Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

TUGAS ETIKA BISNIS

KASUS PEMBOBOL BANK BNI Rp 1,7 Triliun

OLEH

RESMITA KESYA TUMANAN

2019041034009

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAM BISNIS

UNIVERSITAS CENDERAWASIH

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena oleh kasih dan karunia-Nyalah penulis dapat merampungkan makalah ini
hingga selesai. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui penyebab
kasus Kasus pembobol Bank BNI Rp 1,7 triliun etika profesi akuntansi. Makalah
ini sajikan berdasarkan pengamatan serta pengetahuan dari berbagai sumber.
Makalah ini juga penulis susun dengan tujuan memenuhi tugas mata kuliah Etika
Profesi Akuntansi.

Penulis menyusun makalah ini dengan penuh berbagai rintangan, oleh


karena itu penulis mengucapkan terima kasih yag pertama kepada Tuhan Yang
Maha Esa atas pertolongan-Nya kepada penulis selama merampungkan makalah
ini. Penulis juga berterima kasih kepada dosen mata kuliah Etika Profesi yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.

Tentunya makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan, untuk itu penulis
memohon saran dan kritik. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang
lebih luas dan dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih

Jayapura, 4 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah..........................................................................................................1
1.4 Rumusan Masalah....................................................................................................................4
1.5 Tujuan Penelitian.....................................................................................................................4
1.6 Manfaat Penelitian...................................................................................................................5
BAB II RINGKASAN KASUS........................................................................................................5
2.1 Kerangk Teori..........................................................................................................................6
2.1 Profil Singkat Bank BNI..........................................................................................................6
2.1.1 Ringkasan Kasus.............................................................................................................6
2.1.2 Kronologi........................................................................................................................6
2.1.3 Perikatan yang Timbul.................................................................................................12
2.1.4 Pelanggaran/Penyimpangan yang Terjadi....................................................................12
2.1.5 Pelanggaran terhadap UCP 500....................................................................................12
2.1.6. Penyimpangan terhadap Kebiasaan dan Best Practice di dunia perbankan.................13
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN........................................................................................12
DAFTAR ISI...................................................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam perkembangannya, kegiatan transaksi perdagangan luar negeri yang meliputi
transaksi ekspor dan impor barang maupun jasa mengalami perkembangan dalam metode
pembayaran dan penjaminannya. Transaksi ekspor dan impor dapat dilaksanakan dengan baik,
apabila hubungan pembayarannya yang lazim dilakukan dengan cara tidak langsung melalui jasa
perbankan dapat diselenggarakan dengan lancar dan terjamin bagi semua pihak. Pada saat ini
cara pembayaran ideal yang sering digunakan diantaranya Letter of Credit (L/C) atau Surat
Kredit Berdokumen (SKB). Kegiatan pelaksanaan transaksi perdagangannya melibatkan
kegiatan jasa perbankan yang masing-masing berada di negara berlainan, sehingga diperlukan
adanya kesesuaian peraturan yang mengandung sifat keseragaman baik dalam cara maupun
mengenai pengertiannya antar bank-bank tersebut.
Perkembangan tata cara dan sistem pembayaran ibarat pisau bermata dua, di satu sisi
memberikan manfaat yang luar biasa terhadap bidang perekonomian dan bisnis, di sisi lain
meningkatkan risiko adanya penyimpangan penggunaan sistem tersebut untuk tujuan jahat
(Husein, 2006). Beberapa jenis kejahatan di bidang ekonomi yang memanfaatkan sistem tersebut
antara lain penerbitan L/C fiktif (Kurniawan, 2012).
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di muka, maka perumusan masalah yang
dapat diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apa saja perikatan yang timbul diantara para pihak yang terlibat dalam transaksi L/C ?
2. Apa saja pelanggaran/penyimpangan yang terjadi dalam penanganan transaksi L/C-L/C
tersebut di Bank BNI ?
3. Apa saja upaya-upaya yang dapat dilakukan agar kejadian serupa tidak terulang kembali
di Bank BNI pada masa-masa yang akan datang ?
1.3 Tujuan penulisan masalah
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memberikan wawasan yang
utuh, komprehensip dan mendalam tentang Transaksi Letter of Credit.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kerangka Teori


1. Etika Profesi Akuntansi
Etika berasal dari dari kata Yunani ‘Ethos’ (jamak – ta etha), berarti adat istiadat
Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada
suatu masyarakat.Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata cara hidup yg baik, aturan hidup
yg baik dan segala kebiasaan yg dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain
atau dari satu generasi ke generasi yg lain.

Di dalam akuntansi juga memiliki etika yang harus di patuhi oleh setiap
anggotanya. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan dan
aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik, bekerja di
lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia
pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya.

Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan standar


profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan orientasi kepada
kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat empat kebutuhan dasar
yang harus dipenuhi:

 Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem


informasi.
 Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat diidentifikasikan
oleh pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di bidang akuntansi.
 Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari
akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.
 Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat
kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh akuntan
Sedangkan Prinsip Etika Profesi Akuntan :
1) Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap anggota
harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam
semua kegiatan yang dilakukannya.
2) Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan public dan menunjukkan
komitmen atas profesionalisme.
3) Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus
memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.
4) Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya tkngan kehati-hatian,
kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang
diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh
matifaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan
praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
6) Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau
kewajiban professional atau hukum untuk mengungkapkannya.
7) Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang
baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8) Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar
teknis dan standar proesional yang relevan. Sesuai dengan keahliannya dan
dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk melaksanakan
penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut sejalan dengan prinsip
integritas dan obyektivitas.

1. Basis Teori Etika


a. Etika Teleologi

Teleologi berasal dari bahasa Yunani yaitu telos yang memiliki arti
tujuan. Dalam hal mengukur baik buruknya suatu tindakan yaitu berdasarkan
tujuan yang akan dicapai atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan dari
tindakan yang telah dilakukan.

b. Deontologi

Deontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu deon yang memiliki arti
kewajiban. Jika terdapat pertanyaan “Mengapa perbuatan ini baik dan
perbuatan itu harus ditolak karena buruk?”. Maka Deontologi akan menjawab
“karena perbuatan pertama menjadi kewajiban kita dank arena perbuatan kedua
dilarang”. Pendekatan deontologi sudah diterima oleh agama dan merupakan
salah satu teori etika yang penting.

c. Teori Hak

Dalam pemikiran moral saat ini, teori hak merupakan pendekatan yang
paling banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau
perilaku. Teori hak ini merupaka suatu aspek dari teori deontologi karena
berkaitan dengan kewajiban. Hak didasarkan atas martabat manusia dan
martabat semua manusia adalah sama. Oleh karena itu, hak sangat cocok
dengan suasana pemikiran demokratis.

d. Teori Keutamaan ( Virtue )

Dalam teori keutamaan memandang sikap atau akhlak seseorang.


Keutamaan bisa didefinisikan sebagai disposisi watak yang telah diperoleh
seseorang dan memungkinkan seseorang untuk bertingkah laku baik secara
moral.Contoh sifat yang dilandaskan oleh teori keutamaan yaitu kebijaksanaan,
keadilan, suka bekerja keras dan hidup yang baik.

2.2 Profil Singkat Bank BNI


Bank BNI didirikan pada tahun 1946. Perusahaan publik ini mayoritas sahamnya
dimiliki oleh Pemerintah Republik Indonesia. Bank BNI merupakan bank terbesar nomor
3 di Indonesia setelah Bank Mandiri dan BCA dengan total aset pada tahun 2003 sebesar
IDR. 131,49 triliun.
Visi  : Menjadi Bank kebanggaan nasional yang unggul dalam layanan dan kinerja
Misi : Memaksimalkan stakeholder value dengan menyediakan solusi keuangan yang
fokus pada segmen pasar korporasi, komersial dan konsumer Budaya Perusahaan
1. BNI adalah bank umum berstatus perusahaan publik.
2. BNI berorientasi kepada pasar dan pembangunan nasional.
3. BNI secara terus menerus membina hubungan yang saling menguntungkan
dengan nasabah dan mitra usaha.
4. BNI mengakui peranan dan menghargai kepentingan pegawai.
5. BNI mengupayakan terciptanya semangat kebersamaan agar pegawai
melaksanakan tugas dan kewajiban secara profesional.
2.1.1 Ringkasan Kasus
Awal terbongkarnya kasus menghebohkan ini tatkala BNI melakukan audit
internal pada bulan Agustus 2003. Dari audit itu diketahui bahwa ada posisi euro
yang gila-gilaa besarnya, senilai 52 juta euro. Pergerakan posisi euro dalam jumlah
besar mencurigakan karena peredaran euro di Indonesia terbatas dan kinerja euro
yang sedang baik pada saat itu. Dari audit akhirnya diketahui ada pembukaan L/C
yang amat besar dan negara bakal rugi lebih satu triliun rupiah.
Penjelasan mengenai L/C fiktif BNI tersebut adalah sebagai berikut :
- Waktu kejadian : Juli 2002 s/d Agustus 2003
- Opening Bank : Rosbank Switzerland, Dubai Bank Kenya Ltd, The Wall Street
Banking Corp, dan Middle East Bank Kenya Ltd.
-  Total Nilai L/C : USD.166,79 juta & EUR 56,77 juta atau sekitar Rp. 1,7 trilyun
-  Beneficiary/Penerima L/C : 11 perusahaan dibawah Gramarindo Group dan 2
perusahaan dibawah Petindo Group
-  Barang Ekspor : Pasir Kuarsa dan Minyak Residu
-  Tujuan Ekspor : Congo dan Kenya
-   Skim : Usance L/C
2.2.1 Kronologi :
1. Bank BNI Cabang Kebayoran Baru menerima 156 buah L/C dengan Issuing Bank
: Rosbank Switzerland, Dubai Bank Kenya Ltd, The Wall Street Banking Corp,
dan Middle East Bank Kenya Ltd. Oleh karena BNI belum mempunyai hubungan
koresponden langsung dengan sebagian bank tersebut di atas, mereka memakai
bank mediator yaitu American Express Bank dan Standard Chartered Bank.
2. Beneficiary mengajukan permohonan diskonto wesel ekspor berjangka (kredit
ekspor) atas L/C-L/C tersebut di atas kepada BNI dan disetujui oleh pihak BNI.
Gramarindo Group menerima Rp 1,6 trilyun dan Petindo Group menerima Rp 105
milyar. 3. Setelah beberapa tagihan tersebut jatuh tempo, Opening Bank tidak bisa
membayar kepada BNI dan nasabahpun tidak bisa mengembalikan hasil ekspor
yang sudah dicairkan sebelumnya.
3. Setelah diusut pihak kepolisian, ternyata kegiatan ekspor tersebut tidak pernah
terjadi.
4. Gramarindo Group telah mengembalikan sebesar Rp 542 milyar, sisanya (Rp 1.2
trilyun) merupakan potensi kerugian BNI.
Dalam menanggapi kasus ini manajemen Bank BNI mengatakan bahwa tidak
ada ekspor fiktif dan belum ada kerugian, tetapi yang ada hanya potensi kerugian
(potential losses).
Pertanyaannya adalah apakah mungkin kerugian sebesar itu terjadi tanpa
ekspor fiktif ? Minimnya informasi mengenai sistem pembayaran perdagangan
internasional melalui letter of credit (L/C) menimbulkan semakin banyaknya
pertanyaan mengenai kasus pembobolan Bank BNI.
Dalam perdagangan internasional, sistem pembayaran dengan menggunakan
Letter of Credit (atau disingkat L/C) adalah sistim yang paling baik dan fair baik bagi
eksportir maupun importir. L/C merupakan sistem yang paling lazim digunakan para
eksportir dan importir karena dalam pelaksanaan L/C, semua pihak, termasuk bank,
hanya berurusan dengan dokumen, bukan dengan barang, jasa, atau pelaksanaan lainnya
yang berkaitan dengan dokumen bersangkutan. Dengan menggunakan L/C para pihak
mendapatkan perlakuan fair, karena kepemilikan atas barang yang diperdagangkan baru
dapat berpindah tangan jika semua pihak telah memenuhi kewajibannya.

Definisi-Definisi dalam Transaksi Letter of Credit


Pada umumnya L/ C digunakan untuk membiayai penjualan barang/jasa jarak
jauh antara eksportir dan importir. Definisi L/C menurut CFG Sunaryati Hartono :
”Secara harfiah L/C dapat diterjemahkan sebagai Surat Hutang atau Surat Piutang atau
Surat Tagihan, tetapi sebenarnya L/C lebih merupakan janji akan dilakukan
pembayaran,apabila dan setelah terpenuhi syarat-syarat”
Bank Indonesia memberikan definisi mengenai L/C sbb :
”Letter of Credit adalah janji dari issuing bank untuk membayar sejumlah uang kepada
eksportir sepanjang ia dapat memenuhi syarat dan kondisi Letter of Credit tersebut”
Sedangkan menurut Uniform Customs and Practice for Documentary Credit, ICC
Publication No. 500 tahun 1993 (UCP 500), definisi L/C adalah : ”Setiap perjanjian,
apapun namanya atau maksudnya, dimana suatu bank (Issuing Bank atau bank penerbit)
bertindak atas permintaan dan instruksi seorang nasabah (Applicant/pembuka) atau atas
namanya sendiri, untuk melakukan pembayaran kepada pihak ketiga atau kuasanya
(orang yang ditunjuk oleh beneficiary/penerima L/C) atau memberikan kuasa kepada
bank lain untuk melakukan pembayaran, atau untuk mengaksep dan membayar bill of
exchange/wesel, atau memberi kuasa kepada bank lain untuk menegosiasi atas
penyerahan dokumen-dokumen yang ditetapkan, asalkan memenuhi persyaratan dan
kondisi L/C”

Berikut ini diuraikan definisi istilah-istilah dalam kaitannya dengan transaksi


ekspor dan impor menggunakan L/C :
1. Applicant atau Pemohon adalah pihak yang mengajukan permohonan
penerbitan/pembukaan L/C applicant biasanya adalah importir.
2. Issuing Bank/Opening Bank atau Bank Penerbit adalah bank yang diminta oleh
applicant untuk menerbitkan L/C.
3. Advising Bankatau Bank Penerus adalah bank koresponden dari Issuing Bank yang
diminta untuk meneruskan L/C kepada eksportir.
4. Negotiating Bank atau Bank Penegosiasi adalah bank yang diberi kuasa oleh Issuing
Bank untuk membayar sejumlah uang kepada beneficiary, sepanjang beneficiary telah
menyerahkan dokumen-dokumen ekspor yang sesuai dengan syarat dan kondisi L/C
5. Benefiary atau Penerima adalah pihak yang menerima L/C dan biasanya juga adalah
eksportir.
6. Confirming Bank adalah bank yang ditunjuk oleh Issuing Bank untuk melakukan
pembayaran dalam hal Issuing Bank cidera janji tidak melakukan pembayaran,
sepanjang syarat dan kondisi L/C telah terpenuhi.
7. Sight L/C adalah L/C yang mensyaratkan pembayaran atas unjuk, dimana kewajiban
bank untuk melakukan pembayaran adalah pada saat dokumen-dokumen diajukan
kepadanya.
8. Usance L/C mensyaratkan pembayaran berjangka, dimana bank berkewajiban untuk
membayar pada waktu tertentu pada masa yang akan datang, misalnya : 180 hari
setelah tanggal B/L.
9. Negosiasi adalah pembelian dokumen oleh Negotiating Bank disertai pembayaran
kepada beneficiary.
10. Applicant atau Pemohon adalah pihak yang mengajukan permohonan
penerbitan/pembukaan L/C applicant biasanya adalah importir.
11. Issuing Bank/Opening Bank atau Bank Penerbit adalah bank yang diminta oleh
applicant untuk menerbitkan L/C.
12. Advising Bankatau Bank Penerus adalah bank koresponden dari Issuing Bank yang
diminta untuk meneruskan L/C kepada eksportir.
13. Negotiating Bank atau Bank Penegosiasi adalah bank yang diberi kuasa oleh Issuing
Bank untuk membayar sejumlah uang kepada beneficiary, sepanjang beneficiary telah
menyerahkan dokumen-dokumen ekspor yang sesuai dengan syarat dan kondisi L/C
14. Benefiary atau Penerima adalah pihak yang menerima L/C dan biasanya juga adalah
eksportir.
15. Confirming Bank adalah bank yang ditunjuk oleh Issuing Bank untuk melakukan
pembayaran dalam hal Issuing Bank cidera janji tidak melakukan pembayaran,
sepanjang syarat dan kondisi L/C telah terpenuhi.
16. Sight L/C adalah L/C yang mensyaratkan pembayaran atas unjuk, dimana kewajiban
bank untuk melakukan pembayaran adalah pada saat dokumen-dokumen diajukan
kepadanya.
17. Usance L/C mensyaratkan pembayaran berjangka, dimana bank berkewajiban untuk
membayar pada waktu tertentu pada masa yang akan datang, misalnya : 180 hari
setelah tanggal B/L.
18. Negosiasi adalah pembelian dokumen oleh Negotiating Bank disertai pembayaran
kepada beneficiary.

2.1.3 Perikatan yang Timbul


Perikatan-perikatan yang timbul di antara para pihak yang terlibat dalam transaksi L/C
adalah sebagai berikut :
1. Antara Pemohon dan Beneficiary dalam bentuk Kontrak :
-  kewajiban pemohon untuk membayar senilai barang yang dikirimkan oleh penjual
sesuai kesepakatan
-  kewajiban beneficiary untuk mengirimkan barang yang dipesan sampai ketempat
yang telah disepakati.
2. Antara Pemohon dan Issuing Bank dalam bentuk Aplikasi L/C :
- kewajiban pemohon untuk membayar dengan tepat waktu senilai dokumen yang
sudah diterima dan diperiksa oleh Issuing Bank.
- kewajiban Issuing Bank untuk menerbitkan L/C sesuai instruksi pemohon dan
melakukan pemeriksaan dokumen impor yang diterimanya
3. Antara Issuing Bank dan Beneficiary dalam bentuk L/C :
-  kewajiban Issuing Bank untuk membayar sejumlah tagihan wesel ekspor sepanjang
semua syarat dan kondisi L/C telah terpenuhi.
-  kewajiban beneficiary untuk menyerahkan dokumen yang disyaratkan dalam L/C
4. Antara Issuing Bank dan Advising Bank dalam bentuk L/C :
-  kewajiban Issuing Bank untuk mengirimkan L/C melalui sarana tercepat kepada
advising bank.
-  kewajiban Advising Bank untuk mengambil langkah-langkah yang benar dalam
meneruskan L/C kepada beneficiary pada kesempatan pertama, sesuai instruksi
Issuing Bank
5. Antara Issuing Bank dan Negotiating Bank dalam bentuk L/C :
-  kewajiban Issuing Bank untuk membayar senilai tagihan wesel kepada negotiating
bank sepanjang syarat dan kondisi L/C telah terpenuhi
-  kewajiban Negotiating Bank untuk memeriksa dokumen ekspor sesuai standard
waktu yang ditetapkan UCP
6. Antara Negotiating Bank dan Beneficiary dalam bentuk Aplikasi Negosiasi :
-    kewajiban Negotiating Bank untuk memeriksa dokumen ekspor sesuai standard
waktu yang lazim dan melakukan pembayaran, jika negotiating bank memutuskan
untuk membeli dokumen ekspor
-    kewajiban beneficiary untuk membayar kembali hasil negosiasi yang telah
dibayarkan, jika ternyata Issuing Bank wan prestasi.

2.1.4 Pelanggaran/Penyimpangan yang Terjadi


Berikut ini adalah analisa mengenai kemungkinan adanya pelanggaran dalam penanganan
transaksi L/C tersebut di Bank BNI :
Pelanggaran terhadap Peraturan Bank Indonesia dan Perundang-undangan
Lainnya
Dalam rangka penerapan prinsip kehati-hatian dalam pengelolaan bank (prudential
banking practice) Bank Indonesia telah membuat ketentuan Batas Maksimum Pemberian
Kredit (BMPK) yaitu 20 % dari modal disetor bank. Modal disetor BNI per 31 Desember
2003 adalah sebesar Rp 7.042 milyar, sehingga dengan demikian BMPK untuk kelompok
Gramarindo dan Petindo adalah Rp 1,4 trilyun (20% modal disetor). Nilai L/C yang
diberikan kepada Gramarindo transaksi sebesar Rp. 1,7 triliun jelas merupakan
pelanggaran karena pada dasarnya dapat digolongkan dalam fasilitas pemberian kredit,
terutama ketika fasilitas negosiasi tersebut efektif menjadi kredit karena tidak bisa
dibayar oleh Issuing Bank.
Diduga telah terjadi tindak pidana pemalsuan terhadap L/C dan dokumen ekspor (B/L),
karena dari informasi yang ada, ternyata tidak pernah terjadi realisasi ekspor dan
pengapalan barang ke Kenya dan Kongo.
Disamping itu, berdasarkan keputusan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan telah
diputuskan terjadi pelanggaran terhadap Undang-Undang no 31 Tahun 1999 Tentang
Pemberantasan Tindak Korupsi dan UU Nomor 15 Tahun 2002 Pasal 6 tentang Tindak
Pidana Pencucian Uang.
Pelanggaran terhadap aturan internal Bank
Semua bank, tak terkecuali Bank BNI pasti sudah mempunyai aturan baku dalam
menangani transaksi L/C, sehingga apabila semua aturan yang ada dilaksanakan niscaya
kasus seperti Bank BNI tidak akan terjadi.
4.3 Pelanggaran terhadap UCP 500
Dalam kasus Bank BNI, pihak yang wan prestasi adalah Issuing Bank. Dengan
asumsi bahwa nama-nama bank yang disebutkan sebelumnya adalah benar, maka Issuing
Bank dimaksud telah melanggar pasal 9.a.iii, UCP 500 yang antara lain berbunyi : Suatu
irrevocable L/C merupakan jaminan yang pasti dari Issuing Bank asalkan dokumen-
dokumen yang diminta diserahkan kepada Bank yang ditunjuk Negotiating Bank dan
sesuai dengan syarat dan kondisi L/C, untuk :
i. apabila L/C mensyaratkan pembayaran atas unjuk (sight) – untuk membayar atas
unjuk;
ii. apabila L/C mensyaratkan pembayaran kemudian (defferred payment) – untuk
membayar pada tanggal jatuh tempo yang ditentukan sesuai dengan yang
disyaratkan L/C tersebut;
iii. apabila L/C mensyaratkan akseptasi :
a) oleh Issuing Bank – untuk mengaksep wesel yang ditarik olehbeneficiary pada
Issuing Bank dan membayarnya pada saat jatuh tempo.
b) Oleh bank tertarik lainnya untuk mengaksep dan membayar pada saat jatuh
tempo wesel yang ditarik oleh beneficiary pada Issuing Bank dalam hal bank
tertarik yang ditunjuk dalam L/C tidak mengaksep wesel yang ditarik atas
bank tersebut, atau membayar wesel yang telah diaksep tetapi tidak dibayar
oleh bank tertarik tersebut pada saat jatuh tempo.
2.1.5 Penyimpangan terhadap Kebiasaan dan Best Practice di dunia perbankan
Berdasarkan penjelasan pada bagian sebelumnya, maka dapat disimpulkan telah
terjadi penyimpangan terhadap Kebiasaan dan Best Practice di dunia perbankan sbb:
-    Tidak dilakukan assessment resiko terhadap Issuing Bank (Commercial Line)
-   Tidak dimintakan konfirmasi dari First Class International Bank, padahal untuk yang
L/C berasal dari high risk country dan nilainya sangat besar lazimnya di-konfirm.
-  Tidak dilakukan assessment terhadap nasabah penerima fasilitas (Gramarindo &
Petindo), dengan analisa 5C (Character, Capability, Capital, Collateral & Condition) dan
Trade Line
- Tidak ada pemisahan fungsi manajemen risiko dan fungsi marketing karena semua
keputusan dilakukan oleh satu pejabat yakni Kepala Cabang atau pejabat lain yang
ditunjuk Kepala Cabang, tanpa adanya review dari sisi Risk Manajemen

2.1.6 Pelanggaran terhadap Etika


Pegawai Bank BNI Kebayoran Baru lainnya tidak melaporkan adanya indikasi
pelanggaran prosedur diskonto L/C kepada unit yang berwenang, sehingga potensi
kerugian Bank BNI menjadi semakin besar.

Perilaku etik dan nilai utama yang diterapkan dalam hal itu intergrasi
- Kepentingan Publik
- Integritas
-     Aturan Internal BNI
-     Uniform Customs and Practice for Documentary Credit (UCP)
-     Kebiasaan dan Best Practice di dunia perbankan
-     Peraturan BI, UU Tindak Pidana Korupsi dan UU Tindak Pidana Pencucian Uang
-     Telah terjadi tindak pidana pemalsuan terhadap L/C dan dokumen ekspor (B/L)
Pegawai Bank BNI Cabang Kebayoran Baru lainnya tidak melaporkan adanya indikasi
pelanggaran prosedur diskonto L/C kepada unit yang berwenang di BNI.

Moral reflektif dan kurang reflektif Dari BNI dan pihak bersangkutan
- Penelitian terhadap berkas-berkas pengajuan L/C Rp 1,7 triliun oleh Maria Pauline banyak
bolongnya.
- Hasil tim audit BNI (BBNI) yang bekerja sejak awal Agustus 2003 saat itu membuktikan
kejanggalan tersebut.
- Dugaan L/C fiktif ini oleh BNI
Hubungan pararel
- Ada orang dalam
- 10 perusahaan yang terlibat dalam pembobolan Bank BNI senilai Rp 1,7 triliun itu
mentranfer dana ke beberapa rekening. Salah satunya ke Badan Penyehatan Perbankan
Nasional (BPPN) untuk membayar aset PPAK. Dana juga lari ke PT Bukaka Marga Utama
untuk membeli konsesi proyek jalan tol Ciawi-Sukabumi. Ironisnya, US$ 50,9 juta (Rp 433
miliar) di antaranya dipakai melunasi L/C ke BNI.
BAB III
Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan-pembahsan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam
kasus L/C fiktif BNI tersebut, diduga telah terjadi pelanggaran dan penyimpangan
terhadap 3 aspek sbb :
1.  Ekonomi
Berpotensi merugikan BNI sebesar Rp 1,2 trilyun, karena dari total nilai transaksi
L/C, sebesar Rp. 0,5 trilyun telah dikembalikan oleh nasabah.
2.  Hukum
Telah terjadi pelanggaran/penyimpangan terhadap :
-     Internal BNI
-     Uniform Customs and Practice for Documentary Credit (UCP)
-     Kebiasaan dan Best Practice di dunia perbankan
-     Peraturan BI, UU Tindak Pidana Korupsi dan UU Tindak Pidana Pencucian
Uang
-     Telah terjadi tindak pidana pemalsuan terhadap L/C dan dokumen ekspor
(B/L)
3. Etika
Pegawai Bank BNI Cabang Kebayoran Baru lainnya tidak melaporkan adanya
indikasi pelanggaran prosedur diskonto L/C kepada unit yang berwenang di BNI.

4.2 Saran
Agar kejadian serupa tidak terulang kembali di Bank BNI pada masa-masa yang akan
datang, disarankan melakukan langkah-langkah sbb :
1.  Menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten.
2.  Memperketat internal control.
3.  Melakukan pemisahan fungsi risk manajemen dan fungsi marketing.
4.  Selalu mengacu pada best practice dan UCP dalam menangani transaksi L/C.
5.  Memberlakukan aturan kewenangan yang berjenjang dalam memutus fasilitas L/C
ekspor.

Anda mungkin juga menyukai