Disusun Oleh :
Shafira Nur shadrina 0116101030
Faldy Anwary 0116101032
Meuthia Artanti R. 0116101033
Dhinni Fadhila 0116101034
M. Aqil Abdulfattah 0116101035
Elvira Meitawati 0116101044
Ligitation Culture, Tanggung Jawab
Hukum, dan SRS
■ Istilah budaya tuntut-mepuntut atau budaya litigasi diterjemahkan dari bahasa Inggris,
"litigation culture" Masyarakat dengan "budaya" seperti itu disebut litigious society.
Meskipun banyak orang tidak setuju dengan istilah "budaya" dalam frasa "budaya
litigasi" atau "budaya tuntutan". Indonesia bukan litigious society seperti masyarakat
Amerika Serikat.
■ Beberapa pendapat pakar dalam menilai budaya litigasi di Negara Amerika Serikat dan
Jepang yang dapat menjadi acuan perbedaan budaya anatar orang Asia dan Amerika.
Pakar Amerika Pakar Jepang
■ Kehebatan sistem hukum di negaranya ■ Jepang bukan masyarakat yang suka
dengan tiga adjektiva: accessible,
predictable, and not corrupt! ini perlu litigasi.
menjadi cerminan sistem hukum nusantara.
■ Pertama, sifat orang Jepang pada
■ Keyakinan orang Amerika pada umumnya, umumnya, menghindari konfrontasi dan
yaitu: hormati aturan!
tidak suka masalah internal dibuka
■ la menganggap tuntut-menuntut adalah
kepada publik dan diselesaikan "orang
budaya. This is a cultural issue
luar" (Pengacara, penuntut umum,
■ Dalam butir terakhir, ia berbicara tentang
tujuan litigasi. Americans turn to the law to hakim, pengadilan).
resolve their disputes, not politics, and not
criminals or intimidation. Masyarakat ■ Kedua, masalah sistemis dengan
merangkul hukum untuk menyelesaikan prosedur hukum perdata dan dikritik
masalah di antara mereka. ini bukan
sebagai tidak efisien dalam artian
mempolitisasi, mengkriminalisasi, atau
mengintimidasi. waktu.
SRS DAN TANGGUNG JAWAB HUKUM SRO (SELF-
REGULATING ORGANIZATION) DAN SRS
(SELFIREGULATING SYSTEMS)
.
Salah satu ciri organisasi profesional. Dengan SRS profesi mengeluarkan aturan-
aturan. internal seperti kode etik, standar pengendalian mutu, standar audit dan
asurans, pengembangan profesional berkelanjutan, dan seterusnya
■ Namun, perikatan KAP, baik asurans maupun nir-asurans, dilakukan dengan pihak lain yang
tidak berkaitan dengan profesi. Dalam melaksanakan perikatan ini, KAP (rekan/ partner dan
stafnya) berpotensi membuat kekeliruan, baik dengan sengaja maupun yang tidak disengaja,
yang dapat merugikan pihak-pihak lain.
2. Rekan lain (misalnya yang melakukan concurring review dalam rangka kendali mutu);
4. Pimpinan KAP (CEO, managing partner, umumnya pada KAP yang tidak terlalu besar);
dan/atau
3. Kasus-kasus yang menyangkut pemberi tugas bukan lembaga atau badan usaha milik
negara, tidak diselesaikan melalui jalur hukum.
4. Tidak adanya nilai jual bagi kasus yang ada di dalam negeri, yang di publikasi hanyalah
kasus yang di adili di luar negeri seperti penyuapan pejabat pajak oleh perusahaan publik
AS
■ Upaya untuk meredam risiko tuntutan dilakukan dengan mengubah persekutuan perdata
(partnership) biasa menjadi LLP (limited-liability partnership) yang dari segi tanggung jawab para
partner lebih mirip perseroan terbatas. Praktik bisnis yang sangat normal di negara maju, ialah
mengasuransikan kerugian dari tuntutan hukum yang mungkin terjadi atas jasa-jasa yang
diberikan KAP. Asuransi ini dikenal sebagai Pll (professional-indemnity insurance).
Perubahan Lingkungan Hukum
Kegagalan
■ Resesi global dan masa ekonomi yang sulit Kesadaran para pemakai laporan keuangan yang semakin
meningkat akan tanggung jawab akuntan publik
■ Kesadaran yang meningkat dipihak di pihak OJK mengenai tanggung jawabnya melindungi kepentingan para
investor
■ Kerumitan fungsi - fungsi auditing dan accounting yang disebabkan oleh meningkatnnya ukuran bisnis,
globalisasi bisnis, dan kerumitan operasi bisnis serta transaksi keuangan
■ Kecenderungan masyarakat untuk menerima mengakibatkan kegagalan bisnis, yang memicu skateholder
atau pemangku kepentingan menuntut restusi dari pihak lain, termasuk auditor eksternal
■ Banyak kantor akuntan publik lebih memilih menyelesaikan masalah hukum di luar pengadilan untuk
menhindari biaya pengadilan yang mahal dan publisitas yang merugikan, ketimbang menyelesaikan melalui
proses pengadilan
■ Kesulitan yang dihadapi hakim dan juri dalam memahami seta menginterprestasikan masalah teknis
accounting dan auditing.
Kegagalan Bisnis, Kegagalan Audit, dan
Risiko Audit
■ Banyak professional akuntansi dan hukum yakin bahwa penyebab utama tuntutan
hukum kepada kantor akuntan publik adalah kurangnya pemahaman para pemakai
laporan keuangan atas dua konsep :
Jika Akuntan Publik gagal dalam menjalankan tanggungjawabnya klien dapat menuntut
Ada kesepakatan antara profesi akuntan dan pengadilan bahwa auditor bukan
penjamin atau penerbit laporan keuangan. Auditor hanya diharapkan untuk
melaksanakan audit dengan kemahiran, dan tidak diharapkan untuk benar 100 persen
Standar kemahiran (due care) disebut sebagai konsep orang yang bijak (prudent person
concept)
KEWAJIBAN ATAS TINDAKAN PIHAK LAIN
Partner
Atau Tanggung jawab Untuk mengambil tindakan perdata (civil
Pemegang action) terhadap setiap pemilik
Saham
• Para karyawan,
• kantor akuntan publik lain yang ditugaskan untuk melakukan sebagian pekerjaan,
Jika seorang karyawan melaksanakan audit yang tidak memadai, partnernya dapat ikut
bertanggung jawab atas kinerja karyawan tersebut.
Penipuan Konstruktif Adanya kelalaian yang ekstrem atau luar biasa sekalipun tidak
ada maksud untuk menipu atau merugikan. Penipuan
konstruktif juga disebut kecerobohan. Kecerobohan dalam
kasus audit terjadi jika auditor mengetahui bahwa audit yang
memadai tidak dilakukan tetapi tetap menerbitkan pendapat,
sekalipun tidak ada maksud untuk menipu pemakai laporan.
Penipuan Terjadi bila suatu salah saji telah dilakukan dan auditor sama-
sama mengetahui adanya kesalahan itu dan juga adanya
maksud untuk menipu.
SYARAT YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM KONTRAK
Pelanggaran Kontrak Kegagalan dari satu atau kedua pihak yang terlibat dalam
kontrak untuk memenuhi persyaratan kontrak. Salah satu
contohnya adalah kegagalan kantor akuntan untuk
mengembalikan SPT pajak pada tanggal yang telah ditentukan.
Pihak-pihak yang mempunyai hubungan yang ditetapkan dalam
kontrak dikatakan mempunyai privity of contract.
Manfaat Pihak ke-3 Pihak ketiga yang tidak mempunyai privity of contract tetapi
dikenal oleh pihak-pihak yang mengontrak dan bermaksud
untuk mempunyai hak serta manfaat tertentu menurut kontrak.
Contoh yang umum adalah bank, yang mempunyai piutang
pinjaman yang besar pada tanggal neraca dan meminta audit
sebagai bagian dari perjanjian pinjaman. Meskipun kontrak
penugasan audit adalah antara klien dan kantor akuntan, kedua
pihak sadar bahwa bank akan mengandalkan laporan keuangan
yang telah diaudit.
SYARAT – SYARAT LAIN
Common Law UU yang telah dikembangkan melalui keputusan pengadilan,
bukan melalui undang-undang pemerintah.
UU Statuer Undang-undang yang telah disahkan oleh Kongres AS dan
lembaga pemerintahan lainnya. Securities Exchange Act tahun
1933 dan 1934 serta Sarbanes-Oxley Act tahun 2002 adalah
UU Statuter penting yang mempengaruhi auditor. Atau jika di
Indonesia terdapat UU No. 5 Tahun 2011 dan PMK No. 17 Tahun
2008 serta aturan SPAP, SAK, Pasar Modal & UU Perpajakan
Kewajiban Bersama dan Tertentu Penetapan terhadap pihak tergugat atas kerugian penuh yang
diderita pihak penggugat, tanpa memperhatikan sampai di
mana bagian pihak-pihak lain dalam kesalahan tersebut.
Sebagai contoh, jika manajemen sengaja melakukan salah saji
dalam laporan keuangan, auditor dapat ditetapkan sebagai
pihak yang memikul semua kerugian pemegang saham jika
perusahaan bangkrut dan manajemen tidak dapat membayar.
Kewajiban Terpisah dan Penetapan terhadap pihak tergugat hagian kerugian yang
Proposional disebahkan oleh kelalaian tergugat,
KEWAJIBAN KLIEN
■ Sumber tuntutan hukum yang paling umum terhadap akuntan publik adalah dari
klien. Tutuntannya sangat bervariasi, meliputi klaim seperti :
Jasa berarti bahwa kantor akuntan publik mengklain bahwa tidak ada kontrak yang tersirat ataupun yang dinyatakan secara jelas.
Untuk pelaksaan kerja tanpa kelalaian dalam suatu audit, kantor akuntan publik mengklaim bahwa audit dilaksanakan sesuai
dengan standar auditing. Meskipun ada salah saji yang tidak terungkap, auditor tidak bertanggung jawab jika audit telah
dilakukan secara tepat
3. Kelalaian kontribusi
Pembelaan terhadap kelalaian kontribusi terjadi apabila auditor mengklaim bahwa tindakan klien telah mengakibatkan baik
kerugian menjadi dasar denda atau pun campur tangan dalam pelaksanaan audit dengan cara sedemikian rupa sehungga auditor
tidak dapat menemukan penyebab kerugian tersebut
klien harus dapat menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat yang jelas antara kelalaian auditor dalam menaati standar
auditing dengan kerugian yang diderita klien
KEWAJIBAN TERHADAP PIHAK KETIGA
MENURUT COMMON LAW
Kewajiban
Akuntan Publik
■ Pengadilan telah memperluas doktrin Ultramares untuk mengizinkan pemulihan oleh pihak
ketiga dalam banyak situasi dengan memperkenalkan konsep foreseen users, yang
merupakan anggota dari golongan pemakai terbatas yang mengandalkan laporan keuangan.
Pendekatan Pengadilan Demi Menetapkan Kewajiban Pihak ketiga Menurut Common Law
kepadanya, menjadi dasar keharusan hadirnya kualitas kebenaran dari setiap hasil audit
standar kualitas kebenaran tersebut, akan sangat berhubungan dengan kemampuan yang
bahkan telah terbukti tidak hanya dikarenakan kegagalan ataupun ketidakmampuan ataupun
kelalaian dari Akuntan Publik untuk melakukan pemeriksaan ataupun audit laporan Keuangan
berdasarkan SPAP sebagai suatu panduan teknis yang wajib dipatuhi oleh setiap Akuntan Publik
dalam memberikan jasanya, akan tetapi lebih dilatar belakangi oleh motif - motif yang
berhubungan dengan konflik kepentingan pribadi antara Akuntan Publik dengan perusahaan
yang diperiksanya. Atau bahkan lebih buruk lagi penggunaan Akuntan Publik tersebut untuk
Sanksi peringatan
Sanksi pencabutan ijin seperti yang diatur antara lain dalam pasal 62, pasal 63, pasal
64 dan pasal 65.
Namun tetap saja pertangungjawaban untuk mengganti kerugian pihak-pihak yang dirugikan
akibat dari pelanggaran tersebut, dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang berhak atas pemenuhan
ganti rugi berdasarkan pasal 1365 KUHPerdata.
Dalam ketentuan hukum indonesia, tidak dikenal adanya pembatasan pertanggunganjawaban
pribadi dari anggota persekutuan perdata, baik yang berbentuk firma ataupun non firma
■ Artinya dalam hal total dari nilai kerugian yang dibebankan kepadanya tersebut tidak
mencukupi untuk dibayarkan dari hartanya, maka ada kemungkinan seorang Akuntan Publik
untuk dapat dipailitkan secara pribadi sepanjang ketentuan dalam pasal 2 ayat (1) dari
Undang-Undang No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang terpenuhi
1. Dalam kasus Unites States vs Weiner (1975), tiga auditor dituduh melakukan penipuan saham
sehubungan dengan audit mereka atas Equity Funding Corporation of America. Penipuan itu sangat
besar dan pekerjaan audit begitu tidak memadai, sehingga pengadilan menyimpulkan bahwa
seharusnya auditor menyadari adanya penipuan itu dan karenanya mereka dinyatakan bersalah.
1. Penyelidikan mengenai integritas manajemen adalah bagian penting dalam memutuskan apakah
seorang klien dapat diterima dan luas pekerjaan yang akan dilaksanakan.
2. Independensi oleh semua individu ketika melakukan penugasan sangatlah penting, terutama dalam
pembelaan yang menyangkut tindakan kriminal.
3. Transaksi dengan pihak terkait perlu diperiksa secara khusus karena ada kemungkinan salah saji.
4. Prinsip prinsip akuntansi tidak dapat dijadikan pedoman secara eksklusif dalam memutuskan apakah
laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Mempertimbangkan seluruh fakta memang dibutuhkan.
5. Beratnya konsekuensi potensial jika auditor diketahui melakukan kesalahan tidak memungkinkan
manfaat potensial yang bisa membenarkan tidakan tersebut.
RESPON PROFESI TERHADAP
KEWAJIBAN HUKUM
■ AICPA dan Profesi secara keseluruhan dapat melakukan sejumlah hal untuk
mengurangi resiko para praktisi terkena tuntutan hukum :
1. Mencari perlindungan dari proses peradilan atau litigasi yang tidak terpuji.