Anda di halaman 1dari 12

Oleh :

1) Dewi Sofha
B12.2015.02816
2) Yuliani Kristanti
B12.2015.02825
3) Mavista Oktavia D.
B12.2015.02829
4) Nuraini
B12.2015.02831
PENGANTAR
Tanggungjawab hukum seorang Penyebab lain mengapa akuntan
akuntan publik lazimnya berkenaan publik berhadapan dengan tuntutan
dengan perikatan asurans, khususnya hukum adalah karena ia merupakan
perikatan audit. Namun, KAP yang sasaran empuk untuk tuntutan ganti rugi.
memberikan jasa nir-asurans seperti Khususnya, jaringan kantor akuntan
konsultasi perpajakan, juga berpotensi global dan internasional yang melindungi
menghadapi tuntutan hukum. diri mereka dengan asuransi atau
pertanggungan profesional.
Apa penyebab akuntan publik
berhadapan dengan tuntutan hukum? Akuntan publik atau KAP yang
Yaitu ketidakpatuhan atau menghadapi tuntutan hukum, tidak serta
pelanggaran undang-undang. merta berarti mereka pasti bersalah.
Undang-undang yang dilanggar bisa
undang-undang negara lain.

2
ROSC : TEMUAN PPAJP
ROSC 2012 melibatkan berbagai
pemangku kepentingan di bidang
akuntansi dan audit di Indonesia. ROSC
tersebut menyebutkan tingkat
kesesuaian dengan standar audit yang
berbeda di KAP dengan ukuran yang
berbeda.

KAP besar yang berafilasi dengan


the Big Four, dianggap mampu
memenuhi standar internasional namun
ada beberapa kasus dimana
pengendalian mutu juga tidak
diterapkan dengan baik karena proses
audit lebih banyak dilakukan oleh
akuntan junior.
ROSC 2010 tersebut berisi wawancara dengan
PPAJP pada Kementrian Keuangan. PPAJP
menemukan bahwa dari KAP yang ada, hanya
sedikit yang mampu memnuhi standar audit
dengan baik.
3
ROSC : TEMUAN PPAJP
Ada kesenjangan dalam kepatuhan terhadap standar
sebagai berikut:
1. Banyak auditor tidak melakukan audit planning
dengan baik.
2. Banyak dokumentasi yang diperlukan tidak
disiapkan. Bahkan, meskipun proses audit dilakukan
benar, dokumentasi yang seharusnya mendukung
hasil audit tersebut, tidak lengkap.
3. Banyak auditor tidak berupaya mendekati
manipulasi.
4. Banyak auditor tidak memeriksa asumsi going
concern yang digunakan oleh manajemen.
5. Banyak auditor tidak menerapkan prosedur untuk
mengenal, menilai dan menanggapi risiko salah saji
yang material, misalnya yang timbul akibat
hubungan istimewa.
6. Auditor sering kali menerima begitu saja penilaian
manajemen.
7. Auditor juga sering kali menerima begitu saja
penilaian auditor lain.

4
LITIGATION CULTURE
Istilah budaya tuntut-menuntut atau budaya litigasi diterjemahkan dari
bahasa inggris , “litigasi culture”. Masyarakat dengan “budaya” seperti itu disebut
litigious society. Meskipun banyak orang tidak setuju dengan istilah “budaya”
dalam frasa “budaya litigasi” atau “budaya korupsi”.

Pakar Amerika Serikat ini menekankan empat hal berikut :


a) Kehebatan sistem hukum di negaranya dengan tiga
adjektiva; accessible, predictable and not corrup! Butir
ini perlu menjadi cerminan sistem hukum Nusantara.
b) Keyakinan orang Amerika pada umumnya, yaitu:
hormati aturan! Mengendarai sepeda motor di kaki
lima, bukn urusan tuntutan hukum di bidang
akuntansi dan audit. Namun, perilaku ini memberikan
pencerahan mengenai kurang sadarnya “banyak
anggota masyarakat” terhadap aturan.
c) Ia menganggap tuntut-enuntut adalah budaya.
d) Ia berbicara tentang tujuan litigasi. Masyarakat
merangkul hukum untuk menyelesaikan masalah di
antara mereka.

5
LITIGATION CULTURE
Pakar Inggris menekankan tiga hal berikut :
a) Pihak yang kalah wajib membayar fee
untuk dirinya dan untuk pihak yang
menang.
b) Jika kasusnya berat dan ada resiko besar
untuk kalah, pihak yang benar sekalipun,
memilih untuk tidak menuntut.
c) Sistem di UK itu sendiri tidak mendukung
tuntutan yang remeh-temeh.

Pakar Jepang menekankan tiga hal berikut :


a) Jepang bukan masyarakat yang suka litigasi.
b) Pertama, sifat orang jepang pada umumnya, menghindari konfrontasi
dan tidak suka masalah internal dibuka kepada publik dan diselesaikan
“orang luar” (pengacara, penuntut umum, hakim, pengadilan).
c) Kedua, masalah sistemis dengan prosedur hukum perdata dan hukum
dagang yang dikritik sebagai tidak efisien dalam artian waktu.

6
SRS DAN TANGGUNG
JAWAB HUKUM
SRO (self-regulating organization) dan SRS (self-regulating system) adalah
salah satu ciri organisasi profesional. Dengan SRS profesi mengeluarkan
aturan-aturan internal seperti kode etik, standar pengendalian mutu, standar
audit dan asurans, pengembangan profesional berkelanjutan, dan lain
sebagainya. Namun, perikatan KAP, baik asurans maupun nir-asurans dilakukan
dengan pihak lain yang tidak berkaitan dengan profesi. Dalam melaksanakan
perikatan ini, KAP berpotensi membuat kekeliruan, baik dengan sengaja
maupun yang tidak disengaja, yang dapat merugikan pihak-pihak lain.

7
SRS DAN TANGGUNG JAWAB HUKUM

Pihak-pihak yang merasa dirugikan Istilah “meja hijau” digunakan dalam


dapat menyeret ke “meja hijau” arti seluas-luasnya, bisa :
daintaranya :  Didalam pengadilan/ diluar
 Rekan KAP yang memimpin pengadilan/ di “pengadilan”.
penugasan.  Didalam pengadilan bisa seperti
 Rekan lain. pengadilan perdata, pidana,
 Staff pada jenjang yang tinggi. administratif.
 Pimpinan KAP.  Di pengadilan Indonesia/ di luar
 KAP itu sendiri. Indonesia.

8
SRS DAN TANGGUNG JAWAB
HUKUM

Jika ada beberapa pengadilan yang


menangani kasus yang dihadapi akuntan
publik, pengadilan mana yang berhak lebih
dulu? Nah jawaban ini bergantung pada:

Ketentuan hukum yang


berlaku di yurisdiksi yang
bersangkutan

Siapa yang menemukan kasus


tersebut

“Kelincahan” pengadilan
profesional setempat

9
SRS dan Tanggung
Jawab Hukum
Apa penyebab kita jarang mendengar/melihat di tv
kasus – kasus di Indonesia?

Kelemahan penegak hukum


menyebabkan pihak yang
merasa dirugikan lebih suka
tidak berurusan dengan hukum.
Kasus – kasus yang
menyangkut pemberi
tugas bukan lembaga
Kasus Indonesia yang tidak diselesaikan melalui
punya nilai jual untuk jalur hukum.
dipublikasikan hanyalah
kasus yang diadili di luar
Indonesia.

10
SRS dan Tanggung
Jawab Hukum
Beberapa kasus – kasus di Indonesia yang menarik
perhatian publik :

Berkenaan dengan BUMN yang


kinerjanya dibawah harapan

RAP melakukan perlawanan


Kegagalan / kekurangan keras
keberhasilan menyebabkan
Direksi terkena sanksi
jabatan
Rencana IPO (Initial Public
Offering) dibatalkan

11
THANK YOU!

See you again

Anda mungkin juga menyukai