Anda di halaman 1dari 14

RINGKASAN MATERI KULIAH

PENGAUDITAN SIKLUS PENJUALAN DAN PENGUMPULAN PIUTANG

Dosen Pengampu:

Made Yeni Latrini, S.E., M.Si.

Oleh:

Kelompok 3

Dewa Ayu Meilia Santi Dewi (2007531210)

Anak Agung Istri Ita Permatasari (2007531239)

I Dewa Ayu Dian Rahmasari (2007531287)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2022
PEMBAHASAN

1. AKUN DAN GOLONGAN TRANSAKSI DALAM SIKLUS PENJUALAN DAN


PENGUMPULAN PIUTANG
Tujuan dari audit atas siklus penjualan dan pengumpulan piutang adalah untuk
mengevaluasi saldo akun-akun yang terpengaruh oleh siklus ini telah disajikan
dengan wajar sesuai dengan standar akuntansi keuangan. Pada gambar 11-1
melukiskan aliran informasi akuntansi melalui berbagai akun dalam siklus penjualan
dan pengumpulan piutang. Yang dimana terdapat 5 kelompok transaksi dalam
siklus penjualan dan pengumpulan piutang, yaitu sebagai berikut:

1. Penjualan
Dalam golongan transaksi penjualan, rekening atau akun yang digunakan
adalah penjualan rekening piutang usaha. Catatan dan dokumen yang digunakan
seperti pesanan pelanggan, pesanan penjualan, dokumen pengiriman, faktur
penjualan, file transaksi penjualan, jurnal penjualan atau listing, file induk
piutag usaha, neraca saldo piutang usaha, dan laporan bulanan.
2. Penerimaan Kas
Dalam golongan transaksi penerimaan kas, akun yang digunakan adalah kas
di bank yang diperoleh dengan men debet uang yang diterima. Dengan
menggunakan catatan dan dokumen seperti, pemberitahuan pengiriman uang,
mencatat sementara uang yang diterima, file transaksi penerimaan kas, jurnal
penerimaan kas atau listing.
3. Retur Dan Potongan Penjualan
Dalam golongan transaksi retur dan potongan penjualan, rekening atau akun yang
digunakan adalah retur dan pengurangan penjualan piutang usaha. Fungsi dari
bisnis yang dijalankan yaitu memproses dan melakukan pembukuan retur dan
pengurangan penjualan.
4. Penghapusan Piutang Yang Tak Tertagih
Dalam golongan transaksi penghapusan piutang yang tak tertagih, akun atau
rekening yang digunakan yaitu piutang usaha penyisihan untuk piutang yang
tidak tertagih. Dengan catatan dan dokumen yang digunakan yaitu formulir
otorisasi piutang yang tak tertagih, dan jurnal buku besar (jurnal umum).
5. Penaksiran Kerugian Piutang
Di dalam golongan transaksi perkiraan atau penaksiran beban piutang tak
tertagih, rekening atau akun yang digunakan yaitu beban piutang yang tak tertagih
dan penyisihan piutang yang tak tertagih. Dengan catatan dan dokumen yang
digunakan adalah jurnal buku besar (jurnal umum).

2. FUNGSI BISNIS DALAM SIKLUS DAN DOKUMEN SERTA CATATAN


Siklus penjualan dan penagihan piutang menyangkut tentang proses dan
keputusan yang diperlukan untuk mentransfer kepemilikan barang dan jasa ke
konsumen setelah barang dan jasa tersebut tersedia untuk dijual. Dimulai nya
siklus ini karena adanya permintaan dari konsumen dan di akhiri dengan adanya
perubahan dari barang atau jada menjadi piutang usaha, dan pada akhirnya menjadi
kas. Sebelum menetapkan resiko pengendalian dan perancangan pengujian
pengendalian dan melakukan pengujian substantif transaksi, auditor harus
memahami fungsi - fungsi bisnis dan dokumen serta catatan yang digunakan
dalam bisnis tersebut. Terdapat 9 fungsi bisnis berserta dokumen dan catatannya
yaitu :
1. Pengolahan permintaan dari pembeli : pesanan ini merupakan
permintaan untuk membeli barang berdasarkan syarat tertentu. Pesanan ini
terdiri dari, pesanan dari pembeli dan orde penjualan.
2. Persetujuan kredit: pada persetujuan ini, pada perusahaan-perusahaan
tertentu komputer memberi persetujuan kredit berdasarkan limit kredit
yang telah ditetapkan yang tersimpan dalam master file pelanggan.
Kelemahan dari persetujuan kredit ini sering mengakibatkan kerugian di
kemudian hari akibat tidak tertagihnya piutang usaha.
3. Pengiriman barang: fungsi ini adalah fungsi yang dikritikal serta
merupakan saat pertama dalam siklus dimana perusahaan melepas asetnya.
4. Pengiriman faktur dan pencatatan penjualan: sebuah dokumen
pengiriman yang dibuat untuk mengawali pengiriman barang yang berisi
deskripsi tentang barang yang akan dikirimkan, jumlah dikirim, serta data
lain yang relevan.
5. Penagihan kepada pembeli dan pencatatan penjualan: ini adalah cara
untuk memberi informasi kepada pembeli jumlah yang harus dibayar atas
barang-barang yang telah dikirim kepadanya maka penagihan tersebut
harus dilakukan dengan benar dan tepat waktu. Kemudian pencatatan
penjualan ini meliputi: faktur penjualan, file transaksi penjualan, jurnal
penjualan atau daftar penjualan, master file piutang usaha, daftar saldo
piutang usaha, dan laporan piutang bulanan.
6. Pengolahan dan pencatatan penerimaan kas: terdapat 4 fungsi yang
meliputi pelunasan piutang dan pencatatan penerimaan kas yakni:
a. Surat pengantar pembayaran: adalah suatu dokumen yang dikirim
melalui pos kepada pembeli dan selanjutnya dikembalikan kepada
penjual beserta pembayaran kas.
b. Daftar penerimaan kas: daftar ini digunakan untuk memeriksa
apakah kas yang diterima telah dicatat dan disetorkan dalam jumlah
yang benar ke bank secara tepat waktu.
c. File transaksi penerimaan kas: di dalam file ini tercatat informasi
yang sama dengan informasi yang terdapat pada file penjualan.
d. Jurnal penerimaan kas atau daftar: daftar ini dihasilkan dari file
transaksi penerimaan kas dan meliputi semua transaksi untuk suatu
periode tertentu.
7. Pengolahan pencatatan retur dan pengurangan harga penjualan: bila
pembeli tidak puas dengan barang yang diterima penjual dapat menyetujui
pengembalian barang atau memberikan pengurangan harga.
a. Memo kreedit: memiliki bentuk yang hampir sama dengan retur
penjualan, tetapi mengurangi piutang usaha bukan malah menambah.
b. Jurnal retur dan pengurangan harga: jurnal ini digunakan untuk
mencatat retur dan pengurangan harga penjualan.
8. Penghapusan piutang: walaupun bagian kredit telah bekerja dengan
cermat dan teliti, namun sejumlah pembeli mungkin saja tidak
melaksanakan kewajibannya. Kemudian agar dapat dilaksanakan akuntansi
yang tepat maka piutang yang tidak dapat ditagih perlu disesuaikan, yakni
dengan formulir otorisasi penghapusan piutang. Yang dimana formulir ini
merupakan dokumen yang digunakan secara internal untuk menyatakan
perintah menghapus piutang yang sudah tidak dapat ditagih.
9. Pencadangan kerugian piutang: karena perusahaan tidak dapat
diharapkan untuk bisa menagih seluruh piutangnya 100% prinsip akuntansi
mewajibkan mencatat beban kerugian piutang yang sejumlah piutang yang
diperkirakan tidak dapat ditagih.

3. METODELOGI UNTUK MERANCANG PENGUJIAN PENGENDALIAN


DAN PENGUJIAN SUBSTANSITVE TRANSAKSI UNTUK PENJUALAN
Cara auditor untuk mendapatkan pemahaman tentang pengendalian internal
dengan mempelajari alur yang telah di buat klien, dengan mengajukan
pertanyaan kepada klien menggunakan daftar pertanyaan pengendalian internal, dan
melakukan transaction walkingtrough untuk penjualan. Gambar dibawah ini
melukiskan tentang bagaimana merancang pengujian pengenndalian dan pengujian
substantif transaksi untuk penjualan.
a. Pemahaman Pengendalian Internal – Penjualan
Pemahaman tentang pengendalian internal bisa didapatkan oleh seorang auditor
dengan cara mempelajari bagian alir yang telah dibuat oleh klien, mengajukan
pertanyaan kepada klien dengan menggunakan daftar pertanyaan kepada klien
dengan menggunakan daftar pertanyaan pengendalian internal, dan melakukan
transaction walkthrough untuk penjualan.
b. Penetapan Resiko Pengendalian Direncanakan – Penjualan
Penetapan risiko pengendalian memiliki 4 tahapan seperti berikut:
➢ Auditor memerlukan kerangka kerja untuk menetapkan resiko
pengendalian.
➢ Auditor harus mengidentifikasi pengendalian internal kunci dan
defisiensi yang ada pada penjualan.
➢ Setelah mengidentifikasi pengendalian beserta definisinya, auditor
menghubungkan hal tersebut.
➢ Auditor menetapkan resiko pengendalian untuk setiap tujuan dengan
mengevaluasi pengendalian dan definisinya untuk setiap tujuan. Keputusan
ini bersifat subyektif.

Selanjutnya yaitu menguji aktivitas pengendalian kunci untuk penjualan


- Pemisahan Tugas yang Memadai
Membantu mencegah berbagai jenis kesalahan penyajian baik yang
disebabkan oleh kesalahan maupun kecurangan. Untuk mencegah kecurangan,
manajemen harus menolak akses ke kas bagi siapapun yang bertanggung
jawab memasukkan informasi transaksi penjualan dan penerimaan kas ke
dalam komputer.
- Otorisasi yang tepat
Auditor akan memeriksa otoritas pada 3 titik kunci
a. Kredit harus diotoritasi dengan tepat sebelum penjualan dilakukan.
b. Barang harus dikirim hanya setelah otoritasi yang tepat dilakukan.
c. Harga, termasuk syarat dasar, ongkos angkut, dan diskon, harus di
otorisasi.
- Dokumen dan Catatan yang memadai
Semua dokumen dan prosedur pencatatan yang memadai harus sudah tersedia
sebelum sebagian besar tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dapat
dipenuhi. Hal ini bertujuan untuk membantu auditor mengenali pengendalian
internal perusahaan.
- Dokumen Bernomor-urut Tercetak
Pemberian nomor urut tercetak dilakukan untuk mencegah kesalahan dalam
pembuatan faktur atau pencatatan penjualan dan terjadinya penagihan atau
pencatatan ganda.
- Laporan Piutang Bulanan
Pengiriman laporan bulanan kepada konsumen berguna untuk pengawasan
karena mendorong konsumen untuk memerikan komentar apabila saldo yang
tercantum dalam laporan tidak sesuai dengan saldo menurut pembukuan
konsumen.
- Prosedur Verifikasi Internal
Program komputer atau orang yang independen harus melakukan pengecekan
proses dan pencatatan transaksi penjualan agar memenuhi setiap tujuan audit
yang berkaitan dengan transaksi.
c. Penentuan Luas Pengujian Pengendalian
Setelah auditor mengidentifikasi pengendalian internal dan kekurangan dalam
pengendalian, auditor menetapkan resiko pengendalian sering Kali
menggunakan matrix. untuk luas pengujian pengendalian tergantung pada
efektivitas pengendalian dan berbagai hal lain yang auditor yakin akan dapat
menurunkan resiko pengendalian.
d. Perancangan Pengujian Pengendalian Untuk Penjualan
Setiap pengendalian kunci harus dirancang satu atau lebih pengujian pengendalian
untuk memeriksa efektivitasnya agar dapat mengurangi risiko pengendalian yang
telah ditetapkan.
e. Perancangan Pengujian Substantif Transaksi Penjualan
Dalam memutuskan pengujian substantif transaksi, auditor biasanya
cenderung menggunakan sejumlah prosedur yang berlaku untuk setiap audit
tanpa memperhatikan keadaan tertentu, sementara prosedur yang lain akan
diterapkan tergantung baik buruknya pengendalian dari hasil pengujian
pengendalian . Prosedur audit yang digunakan tergantung pada pengendalian
internal dan hasil pengujian pengendalian atas tujuan tersebut. Seperti
materialitas, hasil audit tahun lalu, dan faktor lainnya juga berpengaruh atas
prosedur yang di gunakan.
Prosedur audit pengujian substantif atas transaksi yang hanya dilakukan jika ada
situasi tertentu yang memerlukan perhatian audit khusus yaitu:
1. Penjualan yang tercantum dalam pembukuan sungguh-sungguh terjadi
Dalam hal ini tujuan pencatatan penjualan yang terjadi yaitu untuk auditor
memperhatikan tiga jenis salah saji yang terkait:
➢ Penjualan dimasukkan dalam jurnal sementara pengiriman tidak
pernah dilakukan
➢ Penjualan dicatat lebih dari satu kali
➢ Pengiriman dilakukan pada konsumen fiktif dan dicatat sebagai
penjualan
2. Transaksi penjualan yang terjadi telah dicatat
Pada kebanyakan audit, pengujian substantif transaksi sering tidak dilakukan
untuk tujuan kelengkapan. Untuk menguji pengiriman barang yang tidak
dibuat fakturnya, auditor bisa menelusuri suatu sampel dokumen pengiriman
yang disimpan di bagian pengiriman ke duplikat faktur penjualan yang
bersangkutan dan ke jurnal penjualan. Agar pengujian dengan menggunakan
prosedur ini menjadi lebih bermanfaat, auditor harus yakin bahwa semua
dokumen pengiriman barang telah disimpan dalam arsip. Hal ini bisa
dilakukan dengan cara memeriksa keberurutan dokumen (catatan: dokumen
lengkap dan nomomya urut). Alat bantu perangkat lunak audit seperti ACL
atau IDEA dapat digunakan untuk mengidentifikasi adanya dokumen yang
bernomor dobel atau tertrntu hilang untuk catatan elektronik.
3. Arah Pengujian
Auditor harus memahami perbedaan antara penelusuran (tracing) dari
dokumen sumber ke jurnal dengan vouching dari jurnal kembali ke dokumen
sumber. Pengujian dengan penelusuran dimaksudkan untuk memeriksa
kemungkinan adanya transaksi yang hilang/tidak dicatat (tujuan kelengkapan),
sedangkan pengujian vouching dimaksudkan untuk memeriksa kemungkinan
dicatatnya transaksi yang sesungguhnya tidak terjadi (tujuan keterjadian).
4. Penjualan telah dicatat dengan teliti
Ketelitian pencatatan transaksi penjualan berkaitan dengan hal-hal berikut:
1. Jumlah barang yang dikirimkan sesuai dengan jumlah yang dipesan
2. Jumlah yang ditagih dalam faktur sesuai dengan jumlah barang yang
dikirimkan
3. Jumlah tagihan dalam faktur dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi
5. Transaksi penjualan telah dimasukkan ke dalam Master File dan Diiktisarkan
dengan Benar
Dimasukkannya semua transaksi penjualan ke dalam master file piutang usaha
merupakan hal yang sangat penting karena ketelitian catatan ini
mempengaruhi kemampuan klien untuk menagih semua piutang yang belum
diterima pembayarannya. Penelusuran dari jurnal penjualan ke master file
biasanya dilakukan sebagai bagian dari pemenuhan tujuan audit transaksi yang
lain, tetapi pemeriksaan kebenaran penjumlahan dalam kolom-kolom rupiah
jurnal dan pemeriksaan totalnya ke buku besar dilakukan sebagai prosedur
yang terpisah.
6. Penjualan Dikelompokkan dengan Benar
Meskipun dalam penjualan tidak merupakan masalah besar dibanding kan
dengan pada siklus yang lain, auditor masih perlu melakukan pemeriksaan
untuk memastikan bahwa transaksi telah dibukukan pada akun-akun buku
besar yang benar. Auditor biasanya menguji kebenaran pengelompokan
penjualan sebagai bagian dari pengujian ketelitian. Auditor memeriksa
dokumen pendukung untuk memastikan ketelitian pengelompokan dari suatu
transaksi dan membandingkannya dengan akun yang sesungguhnya digunakan
dalam pencatatan.
7. Penjualan Dicatat pada Tanggal yang Benar
Penjualan harus ditagih dan dicatat sesegera mungkin setelah pengiriman
barang dilakukan, untuk mencegah terjadinya kekeliruan tak disengaja,
misalnya lupa tidak dibukukan, dan untuk memastikan bahwa penjualan
dicatat pada periode yang benar. Ketepatan waktu pencatatan biasa nya juga
akan menyebabkan berkurangnya kemungkinan kesalahan penyajian. Apabila
auditor melakukan prosedur pengujian substantif transaksi untuk ketelitian,
auditor biasanya membandingkan tanggal yang tercantum pada dokumen
pengiriman barang yang dipilih sebagai sampel dengan tanggal yang
tercantum pada faktur penjualan yang bersangkutan, jurnal penjualan, dan
master file piutang usaha. Perbedaan yang signifikan menunjukkan adanya
kekeliruan potensial dalam penentuan pisah-batas (cutoff) pada pengujian
saldo akhir tahun.
4. RETUR DAN PENGURANGAN HARGA PENJUALAN
Tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi dan metode yang digunakan
klien untuk mengendalikan salah saji pada intinya sama seperti untuk pengolahan
kredit memo seperti halnya untuk penjualan, dengan dua perbedaan. Perbedaan yang
pertama adalah matrealitas. Dalam banyak hal, retur dan pengurangan penjualan
sangat tidak material sehingga auditor dapat mengabaikannya. Perbedaan yang kedua
adalah penekanan pada tujuan kejadian. Untuk retur dan pengurangan penjualan,
umumnya auditor menekankan pada pengujian atas pencatatan transaksi untuk
mengungkapkan setiap pencurian kas dari penagihan piutang usaha yang ditutupi oleh
retur atau pengurangan penjualan fiktif.
Tujuan kelengkapan juga merupakan hal yang penting terutama dalam
menguji saldo akun untuk menentukan apakah retur dan penjualan ditetapkan terlalu
rendah pada akhir tahun. Biasanya, tujuan lainnya tidak boleh diabaikan, akan tetapi,
karena tujuan dan metodologi untuk mengaudit retur dan pengurangan penjualan pada
intinya sama seperti untuk penjualan, tidak dimasukkan studi yang mendalami
mengenai hal tersebut.
5. METODOLOGI UNTUK PERANCANGAN PENGUJIAN PENGENDALIAN
DAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TRANSAKSI UNTUK PENERIMAAN KAS
Auditor menggunakan metodologi yang sama untuk merancang pengujian
pengendalian dan pengujian substansif atas transaksi penerimaan kas seperti yang
digunakan untuk penjualan. Prosedur audit untuk pengujian pengendalian dan
pengujian substansif transaksi penerimaan kas dikembangkan dengan kerangka kerja
yang sama seperti yang digunakan untuk penjualan, tetapi tujuan khususnya
diterapkan bagi penerimaan kas. Berlandaskan tujuan audit transaksi, auditor
mengikuti proses berikut:
• Menentukan pengendalian internal kunci untuk setiap tujuan audit
• Merancang pengujian pengendalian untuk setiap pengendalian guna
mendukung pengurangan risiko pengendalian
• Merancang pengujian substantif transaksi untuk menguji kesalahan penyajian
moneter untuk setiap tujuan

Prosedur-prosedur audit yang dirancang untuk menemukan penyelewengan:

1. Menentukan apakah penerimaan kas telah dicatat


Penggelapan kas akan sulit dideteksi oleh auditor apabila hal tersebut tersebut
terjadi sebelum kas dicatat dalam jurnal penerimaan kas atau daftar kas lainnya,
terutama apabila penjualan dan penerimaan kas dicatat secara bersamaan. Untuk
mencegah terjadinya penggelapan kas, perusahaan menerapkan pengendalian
internal. Pengujian ini akan efektif hanya apabila pita pencatat dalam register kas
atau daftar penerimaan kas lainnya dibuat pada saat kas diterima.
2. Pengujian penerimaan kas
Dalam pengujian ini jumlah penerimaan kas sebagaimana tercantum dalam jurnal
penerimaan kas untuk suatu periode, misalnya satu bulan, direkonsiliasi dengan
setoran yang sesungguhnya dilakukan ke bank pada periode yang sama. Selisih
diantara keduanya mungkin disebabkan oleh adanya setoran dalam perjalanan
(deposit in transit) atau hal lain, tapi jumlah selisih tersebut dapat direkonsiliasi.
Prosedur ini tidak dapat digunakan untuk menemukan penerimaan kas yang belum
dicatat dalam jurnal penerimaan kas atau ada kesenjangan waktu dalam
melakukan penyetoran ke bank, tetapi bisa mengungkapkan penerimaan kas yang
telah dicatat teteapi belum disetor ke bank, setoran yang belum dicatat, pinjaman
yang tidak atau belum dicatat, dan kesalahan penyajian semacam itu.
3. Pengujian untuk menemukan lapping piutang usaha
Lapping piutang usaha adalah pengunduran waktu pencatatan penerimaan
pengumpulan piutang dengan maksud untuk menutupi kekurangan kas.
Penggelapan dilakukan oleh orang yang melakukan penerimaan kas dan
selanjutnya ia juga yang mencatatnya dalam sistem komputer. Dia lalu menunda
pencatatan penerimaan kas dari seorang debitur (pelanggan) dan menutupi
kekurangan yang terjadi dengan penerimaan dari debitur yang lain. Hal ini
kembali akan ditutupi dengan penerimaan dari debitur ketiga beberapa hari
kemudian. Pegawai in akan secara terus menerus menutupi kekurangan kas
melalui lapping berulang-ulang, mengganti uang yang dicurinya, atau mencari
cara lain untuk menutupi kekurangan kas.
Penggelapan semacam ini akan dapat dicegah dengan mudah melalui
pembagian tugas atau memberlakukan kebijakan kewajiban berlibur bagi pegawai
yang menangani penerimaan kas dan sekaligus pula mencatatnya dalam sistem
komputer. Hal semacam ini akan dapat dideteksi dengan membandingkan nama,
jumlah rupiah, dan tanggal yang tercantum dalam pengantar pembayaran dengan
ayat jumal penerimaan kas yang bersangkutan serta duplikat slip setoran ke bank.
6. PENGAUDITAN UNTUK PENGHAPUSAN PIUTANG
Untuk retur dan pengurangan harga penjualan, kekhawatiran utama
auditor dalam penghapusan piutang usaha adalah kemungkinan pegawai
perusahaan klien melakukan penggelapan kas dengan cara menghapuskan
piutang yang telah diterima (tujuan audit transaksi-keterjadian). Pengendalian
utama untuk mencegah peyelewengan semacam ini adalah dengan menetapkan
otorisasi yang tepat bagi setiap penghapusan piutang dengan menunjuk pejabat
perusahaan tertentu setelah sebelumnya melakukan penyidikan yang cermat
tentang alasan mengapa debitur tidak membayar. Verifikasi atas akun yang dihapus
biasanya tidak memakan waktu yang lama. Auditor pada umumnya memeriksa
apakah persetujuan diberikan oleh orang yang tepat. Sebagai contoh penghapusan
akun, auditor biasanya juga memeriksa korespondensi yang terdapat dalam arsip klien
untuk mencari informasi tentang tidak dapat ditagihnya piutang. Setelah auditor
berkesimpulan bahwa penghapusan telah dijurnal dengan benar, selanjutnya sejumlah
sampel piutang yang dihapus ditelusur ke master file piutang usaha untuk menguji
apakah penghapusan telah dicatat dengan benar.

7. TAMBAHAN PENGENDALIAN INTERNAL ATAS SALDO AKUN SERTA


PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Pengendalian internal yang berkaitan langsung dengan pengendalian internal
serta penyajian dan pengungkapan bisa juga diadakan, bahkan bila belum
teridentifikasi atau diuji sebagai bagian dari pengujian pengendalian atau
pengujian substantsif transaksi. Untuk siklus pengumpulan dan penjualan
piutang, hal ini mungkin sekali mempengaruhi nilai bersih bisa direalisasi dan
tujuan audit saldo tentang hak dan kewajiban serta tujuan audit penyajian dan
pengungkapan. Nilai bersih bisa direalisasi adalah tujuan audit saldo untuk
piutang usaha yang penting sekali karena kolektibilitas piutang seiring
mencerminkan bagian yang cukup besar dalam laporan keuangan. Oleh karena
itu, auditor sering kali menetapkan risiko inheren pada tingkat yang tinggi untuk
tujuan nilai bersih bisa direalisasi. Dua pengendalian lainnya adalah :
1) Pembuatan daftar umur piutang sebagai dasar untuk review dan ditindak lanjuti
oleh personil manajemen yang tepat.
2) Menetapkan suatu kebijakan penghapusan piutang apabila sudah tidak ada
kemungkinan untuk ditagih.
8. PENGARUH HASIL PENGUJIAN PENGENDALIAN DAN PENGUJIAN
SUBSTANTIF TRANSAKSI
Hasil dari pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap tahapan audit selanjutnya,
terutama terhadap pengujian rinci substantif atas saldo. Bagian dari audit yang banyak
dipengaruhi oleh pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi
adalah saldo akun piutang usaha, kas, beban kerugian piutang dan cadangan
kerugian piutang. Selain itu, apabila hasil pengujian tidak memuaskan, diperlukan
pengujian substantif tambahan untuk penjualan, retur, dan pengumpulan harga
penjualan, penghapusan piutang, dan pengolahan penerimaan. Pengaruh yang paling
signifikan dari hasil pengujian pengendalian dan pengujian substantif transaksi
dalam siklus penjualan dan pengumpulan piutang adalah dalam konfirmasi
piutang. Jenis konfimasi, ukuran sampel, dan saat pengiriman konfirmasi
semuanya akan terpengaruh.
DAFTAR PUSTAKA

Jusup, Haryono Al. 2011. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA). Edisi II. Yogyakarta: Unit
Penerbitan dan Percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.

Anda mungkin juga menyukai