Oleh :
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah Auditing ini dengan
baik meskipun banyak kekurangan di dalamnya. Saya berterima kasih kepada
Ibu/Bapak Dosen Pengajar Akuntansi semester 3 yang telah memberikan tugas ini
kepada saya.
Saya sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah
wawasan serta pengetahuan kita mengenai Tujuan Pengauditan dan
Tanggungjawab Auditor. Saya juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah
ini terdapat banyak kekurangan dan makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab
itu, saya berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang akan
saya buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna
tanpa ada saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata yang kurang berkenan dan saya memohon kritik dan saran
yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penyusun
2| Auditing
DAFTAR ISI
JUDUL
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah
5
1.3 Tujuan Penulisan
5
1.4 Manfaat Penulisan
6
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tujuan Pengauditan atas Laporan Keuangan
7
2.2 Tanggungjawab Manajemen
8
2.3 Tanggungjawab Auditor
9
2.4 Pendekatan Siklus dalam Pengauditan
27
2.5 Penetapan Tujuan Audit
38
2.6 Asersi-Asersi Manajemen
3| Auditing
40
2.7 Tujuan Audit
46
2.8 Cara Auditor Memenuhi Tujuan Audit
55
DAFTAR PUSTAKA
61
BAB 1
PENDAHULUAN
5| Auditing
1.3 TUJUAN PENULISAN
Adapun yang menjadi tujuan dalam penulisan makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Mampu memahami tujuan pengauditan atas laporan keuangan.
2. Mampu memahami tanggungjawab manajemen.
3. Mampu memahami tanggungjawab auditor.
4. Mampu memahami pendekatan siklus dalam pengauditan.
5. Mampu memahami penetapan tujuan audit.
6. Mampu memahami asersi-asersi manajemen.
7. Mampu memahami tujuan audit.
8. Mampu memahami cara auditor memenuhi tujuan audit.
BAB II
6| Auditing
PEMBAHASAN
8| Auditing
2.3 Tanggungjawab Auditor
Auditor mempunyai tanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit. Tanggungjawab auditor ada 3 yaitu :
2. Keyakinan memadai
Keyakinan memadai merupakan suatu tingkat keyakinan tinggi.
Keyakinan tersebut diperoleh ketika auditor telah mendapatkan bukti
audit yang cukup dan tepat untuk menurunkan risiko audit (risiko
bahwa auditor menyatakan suatu opini yang tidak tepat ketika laporan
9| Auditing
keuangan mengandung kesalahan penyajian material) ke suatu tingkat
rendah yang bisa diterima. Namun, keyakinan memadai bukan
merupakan suatu tingkat keyakinan absolut. Keyakinan ini
menunjukkan bahwa auditor bukanlah penjamin atau pemberi garansi
tentang kebenaran laporan keuangan. Jadi suatu audit yang
dilaksanakan sesuai dengan standar auditing, bisa gagal untuk
mendeteksi kesalahan penyajian material.
Auditor bertanggungjawab untuk keyakinan memadai, bukan
keyakinan absolut, karena alasan-alasan berikut :
a. Kebanyakan bukti audit diperoleh dari pengujian atas suatu
sampel dari suatu populasi, seperti piutang usaha atau
persediaan. Sampling tak terelakkan mengandung sejumlah
risiko akan tidak ditemukannya suatu kesalahan penyajian
material. Selain itu, wilayah yang diuji, jenis, luas dan saat
pengujian, serta evaluasi atas hasil pengujian membutuhkan
pertimbangan auditor yang signifikan. Meskipun dengan
kejujuran dan integritas, auditor bisa melakukan kesalahan
dan kekeliruan dalam membuat pertimbangan.
b. Akuntansi berisi estimasi yang kompleks, yang secara inheren
mengandung ketidakpastian dan bisa dipengaruhi oleh
kejadian-kejadian di masa dating. Akibatnya auditor hanya
bisa mengandalkan pada bukti yang persuasif, tetapi tidak
meyakinkan.
c. Penyajian laporan keuangan yang mengandung kecurangan
sangat sulit (atau bahkan hampir tidak mungkin) untuk
dideteksi, terutama bila terdapat kolusi di kalangan
manajemen.
Apabila auditor bertanggungjawab untuk mendapat kepastian
tentang kebenaran seluruh asersi dalam laporan keuangan, maka jenis
dan jumlah bukti yang diperlukan dan biaya untuk menyelenggarakan
audit akan menjadi sedemikian tinggi sehingga audit menjadi tidak
praktis. Oleh karena itu, auditor tidak mungkin menemukan seluruh
kesalahan penyajian material dalam setiap audit. Namun demikian,
10 | A u d i t i n g
audit bisa diterima masyarakat sepanjang audit itu dilaksanakan
sesuai dengan standar auditing.
3. Skeptisisme professional
Standar auditing mensyaratkan agar suatu audit dirancang untuk
mendapatkan keyakinan memadai untuk mendeteksi kesalahan dan
kecurangan material yang terdapat dalam laporan keuangan. Untuk
mencapai hal tersebut, audit harus dirancang dan dilaksanakan
dengan sikap skeptisisme profesional dalam semua aspek
pengauditan.
Skeptisisme profesional adalah suatu sikap yang mencakup suatu
pikiran yang selalu mempertanyakan, waspada terhadap kondisi yang
dapat mengindikasikan kemungkinan kesalahan penyajian, baik yang
disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan, dan penilaian penting
atas suatu bukti audit.
11 | A u d i t i n g
mempertanyakan dan secara kritis mengevaluasi bukti, auditor akan
dapat mengurangi secara signifikan kemungkinan kegagalan audit
selama audit berlangsung.
Skeptisisme profesional mencakup kewaspadaan terhadap antara
lain hal-hal sebagai berikut :
Bukti audit yang bertentangan dengan bukti audit lain yang
diperoleh.
Informasi yang menimbulkan pertanyaan tentang keandalan
dokumen dan tanggapan terhadap permintaan keterangan
yang digunakan sebagai bukti audit.
Keadaan yang mengindikasikan adanya kemungkinan
kecurangan.
Kondisi yang menyarankan perlunya prosedur audit
tambahan selain prosedur yang disyaratkan oleh SA.
5. Pertimbangan profesional
Paragraph 16 SA 200 menetapkan sebagai berikut :
Auditor harus menggunakan pertimbangan profesional dalam
merencanakan dan melaksanakan audit atas laporan
keuangan.
Pertimbangan profesional merupakan hal penting untuk
melakukan audit secara tepat. Hal ini karena interpretasi ketentuan
etika dan SA yang relevan, serta keputusan yang telah diinformasikan
yang diharuskan selama audit tidak dapat dibuat tanpa penerapan
pengetahuan dan pengalaman yang relevan pada fakta dan kondisi
12 | A u d i t i n g
terkait. Pertimbangan profesional terutama diperlukan dalam
membuat keputusan tentang :
Materialitas dan risiko audit.
Sifat, saat, dan luas prosedur audit yang digunakan untuk
memenuhi keperluan SA dan mengumpulkan bukti audit.
Pengevaluasian tentang apakah bukti audit yang cukup dan
tepat telah diperoleh, dan apakah pengevaluasian lebih
lanjut dibutuhkan untuk mencapai tujuan SA dan tujuan
keseluruhan auditor.
Pengevaluasian tentang pertimbangan manajemen dalam
menerapkan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
bagi entitas.
Penarikan kesimpulan berdasarkan bukti yang diperoleh,
sebagai contoh, penilaian atas kewajaran estimasi yang
dibuat oleh manajemen dalam menyusun laporan keuangan.
13 | A u d i t i n g
Standar auditing membedakan dua tipe salah saji, yaitu kesalahan
dan kecurangan. Kedua tipe salah saji ini bisa material dan bisa juga tidak
material. Kesalahan adalah salah saji dalam laporan keuangan yang tidak
disengaja, sedangkan kecurangan adalah salah saji yang disengaja.
Contoh kesalahan misalnya salah dalam melakukan perkalian antara
jumlah unit dengan harga per unit dalam membuat faktur penjualan,
salah dalam menerapkan metode harga wajar persediaan untuk
persediaan yang telah lama tidak laku.
14 | A u d i t i n g
merencanakan dan melaksanakan audit dengan tepat guna mendeteksi
kesalahan penyajian material, baik yang disebabkan oleh kesalahan
maupun kecurangan.
2. Tanggungjawab auditor
Paragraf 5 SA 240 menyebutkan :
Auditor yang melaksanakan audit berdasarkan SA
bertanggungjawab untuk memperoleh keyakinan memadai
apakah laporan keuangan secara keseluruhan bebas dari
kesalahan penyajian material, yang disebabkan oleh
kecurangan atau kesalahan. Karena keterbatasan bawaan suatu
audit, maka selalu ada risiko yang tidak terhindarkan bahwa
beberapa kesalahan penyajian material dalam laporan
15 | A u d i t i n g
keuangan mungkin tidak akan terdeteksi, walaupun audit telah
direncanakan dan dilaksanakan dengan baik berdasarkan SA.
17 | A u d i t i n g
memengaruhi presepsi para pengguna laporan keuangan. Hal ini
dapat disebabkan usaha manajemen untuk mengelola laba dengan
tujuan mengelabui para pengguna laporan keuangan dengan
memengaruhi presepsi mereka terhadap kinerja dan probabilitas
entitas. Pengelolaan laba seperti itu dapat dimulai dari tindakan-
tindakan kecil atau penyesuaian asumsi yang tidak tepat dan
perubahan pertimbangan oleh manajemen. Dorongan dan insentif
dapat menyebabkan tindakan-tindakan ini meningkatkan sampai
pada tahap terjadinya pelaporan keuangan yang mengandung
kecurangan.
Pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Manipulasi, pemalsuan (termasuk peniruan), atau
pengubahan catatan akuntansi atau dokumentasi
pendukung yang menjadi dasar penyusunan laporan
keuangan.
b. Pernyataan salah, atau penghilangan secara sengaja atas
peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan lain dalam
laporan keuangan.
c. Penerapan salah yang disengaja atas prinsip akuntansi
yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, penyajian atau
pengungkapan.
18 | A u d i t i n g
b. Menyesuaikan asumsi secara tidak tepat dan mengubah
pertimbangan yang telah digunakan untuk mengestimasi
saldo akun.
c. Menghilangkan, mengakui lebih dahulu atau menunda
pengakuan di dalam laporan keuangan atau peristiwa dari
transaksi yang telah terjadi selama periode pelaporan.
d. Menyembunyikan, atau tidak mengungkapkan, fakta yang
dapat memengaruhi suatu jumlah yang tercatat dalam
laporan keuangan.
e. Menggunakan transaksi yang kompleks yang disusun
untuk menyajikan posisi atau kinerja keuangan entitas
yang salah.
f. Mengubah catatan dan ketentuan yang terkait dengan
transaksi signifikan dan tidak biasa.
19 | A u d i t i n g
dibayar oleh pemasok kepada staf pembelian entitas
sebagai balas jasa karena telah meninggikan harga,
pembayaran kepada karyawan fiktif).
d. Menggunakan aset entitas untuk kepentingan pribadi
(sebagai contoh, menggunakan aset entitas sebagai
jaminan bagi pnjaman pribadi atau pinjaman kepada
pihak yang berelasi).
Penyalahgunaan aset yang seringkali disertai dengan catatan
atau dokumen palsu untuk menyembunyikan fakta bahwa aset
tersebut telah hilang atau telah dijaminkan tanpa otorisasi
semestinya.
20 | A u d i t i n g
dapat mengakibatkan denda, litigasi, atau konsekuensi lain bagi entitas
yang dapat menimbulkan kesalahan penyajian material terhadap laporan
keuangan.
1. Tanggungjawab untuk mematuhi peraturan perundang-
undangan
Adalah merupakan tanggungjawab manajemen, dengan
pengawasan dari pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola,
untuk memastikan bahwa operasi entitas dijalankan dengan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan,
termasuk kepatuhan terhadap ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan yang menentukan jumlah dan
pengungkapan yang harus dilaporkan dalam laporan keuangan
suatu entitas.
2. Tanggungjawab auditor
SA 250 mengatur tentang Pertimbangan Atas Peraturan
Perundang-Undangan Dalam Audit Atas Laporan Keuangan.
Ketentuan dalam SA tersebut dirancang untuk membantu
auditor dalam mengindentifikasi kesalahan penyajian material
dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh ketidakpatuhan
terhadap terhadap peraturan perundang-undangan. Namun,
auditor tidak bertanggungjawab untuk mencegah tidak dapat
diharapkan untuk mendeteksi ketidakpatuhan terhadap semua
peraturan perundang-undangan.
Dalam melaksanakan audit laporan keuangan, auditor harus
mempertimbangkan kerangka peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Oleh karena keterbatasan bawaan yang melekat
dalam audit, terhadap risiko yang tidak dapat dihindari bahwa
beberapa kesalahan penyajian material dalam laporan
keuangan mungkin tidak dapat terdeteksi walaupun audit telah
direncanakan secara tepat dan dilaksanakan berdasarkan SA.
Dalam konteks dengan peraturan perundang-undangan,
sebagai akibat keterbatasan bawaan ini, dampak potensial
terhadap kemampuan auditor untuk mendeteksi kesalahan
21 | A u d i t i n g
penyajian material adalah lebih besar, yang disebabkan
beberapa alasan berikut :
a. Ada banyak peraturan perundang-undangan, yang secara
prinsip berhubungan dengan aspek operasi sebuah
entitas, yang umumnya tidak berdampak terhadap
laporan keuangan dan tidak dicakup oleh system
informasi entitas yang terkait dengan pelaporan
keuangan.
b. Ketidakpatuhan dapat melibatkan perilaku yang secara
sengaja dirancang untuk menyembunyikan
ketidakpatuhan tersebut, seperti kolusi, pemalsuan,
kesengajaan untuk tidak mencatat transaksi, kesengajaan
manajemen untuk mengabaikan pengendalian yang ada
atau pernyataan salah yang secara sengaja dibuat untuk
auditor.
c. Keputusan apakah suatu tindakan merupakan
ketidakpatuhan pada akhirnya merupakan sebuah hal
yang harus diputuskan secara hokum oleh pengadilan.
24 | A u d i t i n g
bersifat material, maka auditor harus mengomunikasikan
dengan segera hal tersebut kepada pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola.
Sesuai dengan SA 705, jika auditor menyimpulkan bahwa
ketidakpatuhan berdampak material terhadap laporan
keuangan, dan belum tercermin secara memadai dalam laporan
keuangan, maka auditor dapat menyatakan suatu opini wajar
dengan pengecualian atau suatu opini tidak wajar atas laporan
keuangan tersebut.
Jika auditor dihalangi oleh manajemen atau pihak yang
bertanggungjawab atas tata kelola untuk memperoleh bukti
audit cukup dan tepat untuk mengevaluasi apakah
ketidakpatuhan yang mungkin berdampak material terhadap
laporan keuangan telah atau kemungkinan telah terjadi, maka
auditor harus menyatakan opini wajar dengan pengecualian
atau pernyataan tidak memberikan opini atas laporan
keuangan karena adanya pembatasan ruang lingkup audit.
25 | A u d i t i n g
Dewasa ini cara yang lazim untuk memecah suatu audit adalah
dengan menempatkan jenis (atau kelompok) transaksi dan saldo akun
yang berkaitan erat dalam segmen yang sama. Cara semacam ini disebut
pendekatan siklus. Sebagai contoh, penjualan, retur penjualan,
penerimaan kas, dan penghapusan piutang tak tertagih adalah empat
golongan transaksi yang menyebabkan akun piutang usaha bertambah
atau berkurang. Oleh karena itu keempat transaksi tersebu ditempatkan
dalam siklus penjualan dan pendapatan. Demikian pula, transaksi
penggajian dan utang gaji merupakan bagian dari siklus penggajian dan
siklus personalia.
Dengan menggunakan pendekatan siklus, proses pengauditan bisa
berjalan lebih efisien, karena pendekatan ini mengikuti aliran
pencatatan dalam jurnal dan peringkasannya di buku besar serta
laporan keuangan.
Sepanjang dimungkinkan, pendekatan siklus menggabungkan
transaksi-transaksi yang dicatat dalam jurnal yang berbeda-beda
dengan saldo akun buku besar yang dihasilkan dari transaksi-transaksi
tersebut. Auditor bisa memecah aktivitas entitas yang diauditnya
menjadi siklus-siklus. Salah satu contoh siklus yang ditetapkan auditor
dalam pengauditan laporan keuangan adalah :
Siklus penjualan dan pengumpulan piutang
Siklus pembelian dan pembayaran
Siklus penggajian dan personalia
Siklus persediaan dan penggudangan
Siklus perolehan modal dan pengembaliannya
26 | A u d i t i n g
Gambar 4-2 aliran transaksi dari jurnal ke laporan keuangan.
27 | A u d i t i n g
Gambar 4-3 neraca saldo setelah disesuaikan PT. ABC
PT. ABC
NERACA SALDO
31 Desember 2013
(Dalam Rupiah)
Debet Kredit
Pn, Pb, Pg, Pm Kas di bank 827.568
Pn Piutang usaha 20.196.800
Pn Cadangan kerugian piutang 1.240.000
Pn Piutang lain-lain 945.020
Pb, Ps Persediaan 29.864.621
Pb Beban dibayar dimuka 431.558
Pb Tanah 3.456.420
Pb Gedung 32.500.000
Pb Komputer & alat lain 3.758.347
Pb Mebel 2.546.421
Pb Akumulasi Depresiasi 31.920.126
Pb Utang usaha 4.719.989
Pm Utang wesel 4.179.620
Pg Utang gaji 1.349.800
Pg Utang P. Ph karyawan 119.663
Pm Utang bunga 149.560
Pm Utang dividen 1.900.000
Pb Utang pajak Penghasilan 795.442
Pm Utang wesel jangka Panjang 24.120.000
Pb Pajak ditangguhkan 738.240
Pb Utang lain-lain 829.989
Pm Modal saham 5.000.000
Pm Agio saham 3.500.000
Pm Laba ditahan 11.929.075
28 | A u d i t i n g
Pn Penjualan 144.327.789
Pn Retur penjualan 1.241.663
Ps Hpp 103.240.768
Pg Gaji dan komisi 7.738.900
Pg PPh karyawan penjualan 1.422.100
Pb Beban perjalanan-penjualan 1.110.347
Pb Beban advertensi 2.611.263
Pb Beban promosi penjualan 321.620
Pb B. rapat & pelatihan penjualan 924.480
Pb Beban penjualan Lain-lain 681.041
Pg Gj. Pimpinan & kayarwan kntr 5.523.960
Pg PPh karyawan administrasi 682.315
Pb B. perjalanan- administrasi 561.680
Pb Pemeliharaan & supp. Komp 860.260
Pb Alat tulis & supplies Kantor 762.568
Pb Beban pos 244.420
Pb Beban telekomunikasi 722.315
Pb Beban sewa 312.140
Pb Beban hukum 383.060
Pb Beban pengauditan 302.840
Pb Depresiasi 1.452.080
Pn Kerugian piutang 3.323.084
Pb Beban asuransi 722.684
Pb B. reparasi & pemeliharaan ktr 843.926
Pb Macam-macam beban kantor 643.680
Pb Macam-macam beban umum 323.842
Pb Laba penjualan aset 719.740
Pb Pajak penghasilan 1.746.600
Pm Beban bunga 2.408.642
Pm Dividen 1.900.000
Jumlah 237.539.033 237.539.033
29 | A u d i t i n g
Catatan : Kode singkatan di kolom sebelah kiri menunjukkan siklus
transaksi berikut :
Pn = Penjualan dan pengumpulan piutang
Ps = Persediaan dan penggudangan
Pb = Pembelian dan pembayaran
Pm = Perolehan modal dan pengembaliannya
Pg = Penggajian dan personalia
Gambar 4-3 melukiskan penerapan siklus-siklus atas audit dengan
menggunakan neraca saldo PT ABC tanggal 31 Desember 2013. Neraca
saldo digunakan untuk mempersiapkan pembuatan laporan keuangan dan
digunakan pula sebagai fokus utama pada setiap audit. Saldo tahun yang
IaIu biasanya dimasukkan pula untuk tujuan perbandingan, tetapi dalam
Gambar 4-3 sengaja dihilangkan agar kita fokus pada siklus-siklus transaksi.
Kode singkatan yang menunjukkan suatu siklus dicantumkan untuk setiap
akun pada kolom paling kiri di samping nama akun. Perhatikan bahwa
setiap akun paling sedikit berhubungan dengan satu siklus, kecuali kas dan
persediaan yang berkaitan dengan lebih dari satu siklus.
31 | A u d i t i n g
Pajak penghasilan
Penggajian dan Jurnal penggajian Kas di bank Gaji dan komisi
personalia Jurnal umum Utang gaji Pajak karyawan
Utang PPh penjualan
karyawan Gaji pimpinan &
karyawan
Pajak karyawan adm.
Persediaan dan Jurnal pembelian Persediaan Harga pokok penjualan
penggudangan Jurnal penjualan
Jurnal umum
Perolehan modal Jurnal pembelian Kas di bank Beban bunga
dan Jurnal pengeluaran Utang wesel
pengembaliannya kas Utang wesel
Jurnal umum jangka panjang
Utang bunga
Modal saham
Agio saham
Laba ditahan
Dividen
Utang dividen
Akun-akun yang terdapat dalam buku besar PT ABC diringkas dalam tabel
4-1 menurut siklusnya, beserta jurnal yang bersangkutan, dan dicantumkan
dalam laporan keuangan mana akun tersebut diIaporkan.
Semua akun buku besar dan jurnal yang digunakan oleh PT ABC
tercakup paling tidak oleh satu siklus. Pada perusahaan yang Iain,
jumlah dan judul jurnal dan buku besar mungkin berbeda. Tetapi
semuanya akan tercakup.
Beberapa jurnal dan akun buku besar tercakup dalam lebih dari satu
siklus. Apabila terjadi demikian, hal itu berarti bahwa jurnal tersebut
digunakan untuk mencatat transaksi yang berasal Iebih dari satu siklus,
dan menunjukkan keterkaitan antar siklus. Akun buku besar paling
penting yang tercakup dan mempengaruhi berbagai akun siklus adalah
kas (kas di bank). Kas menghubungkan berbagai siklus.
32 | A u d i t i n g
Siklus penjualan dan penerimaan piutang adalah siklus pertama yang
tercantum dalam label dan dalam kebanyakan audit merupakan siklus
yang utama. Penerimaan kas dari piutang dalam jurnal penerimaan kas
merupakan aliran kas masuk yang utama dari operasi ke akun kas di
bank.
Siklus permodalan dan pengembaliannya berhubungan erat dengan
siklus pembelian dan pembayaran. Transaksi-transaksi dalam siklus
pembelian dan pembayaran meliputi pembelian persediaan, supplies,
serta barang dan jasa lain untuk keperluan operasi. Transaksi transaksi
dalam siklus pormodalan dan pengembaliannya berkaitan dengan
pendanaan perusahaan, seperti misalnya penerbitan saham atau
penarikan utang, pembayaran dividen, dan pengembalian (pembayaran
kembali) utang.
Meskipun jurnal yang sama bisa digunakan untuk mencatat transaksi
transaksi dalam siklus pembelian dan pembayaran dan permodalan dan
pengembaliannya, namun akan lebih baik apabila digunakan siklus
transaksi yang terpisah. Alasannya, pertama karena permodalan dan
pengembaliannya berkaitan dengan pendanaan perusahaan, bukan
untuk operasi. Kedua kebanyakan akun-akun dalam siklus permodalan
dan pengembaliannya hanya digunakan mencatat transaksi yang tidak
begitu banyak, tetapi masing-masing menyangkut jumlah yang sangat
material dan oleh karenanya harus diaudit dengan ekstensif. Dengan
kedua alasan tersebut, maka akan lebih baik apabila transaksi-transaksi
tersebut dipisahkan menjadi dua siklus yang terpisah.
Siklus persediaan dan penggudangan berkaitan erat dengan semua
siklus lainnya, terutama dalam perusahaan manufaktur. Harga pokok
persediaan meliputi bahan baku (siklus pembelian dan pembayaran),
biaya tenaga kerja langsung (siklus penggajian dan personalia), dan
overhead pabrik (pembelian dan pembayaran dan penggajian dan
personalia). Penjualan barang jadi meliputi siklus penjualan dan
penerimaan piutang.Karena persediaan biasanya material pada
sebagian besar perusahaan manufaktur, maka lazim meminjam uang
dengan menggunakan persediaan sebagai sekuritas. Dalam situasi
33 | A u d i t i n g
demikian, siklus permodalan dan pengembaliannya juga berkaitan
dengan persediaan dan penggudangan. Persediaan dijadikan satu siklus
tersendiri karena bersangkutan dengan siklus-siklus lainnya dan karena
kebanyakan persediaan pada perusahaan manufaktur dan perusahaan
pengecer biasanya sangat material, serta ada sistem dan pengendalian
yang unik untuk persediaan, dan atas persediaan sering kali sangat
kompleks.
34 | A u d i t i n g
setiap siklus terpisah selama audit berlangsung. Meskipun auditor
harus memperhatikan hubungan antar-siklus, namun biasanya auditor
memperlakukan setiap siklus secara independen sejauh dimungkinkan
agar audit berjalan efektif.
Kas
Siklus perolehan
modal dan
pengembaliannya
Siklus persediaan
dan
penggudangan
35 | A u d i t i n g
c. Pengujian atas pengungkapan saldo akhir dalam laporan keuangan.
Gambar 4-5 di bawah ini melukiskan konsep di atas, dengan menunjukkan
empat golongan transaksi yang membentuk saldo akhir akun piutang usaha
pada PT. Nusantara dengan saldo akhir sebesar Rp. 17.521.000,00 telah diaudit
pada tahun lalu, dan dengan demikian saldo awal dianggap sudah ditetapkan
secara wajar. Apabila kemudian auditor mendapat keyakinan bahwa keempat
siklus yang mempengaruhi akun piutang usaha ditetapkan secara benar, maka
auditor menjadi yakin pula bahwa saldo akhir akun ini sebesar Rp.
20.197.000,00 ditetapkan dengan benar. Namun, demikian dalam praktik
auditor jarang mendapat keyakinan penuh tentang kebenaran setiap golongan
transaksi, sehingga akibatnya auditor tidak mendapat keyakinan penuh pula
atas saldo akhir yang ditimbulkan oleh golongan-golongan transaksi tersebut.
Pada hampir semua audit, keyakinan dapat ditingkatkan dengan juga
mengaudit saldo akun piutang usaha (tidak hanya mengaudit golongan-
golongan transaksi yang membentuk saldo akhir piutang usaha). Auditor
berkesimpulan bahwa cara paling efisien dan efektif untuk melaksanakan audit
adalah dengan memadukan keyakinan untuk setiap golongan transaksi dengan
keyakinan untuk saldo akhir akun yang bersangkutan.
Gambar 4.5 saldo awal dan transaksi-transaksi yang mempengaruhi saldo akhir
Piutang Usaha
Saldo awal Rp. 17.521.000
Penjualan Rp. 144.328.000 Rp. 137.087.000 Penerimaan Kas
Rp. 1.242.000 Retur
Penjualan Rp. 3.323.000
Penghapusan Piutang
36 | A u d i t i n g
Saldo Akhir Rp. 20.197.000
37 | A u d i t i n g
pemyataan manajemen tersebut bersifat implisit. Sebagai contoh, apabila dalam
neraca PT Nusantara tercantum kas Rp. 950.627.000,00, hal itu berarti
manajemen PT Nusantara menyatakan bahwa kas sebesar Rp. 950.627.000,00
ada dalam rekening giro PT. Nusantara di bank pada tanggal neraca. Kecuali bila
diungkapkan lain dalam laporan keuangan, manajemen juga menyatakan bahwa
kas tersebut tidak dibatasi penggunaannya (unrestricted) dan tersedia untuk
penggunaan normal. Manajemen juga menyatakan bahwa semua pengungkapan
yang disyaratkan berkaitan dengan kas telah diungkapkan dengan akurat dan
dapat dimengerti. Asersi-asersi (pernyataan) serupa ada untuk setiap pos aset,
kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan beban dalam laporan keuangan. Asersi-
asersi tersebut diterapkan pada golongan transaksi, saldo akun, serta penyajian
pengungkapan.
Asersi manajemen berkaitan langsung dengan kerangka pelaporan
keuangan yang digunakan perusahaan (Standar Akuntansi Keuangan Indonesia
atau IFRS), karena hal itu merupakan bagian dari kriteria yang digunakan
manajemen untuk mencatat dan mengungkapkan informasi akuntansi dalam
laporan keuangan. Definisi pengauditan menyebutkan bahwa auditing adalah
pembandingan antara informasi (laporan keuangan) dengan kriteria yang telah
ditetapkan (asersi-asersi yang ditetapkan menurut standar akuntansi). Oleh
karena itu, dalam melaksanakan pengauditan, auditor perlu memahami asersi-
asersi manajemen yang secara implisit maupun eksplisit melekat pada laporan
keuangan.
SA 315 (Para. A111) mengelompokkan asersi-asersi menjadi tiga kategori :
a. Asersi-asersi tentang golongan transaksi dan kejadian untuk
periode yang diaudit.
b. Asersi-asersi tentang saldo akun pada akhir periode.
c. Asersi-asersi tentang penyajian dan pengungkapan.
38 | A u d i t i n g
sungguh-sungguh terjadi pada periode akuntansi yang
bersangkutan. Sebagai contoh, manajemen menyatakan bahwa
transaksi penjualan yang telah dicatat mancerminkan pertukaran
barang dan jasa yang sungguh-sungguh terjadi.
2. Kelengkapan
Asersi ini berhubungan dengan apakah seluruh transaksi
yang seharusnya dicantumkan dalam laporan keuangan benar-
benar telah dibukukan. Sebagai contoh, manajemen menyatakan
bahwa seluruh penjualan barang dan jasa telah dicatat dan
dicantumkan dalam laporan keuangan.
Asersi kelengkapan mengarah pada kejadian kejadian yang
berlawanan dengan asersi keterjadian. Asersi kelengkapan
berhubungan dengan kemungkinan penghilangan transaksi yang
seharusnya dicatat, sedangkan asersi keterjadian berhubungan
dengan kemungkinan dimasukkannya transaksi yang tidak
seharusnya dicatat. Ini berarti bahwa asersi keterjadian
berhubungan dengan lebihsaji akun, sedangkan asersi kelengkapan
berkaitan dengan penghilangan transaksi sehingga menimbulkan
kurangsaji akun. Pencatatan suatu penjualan yang tidak pernah
terjadi merupakan pelanggaran atas asersi keberadaan, sedangkan
kesalahan tidak mencatat suatu penjualan yang telah terjadi
merupakan pelanggaran terhadap asersi kelengkapan.
3. Keakurasian
Asersi keakurasian berhubungan dengan apakah transaksi
transaksi telah dibukukan dengan jumlah yang benar. Penggunaan
harga yang salah untuk mencatat sebuah transaksi penjualan dan
suatu kesalahan dalam membuat perkalian antara harga dengan
kuantitas adalah contoh pelanggararan asersi keakurasian.
4. Penggolongan
Asersi klasifikasi berhubungan dengan apakah transaksi
telah dibukukan dalam akun yang tepat. Pencatatan transaksi
pembayaran gaji pegawai bagian administrasi yang dibukukan
sebagai harga pokok penjualan adalah contoh pelanggaran atas
asersi pisah batas.
5. Pisah Batas
39 | A u d i t i n g
Asersi pisah batas berhubungan dengan apakah transaksi-
transaksi dibukukan pada periode akuntansi yang tepat. Sebagai
contoh, pencatatan transaksi penjualan di bulan Desember padahal
barang baru dikirim pada bulan Januari merupakan pelanggaran
atas asersi pisah batas.
40 | A u d i t i n g
tidak memasukkan piutang kepada pelanggan merupakan
pelanggaran asersi kelengkapan.
3. Penilaian dan Pengalokasian
Asersi penilaian dan pengalokasian berhubungan dengan
apakah aset, liabilitis, dan ekuitas telah dimasukkan dalam laporan
keuangan jumlah yang tepat, termasuk semua penyesuaian
penilaian agar jumlah aset mencerminkan nilai bersih bisa
direalisasi. Sebagai contoh, manajemen menyatakan bahwa
properti dicatat sebesar biaya historis dan biaya tersebut secara
sistimatis dialokasikan ke periode-periode akuntansi yang sesuai
melalui depresiasi. Demikian pula, manajemen menyatakan bahwa
piutang usaha dicantumkan dalam neraca sebesar nilai bersih bisa
direalisasi.
4. Hak dan kewajiban
Asersi ini berhubungan dengan apakah aset adalah hak
entitas dan apakah liabilitas merupakan kewajiban entitas pada
tanggal neraca. Sebagai contoh, manajemen menyatakan bahwa
aset adalah milik perusahaan, atau bahwa jumlah kapitalisasi
untuk lease di neraca mencerminkan biaya perolehan dari hak
perusahaan atas lease properti dan bahwa kewajiban lease yang
berkaitan mencerminkan kewajiban entitas.
41 | A u d i t i n g
Asersi ini berhubungan dengan apakah seluruh
pengungkapan yang disyaratkan telah dicantumkan dalam laporan
keuangan. Sebagai contoh, manajemen menyatakan bahwa seluruh
transaksi material dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan
instimewa telah diungkapkan dalam laporan keuangan.
43 | A u d i t i n g
auditor ini sejalan dengan asersi yang ditetapkan
manajemen untuk golongan transaksi yaitu asersi
keterjadian.
44 | A u d i t i n g
dalam faktur telah dihitung dengan benar. Apabila jurnal
penjualan telah dibuat untuk mencatat sebuah transaksi
yang sah tetapi jumlahnya tidak benar, maka tujuan
keakurasian tidak tercapai, tetapi tujuan keberadaan
terpenuhi. Hubungan yang sama terjadi untuk kelengkapan
dan keakurasian.
d. Posting dan Pengikhtisaran - Transaksi yang dicatat telah
dimasukkan dengan benar ke dalam master file dan dibuat
ikhtisarnya dengan benar.
Tujuan ini berhubungan dengan keakurasian transfer
informasi dari catatan transaksi dalam jurnal ke buku besar
dan buku pembantu. Tujuan ini juga merupakan bagian dari
asersi keakurasian untuk golongan transaksi. Sebagai
contoh, apabila sebuah transaksi penjualan dicatat dalam
buku pembantu piutang kepada pelanggan yang salah, atau
dicatat dengan jumlah yang salah dalam master file, atau
penjumlahan seluruh transaksi penjualan dari jurnal ke
buku besar keliru, maka tujuan keakurasian tidak tercapai.
Karena posting transaksi dari jurnal ke buku pembantu,
buku besar, dan master file yang berkaitan lainnya dilakukan
secara otomatis, maka risiko posting akibat kesalahan
manusia bisa berkurang. Apabila auditor telah dapat
memastikan bahwa komputer klien berfungsi dengan baik,
kekhawatiran auditor akan kekeliruan posting bisa
berkurang juga.
e. Penggolongan - Transaksi yang dicatat dalam jurnal klien
telah digolongkan dengan tepat.
Tujuan ini berhubungan dengan apakah transaksi telah
dibukukan dalam akun yang tepat. Contoh kesalahan dalam
penggolongan, misalnya transaksi penjualan tunai dicatat
dalam penjualan kredit, atau penjualan aset tetap
dimasukkan sebagai pendapatan penjualan.
45 | A u d i t i n g
f. Ketepatan waktu - Transaksi telah dibukukan pada tanggal
yang tepat.
Tujuan audit ini berhubungan dengan apakah transaksi
telah dibukukan pada tanggal yang tepat. Tujuan ini selaras
dengan asersi manajemen tentang pisah batas pembukuan
transaksi. Kesalahan saat pembukuan terjadi misalnya
apabila transaksi tidak dibukukan pada saat terjadinya
transaksi tersebut. Sebagai contoh, transaksi penjualan
harus dibukukan pada tanggal pengiriman.
46 | A u d i t i n g
delapan tujuan, sedangkan tujuan audit untuk golongan transaksi hanya
enam tujuan.
Tujuan audit saldo akun hampir selalu diterapkan pada saldo
akhir akun-akun yang tercantum di neraca, seperti misalnya piutang
usaha, persediaan, atau utang wesel. Namun demikian, beberapa tujuan
audit saldo akun juga diterapkan pada akun-akun tertentu yang
tercantum dalam laporan laba-rugi. Hal ini biasanya bersangkutan
dengan akun-akun yang timbul dari transaksi tidak rutin dan beban tak
terduga seperti misalnya beban penasehat hukum atau beban reparasi
& pemeliharaan. Akun-akun rugi-laba lainnya berkaitan erat dengan
akun neraca tertentu, dan biasanya diperiksa secara serentak seperti
misalnya beban depresiasi bersamaan dengan akumulasi depresiasi,
dan beban bunga wesel bersamaan dengan utang wesel.
Dalam menerapkan tujuan audit saldo akun untuk mengaudit
saldo-saldo akun, auditor mengumpulkan bukti untuk memeriksa
rincian yang mendukung saldo akun, tidak semata-mata memeriksa
saldo akun itu sendiri. Sebagai contoh, dalam mengaudit piutang usaha,
auditor mendapatkan master file daftar piutang yang harus cocok
dengan saldo di buku besar. Tujuan audit saldo piutang usaha
diterapkan pada akun-akun pelanggan yang tercantum dalam daftar
tersebut.
1. Tujuan Umum Audit Saldo Akun
a. Keberadaan.
Tujuan ini berhubungan dengan apakah jumlah yang
dicantumkan dalam laporan keuangan memang seharusnya
dimasukkan. Sebagai contoh, dimasukannya suatu piutang
kepada pelanggan dalam daftar piutang usaha, padahal tidak
ada piutang kepada pelanggan tersebut merupakan
pelanggaran terhadap tujuan keberadaan. Tujuan audit ini
sejalan dengan asersi manajemen tentang keberadaan untuk
saldo akun.
b. Kelengkapan.
Tujuan ini berhubungan dengan apakah semua jumlah
seharusnya dimasukkan telah diikutsertakan dengan jumlah
yang benar. Tidak memasukkan suatu piutang usaha kepada
47 | A u d i t i n g
seorang pelanggan dalam daftar piutang usaha, padahal
piutang kepada pelanggan tersebut sungguh-sungguh ada,
merupakan pelanggaran atas tujuan kelengkapan. Tujuan
audit ini sejalan dengan asersi manajemen tentang
kelengkapan saldo akun.
Tujuan keberadaan dan tujuan kelengkapan masing-
masing menekankan pada hal yang berkebalikan.
Keberadaan berkaitan dengan kemungkinan terjadinya
lebihsaji, sedangkan kelengkapan berkaitan dengan
kemungkinan kurangsaji.
c. Keakurasian.
Tujuan ini berkaitan dengan apakah jumlah yang
dicantumkan telah dinyatakan dalam jumlah yang benar.
Sejenis barang dalam daftar persediaan klien bisa salah
karena jumlah unit barang yang ada dalam persediaan telah
salah hitung, atau harga perunitnya salah, atau
penjumlahannya keliru. Semua kesalahan tersebut bisa
menjadi pelanggaran atas tujuan keakurasian. Keakurasian
merupakan satu bagian dari asersi penilaian dan
pengalokasian untuk saldo akun.
d. Penggolongan.
Tujuan ini menyangkut penentuan apakah hal-hal yang
dimasukkan dalam daftar oleh klien telah dimasukkan dalam
akun yang benar di buku besar. Sebagai contoh, dalam daftar
piutang usaha, piutang harus dipisahkan menjadi piutang
jangka pendek dan piutang jangka panjang, dan piutang
kepada perusahaan afiliasi, kepada karyawan, dan direksi,
harus dipisahkan dari piutang usaha. Penggolongan juga
merupakan bagian dari asersi penilaian dan pengalokasian.
Tujuan audit penggolongan saldo akun berkaitan erat
dengan tujuan audit penyajian dan pengungkapan, tetapi
menyangkut tentang bagaimana saldo-saldo digolongkan di
buku besar sehingga saldo-saldo tersebut disajikan dan
diungkapkan dengan tepat dalam laporan keuangan.
e. Pisah Batas.
48 | A u d i t i n g
Dalam melakukan pengujian tentang pisah balas saldo-
saldo akun, tujuan auditor adalah menentukan apakah
transaksi telah dibukukan dan dimasukkan ke dalam saldo
akun pada periode yang tepat. Saldo sebuah akun sering
menjadi salah saji disebabkan oleh transaksi yang terjadi
menjelang akhir periode akuntansi. Pengujian pisah batas
dapat dipandang sebagai bagian dari pemeriksaan atas saldo
akun-akun di neraca atau transaksi-transaksi yang berkaitan,
tetapi para auditor biasanya melakukan pengujian tersebut
sebagai bagian dari pengauditan atas saldo akun. Dengan
alasan tersebut, pisah batas dimasukkan sebagai tujuan
audit saldo akun berkaitan dengan asersi penilaian dan
pengalokasian. Tujuan ketepatan waktu dalam audit atas
transaksi bersangkutan dengan ketepatan waktu
pembukuan transaksi sepanjang tahun, sedangkan tujuan
pisah batas untuk tujuan audit saldo akun hanya untuk
transaksi yang terjadi mendekati akhir periode. Sebagai
contoh, dalam suatu audit untuk tahun yang berakhir tanggal
31 desember sebuah transaksi penjualan yang
pengirimannya dilakukan pada bulan Februari tetapi baru
dicatat pada bulan Maret, merupakan suatu kesalahan
ditinjau dari tujuan audit transaksi, tetapi tidak demikian
ditinjau dari tujuan audit transaksi, tetapi tidak demikian
ditinjau dari sudut tujuan audit saldo akun.
f. Kecocokan.
Saldo-saldo akun yang tercantum dalam laporan
keuangan didukung oleh catatan rinci di dalam master file
dan daftar yang dibuat klien. Tujuan kecocokan berkaitan
dengan apakah daftar saldo yang rinci telah dibuat dengan
tepat dan teliti, dijumlah dengan benar, serta cocok dengan
saldo di buku besar. Sebagai contoh, akun piutang individual
dalam daftar piutang harus sama dengan akun-akun piutang
usaha dalam master file, dan totalnya harus sama dengan
49 | A u d i t i n g
saldo akun kontrol piutang usaha di buku besar. Kecocokan
juga merupakan bagian dari asersi penilaian dan
pengalokasian untuk saldo akun.
g. Nilai Bersih Bisa Direalisasi.
Tujuan ini berkaitan dengan apakah suatu saldo akun
telah diturunkan dari biaya perolehan historis (cost)
menjadi nilai bersih bisa direalisasi atau bila standar
akuntansi mengharuskan menjadi nilai pasar. Contoh
penerapan tujuan ini adalah pada waktu auditor memeriksa
kecukupan cadangan kerugian piutang atau menurunkan
nilai persediaan untuk persediaan yang sudah kuno. Tujuan
ini hanya diterapkan pada akun aset dan juga merupakan
suatu bagian dan asersi penilaian dan pengalokasian untuk
saldo akun.
h. Hak dan kewajiban.
Selain harus ada, sebagian besar aset harus dimiliki
sebelum bisa dimasukkan ke dalam laporan keuangan.
Demikian pula, kewajiban harus benar-benar merupakan
utang perusahaan. Hak milik selalu dikaitkan dengan aset,
sedangkan kewajiban selalu berkaitan dengan utang. Tujuan
ini sejalan dengan asersi manajemen tentang hak dan
kewajiban untuk saldo akun.
50 | A u d i t i n g
hak dan kewajiban atas persediaan pada sebuah perusahaan
manufaktur bisa meliputi (1) perusahaan harus memiliki hak
kepemilikan atas semua barang yang tercantum dalam daftar
persediaan. (2) persediaan tidak dijadikan jaminan atas pinjaman
kecuali diungkapkan dalam laporan.
51 | A u d i t i n g
memastikan diperolehnya bukti kompeten yang cukup, dan tercapainya semua
tujuan audit yang diperlukan. Proses audit memiliki empat tahapan yaitu :
54 | A u d i t i n g
komunikasi langsung dengan pelanggan klien untuk mengidentifikasi
adanya jumlah yang keliru. Pengujian rinci atas saldo akhir sangat penting
dalam pelaksanaan audit karena kebanyakan bukti diperoleh dari sumber
independen dan oleh karenya merupakan bukti berkualitas tinggi.
3.1 Kesimpulan
Dari pemaparan materi diatas dapat saya simpulkan bahwa tujuan
pengauditan atas laporan keuangan adalah untuk meningkatkan keyakinan
pengguna laporan keuangan yang dituju. Tanggungjawab manajemen adalah
untuk mengadopsi (mengambil) kebijakan akuntansi yang tepat, menerapkan
pengendalian internal yang memadai, dan membuat penyajian yang wajar
dalam laporan keuangan. Auditor mempunyai tanggung jawab untuk
merencanakan dan melaksanakan audit. Tanggungjawab auditor ada 3 yaitu :
tanggungjawab auditor dalam mendeteksi kesalahan penyajian material
laporan keuangan, tanggungjawab auditor dalam menemukan kesalahan dan
kecurangan material, tanggungjawab auditor tentang pertimbangan atas
perundang-undangan dalam audit laporan keuangan. Audit atas laporan
keuangan biasanya dilakukan dengan cara “memecah” laporan keuangan
menjadi segmen-segmen atau komponen yang lebih kecil. Dengan pemecahan
semacam ini audit menjadi lebih mudah dilaksanakan, dan mempermudah
pembagian tugas diantara para anggota tim audit.
Dalam pengauditan laporan keuangan dengan menggunakan pendekatan
siklus, auditor melakukan hal-hal yaitu : pengujian atas transaksi-transaksi yang
membentuk saldo-saldo akhir akun, pengujian audit atas saldo akhir akun,
pengujian atas pengungkapan saldo akhir dalam laporan keuangan. Asersi-
asersi manajemen adalah pernyataan yang dibuat manajemen secara eksplisit
atau implisit tentang golongan transaksi dan saldo akun yang bersangkutan
55 | A u d i t i n g
serta pengungkapan dalam laporan keuangan sebagian besar pemyataan
manajemen tersebut bersifat implisit. Tujuan audit ada tiga yaitu : tujuan audit
atas golongan transaksi, tujuan audit saldo akun, dan tujuan audit atas penyajian
dan pengungkapan. Auditor harus mendapat bukti kompeten yang cukup untuk
mendukung semua asersi manajemen dalam laporan keuangan. Hal ini diakukan
dengan mengumpulkan bukti dalam mendukung perpaduan sejumlah tujuan
audit transaksi dan tujuan audit atas saldo akun. Hak dan kewajiban adalah
satu-satunya asersi tentang saldo akun yang tidak ada padanannya dalam asersi
tentang transaksi. Tujuan audit tentang presentasi dan pengungkapan sangat
erat hubungannya dengan tujuan audit saldo akun.
3.2 Saran
Untuk mahasiswa agar lebih meningkatkan keterampilan dan ilmu
pengetahuan tentang materi pembelajaran Auditing agar bisa memahami
Tujuan Pengauditan dan Tanggungjawab Auditor. Saya juga berharap adanya
kritik, saran dan usulan pada makalah saya agar saya bisa mengetahui
kekurangan yang ada dalam makalah ini dan agar saya bisa memperbaiki
kekurangan yang ada dalam makalah ini.
56 | A u d i t i n g
DAFTAR PUSTAKA
Standar Profesional Akuntan Publik (Standar Audit(SA) 200 sa,pai dengan 720),
disusun oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), edisi tahun 2013, diterbitkan
oleh Salemba Empat, Jakarta
57 | A u d i t i n g
Soal + Jawaban
59 | A u d i t i n g
kesalahpengertian dan kesalahan dalam penerapan standar
akuntansi, dan pembuatan ringkasan dan penjelasan yang keliru.
- Kecurangan seringkali lebih sulit ditemukan karena manajemen
atau karyawan yang melakukan kecurangan akan berusaha untuk
menutupi kecurangannya. Kemampuan auditor untuk mendeteksi
kecurangan tergantung pada faktor-faktor seperti kemahiran
pelaku, frekuensi dan luasnya manipulasi, tingkat keterlibatan
kolusi, ukuran relatif jumlah individual yang dimanipulasi, dan
senioritas individu-individu yang terlibat.
Tanggungjawab auditor tentang pertimbangan atas perundang-undangan
dalam audit laporan keuangan :
- Jika auditor menduga kemungkinan terjadi ketidakpatuhan, maka
auditor harus membahas hal tersebut dengan manajemen dan
pihak-pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola.
- Jika informasi tentang dugaan adanya ketidakpatuhan tidak cukup
diperoleh, auditor harus mengevaluasi dampak tidak memadainya
bukti audit yang cukup dan tepat tersebut terhadap opini auditor.
3. Apakah perbedaan antara “kesalahan (error)” dan “kecurangan (fraud)” dan
apakah tanggungjawab auditor untuk menemukan masing-masing hal tersebut?
Jawab :
a. Perbedaan antara kesalahan (error) dan kecurangan (fraud)
Kesalahan (error) cenderung terjadi karena salah saji yang tidak sengaja yang
meliputi kesalahan pengumpulan data, kesalahan interpretasi data, dan
kesalahan dalam menerapkan prinsip-prinsip akuntansi. Sedangkan
kecurangan (fraud) merupakan penipuan baik salah saji maupun lalai dalam
pengungkapan laporan keuangan yang disengaja.
b. Tanggung jawab auditor untuk menemukan error dan fraud menurut standar
profesional:
Auditor harus menilai risiko mengenai error dan fraud yang dapat
menyebabkan laporan keuangan mengandung salah saji material.
Berdasarkan penilaian tersebut, auditor merancang dan melaksanakan
audit untuk menyediakan kepastian yang layak atas penemuan error
dan fraud yang material dalam laporan keuangan.
Karena pendapat auditor berdasarkan konsep kepastian yang layak,
maka auditor bukanlah seorang penjamin dan laporannya bukanlah
jaminan. Oleh karena itu, penemuan selanjutnya atas salah saji material
60 | A u d i t i n g
yang terdapat dalam laporan keuangan tidak menunjukkan
ketidakcukupan perencanaan, pelaksanaan, maupun
kesimpulan auditor.
4. Jelaskan perbedaan antara “pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan”
dengan “penyalahgunaan asset”. Uraikan perbedaan antara kedua tipe kecurangan
tersebut atas penyajian wajar dalam laporan keuangan.
Jawab :
a. Perbedaan antara pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan dengan
penyalahgunaan aset adalah pelaporan keuangan yang mengandung
kecurangan dapat dilakukan melalui pengabaian pengendalian oleh
manajemen. Sedangkan penyalahgunaan aset mencakup pencurian aset entitas
dan seringkali dilakukan oleh karyawan dalam jumlah yang relatif kecil dan
tidak material dan dapat melibatkan manajemen yang biasanya lebih dapat
menutupi atau menyembunyikan penyalahgunaan dengan cara yang lebih sulit
untuk terdeteksi.
b. Perbedaan antara kedua tipe kecurangan tersebut atas penyajian wajar dalam
laporan keuangan adalah pelaporan keuangan yang mengandung kecurangan
mencakup kesalahan penyajian yang disengaja termasuk penghilangan suatu
jumlah atau pengungkapan dalam laporan keuangan untuk memengaruhi
presepsi para pengguna laporan keuangan. Sedangkan penyalahgunaan aset
seringkali disertai dengan catatan atau dokumen palsu untuk
menyembunyikan fakta bahwa aset tersebut telah hilang atau telah dijaminkan
tanpa otorisasi semestinya.
5. Jelaskan tanggungjawab auditor untuk mempertimbangkan kepatuhan terhadap
hukum dan perundang-undangan. Apakah perbedaan antara tanggungjawab
auditor atas hukum dan perundang-undangan yang berpengaruh langsung
terhadap laporan keuangan bila dibandingkan dengan hukum dan perundang-
undangan lain yang tidak berpengaruh langsung.
Jawab :
a. Tanggungjawab auditor untuk mempertimbangkan kepatuhan terhadap
hukum dan perundang-undangan adalah mengindentifikasi kesalahan
penyajian material dalam laporan keuangan yang disebabkan oleh
ketidakpatuhan terhadap terhadap peraturan perundang-undangan. Namun,
auditor tidak bertanggungjawab untuk mencegah dan tidak dapat diharapkan
untuk mendeteksi ketidakpatuhan terhadap semua peraturan perundang-
61 | A u d i t i n g
undangan. Oleh karena keterbatasan bawaan yang melekat dalam audit,
terhadap risiko yang tidak dapat dihindari bahwa beberapa kesalahan
penyajian material dalam laporan keuangan mungkin tidak dapat terdeteksi
walaupun audit telah direncanakan secara tepat dan dilaksanakan
berdasarkan SA.
b. Perbedaan antara tanggungjawab auditor atas hukum dan perundang-
undangan yang berpengaruh langsung terhadap laporan keuangan bila
dibandingkan dengan hukum dan perundang-undangan lain yang tidak
berpengaruh langsung adalah jika berpengaruh langsung terhadap laporan
keuangan, tanggungjawab auditor adalah untuk memperoleh bukti audit yang
cukup dan tepat terkait dengan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan yang bersangkutan. Sedangkan jika tidak berpengaruh
langsung terhadap laporan keuangan, tanggungjawab auditor terbatas pada
pelaksanaan prosedur audit berikut ini untuk membantu mengungkapkan
ketidakpatuhan terhadap pengaturan perundang-undangan yang mungkin
berdampak material terhadap laporan keuangan.
63 | A u d i t i n g
prinsip akuntansi umum di Indonesia. Sedangkan asersi manajemen adalah
pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan
keuangan. Pernyataan tersebut dapat bersifat implicit atau eksplisit.
b. Tujuan umum audit lebih bermanfaat bagi auditor karena dengan adanya
tujuan umum audit maka perusahaan bisa menentukkan kehandalan informasi
yang telah dibuat oleh manajemen serta untuk menentukan tingkat efetivitas
dan efisiensi atas berbagai kegiatan operasional.
12. Pengeluaran untuk reparasi yang dilakukan oleh sebuah perusahaan konstruksi
dicatat pada tanggal yang salah. Tujuan audit golongan transaksi manakah yang
telah dilanggar? Tujuan audit golongan transaksi manakah yang dilanggar, apabila
pengeluaran tersebut dikapitalisasi sebagai aset tetap, bukan sebagai beban.
Jawab :
a. Tujuan audit golongan transaksi yang telah dilanggar adalah tujuan audit
golongan transaksi ketepatan waktu.
b. Tujuan audit golongan transaksi yang dilanggar, apabila pengeluaran tersebut
dikapitalisasi sebagai aset tetap, bukan sebagai beban adalah tujuan audit
golongan transaksi penggolongan.
13. Bedakan antara tujuan audit saldo keberadaan dan kelengkapan. Tunjukkan
pengaruhnya terhadap laporan keuangan (lebih saji atau kurang saji) pelanggaran
kedua hal tersebut dalam pengauditan piutang usaha.
Jawab :
a. Perbedaan antara tujuan audit saldo keberadaan dan kelengkapan adalah
keberadaan (Existance) Asersi keberadaan terkait dengan apakah asset,
liabilitas, dan ekuitas yang dimasukkan dengan neraca memang benar-benar
ada di tanggal neraca tersebut. Sedangkan kelengkapan (completeness) asersi
kelengkapan terkait dengan apakah semua akun yang seharusnya disajikan
dalam laporan keuangan benar-benar telah dimasukkan dalam laporan
keuangan.
b. Pengaruh pada laporan keuangan jika terjadi pelanggaran (lebih saji atau
kurang saji) dari setiap pengauditan piutang dagang adalah jika suatu
transaksi, jika dicatat, dapat mengubah kondisi “laba” menjadi “rugi” atau
mengubah rasio terhadap piutang dari tidak-patuh mejadi patuh (atau
sebaliknya), dianggap material meskipun secara kuantitatif tergolong tidak
material.
64 | A u d i t i n g
14. Apa yang dimaksud dengan tujuan khusus audit? Jelaskan hubungannya dengan
tujuan umum audit.
Jawab :
a. Tujuan khusus audit merupakan perumusan secara lebih spesifik sesuai
dengan transaksi yang diaudit sesuai dengan golongannya.
b. Hubungan antara tujuan khusus audit dengan tujuan umum audit yaitu, tujuan
khusus audit baru bisa dilaksanakan ketika tujuan umum audit telah sukses
dilaksanakan. Dalam tujuan umum audit, transaksi-transaksi hanya
digolongkan secara umum namun nantinya dalam proses yang lebih lanjut
dilakukan penggolongan transaksi secara yang lebih spesifik untuk tujuan
khusus audit.
15. Tunjukkan asersi manajemen dan tujuan umum audit untuk tujuan khusus audit
saldo: Semua aset tetap terbukukan sungguh-sungguh ada pada tanggal neraca.
Jawab :
a. Asersi Manajemen mengenai saldo akun menekankan pada keberadaan, Asersi
keberadaan terkait dengan apakah aset, liabilitas, dan ekuitas yang
dimasukkan dalam neraca memang benar-benar ada di tanggal neraca
tersebut.
b. Tujuan umum audit terkait saldo menekankan pada keberadaan. Tujuan ini
terkait dengan apakah jumlah yang dimasukkan dalam laporan keuangan
memang semestinya dimasukkan dalam laporan keuangan tersebut.
16. Jelaskan bagaimana asersi manajemen, tujuan umum audit saldo, dan tujuan
khusus audit saldo dikembangkan untuk sebuah saldo akun seperti piutang usaha.
Jawab :
a. Asersi manajemen : keterjadian, tujuan umum audit saldo : keterjadian, tujuan
khusus audit : piutang usaha yang telah dibukukan adalah untuk transaksi
pengiriman barang secara kredit bukan kepada pembeli fiktif.
b. Asersi manajemen : kelengkapan, tujuan umum audit saldo : kelengkapan,
tujuan khusus audit : transaksi piutang usaha yang telah dibukukan.
c. Asersi manajemen : keakurasian, tujuan umum audit saldo : keakurasian,
tujuan khusus audit : piutang usaha yang telah dibukukan adalah untuk jumlah
barang yang telah dikirim dan telah difaktur serta dibukukan dengan benar.
d. Asersi manajemen : penggolongan, tujuan umum audit saldo : penggolongan,
tujuan khusus audit : transaksi piutang usaha telah digolongkan dengan benar.
65 | A u d i t i n g
e. Asersi manajemen : pisah batas, tujuan umum audit saldo : ketepatan waktu,
tujuan khusus audit : transaksi piutang usaha dibukukan pada tanggal yang
tepat.
17. Sebutkan empat tahapan dalam pengauditan. Apakah hubungan antara keempat
tahapan tersebut dengan tujuan audit laporan keuangan.
Jawab :
a. Empat tahapan dalam pengauditan :
Perencanaan dan perancangan suatu pendekatan audit.
Pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi.
Penerapan prosedur analitis dan pengujian rinci atas saldo.
Penyelesaian audit dan penerbitan laporan audit.
b. Hubungan antara keempat tahapan tersebut dengan tujuan audit laporan
keuangan adalah perencanaan dan perancangan suatu pendekatan audit
berhubungan dengan diperolehnya bukti-bukti terpercaya dalam laporan
keuangan. Pengujian pengendalian dan pengujian substantif golongan transaksi
berhubungan dengan tujuan audit atas transaksi dalam laporan keuangan.
Penerapan prosedur analitis dan pengujian rinci atas saldo berhubungan
dengan tujuan audit atas saldo akun dalam laporan keuangan. Penyelesaian
audit dan penerbitan laporan audit berhubungan dengan tujuan audit atas
terpenuhinya keempat tahapan audit dalam mengaudit laporan keuangan.
66 | A u d i t i n g