Disusun oleh:
Natalia Puspita Sari (16310050)
Siti Nur Khayati (16310013)
Finda Nur Ardianti (16310517)
Dosen Pembimbing :
Iman Supriadi, ST, MM.
Mata Kuliah :
Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif
Program Studi :
Akuntansi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami persembahkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
SIDOARJO”
Maksud dan tujuan penyusunan laporan proposal penelitian ini adalah untuk
memenuhi salah satu tugas dari mata kuliah Metode Penelitian Kuantitatif dan
Kualitatif, dalam penulisan proposal skripsi ini cukup sering penulis temui berbagai
hambatan dan rintangan, tapi berkat bimbingan, pertolongan, nasihat sertasaran dari
skripsi ini.
skripsi ini, oleh karena itu, peneliti menerima berbagai saran dan kritik yang
membangun agar dimasa yang akan dating tulisan ini dapat menjadi lebih baik lagi
dan bermanfaat bagi kita semua terutama bagi mahasiswa jurusan Akuntansi
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................................. 4
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................ 4
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................................. 4
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................................... 6
2.3.1 Pengertian Harga Pokok Produksi ................................................................. 8
2.4.1 Penentuan Biaya Berdasarkan Proses .................................................... 9
2.4.2 Karakteristik Penentuan Biaya Proses ................................................. 10
2.4.3 Penentuan Biaya Berdasarkan Pesanan ............................................... 10
2.4.4 Karakteristik Penentuan Biaya Pesanan .............................................. 11
2.5 Biaya Produksi ................................................................................................ 12
2.5.1 Biaya Bahan Baku................................................................................... 12
2.5.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung .............................................................. 12
2.5.3 Biaya Overhead Pabrik ........................................................................... 13
2.6 Produk Rusak .................................................................................................. 13
2.6.1 Pengertian Produk Rusak ...................................................................... 13
2.6.2 Faktor Penyebab Terjadinya Produk Rusak ....................................... 14
2.6.3 Perlakuan Akuntansi untuk Produk Rusak ......................................... 14
2.7 Produk Cacat ................................................................................................... 16
2.7.1 Pengertian Produk Cacat ....................................................................... 16
2.7.2 Faktor Penyebab Terjadinya Produk Cacat ........................................ 16
2.7.3 Perlakuan Akuntansi untuk Produk Cacat .......................................... 17
2.8 Penelitian Terdahulu ...................................................................................... 17
2.9 Kerangka Berfikir ........................................................................................... 22
2.10 Hipotesis ........................................................................................................... 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................... 24
3.1 Definisi Operasional Variabel ........................................................................ 24
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................... 25
3.3 Populasi dan Sampel ....................................................................................... 25
3.3.1 Populasi .................................................................................................... 25
III
iv
iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ini, tuntutan akan mutu produk yang tinggi dengan harga yang bersaing
memperoleh produk dengan mutu yang sesuai dengan harga yang dibayar.
dan mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini disebabkan adanya
penting terhadap produk yang dikemas dan sekaligus merupakan nilai jual
serta citra produk. Selain itu juga kemasan menampilkan produk yang
menerangkan isi produk, dan yang paling utama adalah untuk menarik minat
konsumen.
produk dengan kualitas yang baik, dan tidak peduli pabrik mana yang
1
2
yang tidak sesuai standar mutu yang telah ditetapkan perusahaan. Ada empat
(4) jenis produk rusak yaitu, produk rusak normal laku dijual, produk rusak
normal tidak laku dijual, produk abnormal laku dijual dan produk abnormal
tidak laku dijual. Produk cacat juga dikategorikan dalam dua (2) jenis yaitu
produk cacat normal dari perusahaan dan produk cacat dari kesalahan
kemasan lainnya.
Pada tahap apapun produk rusak dan produk cacat tetap menyerap
Biaya Produksi. Biaya Produksi tersebut terdiri dari Biaya Bahan Baku
(Direct Material Cost), Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)
dan Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Cost). Jika masalah tersebut
tidak dapat di minimalisir maka berakibat pada Harga Pokok Produksi yang
Tabel 1.1
terdapat pada setiap produk yang dihasilkan. Hal ini terjadi karena adanya
(customer) masing-masing.
di bidang industri kemasan plastik fleksibel yang berdiri sejak tahun 2011 di
berkualitas, konsisten, higienis dan memiliki hasil cetak yang superior dalam
permasalahan yaitu adanya produk rusak dan produk cacat yang berdampak
SIDOARJO”.
Apakah terdapat pengaruh signifikan antara produk rusak dan produk cacat
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Praktisi
memproduksi produk.
3. Bagi Akademisi
Menurut Supriyono (2011:75) akuntansi biaya adalah salah satu cabang akuntansi
yang merupakan alat menejemen dalam memonitor dan merekam transaksi secara
penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau
Dari berbagai definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa akuntansi biaya merupakan
alat bantu untuk perencanaan dan pengendalian, perbaikan kualitas, efisiensi, membuat
2.2 Biaya
Biaya atau cost adalah pengorbanan sumber ekonomis yang di ukur dalam satuan
uang yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapapi tujuan tertentu.
Biaya ini belum habis masa pakainya, dan digolongkan sebagai aktiva yang dimasukkan
dalam neraca (Bustami dan Nurlela, 2013:7). Biaya adalah suatu nilai tukar, persyarat
(Mulyadi, 2009:8 ) menyatakan bahwa biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang
diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan
6
7
tujuan apa menejemen memerlukan informasi biaya, tidak ada suatu konsep biaya yang
dapat memenuhi berbagai macam tujuan, oleh karena itu didalam akuntansi biaya
golongan yaitu: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik.
dan umum dan biaya pemasaran. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang telah
terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
3) Penggolongan biaya atas dasar hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai jika
perusahaan mengolah bahan baku menjadi produk jadi, maka sesuatu yang dibiayai
adalah berupa produk. Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya
dapat dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu biaya langsung dan biaya tidak
langsung. Biaya langsung yaitu biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya
adalah karena sesuatu yang dibiayai, jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak ada,
maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Biaya tidak langsung adalah biaya yang
volume kegiatan dapat digolongkan menjadi biaya tetap, biaya variabel dan biaya
semi variabel. Biaya tetap adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar
volume tertentu. Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah
sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semi variable adalah biaya
yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang
5) Penggolongan biaya atas dasar waktu yaitu dibagi menjadi 2 golongan yaitu:
Pengeluaran modal adalah biaya-biaya yang dinikmati lebih dari satu periode
Menurut Garrison dan Noreen (2000), harga pokok produk adalah harga pokok
produk mewakili jumlah biaya barang yang diselesaikan pada periode tersebut. Satu-
satunya biaya yang diberikan pada barang yang diselesaikan adalah biaya produksi dari
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, dan biaya lain-lain. Harga pokok produk ini
bermanfaat untuk memberikan informasi yang digunakan untuk menetukan laba dan
pengendalian biaya yang sangat diperlukan oleh pihak manajemen. Menurut Mulyadi
1) Biaya produksi merupakan salah satu data yang dipertimbangkan selain data non
4) Menentukan harga pokok produk dalam proses dan produk selesai yang disajikan
dalam neraca.
produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead pabrik yang kemudian akan digunakan sebagai penentuan harga jual produk
yang dihasilkan relatif homogen sehingga pencatatan biaya dari setiap jenis produk tidak
perlu dilakukan.
Menurut Bustami dan Nurlela (2013:91) penentuan biaya proses adalah suatu
metode dimana bahan baku, tenaga kerja, dan overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya
atau departemen. Biaya yang dibebankan ke setiap unit produk yang dihasilkan
ditentukan dengan membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya atau departemen
tersebut dengan jumlah unit yang diproduksi pada pusat biaya yang bersangkutan.
biaya berdasarkan proses (process costing system) bahan baku, tenaga kerja, dan
overhead pabrik dibebankan ke pusat biaya. Biaya yang dibebankan ke setiap unit
ditentukan dengan cara membagi total biaya yang dibebankan ke pusat biaya tersebut
Berikut ini adalah beberapa karakteristik penetuan biaya proses meurut Bustami
2) Produksi bersifat massa, dengan tujuan mengisi persediaan yang siap dijual,
3) Produk yang dihasilkan dalam suatu departemen atau pusat biaya relatif homogen
4) Biaya dibebankan ke setiap unit dengan membagi total biaya yang dibebankan ke
Perhitungan biaya pesanan merupakan salah satu metode atau cara mengakumulasi
biaya, yang dapat diterapkan pada perusahaan yang menggunakan produksi terputus-
putus. Dimana dalam metode ini, biaya dikumpulkan untuk setiap pesanan secara
menelusuri biaya pada unit individual atau pekerjaan, kontrak, tumpukan produk atau
perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing atau job costing), biaya
produksi diakumulasi untuk setiap pesanan (job) yang terpisah. Agar perhitungan biaya
terpisah dengan menggunakan kartu biaya pesanan yang dapat berupa kertas atau
elektronik.
11
Berikut ini adalah beberapa karakteristik penetuan biaya proses meurut Bustami
1) Sifat proses produksi dilakukan secara terputus-putus, dan tergantung pada pesanan
yang diterima,
3) Biaya produksi masing-masing pesanan dilakukan pada kartu biaya pesanan secara
4) Total biaya produksi untuk setiap elemen biaya dikalkulasi setelah pesanan selesai,
5) Biaya per unit dihitung, dengan membagi total biaya produksi yang terdiri dari:
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik yang dibebankan,
7) Produk yang sudah selesai dapat disimpan di gudang atau langsung diserahkan
pada pemesan.
Dalam penentuan biaya berdasarkan pesanan ini dapat ditinjau dari tiga (3) elemen
membebankan bahan baku langsung ke pesanan dan membebankan bahan baku tak
b. Akuntansi biaya tenaga kerja memelihara akun yang berhubungan dengan beban
Nurlela, 2013:62).
Supriyono (2011:77) menyatakan biaya bahan baku adalah harga perolehan dari
bahan baku yang dipakai dalam pengolahan produk. Biaya bahan baku adalah seluruh
biaya yang dikeluarkan pada awal proses produksi sampai dengan bahan siap untuk
digunakan yang meliputi harga bahan, biaya angkut, pengolahan, penyimpanan dan lain-
lain.
Menurut Bustami dan Nurlela (2006) biaya bahan baku langsung adalah bahan
baku yang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari produk selesai dan dapat
Dapat disimpulkan bahwa biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan pada
awal proses produksi hingga produk tersebut selesai (produk jadi masuk gudang) yang
Menurut Supriyono (2011:77) biaya tenaga kerja langsung adalah semua biaya
tenaga kerja pada depertemen produksi digolongkan sebagai biaya tenaga kerja apabila
produk diolah melalui beberapa tahapan atau depertemen, sedangkan biaya tenaga kerja
Mulyadi (2012:343) menyatakan bahwa biaya tenaga kerja langsung adalah harga
yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja tersebut. Dalam metode harga pokok
proses tidak dipisahkan antara biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak
Singkatnya biaya tenaga kerja langsung adalah biaya yang dikeluarkan pada tenaga
kerja yang langsung menangani proses produksi pada tiap-tiap departemen yang ada
dibagian produksi.
biaya produksi selain biaya bahan dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya overhead
pabrik pada metode harga pokok proses meliputi semua biaya produksi di departemen
produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja, ditambah semua biaya pada
Sedangkan menurut Bustami dan Nurlela (2006) biaya overhead pabrik adalah
biaya selain bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung tetapi membantu dalam
Mulyadi (2012:302) menyatakan produk yang tidak memenuhi standar mutu yang
telah ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang baik.
Produk rusak berbeda dengan sisa bahan karena sisa bahan merupakan bahan yang
14
mengalami kerusakan dalam proses produksi, sehingga belum sempat menjadi produk,
sedangkan produk rusak merupakan produk yang telah menyerap biaya bahan tenaga
adalah produk yang dihasilkan dalam proses produksi, dimana produk yang dihasilkan
tersebut tidak sesuai dengan standar mutu yang ditetapkan, tetapi secara ekonomis
produk tersebut dapat diperbaiki dengan mengeluarkan biaya tertentu, tetapi biaya yang
dikeluarkan cenderung lebih besar dari nilai jual setelah produk tersebut diperbaiki.
Menurut Bustami dan Nurlela (2013:123) ada beberapa faktor yang menyebabkan
1) Bersifat Normal
Dimana setiap proses produksi tidak bisa dihindari terjadinya produk rusak, maka
2) Akibat Kesalahan
Jika dalam proses produksi terdapat produk rusak, masalah yang timbul adalah
bagaimana memperlakukan produk rusak tersebut, jika laku dijual dan jika tidak laku
dijual. Perlakuan akuntansi produk rusak menurut Mursyidi (2008:115) adalah sebagai:
Produk rusak yang bersifat normal dan laku dijual, maka hasil penjualan produk
a. Penghasilan lain-lain,
Produk rusak yang bersifat normal tapi tidak laku dijual, maka harga pokok produk
rusak akan dibebankan ke produk selesai, yang mengakibatkan harga pokok produk
Produk rusak karena kesalahan dan laku dijual, maka hasil penjualan produk rusak
Produk rusak bersifat abnormal dan tidak laku dijual, maka harga pokok produk
produk rusak.
Dalam proses produksi, apabila terjadi produk rusak maka produk tersebut akan
Produk cacat merupakan barang yang dibuat dalam proses produksi tetapi
memiliki kekurangan yang menyebabkan nilai atau mutunya kurang baik atau kurang
merupakan produk yang dihasilkan tidak memenuhi standar yang telah ditetapkan tetapi
Menurut Bustami dan Nurlela (2013:113) produk cacat adalah produk yang
dihasilkan dalam proses produksi, dimana produk yang dihasilkan tersebut tidak sesuai
dengan standart mutu yang ditetapkan, tetapi secara ekonomis produk tersebut dapat di
perbaiki dengan mengeluarkan biaya tertentu, dalam hal ini perlu diperhatikan biaya yang
dikeluarkan lebih untuk memperbaiki rendah dari nilai jual setelah produk tersebut
diperbaiki.
Menurut Bustami dan Nurlela (2013:113) ada beberapa faktor yang menyebabkan
1) Bersifat Normal
Dimana setiap proses produksi tidak bisa dihindari terjadinya produk cacat, maka
dimana terjadinya produk cacat, dengan cara menggabungkan setiap elemen biaya
2) Akibat Kesalahan
kelalaian pekerja dan sebagainya. Maka biaya untuk memperbaiki produk cacat
seperti ini tidak dibebankan kesetiap elemen biaya, tetapi dianggap sebagai
kerugian perusahaan yang harus dimasukkan ke dalam rekening rugi produk cacat.
Jika dalam proses produksi terdapat produk cacat, masalah yang timbul adalah
bagaimana memperlakukan produk cacat tersebut, jika laku dijual dan jika tidak laku
dijual. Perlakuan Akuntansi untuk produk cacat menurut Mursyidi (2008;119) yaitu:
Dalam proses produksi, apabila terjadi produk cacat akan diperhitungkan beserta biaya
pengerjaan kembali.
Judul Penelitian :Analisis Perlakuan Akuntansi Produk Rusak pada PT. Indofood
Hasil (Kesimpulan) :Dari analisis yang dilakukan pada PT. Indofood CBP Sukses
rusak dibagi menjadi dua jenis yaitu produk rusak laku dijual dan
Hasil (Kesimpulan) :Hasil analisis yang dilakukan pada CV. Pulau Siau adalah
adanya produk rusak yang bersifat normal dan laku dijual. Jenis
produk rusak terdapat pada bahan baku yang kurang baik seperti
biji pala yang retak dan bunga pala yang berjamur. Perusahaan
rusak yang bersifat normal dan laku dijual dan dicatat sebagai
pendapatan lain-lain. Produk rusak yang ada pada CV. Pulau Siau
Judul Penelitian :Tinjauan Atas Perlakuan Akuntansi untuk Produk Cacat dan
Hasil (Kesimpulan) :Berdasarkan hasil kajian dari data yang diperoleh pada PT. Indo
yaitu salah corak dan tarikan kain longgar yang disebabkan oleh
sebagai produk rusak yang bersifat normal yang laku dijual dan
Tabel 2.1
Daftar Penelitian Terdahulu
disebabkan oleh
kesalahan para
karyawan atau
SDM. Produk
rusak yang ada
diperlakukan
sebagai produk
rusak yang
bersifat normal
yang laku dijual
dan dicatat
sebagai
pendapatan lain-
lain.
Keterkaitan antara produk rusak, produk cacat dengan harga pokok produksi PT.
Lumina Packaging seperti yang sudah diuraikan diatas dapat ditunjukkan dalam gambar
dibawah ini:
Y :Harga Pokok
Produksi
X2 :Produk Cacat
Setiap perusahaan selalu mempunyai tujuan utama yang sama yaitu mendapatkan
laba yang maksimal. Tujuan tersebut dapat tercapai jika perusahaan beroperasi secara
efektif dan efisien. Maka dari itu perusahaan harus lebih berupaya dalam mengefektifkan
dan mengefisiensikan waktu, biaya dan sumber daya yang dimiliki. Terutama dalam
23
teliti, tepat dan cermat agar sesuai dengan spesifikasi yang diminta oleh pemesan. Jika
pemesan maka pemesan akan merasa puas dengan produk yang ditawarkan oleh
perusahaan.
Demikian pula yang terjadi pada PT. Lumina Packaging yang dituntut oleh
Namun pada setiap perusahaan manufaktur yang mempunyai lebih dari satu departemen
sering ditemukan produk rusak dan produk cacat yang tidak dapat dihindari. Produk
rusak dan produk cacat tersebut tetap menyerap biaya produksi dan dapat menimbulkan
2.10 Hipotesis
karena itu, perumusan hipotesis sangat berbeda dari perumusan pertanyaan penelitian
(Azwar, 2015:49).
diajukan dalam penelitian ini adalah “terdapat pengaruh signifikan produk rusak dan
variabel didalam penelitian merupakan suatu atribut dari sekelompok objek yang
diteliti, mempunyai variasi antara satu dengan yang lainnya dalam kelompok tersebut.
penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian (Arikunto, 2002:118).
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yang digunakan yaitu variable terikat (Y)
perhatian dari peneliti. Dalam sebuah penelitian hakikat permasalahan akan mudah
dikenali dengan melihat berbagai variabel dependen yang digunakan. Dalam penelitian
ini variabel dependen yang digunakan adalah harga pokok produksi (Y) yang merupakan
jumlah biaya yang dikeluarkan selama awal proses produksi sampai menjadi produk jadi
dependen ( Husein Umar, 2002:129). Variabel independen dalam penelitian ini adalah:
Produk Rusak (X1) yaitu hasil proses produksi yang tidak sesuai dengan standar
yang ditetapkan oleh perusahaan dan tidak dapat diperbaiki lagi, jika diperbaiki maka
harga pokok produksinya akan lebih tinggi dari harga jual produk tersebut.
24
25
Produk Cacat (X2) yaitu hasil proses produksi yang kurang memenuhi standar yang
ditetapkan oleh perusahaandan masih bisa diperbaiki lagi namun harga jualnya lebih
Waktu penelitian ini dimulai tanggal 19 Januari 2017 sampai dengan 20 April
2017. Dalam penelitian ini peneliti mengambil objek penelitian pada PT.Lumina
Lumina Packaging merupakan perusahaan swasta yang berdiri sejak tahun 2011 dan
begerak dibidang percetakan kemasan plastik fleksibel untuk makanan dan minuman.
3.3.1 Populasi
Menurut Jusuf (2012:129) populasi adalah sekelompok unsur atau
gejala, atau berbentuk konsep yang menjadi objek penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah data produk rusak semua jenis dan data produk cacat semua
3.3.2 Sampel
Menurut Jusuf (2012:131) sampel adalah contoh, representan atau wakil
dari satu populasi yang cukup besar jumlah, yaitu satu bagian dari keseluruhan
yang dipilih. Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah data produk rusak
langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat
pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari
(Azwar, 2015:91). Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari pihak-pihak
Manager PPIC.
pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya
(Azwar, 2015:91). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan
dan yang tidak dipublikasikan (Indriantoro dan Supomo, 2014: 147). Data
sekunder yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data produksi, data produk
berbagai informasi dalam penelitian yang akan digunakan dalam pengukuran variabel.
27
3.5.1 Wawancara
Pengumpulan data dengan wawancara adalah cara atau teknik untuk
(Jusuf, 2012:152).
3.5.2 Dokumentasi
Menurut Yusuf (2014:391) dokumen merupakan catatan atau karya
seseorang tentang sesuatu yang sudah berlalu. Dokumen ini dapat berbentuk
teks tertulis, artefak, gambar, maupun foto. Teknik dokumentasi adalah dengan
mencari fakta mengenai hal yang berupa data produk rusak dan produk cacat.
apakah terdapat pengaruh produk rusak dan produk cacat terhadap perhitungan harga
pokok produksi pada PT. Lumina Packaging adalah uji asumsi klasik, uji regresi linier
regresi merupakan penaksir kolinier tak bias terbalik (Ghozali, 2006:95). Untuk
dicari dengan metode kuadrat kecil atau Ordinary Least Square (OLS). Metode
OLS akan dapat dijadikan alat estimasi yang tidak bias jika telah memenuhi
diperlukan adanya uji asumsi klasik terhadap model yang telah diformulasikan
autokolerasi.
A. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonierias ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
ditemukan adanya korelasi diantara variabel independen, jika variabel independen saling
dideteksi dengan menggunakan nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF).
Tolerance mengukur variabilitis variabel bebas yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh
variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF
tinggi (karena VIF sama dengan 1 atau tolerance sama dengan 0,1). Nilai cutoff yang
umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai tolerance >0,10
B. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Jika
variance dari suatu residual satu pengamatan kepengamatan lain tetap, disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik
dengan cara melihat grafik scatter plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED)
Dasar analisis:
29
a) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu yang
b) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka
nol (0) pada sumbu Y, maka tidak ada heteroskedastisitas (Ghozali, 2009:125).
C. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 sebelumnya. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada masalah autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas
dari satu observasi lainnya. Autokorelasi dapat dideteksi dengan menggunakan uji
Durbin-Watson (Ghozali, 2006:99). Uji ini menghasilkan nilai DW hitung (d) dan nilai
dL<d<du :ada masalah autokorelasi positif yang lemah, dimana perbaikan akan
lebih baik.
4-du<d<4<dL :masalah autokorelasi lemah, dimana ada perbaikan akan lebih baik.
atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan memprediksi varibel terikat
dengan menggunakan dua atau lebih variabel bebas (Rochaety dkk, 2009:142). Dalam
penelitian ini dapat dilihat bahwa variabel bebas yaitu, (X1) produk rusak dan (X2)
produk cacat (secara positif atau negatif) variabel terikatnya adalah harga pokok
produksi (Y). Bentuk persamaan regresi dari penelitian ini adalah sebagai berikut
(Ghozali, 2009:88):
Y= a + b1 X1 + b2 X2 + e
Dimana:
X1 : produk rusak
X2 : produk cacat
e : faktor eror
31
terikat (Ghozali, 2009:44). Hipotesis yang akan digunakan dalam penelitian ini
adalah:
pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap variabel terikat (harga pokok
produksi).
yang signifikan secara simultan terhadap variabel terikat (harga pokok produksi).
a) Apabila angka probabilitas signifikansi > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
b) Apabila angka probabilitas signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Fh = R2 / k____
(1-R2) / (n-k-1)
Keterangan :
F = Nilai f hitung
n = Jumlah sampel
32
Uji-t pada dasarnya seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas secara
menguji variabel bebas (produk rusak dan produk cacat) terhadap variabel terikat
pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap variabel terikat (harga pokok
produksi).
yang signifikan secara parsial terhadap variabel terikat (harga pokok produksi).
a) Apabila angka probabilitas signifikansi > 0,05, maka H0 diterima dan H1 ditolak.
b) Apabila angka probabilitas signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Th = _r√n-2_
1 – r2
Keterangan :
Th = T hitung
n = Jumlah sampel
33
determinasi adalah antara 0 dan 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-
variabel bebas dalam menjelaskan variasi variabel terikat amat terbatas. Nilai yang