Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH ETIKA PROFESI AKUNTANSI MENGENAI

“PELANGGARAN KASUS BANK CENTURY”


Dosen Pembimbing:
Hendra Dwi Prasetya , SE.,MM

Disusun Oleh :
Uli Grace Lina (16310017)
Erlin Agustin (16310117)
Deni Eka Sari (16310028)
Feny Vianda Prihastiwi P. (17350438)
Rejeki Panjaitan (16310142)
Dinda Ferera (16310114)
Syufi Desiyanti (16310126)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI MAHARDHIKA

SURABAYA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena oleh
kasih dan karunia-Nyalah penulis dapat merampungkan makalah ini hingga selesai. Makalah
ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui penyebab kasus korupsi yang terjadi pada Bank
Century yang berkaitan dengan etika profesi akuntansi. Makalah ini sajikan berdasarkan
pengamatan serta pengetahuan dari berbagai sumber. Makalah ini juga penulis susun dengan
tujuan memenuhi tugas mata kuliah Etika Profesi Akuntansi.
Penulis menyusun makalah ini dengan penuh berbagai rintangan, oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih yag pertama kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
pertolongan-Nya kepada penulis selama merampungkan makalah ini. Penulis juga berterima
kasih kepada dosen mata kuliah Etika Profesi yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Tentunya makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan, untuk itu penulis
memohon saran dan kritik. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
dan dapat bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih
.

Sidoarjo, 14 Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
1.1 Latar Belakang Masalah
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Kerangka Teori 3
2.1.1 Etika Profesi Akuntansi 3
2.2 Kasus Bank Century 7
2.3 Peran Pemerintah 16
BAB III PENUTUP 14
3.1 Kesimpulan 17
3.2.Saran 18
3.3 Solusi 18
DAFTAR PUSTAKA 21
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kasus korupsi masih banyak terjadi di Indonesia, tidak hanya terjadi di
kalangan politik atau pemerintahan, melainkan terjadi pula di bagian perbankan.
Seperti kasus Bank Century. Kasus korupsi Bank Century ternyata membawa
dampak terhadap berbagai sektor, khususnya stabilitas politik dan perekonomian di
Indonesia, terlebih setelah hasil audit BPK menyatakan bahwa telah terjadi
penyalahgunaan wewenang dan pelanggaran pidana dalam kasus ini, diantaranya
unsur kerugian Negara, pelanggaran undang-undang, dan ditemukannya bukti kuat
rekayasa kebijakan yang sengaja dirancang untuk penyelamatan Bank Century.
Kasus ini membuat masyarakat menjadi bingung mengenai kebenaran dari kasus
tersebut. Disini penulis membahas tentang pelanggaran kasus bank century yang
berkaitan dengan etika profesi akuntansi.

B. Rumusan Masalah
1 Apa yang dimaksud dengan etika profesi akuntansi ?
2 Bagaimana terjadinya kasus korupsi bank century ?
3 Bagaimana peran pemerintah dalam menanggapi permasalahan ini ?

C. Tujuan Masalah

Tujuan dari makalah ini adalah agar kita semua selalu melihat aturan – aturan
atau undang – undang dalam memecahkan sebuah masalah. Setiap apa yang kita
putuskan seharusnya, dimusyawarahkan dan juga dikoordinasikan dengan pihak –
pihak terkait lainya, agar nantinya tidak ada yang dirugikan, apalagi apabila
keputusan kita menyangkut kepentingan orang banyak, setiap apa yang kita lakukan
harus ada transparansi sehingga kedepannya tidak menimbulkan konflik.
BAB 2

PEMBAHASAN

A. Kerangka Teori
1. Etika Profesi Akuntansi
Etika berasal dari dari kata Yunani ‘Ethos’ (jamak – ta etha), berarti adat
istiadat Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri
seseorang maupun pada suatu masyarakat.Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tata
cara hidup yg baik, aturan hidup yg baik dan segala kebiasaan yg dianut dan
diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu generasi ke generasi
yg lain.
Di dalam akuntansi juga memiliki etika yang harus di patuhi oleh setiap
anggotanya. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dimaksudkan sebagai panduan
dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai akuntan publik,
bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di
lingkungan dunia pendidikan dalam pemenuhan tanggung-jawab profesionalnya.
Tujuan profesi akuntansi adalah memenuhi tanggung-jawabnya dengan
standar profesionalisme tertinggi, mencapai tingkat kinerja tertinggi, dengan
orientasi kepada kepentingan publik. Untuk mencapai tujuan tersebut terdapat
empat kebutuhan dasar yang harus dipenuhi:
 Kredibilitas. Masyarakat membutuhkan kredibilitas informasi dan sistem
informasi.
 Profesionalisme. Diperlukan individu yang dengan jelas dapat
diidentifikasikan oleh pemakai jasa Akuntan sebagai profesional di bidang
akuntansi.
 Kualitas Jasa. Terdapatnya keyakinan bahwa semua jasa yang diperoleh dari
akuntan diberikan dengan standar kinerja tertinggi.
 Kepercayaan. Pemakai jasa akuntan harus dapat merasa yakin bahwa
terdapat kerangka etika profesional yang melandasi pemberian jasa oleh
akuntan

Sedangkan Prinsip Etika Profesi Akuntan :


1) Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung-jawabnya sebagai profesional setiap
anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan
profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya.
2) Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka
pelayanan kepada publik, menghormati kepercayaan public dan
menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
3) Integritas
Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota
harus memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi
mungkin.
4) Obyektivitas
Setiap anggota harus menjaga obyektivitasnya dan bebas dari benturan
kepentingan dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.
5) Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya tkngan kehati-
hatian, kompetensi dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk
mempertahankan pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat
yang diperlukan untuk memastikan bahwa klien atau pemberi kerja
memperoleh matifaat dari jasa profesional yang kompeten berdasarkan
perkembangan praktik, legislasi dan teknik yang paling mutakhir.
6) Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh
selama melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau
mengungkapkan informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak
atau kewajiban professional atau hukum untuk mengungkapkannya.
7) Perilaku Profesional
Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi
yang baik dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.
8) Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan
standar teknis dan standar proesional yang relevan. Sesuai dengan
keahliannya dan dengan berhati-hati, anggota mempunyai kewajiban untuk
melaksanakan penugasan dari penerima jasa selama penugasan tersebut
sejalan dengan prinsip integritas dan obyektivitas.

1.Basis Teori Etika


a. Etika Teleologi
Teleologi berasal dari bahasa Yunani yaitu telos yang memiliki arti tujuan.
Dalam hal mengukur baik buruknya suatu tindakan yaitu berdasarkan tujuan yang
akan dicapai atau berdasarkan akibat yang ditimbulkan dari tindakan yang telah
dilakukan.
b. Deontologi
Deontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu deon yang memiliki arti
kewajiban. Jika terdapat pertanyaan “Mengapa perbuatan ini baik dan perbuatan itu
harus ditolak karena buruk?”. Maka Deontologi akan menjawab “karena perbuatan
pertama menjadi kewajiban kita dank arena perbuatan kedua dilarang”. Pendekatan
deontologi sudah diterima oleh agama dan merupakan salah satu teori etika yang
penting.
c. Teori Hak
Dalam pemikiran moral saat ini, teori hak merupakan pendekatan yang paling
banyak dipakai untuk mengevaluasi baik buruknya suatu perbuatan atau perilaku.
Teori hak ini merupaka suatu aspek dari teori deontologi karena berkaitan dengan
kewajiban. Hak didasarkan atas martabat manusia dan martabat semua manusia
adalah sama. Oleh karena itu, hak sangat cocok dengan suasana pemikiran
demokratis.
d. Teori Keutamaan ( Virtue )
Dalam teori keutamaan memandang sikap atau akhlak seseorang. Keutamaan
bisa didefinisikan sebagai disposisi watak yang telah diperoleh seseorang dan
memungkinkan seseorang untuk bertingkah laku baik secara moral. Contoh sifat yang
dilandaskan oleh teori keutamaan yaitu kebijaksanaan, keadilan, suka bekerja keras
dan hidup yang baik.

2. Kasus Bank Century

A. Historis

Awal terjadinya kasus Bank Century adalah mengalami kalah kliring pada tanggal 18
November 2008.Kalah kliring adalah suatu triminologi yang dipahami oleh semua
masyarakat yang menggambarkan adanya deficit suatu bank. Sementara kliring itu sendiri
adalah pertukaran data keuangan elektronik antar peserta kliring baik atas nama peserta atau
klien yang mereka peroleh pada waktu tertentu.
Melakukan masalah internal yang terjadi di Bank Century penipuan oleh manajemen bank,
sehubungan dengan klien mereka. Krisis yang dialami Bank Century bukan disebabkan
karena adanya krisis global, tetapi karena disebabkan permasalahan internal bank tersebut.
Adanya penipuan yang dilakukan oleh pihak manajemen bank terhadap nasabah menyangkut:

a. Penyelewengan dana nasabah hingga Rp 2,8 Trilliun (nasabah Bank Century


sebesar Rp 1,4 Triliun dan nasabah Antaboga Deltas Sekuritas Indonesia sebesar Rp 1,4
Triliiun)
b. Penjualan reksa dana fiktif produk Antaboga Deltas Sekuritas Indonesia. Dimana
produk tersebut tidak memiliki izin BI dan Bappepam LK. Kedua permasalahan tersebut
menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi nasabah Bank Century. Dimana mereka tidak
dapat melakukan transaksi perbankan dan uang mereka pun untuk sementara tidak dapat
dicairkan.
Kasus Bank Century sangat merugikan nasabahnya. Dimana setelah Bank Century
melakukan kalah kliring, nasabah Bank Century tidak dapat melakukan transaksi perbankan
baik transaksi tunai maupun transaksi non tunai. Setelah kalah kliring, pada hari yang sama,
nasabah Bank Century tidak dapat menarik uang kas dari ATM Bank Century maupun dari
ATM bersama. Kemudian para nasabah mendatangi kantor Bank Century untuk meminta
klarifikasi kepada petugas Bank. Namun, petugas bank tidak dapat memberikan jaminan
bahwa besok uang dapat ditarik melalui ATM atau tidak. Sehingga penarikan dana hanya bisa
dilakukan melalui teller dengan jumlah dibatasi hingga Rp 1 juta. Hal ini menimbulkan
kekhawatiran nasabah terhadap nasib dananya di Bank Century.
Tanggal 13 November 2008, nasabah Bank Century mengakui transksi dalam bentuk
valas tidak dapat diambil, kliring pun tidak bisa, bahkan transfer pun juga tidak bisa. Pihak
bank hanya mengijinkan pemindahan dana deposito ke tabungan dolar. Sehingga uang tidak
dapat keluar dari bank. Hal ini terjadi pada semua nasabah Bank Century. Nasabah bank
merasa tertipu dan dirugikan dikarenakan banyak uang nasabah yang tersimpan di bank
namun sekarang tidak dapat dicairkan. Para nasabah menganggap bahwa Bank Century telah
memperjualbelikan produk investasi ilegal. Pasalnya, produk investasi Antaboga yang
dipasarkan Bank Century tidak terdaftar di Bapepam-LK. Dan sudah sepatutnya pihak
manajemen Bank Century mengetahui bahwa produk tersebut adalah illegal.
Hal ini menimbulkan banyak aksi protes yang dilakukan oleh nasabah. Para nasabah
melakukan aksi protes dengan melakukan unjuk rasa hingga menduduki kantor cabang Bank
Century. Bahkan para nasabah pun melaporkan aksi penipuan tersebut ke Mabes Polri hingga
DPR untuk segera menyelesaikan kasus tersebut, dan meminta uang deposito mereka
dikembalikan. Selain itu, para nasabah pun mengusut kinerja Bapepam-LK dan BI yang
dinilai tidak bekerja dengan baik.
Dikarenakan BI dan Bapepam tidak tegas dan menutup mata dalam mengusut investasi
fiktif Bank Century yang telah dilakukan sejak tahun 2000 silam. Kasus tersebut pun dapat
berimbas kepada bank-bank lain, dimana masyarakat tidak akan percaya lagi terhadap sistem
perbankan nasional. Sehingga kasus Bank Century ini dapat merugikan dunia perbankan
Indonesia.

B. Kasus Pelanggaran Etika ( Bank Century)

Membengkaknya suntikan modal dari Lembaga Penjamin Simpanan ke Bank Century


hingga Rp 6,7 triliun memaksa keingintahuan Dewan Perwakilan Rakyat. Padahal awalnya
pemerintah hanya meminta persetujuan Rp 1,3 triliun untuk Bank Century. Menteri
Keuangan Sri Mulyani menegaskan kepada DPR bahwa jika Bank Century ditutup akan
berdampak sistemik pada perbankan Indonesia. Pada hari yang sama pula, Wakil Ketua
Komisi Pemberantasan Korupsi Bibit Samad Riyanto menyatakan bahwa kasus Bank Century
itu sudah ditingkatkan statusnya menjadi penyelidikan.
Berbagai kejanggalan ditemukan dalam kasus tersebut. Bahkan KPK berencana
menyergap seorang petiggi kepolisian yang diduga menerima suap dari kasus itu.
Kejanggalan semakin menguat ketika Badan Pemeriksa Keuangan laporan awal terhadap
Bank Century sebanyak delapan halaman beredar luas di masyarakat. Laporan tersebut
mengungkapkan banyak kelemahan dan kejanggalan serius di balik penyelamatan Bank
Century dan ada dugaan pelanggaran kebijakan dalam memberikan bantuan ke Bank
Century. Akibat kejanggalan temuan tersebut, Sekjen PDI Perjuangan Pramono Anung
membentuk tim kecil untuk menggulirkan hak angket guna mengkaji kasus Bank Century.
Lima hari kemudian, wacana pembentukan Panitia Khusus Hak Angket DPR untuk mengusut
kasus Bank Century menjadi perdebatan di DPR.

Kronologi kasus Bank Century:


• Tahun 1989
Robert Tantular mendirikan Bank Century Intervest Corporation (Bank CIC). Namun,
sesaat setelah Bank CIC melakukan penawaran umum terbatas alias rights issue pertama pada
Maret 1999, Robert Tantular dinyatakan tidak lolos uji kelayakan dan kepatutan oleh Bank
Indonesia.

• Tahun 2004
Dari merger Bank Danpac, Bank Pikko, dan Bank CIC berdirilah Bank Century. Mantan
Deputi Senior Bank Indonesia Anwar Nasution disebut-sebut ikut andil berdirinya bank
tersebut. Tanggal 6 Desember 2004 Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia mengesahkan
Bank Century.

• Tahun 2005
Budi Sampoerna menjadi salah satu nasabah terbesar Bank Century cabang Kertajaya,
Surabaya.

• Tahun 2008
Beberapa nasabah besar Bank Century menarik dana yang disimpan di bank besutan Robert
Tantular itu, sehingga Bank Century mengalami kesulitan likuiditas. Diantara nasabah besar
itu adalah Budi Sampoerna, PT Timah Tbk, dan PT Jamsostek.

• 1 Oktober 2008
Budi Sampoerna tak dapat menarik uangnya yang mencapai Rp 2 triliun di Bank Century.
Sepekan kemudian, bos Bank Century Robert Tantular membujuk Budi dan anaknya yang
bernama Sunaryo, agar menjadi pemegang saham dengan alasan Bank Century mengalami
likuiditas.

• 13 November 2008
Gubernur Bank Indonesia Boediono membenarkan Bank Century kalah kliring atau tidak bisa
membayar dana permintaan dari nasabah sehingga terjadi rush. Kemudian, Bank Indonesia
menggelar rapat konsulitasi melalui telekonferensi dengan Menteri Keungan Sri Mulyani,
yang tengah mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam sidang G-20 di
Washington, Amerika Serikat.

• 14 November 2008
Bank Century mengajukan permohonan fasilitas pendanaan darurat dengan alasan sulit
mendapat pendanaan. Budi Sampoerna setuju memindahkan seluruh dana dari rekening di
Bank Century cabang Kertajaya, Surabaya ke Cabang Senayan, Jakarta.

• 20 November 2008
Bank Indonesia menyampaikan surat kepada Menkeu tentang Penetapan Status Bank Gagal
pada Bank Century dan menyatakan perlunya penanganan lebih lanjut. Selaku Ketua Komite
Stabilitas Sektor Keuangan, Sri Mulyani langsung menggelar rapat untuk membahas nasib
Bank Century. Dalam rapat tersebut, Bank Indonesia melalui data per 31 Oktober 2008
mengumumkan bahwa rasio kecukupan modal atau CAR Bank Century minus hingga 3,52
persen. Diputuskan, guna menambah kebutuhan modal untuk menaikkan CAR menjadi 8
persen adalah sebesar Rp 632 miliar. Rapat tersebut juga membahas apakah akan timbul
dampak sistemik jika Bank Century dilikuidasi. Dan menyerahkan Bank Century kepada
lembaga penjamin.

• 21 November 2008
Mantan Group Head Jakarta Network PT Bank Mandiri, Maryono diangkat menjadi Direktur
Utama Bank Century menggantikan Hermanus Hasan Muslim.

• 22 November 2008
Delapan pejabat Bank Century dicekal. Mereka adalah Sualiaman AB (Komisaris Utama),
Poerwanto Kamajadi (Komisaris), Rusli Prakarta (komisaris), Hermanus Hasan Muslim
(Direktur Utama), Lila K Gondokusumo (Direktur Pemasaran), Edward M Situmorang
(Direktur Kepatuhan) dan Robert Tantular (Pemegang Saham).

• 23 November 2008
Lembaga penjamin langsung mengucurkan dana Rp 2,776 triliun kepada Bank Century. Bank
Indonesia menilai CAR sebesar 8 persen dibutuhkan dana sebesar Rp 2,655 triliun. Dalam
peraturan lembaga penjamin, dikatakan bahwa lembaga dapat menambah modal sehingga
CAR bisa mencapai 10 persen, yaitu Rp 2,776 triliun.

• 26 November 2008
Robert Tantular ditangkap di kantornya di Gedung Sentral Senayan II lantai 21 dan langsung
ditahan di Rumah Tahanan Markas Besar Polri. Robert diduga mempengaruhi kebijakan
direksi sehingga mengakibatkan Bank Century gagal kliring. Pada saat yang sama, Maryono
mengadakan pertemuan dengan ratusan nasabah Bank Century untuk meyakinkan bahwa
simpanan mereka masih aman.

• Periode November hingga Desember 2008


Dana pihak ketiga yang ditarik nasabah dari Bank Century sebesar Rp 5,67 triliun.

• Desember 2008
Lembaga penjamin mengucurkan untuk kedua kalinya sebesar Rp 2,201 triliun. Dana tersebut
dikucurkan dengan alasan untuk memenuhi ketentuan tingkat kesehatan bank.

• 3 Februari 2009
Lembaga penjamin mengucurkan lagi Rp 1,55 triliun untuk menutupi kebutuhan CAR
berdasarkan hasil assesment Bank Indonesia, atas perhitungan direksi Bank Century.

• 1 April 2009
Penyidik KPK hendak menyergap seorang petinggi kepolisian yang diduga menerima suap.
Namun penyergarapan itu urung lantaran suap batal dilakukan. Dikabarkan rencana
penangkapan itu sudah sampai ke telinga Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso Danuri.
Sejak itulah hubungan KPK-Polri kurang mesra.

• Pertengahan April 2009


Kabareskrim Polri Komjen Susno Duadji mengeluarkan surat klarifikasi kepada direksi Bank
Century. Isi surat tersebut adalah menegaskan uang US$ 18 juta milik Budi Sampoerna dari
PT Lancar Sampoerna Besatari tidak bermasalah.

• 29 Mei 2009
Kabar Susno Duadji memasilitasi pertemuan antara pimpinan Bank Century dan pihak Budi
Sampoerna di kantornya. Dalam pertemuan itu disepakati bahwa Bank Century akan
mencairkan dana Budi Sampoerna senilai US$ 58 juta -dari total Rp 2 triliun- dalam bentuk
rupiah.

• Juni 2009
Bank Century mengaku mulai mencairkan dana Budi Sampoerna yang diselewengkan Robert
Tantular sekitar US$ 18 juta, atau sepadan dengan Rp 180 miliar. Namun, hal ini dibantah
pengacara Budi Sampoerna, Lucas, yang menyatakan bahwa Bank Century belum membayar
sepeserpun pada kliennya.

• Juli 2009
KPK melayangkan surat permohonan kapada Badan Pemeriksa Keuangan untuk melakukan
audit terhadap Bank Century.

• Akhir Juni 2009


Komisaris Jendral Susno Duadji mengatakan ada lembaga yang telah sewenang-wenang
menyadap telepon selulernya.
• 2 Juli 2009
KPK menggelar koferensi pers. Wakil Ketua Komisi Pemberantasan amad Riyanto
megatakan jika ada yang tidak jelas soal penyadapan, diminta datang ke KPK.

• 21 Juli 2009
Lembaga penjamin mengucurkan lagi Rp 630 miliar untuk menutupi kebutuhan CAR Bank
Century. Keputusan tersebut juga berdasarkan hasil assesment Bank Indonesia atas hasil
auditro kantor akuntan publik. Sehingga total dana yang dikucurkan mencapai Rp 6,762
triliun.

• 12 Agustus 2009
Mantan Direktur Utama Bank Century Hermanus Hasan Muslim divonis 3 tahun penjara
karena terbukti menggelapkan dana nasabah Rp 1,6 triliun. Dan tanggal 18 Agustus 2009,
Komisaris Utama yang juga pemegang saham Robert Tantular dituntut hukuman delapan
tahun penjara dengan denda Rp 50 miliar subsider lima tahun penjara.

• 27 Agustus 2009
Dewan Perwakilan Rakyat memanggil Menkeu Sri Mulyani, Bank Indonesia dan lembaga
penjamin untuk menjelaskan membengkaknya suntikan modal hingga Rp 6,7 triliun. Padahal
menurut DPR, awalnya pemerintah hanya meminta persetujuan Rp 1,3 triliun untuk Bank
Century. Dalam rapat tersebut Sri Mulyani kembali menegaskan bahwa jika Bank Century
ditutup akan berdampak sistemik pada perbankan Indonesia. Pada hari yang sama pula, Wakil
Ketua KPK Bibit Samad Riyanto menyatakan bhwa kasus Bank Century itu sudah
ditingkatkan statusnya menjadi penyelidikan.

• 28 Agustus 2009
Wakil Presiden Jusuf Kalla membantah pernyataan Sri Mulyani yang menyatakan bahwa
dirinya telah diberitahu tentang langkah penyelamatan Bank Century pada tanggal 22
Agustus 2008 --sehari setelah keputusan KKSK. Justru Kalla mengaku dirinya baru tahu
tentang itu pada tanggal 25 Agustus 2008.

• 10 September 2009
Majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Pusat yang dipimpin Sugeng Riyono memutus
Robert Tantular dengan vonis hukuman 4 tahun dengan denda Rp 50 miliar karena dianggap
telah memengaruhi pejabat bank untuk tidak melakukan langkah-langkah yang diperlukan
sesuai dengan UU Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

• 30 September 2009
Laporan awal audit Badan Pemeriksa Keuangan terhadap Bank Century sebanyak 8 halaman
beredar luas di masyarakat. laporan tersebut mengungkapkan banyak kelemahan dan
kejanggalan serius di balik penyelamatan Bank Century dan ada dugaan pelanggaran
kebijakan dalam memberikan bantuan ke Bank Century.

• 2 Oktober 2009
Nama Bank Century diganti menjadi Bank Mutiara.

• 21 Oktober 2009
Akibat kejanggalan temuan BPK tersebut, Sekjen PDI Perjuangan Pramono Anung
membentuk tim kecil untuk menggulirkan hak angket guna mengkaji kasus Bank Century.
Lima hari kemudian, wacana pembentukan Panitia Khusus Hak Angket DPR untuk mengusut
kasus Bank Century menjadi perdebatan di DPR.

• 12 November 2009
139 anggota DPR dari 8 Fraksi mengusulkan hak angket atas pengusutan kasus Bank
Century.

Dari kronologis tersebut dapat dilihat bahwa kasus ini merupakan pelanggaran atas
penyalahgunaan aliran dana yang telah di berikan LPS. Dimana, yang menjadi tersangka
dalam kasus ini yaitu : ST, Hermanus Hasan Muslim , Robert Tantular. RM Johanes Sarwono,
Stevanus Farok dan Umar Muchsin, Wakil Direktur Bank Century Hamidy, Pjs Settlement
Kredit dan Pelaporan Kredit (SKPK) Bank Century Darso Wijaya, Kepala Bank Century
Cabang Senayan Linda Wangsadinata dan Divisi Legal Bank Century Arga Tirta Kencana.
Berdasarkan kasus diatas pasal-pasal yang dilanggar oleh para terdakwa adalah sebagai
berikut:
a. pasal 49 ayat 1 UU Perbankan dengan ancaman hukuman minimal 5 tahun dan
maksimal 15 tahun penjara.
b. Pasal 49 ayat (2) asal 49 ayat 2 dengan hukuman minimal 3 tahun
penjara,pencucian uang Pasal 6 ayat (1) huruf a, b, dan c UU No.15 Tahun 2002 sebagaimana
diubah UU No.25 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU) jo Pasal 55
KUHP.
pasal 6 ayat (1) huruf a, b, dan c UU TPPU menyatakan, setiap orang yang menerima
atau menguasasi penempatan, pentransferan, atau pembayaran harta kekayaan yang diketahui
atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 5 tahun dan paling lama 15 tahun, serta denda paling sedikit Rp100 juta dan paling
banyak Rp15 miliar.
3.PeranPemerintah
Melakukan penyelidikan mendalam terhadap kasus ini misalnya dengan membentuk tim
khusus untuk audit dan hak angket guna mengkaji kasus tersebut dan juga menangkap para
pelaku yang terlibat bahkan sebagian dari mereka sudah diberi vonis.
BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kasus ini sampai sekarang masih penuh dengan misteri dan ketidakjelasan karena
diduga masih banyak orang lain yang ikut terlibat dalam kasus Bank Centuty meskipun
sebagian dari orang yang bertanggungjawab sudah diberi vonis dan putusan hukuman.Hingga
saat ini penangganan kasus skandal bailout Bank Century belum juga tuntas. Institusi hukum
belum juga mampu menemukan aktor intelektual skandal yang merugikan keuangan negara
sebesar Rp6,7 triliun.
Penyidikan kasus ini pun seperti jalan ditempat sejak DPR membentuk Pansus pada
tahun 2009 lalu. Namun, setelah nyaris tidak terdengar, beberapa waktu terakhir ini kasus
tersebut mulai ramai dibicarakan lagi, atau tepatnya setelah Komisi Pemberantasan Korupsi
(KPK) menetapkan dan menahan mantan Deputi Bank Indonesia Budi Mulya.
Bahkan KPK telah memeriksa Wapres Boediono terkait pemberian Fasilitas
Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) ke Bank Century. Publik pun kini kembali menunggu
apakah KPK dibawah pimpinan Abraham Samad Cs mampu menemukan aktor intelektual
skandal ini, atau kasus ini tetap tidak tuntas.
Pemerintah lebih tertarik terahadap selisih dana yang diperkirakan dengan dana yang
dikeluarkan. Apa lagi aliran dana itu masih misteri hingga sekarang. Dana talangan yang
awalnya diperkirakan hanya mencapai angka 600-an milyard membengkak menjadi 6,7
triliun. Berkaitan dengan pembengkakan dana ini, menurut penulis ada dua kemungkinan
penyebabnya, yakni :
1. Kinerja aparatur Negara maupun aparatur swasta yang terkait pemberian dana
talangan ini memang sangat buruk dan lalai dalam menjalankan tugas sehingga perkiraan
yang awalnya bernilai milyaran rupiah membengkak menjadi triliunan rupiah.
2. Pembengkakan dana talangan ini memang sengaja dibuat dan disembunyikan untuk
kepentingan politik pihak-pihak tertentu.

3.2 Saran
a. Dalam menghadapi kasus bank Century perlunnya kerjasama dengan baik antara
pemerrintah, DPR-RI dan Bank Indonesia.
b. Pemerintah harus bertanggung jawab kepadanasabah Bank Century agar bisa uangnyya
dicairkan.
c. Harusnnya ada trasparansi public dalam menyelesaikan kasus Bank century sehingga tidak
terjadi korupsi.
d. Audit infestasi BPK harus dilakukan dengan tuntas dan dibantu oleh Polri, kejaksaan,
Pemerintah Bank Indonesia.

3.3 Solusi
Dari sisi manager Bank Century menghadapi dilema dalam etika dan bisnis. Hal
tersebut dikarenakan manager memberikan keputusan pemegang saham Bank Century
kepada Robert Tantular, padahal keputusan tersebut merugikan nasabah Bank Century. Tetapi
disisi lain, manager memiliki dilema dimana pemegang saham mengancam atau menekan
karyawan dan manager untuk menjual reksadana fiktif tersebut kepada nasabah. Manajer
Bank Century harus memilih dua pilihan antara mengikuti perintah pemegang saham atau
tidak mengikuti perintah tersebut tetapi dengan kemungkinan dia berserta karyawan yang lain
terkena PHK. Dan pada akhirnya manager tersebut memilih untuk mengikuti perintah
pemegang saham dikarenakan manager beranggapan dengan memilih option tersebut maka
perusahaan akan tetap sustain serta melindungi karyawan lain agar tidak terkena PHK dan
sanksi lainnya. Walaupun sebenarnya tindakan manager bertentangan dengan hukum dan
etika bisnis. Solusi dari masalah ini sebaiknya manager lebih mengutamakan kepentingan
konsumen yaitu nasabah Bank Century. Karena salah satu kewajiban perusahaan adalah
memberikan jaminan produk yang aman.
Dari sisi pemegang saham yaitu Robert Tantular, terdapat beberapa pelanggaran etika
bisnis, yaitu memaksa manajer dan karyawan Bank Century untuk menjual produk reksadana
dari Antaboga dengan cara mengancam akan mem-PHK atau tidak memberi promosi dan
kenaikan gaji kepada karyawan dan manajer yang tidak mau menjual reksadana tersebut
kepada nasabah. Pelanggaran yang terakhir adalah, pemegang saham mengalihkan dana
nasabah ke rekening pribadi. Sehingga dapat dikatakan pemegang saham hanya
mementingkan kepentingan pribadi dibanding kepentingan perusahaan, karyawan, dan
nasabahnya (konsumen). Solusi untuk pemegang saham sebaiknya pemegang saham
mendaftarkan terlebih dahulu produk reksadana ke BAPPEPAM untuk mendapat izin
penjualan reksadana secara sah. Kemudian, seharusnya pemegang saham memberlakukan
dana sabah sesuai dengan fungsinya (reliability), yaitu tidak menyalah gunakan dana yang
sudah dipercayakan nasabah untuk kepentingan pribadi.
Dalam kasus Bank Century ini nasabah menjadi pihak yang sangat dirugikan. Dimana
Bank Century sudah merugikan para nasabahnya kurang lebih sebesar 2,3 trilyun. Hal ini
menyebabkan Bank Century kehilangan kepercayaan dari nasabah. Selain itu karena dana
nasabah telah disalahgunakan maka menyebabkan nasabah menjadi tidak sustain, dalam
artian ada nasabah tidak dapat melanjutkan usahanya, bahkan ada nasabah yang bunuh diri
dikarenakan hal ini. Solusi untuk nasabah sebaiknya dalam memilih investasi atau reksadana
nasabah diharapkan untuk lebih berhati-hati dan kritis terhadap produk yang akan dibelinya.
Jika produk tersebut adalah berupa investasi atau reksadana, nasabah dapat memeriksa
kevalidan produk tersebut dengan menghubungi pihak BAPPEPAM.
Dikarenakan kasus ini kinerja BI dan BAPPEPAM sebagai pengawas tertinggi dari bank-
bank nasional menjadi diragukan, karena BI dan BAPPEPAM tidak tegas dan lalai dalam
memproses kasus yang menimpa Bank Century. Dimana sebenarnya BI dan BAPPEPAM
telah mengetahui keberadaan reksadana fiktif ini sejak tahun 2005.
Untuk Bank-bank nasional lainnya pengaruh kasus Bank Century mengakibatkan
hampir terjadinya efek domino dikarenakan masyarakat menjadi kurang percaya dan takut
bila bank-bank nasional lainnya memiliki “penyakit” yang sama dengan Bank Century
dikarenakan krisis global, dengan kata lain merusak nama baik bank secara umum. Solusi
untuk BI dan BAPPEPAM sebaiknya harus lebih tegas dalam menangani dan mengawasi
pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh bank-bank yang diawasinya.
Selain itu sebaiknya mereka lebih sigap dan tidak saling melempar tanggung jawab satu sama
lain. Dan saran untuk Bank Nasional lainnya, sebaiknya bank-bank tersebut harus lebih
memperhatikan kepentingan konsumen atau nasabah agar tidak terjadi kasus yang sama.
DAFTAR PUSTAKA

• http://atikaa08.student.ipb.ac.id/2010/06/18/permasalahan-bank-century-dan-solusinya/
• http://www.merdeka.com/tag/k/kasus-century/
• http://news.metrotvnews.com/read/2014/05/01/237211/peran-sri-mulyani-dalam-kasus-
bank-century (11-10-14)
•http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=308084:kisah-
awal-kasus-bank-century&catid=59:kriminal-a-hukum&Itemid=91

Anda mungkin juga menyukai