAP dalam menetapkan dan memelihara sistem
pengendalian mutu adalah untuk memberi keyakinan memadai bahwa KAP dan
personalnya mematuhi standar profesi, serta ketentuan hukum dan peraturan yang
berlaku dan Laporan yang diterbitkan oleh KAP telah sesuai dengan kondisinya.
Apabila terjadi pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi Akuntan Publik, maka
akuntan publik harus melaksanakan evaluasi dan dampak dari pelanggaran tersebut.
Setelah itu, akuntan publik harus bertindak dengan cepat untuk mengatasi dampak yang
terjadi akibat pelanggaran tersebut dan membuat keputusan apakah akan melaporkan
mengenai pelanggaran tersebut kepada pihak yang terkait atau tidak, seperti asosiasi
3. Apa saja yang menyebabkan terjadinya pelanggaran etika bisnis dan profesi di
C. Tujuan
Dari uraian rumusan masalah maupun latar belakang diatas, tujuan dari makalah
3. Faktor yang menyebabkan terjadinya pelanggaran etika bisnis dan profesi di kantor
akuntan publik.
Dimulai dari latar belakang Belanda menjajah Indonesia yaitu untuk mengeruk sumber
daya alam yang dimiliki Indonesia, mulailah mengalir dana besar ke pemerintah
Belanda. Dari situlah orang-orang Belanda yang berprofesi sebagai akuntan publik
masuk ke wilayah Indonesia. Orang Indonesia pun mulai terpengaruh dan mulai
tetapi juga bidang-bidang lain, seperti kesehatan, pendidikan, pemerintahan, dan lain-
lain. Dengan teknologi yang berkembang di sisi lain, profesi akuntansi yang terfokus
pada pembukuan secara manual dapat terpengaruh secara langsung. Semakin maju
akuntansi.
Profesi akuntansi terbagi menjadi tiga sesuai dengan fungsinya, yaitu akuntan
publik, akuntan swasta, dan bidang spesialisasi akuntan. Akuntan publik (public
accountant) adalah akuntan yang memberikan jasa akuntansi berdasarkan honor (fee)
yang bentuknya dapat berupa perorangan atau kelompok yang terdiri dari berbagai staf
anggota.
Akuntan publik yang telah memenuhi pendidikan negara, berpengalaman, dan
lulus ujian dapat menjadi Akuntan Publik Bersertifikat (Certified Public Accountant).
Sedangkan akuntan swasta (private accountant) adalah akuntan yang bekerja pada
perusahaan atau organisasi nirlaba. Sering disebut sebagai akuntansi manajemen karena
berhubungan dengan manajemen suatu perusahaan. Namun jika akuntan swasta bekerja
Dalam tahun 1972, untuk pertama kalinya Ikatan Akuntan Indonesia berhasil
menerbitkan Norma Pemeriksaan Akuntan, yang disahkan dalam Kongres ke III Ikatan
Akuntan Publik, unsur-unsur norma pemeriksaan akuntan yang antara lain meliputi:
informatif, serta pembahasan mengenai peristiwa kemudian, laporan khusus dan berkas
pemeriksaan.
norma tersebut. Untuk melaksanakan tugas tersebut, telah dibentuk Komite Norma
yang anggotanya berasal dari unsur-unsur akuntan pendidik, akuntan publik dan
akuntan pemerintah.
disempurnakan pada tanggal 11 Maret 1984. Pada tanggal 19 April 1986, Norma
Pemeriksaan Akuntan yang telah diteliti dan disempurnakan oleh Tim Pengesahan,
disahkan oleh Pengurus Pusat Ikatan Akuntan Indonesia (PPIAI) sebagai norma
Akuntan, Edisi revisi yang memasukan suplemen no. 1 sampai dengan no. 12 dan
Dalam kongres ke VII Ikatan Akuntan Indonesia tahun 1994, disahkan Standar
Selama tahun 1999 Dewan melakukan perubahan besar atas Standar Profesional
Akuntan Publik per 1 Agustus 1994 dan menerbitkannya dalam buku yang diberi judul
Standar Profesional Akuntan Publik per 1 Januari 2001. Standar Profesional Akuntan
Kompartemen Akuntan Publik yang merupakan aturan normal yang wajib dipenuhi
oleh akuntan publik. Akuntansi keperilakuan merupakan bagian dari disiplin ilmu
akuntansi yang mengkaji hubungan antara perilaku manusia dan sistem akuntansi, serta
dimensi keperilakuan dari organisasi dimana manusia dan sistem akuntansi itu berada
perilaku akuntan atau non-akuntan yang dipengaruhi oleh fungsi-fungsi akuntansi dan
pelaporan.
keputusan akuntan dan auditor, pengaruh dari fungsi akuntansi (misalnya partisipasi
penganggaran, keketatan anggaran dan karakter sistem informasi) dan fungsi auditing
Kasdin Sihotang (2016, 262) menjelaskan “kode etik adalah aturan-aturan yang
menjadi pegangan dalam menjalankan suatu profesi tertentu. Kode etik menjadi
Kasdin Sihotang (2016, 27) menyebutkan ada enam ciri-ciri umum profesi yaitu
kesetiaan menjalankan kode etik, mengandalkan hidup dari profesi, mengabdi pada
menyandang suatu profesi. Pada seksi 100 Kode Etik Akuntan Publik tentang
PrinsipPrinsip Dasar Etika Profesi disebutkan bahwa salah satu unsur pembeda antara
akuntan publik dengan profesi lainnya adalah dalam hal tanggung jawab secara profesi
Hal ini mengisyaratkan bahwa akuntan publik tidak hanya menjaga kepentingan
klien, tetapi juga kepentingan publik secara umum. Dalam bertindak bagi kepentingan
publik, akuntan publik harus memperhatikan dan mematuhi ketentuan Kode Etik
Profesi disebutkan bahwa salah satu unsur pembeda antara akuntan publik dengan
profesi lainnya adalah dalam hal tanggung jawab secara profesi oleh akuntan publik
memberikan jasa layanan di bidang akuntansi dan audit, seperti jasa audit, pembukuan,
dan reviu. Akuntan publik dalam menjalankan profesinya dapat berhimpun dalam suatu
Kantor Akuntan Publik (KAP). Salah satu jasa profesional yang diberikan oleh KAP
Dengan adanya kode etik ini membuat masyarakat dapat melihat dan menilai
sejauh mana para auditor menjalankan standar-standar perilaku yang telah ditetapkan.
Selain itu kode etik tersebut dibuat untuk mengatur tingkah laku seorang profesi
akuntan publik agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Apabila profesi akuntan
publik menerapkan standar mutu yang tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan audit,
maka kepercayaan masyarakat terhadap mutu audit akan lebih tinggi (Mulyadi, 2002).
perekonomian saat ini sudah sangat pesat yang mengharuskan persaingan dalam setiap
menyediakan jasa auditor untuk menghasilkan laporan keuangan yang handal. Seorang
auditor dituntut untuk lebih profesional dalam menjalankan tugas dan tanggung
Salah satu sikap untuk menjadi auditor yang profesional adalah dengan
menerapkan dan mematuhi kode etik yang dijadikan sebagai pedoman atau prinsip.
Sehingga dari hal ini dibentuklah suatu kode etik akuntan yang mana di dalam memuat
norma, nilai, aturan yang secara tegas menyatakan hal-hal yang benar dan baik serta
sebaliknya.
Dengan adanya kode etika ini diharapkan dapat memberikan arahan para pelaku
profesi untuk memiliki karakter dan dasar profesi serta karakter yang profesional,
Perhatian atas keberlangsungan suatu praktik etika dalam bisnis dan profesi
dewasa ini telah sedemikian berkembang. Situasi ini tidak terlepas dari kenyataan
moral. Bidang bisnis yang melibatkan banyak kalangan profesional bahkan seringkali
masyarakat.
perhatian atas berlangsungnya etika seharusnya menjadi sesuatu yang utama. Dalam
banyak pihak pada berbagai aspek kunci dari etika profesi akuntan.
sehingga dalam hal ini memaksa Kongres Amerika Serikat turun tangan untuk
Krisis moral dalam dunia bisnis yang sangat fenomenal pada dekade ini adalah
kasus “Enron”, yang di dalamnya melibatkan salah satu the big five accounting firm
“Arthur Anderson”. Suatu kasus yang sedemikian kompleks, yang kemudian diikuti
Worldcom.
Kasus-kasus skandal keuangan ini tidak saja berakibat pada menurunnya
saham di Wall Street dan indeks harga saham Dow Jones), tetapi kemudian juga
Amerika Serikat untuk meninjau kembali perangkat hukum yang mengatur perusahaan
(korporat) dan praktik akuntan publik. Sementara itu di Indonesia kasus-kasus serupa
juga terjadi, misalnya kasus audit PT Telkom oleh KAP “Eddy Pianto & Rekan”
Dalam kasus ini laporan keuangan auditan PT Telkom tidak diakui oleh SEC
(pemegang otoritas pasar modal di Amerika Serikat), dan atas peristiwa ini audit ulang
diminta untuk dilakukan oleh KAP yang lainnya. Kasus lainnya yang cukup menarik
adalah keterlibatan10 KAP (jumlah sample dalam peer review) yang melakukan audit
terhadap bank beku operasi dan bank beku kegiatan usaha (Toruan, 2002; Baidaie,
2000). Bahkan dalam kasus ini KAP-KAP besar seperti “Hans Tuannakotta &
Mustofa”, “Prasetio Utomo & Rekan”, “Johan Malonda & Rekan” serta “Hendra
Winata & Rekan” disebut-sebut juga terlibat (lihat Media Akuntansi, 2002).
Kemudian selain itu adalah kasus penggelapan pajak yang melibatkan KAP
yang harus dibayarnya (Sinaga dkk., 2001). Sebuah kasus ironis, oleh karena
Serikat (SEC).
Dalam praktik akuntan publik, secara kolektif tindakan dan perilaku etis
akuntan (dan staf profesional di bidang akuntansi) yang bekerja di kantor akuntan
publik akan menggambarkan tindakan dan perilaku etis kantor akuntan publik (KAP)
akuntan dan staf profesional di kantor akuntan publik secara taken for granted harus
Tetapi dalam realitasnya tentu individu akuntan dan KAP mempunyai pola-
pola tertentu yang unik dalam batasan otonomisnya dalam mempraktikkan etika
profesi tersebut. Demikian pula bahwa praktik profesional di kalangan profesi akuntan
tidaklah terlepas dan saling mengkait dengan keberadaan dan keadaan berbagai
institusi bisnis dan sosial lainnya. Sebagai hasil refleksi atas moralitas, etika dapat
Dimensi refleksif dan praksis moral merupakan suatu keterpaduan yang tidak
begitu saja dapat dipisahkan. Berbagai konteks refleksi moralitas dalam suatu
kehidupan sosial diri akuntan dan para staf profesional, serta juga kehidupan sosial
organisasi KAP, akan sangat mungkin berkembang di luar yang telah terkodifikasikan
ini terjadi meliputi baik pada dimensi individual, organisasional ataupun sosial.
Pencermatan atas berbagai konteks yang luas ini merupakan sesuatu yang penting
untuk dilakukan.
Penguasaan ketrampilan dan pengetahuan tidaklah cukup bagi akuntan untuk menjadi
profesional. Karakter diri yang dicirikan oleh ada dan tegaknya etika profesi
pertimbangan dan keputusan yang tepat menyangkut obyek auditnya. Hal demikian
pengungkapan informasi dalam laporan keuangan, dan ini harus dilakukan oleh
sentralnya bagi profesi akuntansi yang melakukan audit, oleh karena profesi ini
Mengacu pada pekerjaan audit ini, secara umum dapat ditunjukkan bahwa
pekerjaan akuntan merupakan pekerjaan yang sarat dengan acuan normatif dan muatan
moral. Acuan normatif dan muatan moral ini dapat dicermati antara lain pada kode
etik profesi akuntan, standar profesional akuntan publik, dan standar akuntansi
untuk memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan
sampai sejauh mana kriteria audit dipenuhi. Perusahaan harus semakin kritis dalam
perusahaan. Selain digunakan oleh perusahaan, hasil dari audit juga dapat digunakan
oleh pihak luar perusahaan seperti calon investor, investor, kreditor, Bapepam dan
pihak lain yang terkait untuk menilai perusahaan dan mengambil keputusan-keputusan
Dalam hal ini akuntan publik berfungsi sebagai pihak ketiga yang
yang bebas dan tidak memihak terhadap informasi yang disajikan oleh manajemen
Oleh karena itu auditor harus menghasilkan audit yang berkualitas sehingga
dapat mengurangi ketidakselarasan yang terjadi antara pihak manajemen dan pemilik.
Banyaknya kasus perusahaan yang “jatuh” kegagalan bisnis yang dikaitkan dengan
akhir auditor dan secara tidak langsung akan mempengaruhi tepat atau tidaknya
peranan auditor sangat dibutuhkan oleh kalangan di dunia usaha, maka auditor
mempunyai kewajiban untuk menjaga standar perilaku etis mereka terhadap organisasi
dimana mereka bekerja, profesi mereka masyarakat dan diri mereka sendiri (Anni,
2004). Setiap auditor diharapkan memegang teguh etika profesi yang sudah ditetapkan
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), agar situasi persaingan tidak sehat dapat dihindarkan.
Etika akuntan menjadi isu yang sangat menarik. Hal ini seiring terjadinya beberapa
pelanggaran etika yang dilakukan akuntan baik akuntan independen, akuntan intern
Selain etika profesi yang harus dimiliki, auditor juga harus bertindak sebagai
seorang ahli dalam bidang akuntansi dan auditing. Pencapaian keahlian dimulai
dengan pendidikan formal, yang selanjutnya melalui pengalaman dan praktek audit
(SPAP, 2001). Rahmawati dan Winarna (2002) dalam risetnya menemukan fakta
bahwa auditor, expectation gap terjadi karena kurangnya pengalaman dan pengetahuan
yang dimiliki hanya sebatas pada bangku kuliah saja. Pengalaman audit ditunjukkan
dengan jam terbang dalam melakukan prosedur audit terkait dengan pemberian opini
Menurut Libby dan Frederick (1990) pengalaman yang dimiliki auditor akan
temuan audit. Karena berbagai alasan seperti diungkapkan di atas, pengalaman kerja
telah dipandang sebagai faktor penting dalam memprediksi kinerja akuntan publik,
dalam pemberian opini audit adalah fee audit. Menurut Wanous., dkk (1983) fee audit
Menurut Haryono Jusup (2001: 104), besarnya fee audit dapat bervariasi tergantung
antara lain risiko penugasan, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang
diperlukan untuk melakukan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang bersangkutan dan
klien, semakin sulit untuk mengaudit dan membutuhkan waktu yang lebih lama pula
Chuntao Lie, Frank M. Song dan Sonia M.L.Wong (2005) menyatakan bahwa
KAP yang lebih besar dengan fee audit yang lebih tinggi cenderung memberikan jasa
audit yang lebih berkualitas. Kualitas audit merupakan probabilitas seorang auditor
dalam menemukan dan melaporkan suatu kekeliruan atau penyelewengan yang terjadi
dalam suatu sistem akuntansi klien (Tandiontong, 2016:80). Sebuah kualitas audit
dikatakan berkualitas jika opini yang dikeluarkan oleh auditor mencerminkan kondisi
penting dalam kualitas audit yang dihasilkan oleh auditor. Seorang auditor harus
memiliki kesadaran etis yang tinggi pada saat melaksanakan tugasnya yaitu memeriksa
laporan keuangan. Dengan adanya etika tersebut, pendapat yang dihasilkannya juga
akan sesuai dengan kenyataan yang ada mengenai kondisi keuangan perusahaan yang
diauditnya.
Selain auditor harus memiliki etika, seorang auditor harus memiliki rasa
harus bertanggungjawab atas hasil penelitian bukti-bukti audit yang diberikan klien,
sehingga hasil dari penelitian tersebut dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan
oleh klien.
Jika auditor memiliki akuntabilitas yang tinggi, maka semakin berkualitas hasil
audit yang dihasilkan. Skeptisme professional juga perlu diperhatikan oleh auditor
professional agar hasil atas pemeriksaan laporan keuangan dapat di percaya oleh
pemakai laporan keuangan. Sikap tersebut merupakan suatu kewajiban bagi setiap
manajemen, yang selalu mempertanyakan bukti dan menerapkan sikap kehati – hatian.
kekeliruan atau penyelewengan yang terjadi dalam suatu sistem akuntansi klien.
Seorang auditor diharuskan untuk mampu memberikan jaminan bahwa tidak adanya
salah saji yang material atau kecurangan dalam laporan keuangan suatu perusahaan
yang di auditnya.
audit dan untuk mengambil keputusan berdasarkan laporan audit yang telah dibuat
A. Kesimpulan
Mutu. https://www.proceeding.unindra.ac.id/index.php/simponi/article/view/318
Literature Review: Etika dan Kode Etik Profesi Akuntan Publik. Jurnal Akuntansi
Kompetif. https://www.researchgate.net/publication/365042135
4. Ismail, H. A., & Kurniawan, D. (2018): Penerapan Kode Etik Auditor Dalam Menjaga
Kerahasiaan Data Klien: Studi Kasus Kantor Akuntan Publik TGS. Substansi: Sumber
https://doi.org/10.35837/subs.v2i2.318.
5. David Setyo Hutomo, Dinda Oktavia Rieuwpassa, Eka Wulandari Putri, & Dhika Maha
Putri (2022): Penerapan Kode Etik Akuntan Publik pada Peningkatan Kualitas Auditor
http://conference.um.ac.id/index.php/nsafe/article/view/3063
6. Ludigdo, Unti. Memaknai Etika Profesi Akuntan Indonesia Dengan Pancasila. Pidato
http://arikamayanti.lecture.ub.ac.id/files/2014/05/Etika-di-KAP-Unti-Ludigdo.pdf.
7. Rina Y. Asmara & Karina Ayu Ditriani (2009):
bisnis/article/view/384/368
Pengaruh Etika Auditor, Pengalaman Auditor, Fee Audit, Dan Motivasi Auditor
Accounting, https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/accounting
9. Fayi Fawwazi & Apry Linda Diana (2020): Pengaruh Etika Auditor, Akuntabilitas, Dan
Skeptisme Professional Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan
http://repository.stei.ac.id
10. Dewi Zulvia, Nila Sari & Renil Septiano (2017): Persepsi Akuntan Publik Dan
Mahasiswa Akuntansi Terhadap Kode Etik Profesi Akuntan Pada Kantor Akuntan
Publik Dan Mahasiswa Akuntansi. Jurnal Pundi, Vol. 01, No. 03, ojs.akbpstie.ac.id.