Anda di halaman 1dari 34

KEWAJIBAN HUKUM

Disusun Oleh :
Shafira Nur shadrina 0116101030
Faldy Anwary 0116101032
Meuthia Artanti R. 0116101033
Dhinni Fadhila 0116101034
M. Aqil Abdulfattah 0116101035
Elvira Meitawati 0116101044
Ligitation Culture, Tanggung Jawab
Hukum, dan SRS
■ Istilah budaya tuntut-mepuntut atau budaya litigasi diterjemahkan dari bahasa Inggris,
"litigation culture" Masyarakat dengan "budaya" seperti itu disebut litigious society.
Meskipun banyak orang tidak setuju dengan istilah "budaya" dalam frasa "budaya
litigasi" atau "budaya tuntutan". Indonesia bukan litigious society seperti masyarakat
Amerika Serikat.

■ Beberapa pendapat pakar dalam menilai budaya litigasi di Negara Amerika Serikat dan
Jepang yang dapat menjadi acuan perbedaan budaya anatar orang Asia dan Amerika.
Pakar Amerika Pakar Jepang
■ Kehebatan sistem hukum di negaranya ■ Jepang bukan masyarakat yang suka
dengan tiga adjektiva: accessible,
predictable, and not corrupt! ini perlu litigasi.
menjadi cerminan sistem hukum nusantara.
■ Pertama, sifat orang Jepang pada
■ Keyakinan orang Amerika pada umumnya, umumnya, menghindari konfrontasi dan
yaitu: hormati aturan!
tidak suka masalah internal dibuka
■ la menganggap tuntut-menuntut adalah
kepada publik dan diselesaikan "orang
budaya. This is a cultural issue
luar" (Pengacara, penuntut umum,
■ Dalam butir terakhir, ia berbicara tentang
tujuan litigasi. Americans turn to the law to hakim, pengadilan).
resolve their disputes, not politics, and not
criminals or intimidation. Masyarakat ■ Kedua, masalah sistemis dengan
merangkul hukum untuk menyelesaikan prosedur hukum perdata dan dikritik
masalah di antara mereka. ini bukan
sebagai tidak efisien dalam artian
mempolitisasi, mengkriminalisasi, atau
mengintimidasi. waktu.
SRS DAN TANGGUNG JAWAB HUKUM SRO (SELF-
REGULATING ORGANIZATION) DAN SRS
(SELFIREGULATING SYSTEMS)
.

Salah satu ciri organisasi profesional. Dengan SRS profesi mengeluarkan aturan-
aturan. internal seperti kode etik, standar pengendalian mutu, standar audit dan
asurans, pengembangan profesional berkelanjutan, dan seterusnya
■ Namun, perikatan KAP, baik asurans maupun nir-asurans, dilakukan dengan pihak lain yang
tidak berkaitan dengan profesi. Dalam melaksanakan perikatan ini, KAP (rekan/ partner dan
stafnya) berpotensi membuat kekeliruan, baik dengan sengaja maupun yang tidak disengaja,
yang dapat merugikan pihak-pihak lain.

■ Pihak-pihak yang merasa dirugikan, dapat menyeret ke "meja hijau".

1. Rekan KAP yang memimpin penugasan (partner-in charge);

2. Rekan lain (misalnya yang melakukan concurring review dalam rangka kendali mutu);

3. Staff pada jenjang yang tinggi (misalnya audit manager);

4. Pimpinan KAP (CEO, managing partner, umumnya pada KAP yang tidak terlalu besar);
dan/atau

5. KAP itu sendiri (sebagai partnership , biasanya KAP besar);


■ Lemahnya budaya litigasi di Indonesia disebabkan oleh:
1. Kelemahan penegakan hukum (law enforcement) menenyebabkan pihak yang merasa
dirugikan lebih suka tidak berurusan dengan hukum (di dalam atau di luar pengadilan).

2. Pandangan pengusaha Indonesia belum terkontaminasi dengan budaya litigasi.

3. Kasus-kasus yang menyangkut pemberi tugas bukan lembaga atau badan usaha milik
negara, tidak diselesaikan melalui jalur hukum.

4. Tidak adanya nilai jual bagi kasus yang ada di dalam negeri, yang di publikasi hanyalah
kasus yang di adili di luar negeri seperti penyuapan pejabat pajak oleh perusahaan publik
AS

■ Upaya untuk meredam risiko tuntutan dilakukan dengan mengubah persekutuan perdata
(partnership) biasa menjadi LLP (limited-liability partnership) yang dari segi tanggung jawab para
partner lebih mirip perseroan terbatas. Praktik bisnis yang sangat normal di negara maju, ialah
mengasuransikan kerugian dari tuntutan hukum yang mungkin terjadi atas jasa-jasa yang
diberikan KAP. Asuransi ini dikenal sebagai Pll (professional-indemnity insurance).
Perubahan Lingkungan Hukum

Professional Bertanggung Jawab Untuk memenuhi apa yang dinyatakan dalam


Audit kontrak dengan klien.

Kegagalan

Auditor secara hukum bertanggung jawab


kepada klien atas kelalaian dan/atau
pelanggan kontrak, dan dalam situasi
tertentu, kepada pihak selain klien
Faktor-faktor penyebab utama :
■ Tuntutan dari pihak yang dirugikan terhadap siapa saja yang dapat memberikan kompensasi, tanpa melihat
siapa yang salah, bersama dengan beberapa doktrin tentang kewajiban (sering disebut konsep kewajiban
“deep pocket”)

■ Resesi global dan masa ekonomi yang sulit Kesadaran para pemakai laporan keuangan yang semakin
meningkat akan tanggung jawab akuntan publik

■ Kesadaran yang meningkat dipihak di pihak OJK mengenai tanggung jawabnya melindungi kepentingan para
investor

■ Kerumitan fungsi - fungsi auditing dan accounting yang disebabkan oleh meningkatnnya ukuran bisnis,
globalisasi bisnis, dan kerumitan operasi bisnis serta transaksi keuangan

■ Kecenderungan masyarakat untuk menerima mengakibatkan kegagalan bisnis, yang memicu skateholder
atau pemangku kepentingan menuntut restusi dari pihak lain, termasuk auditor eksternal

■ Banyak kantor akuntan publik lebih memilih menyelesaikan masalah hukum di luar pengadilan untuk
menhindari biaya pengadilan yang mahal dan publisitas yang merugikan, ketimbang menyelesaikan melalui
proses pengadilan

■ Kesulitan yang dihadapi hakim dan juri dalam memahami seta menginterprestasikan masalah teknis
accounting dan auditing.
Kegagalan Bisnis, Kegagalan Audit, dan
Risiko Audit
■ Banyak professional akuntansi dan hukum yakin bahwa penyebab utama tuntutan
hukum kepada kantor akuntan publik adalah kurangnya pemahaman para pemakai
laporan keuangan atas dua konsep :

– Perbedaan antara kegagalan bisnis dan kegagalan audit

– Perbedaan antara kegagalan audit dan risiko audit


KONSEP - KONSEP HUKUM YANG MEMENGARUHI
KEWAJIBAN

Jika Akuntan Publik gagal dalam menjalankan tanggungjawabnya klien dapat menuntut

Ada kesepakatan antara profesi akuntan dan pengadilan bahwa auditor bukan
penjamin atau penerbit laporan keuangan. Auditor hanya diharapkan untuk
melaksanakan audit dengan kemahiran, dan tidak diharapkan untuk benar 100 persen

Standar kemahiran (due care) disebut sebagai konsep orang yang bijak (prudent person
concept)
 KEWAJIBAN ATAS TINDAKAN PIHAK LAIN

Partner
Atau Tanggung jawab Untuk mengambil tindakan perdata (civil
Pemegang action) terhadap setiap pemilik
Saham

jika kantor ini beroperasi sebagai


Tanggung jawab terbatas persekutuan dengan kewajiban terbatas
(limited liability partnership = LLP), dengan
kewajiban terbatas (limited liability company
= LLC), korporasi umum, atau korporasi
profesional
■ Menurut stuktur perusahaan tersebut, kewajiban yang timbul dari tindakan salah satu pemilik
mempengaruhi aset pribadi pemilik lain, kecuali pemilik lain terlibat langsung dalam tindakan
yang dilakukan pemilik yang menyebabkan kewajiban timbul. Tentu saja, aset perusahaan
menjadi jaminan atas kerugian yang mungkin timbul.

• Para karyawan,

• kantor akuntan publik lain yang ditugaskan untuk melakukan sebagian pekerjaan,

• para spesialis yang dihubungi untuk menyediakan informasi teknis.

Jika seorang karyawan melaksanakan audit yang tidak memadai, partnernya dapat ikut
bertanggung jawab atas kinerja karyawan tersebut.

■ TIDAK ADANYA KOMUNIKASI ISTIMEWA

tidak berhak menyembunyikan informasi dari pengadilan dengan


Akuntan menyatakan bahwa informasi tersebut rahasia. Diskusi rahasia
Publik antara klien dan auditor tidak dapat disembunyikan dari
pengadilan
 SYARAT – SYARAT HUKUM YANG MEMENGARUHI KEWAJIBAN AKUNTAN PUBLIK

SYARAT HUKUM URAIAN

SYARAT YANG BERKAITAN DENGAN KELALAIAN & PENIPUAN


Kelalaian Biasa Tidak adanya perhatian yang layak yang dapat diharapkan dari
seseorang dalam suatu situasi. Bagi auditor, ini berarti apa yang
seharusnya dilakukan oleh auditor kompeten lainnya dalam
situasi yang sama.
Kelalaian Besar Tidak ada perhatian sama sekali, setara dengan perilaku
ceroboh, yang dapat diperkirakan dari seseorang.

Penipuan Konstruktif Adanya kelalaian yang ekstrem atau luar biasa sekalipun tidak
ada maksud untuk menipu atau merugikan. Penipuan
konstruktif juga disebut kecerobohan. Kecerobohan dalam
kasus audit terjadi jika auditor mengetahui bahwa audit yang
memadai tidak dilakukan tetapi tetap menerbitkan pendapat,
sekalipun tidak ada maksud untuk menipu pemakai laporan.
Penipuan Terjadi bila suatu salah saji telah dilakukan dan auditor sama-
sama mengetahui adanya kesalahan itu dan juga adanya
maksud untuk menipu.
SYARAT YANG BERKAITAN DENGAN HUKUM KONTRAK
Pelanggaran Kontrak Kegagalan dari satu atau kedua pihak yang terlibat dalam
kontrak untuk memenuhi persyaratan kontrak. Salah satu
contohnya adalah kegagalan kantor akuntan untuk
mengembalikan SPT pajak pada tanggal yang telah ditentukan.
Pihak-pihak yang mempunyai hubungan yang ditetapkan dalam
kontrak dikatakan mempunyai privity of contract.

Manfaat Pihak ke-3 Pihak ketiga yang tidak mempunyai privity of contract tetapi
dikenal oleh pihak-pihak yang mengontrak dan bermaksud
untuk mempunyai hak serta manfaat tertentu menurut kontrak.
Contoh yang umum adalah bank, yang mempunyai piutang
pinjaman yang besar pada tanggal neraca dan meminta audit
sebagai bagian dari perjanjian pinjaman. Meskipun kontrak
penugasan audit adalah antara klien dan kantor akuntan, kedua
pihak sadar bahwa bank akan mengandalkan laporan keuangan
yang telah diaudit.
SYARAT – SYARAT LAIN
Common Law UU yang telah dikembangkan melalui keputusan pengadilan,
bukan melalui undang-undang pemerintah.
UU Statuer Undang-undang yang telah disahkan oleh Kongres AS dan
lembaga pemerintahan lainnya. Securities Exchange Act tahun
1933 dan 1934 serta Sarbanes-Oxley Act tahun 2002 adalah
UU Statuter penting yang mempengaruhi auditor. Atau jika di
Indonesia terdapat UU No. 5 Tahun 2011 dan PMK No. 17 Tahun
2008 serta aturan SPAP, SAK, Pasar Modal & UU Perpajakan
Kewajiban Bersama dan Tertentu Penetapan terhadap pihak tergugat atas kerugian penuh yang
diderita pihak penggugat, tanpa memperhatikan sampai di
mana bagian pihak-pihak lain dalam kesalahan tersebut.
Sebagai contoh, jika manajemen sengaja melakukan salah saji
dalam laporan keuangan, auditor dapat ditetapkan sebagai
pihak yang memikul semua kerugian pemegang saham jika
perusahaan bangkrut dan manajemen tidak dapat membayar.

Kewajiban Terpisah dan Penetapan terhadap pihak tergugat hagian kerugian yang
Proposional disebahkan oleh kelalaian tergugat,
KEWAJIBAN KLIEN
■ Sumber tuntutan hukum yang paling umum terhadap akuntan publik adalah dari
klien. Tutuntannya sangat bervariasi, meliputi klaim seperti :

Kegagalan untuk meyelesaikan penugasan


nonaudit pada tanggal yang telah disepakati

Menarik diri dari audit secara tidak semestinya

Kegagalan untuk menemukan penggelapan


(pencurian aset

Melanggar persyaratan kerahasiaan bagi para


akuntan publik.
KOMBINASI PEMBELAAN BILA ADA
TUNTUTAN HUKUM OLEH KLIEN YAITU:
1. Tidak ada tugas yang harus dilaksanakan

Jasa berarti bahwa kantor akuntan publik mengklain bahwa tidak ada kontrak yang tersirat ataupun yang dinyatakan secara jelas.

2. Pelaksanaan kerja tanpa kelalaian

Untuk pelaksaan kerja tanpa kelalaian dalam suatu audit, kantor akuntan publik mengklaim bahwa audit dilaksanakan sesuai
dengan standar auditing. Meskipun ada salah saji yang tidak terungkap, auditor tidak bertanggung jawab jika audit telah
dilakukan secara tepat

3. Kelalaian kontribusi

Pembelaan terhadap kelalaian kontribusi terjadi apabila auditor mengklaim bahwa tindakan klien telah mengakibatkan baik
kerugian menjadi dasar denda atau pun campur tangan dalam pelaksanaan audit dengan cara sedemikian rupa sehungga auditor
tidak dapat menemukan penyebab kerugian tersebut

4. Ketiadaan hubungan sebab-akibat

klien harus dapat menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat yang jelas antara kelalaian auditor dalam menaati standar
auditing dengan kerugian yang diderita klien
KEWAJIBAN TERHADAP PIHAK KETIGA
MENURUT COMMON LAW
Kewajiban
Akuntan Publik

Jika yang mengklaim


Tanggung
menderita kerugian
Jawab
Pihak Ketiga Kantor Akuntan Publik akibat mengandalkan
laporan keuangan
yang menyesatkan

1. Pemegang saham aktual


2. Calon pemegang saham
3. Pemasok
4. Bankir
5. Kreditor lain
6. Karyawan
7. Pelanggan
■ Kasus audit utama yang mengawali kewajiban terhadap pihak ketiga adalah Ultramares
Corporation vs. Touche (1931). Kasus ini membentuk suatu doktrin yang dikenal sebagai
doktrin Ultramares.
Ultramares Corporation vs Touche (1951) – Kewajiban terhadap Pihak Ketiga
Para kreditor sebuah korporasi yang insolven (Ultramares) mengandalkan laporan keuangan yang
telah diaudit dan kemudian mereka menuntut para akuntan, dengan alasan bahwa akuntan telah
bersalah karena lalai dan memberikan laporan yang menyesatkan. Piutang usaha perusahaan itu
telah dipalsukan dengan menambahkan sekitar $650.000 sehingga jumlah piutang usaha menjadi
$700.000. Para kreditor mengatakan bahwa jika dilakukan investigasi secara cermat, akan terbukti
bahwa jumlah sebesar $700.000 itu merupakan pemalsuan. Utang usaha juga menunjukkan
perbedaan yang sama.
Pengadilan berpendapat bahwa akuntan memang telah lalai tetapi memutuskan bahwa akuntan
tidak bertanggung jawab terhadap pihak ketiga atas kesalahannya yang tidak disengaja dan berada
di luar lingkup kontrak semula, kecuali ia yang mendapat keuntungan utama. Pengadilan
berpendapat bahwa hanya pihak yang menandatangani kontrak pemberian jasa dengan akuntan
yang dapat menuntut jika jasa tersebut di berikan dengan kelalaian.

■ Pengadilan telah memperluas doktrin Ultramares untuk mengizinkan pemulihan oleh pihak
ketiga dalam banyak situasi dengan memperkenalkan konsep foreseen users, yang
merupakan anggota dari golongan pemakai terbatas yang mengandalkan laporan keuangan.
Pendekatan Pengadilan Demi Menetapkan Kewajiban Pihak ketiga Menurut Common Law

Interpretasi Pendekatan Definisi Pemakai Pihak Ketiga Contoh

Sempit Auditor menyadari bahwa


Penerima manfaat Auditor mengetahui dan
perjanjian kredit bank
utama/pemakai yang menyadari bahwa pemakai akan
membutuhkan laporan
teridentifikasi menggunakan laporan audit.
keuangan yang di audit.

Bank atau kreditor dagang


Kelompok pemakai yang cukup
apabila auditor menyadari
terbatas dan dapat diidentifikasi
Foreseen user bahwa klien telah memberikan
yang mengandalkan pekerjaan
laporan keuangan yang di audit
auditor
kepada pengguna tersebut.

Kreditor dagang yang belum


Kelas pemakai tidak terbatas
pernah melakukan bisnis dengan
yang secara layak harus dapat
klien. Klien itu belum pernah
Foreseeable user diramalkan oleh auditor sebagai
memberikan laporan keuangan
calon kuat pemakai laporan
kepada kreditor dagang di masa
keuangan.
Luas lalu.
KEWAJIBAN SIPIL
■ Pertanggungjawaban seorang Akuntan Publik terhadap kepercayaan publik yang diberikan

kepadanya, menjadi dasar keharusan hadirnya kualitas kebenaran dari setiap hasil audit

ataupun pemeriksaan laporan keuangan yang dilakukannya. Keharusan dalam memenuhi

standar kualitas kebenaran tersebut, akan sangat berhubungan dengan kemampuan yang

dimilikinya sebagai seorang professional yang mandiri.


Pelangaran-pelangaran profesi yang terjadi dalam praktik dalam banyak perdebatan, diduga dan

bahkan telah terbukti tidak hanya dikarenakan kegagalan ataupun ketidakmampuan ataupun

kelalaian dari Akuntan Publik untuk melakukan pemeriksaan ataupun audit laporan Keuangan

berdasarkan SPAP sebagai suatu panduan teknis yang wajib dipatuhi oleh setiap Akuntan Publik

dalam memberikan jasanya, akan tetapi lebih dilatar belakangi oleh motif - motif yang

berhubungan dengan konflik kepentingan pribadi antara Akuntan Publik dengan perusahaan

yang diperiksanya. Atau bahkan lebih buruk lagi penggunaan Akuntan Publik tersebut untuk

memenuhi kebutuhan dari perusahaan yang menggunakannya.


Dalam hal terjadinya pelanggaran yang dilakukan oleh seorang Akuntan Publik dalam
memberikan jasanya, baik atas temuan-temuan bukti pelanggaran apapun yang bersifat
pelanggaran ringan hingga yang bersifat pelanggaran berat, berdasarkan PMK
No.17/PMK.01/2008 hanya dikenakan sanksi administartif, berupa:

 Sanksi peringatan

 Sanksi pembekuan ijin

 Sanksi pencabutan ijin seperti yang diatur antara lain dalam pasal 62, pasal 63, pasal
64 dan pasal 65.

Namun tetap saja pertangungjawaban untuk mengganti kerugian pihak-pihak yang dirugikan
akibat dari pelanggaran tersebut, dapat dilakukan oleh pihak-pihak yang berhak atas pemenuhan
ganti rugi berdasarkan pasal 1365 KUHPerdata.
Dalam ketentuan hukum indonesia, tidak dikenal adanya pembatasan pertanggunganjawaban
pribadi dari anggota persekutuan perdata, baik yang berbentuk firma ataupun non firma

■ Artinya dalam hal total dari nilai kerugian yang dibebankan kepadanya tersebut tidak
mencukupi untuk dibayarkan dari hartanya, maka ada kemungkinan seorang Akuntan Publik
untuk dapat dipailitkan secara pribadi sepanjang ketentuan dalam pasal 2 ayat (1) dari
Undang-Undang No. 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban
Pembayaran Utang terpenuhi

■ Di Amerika dan beberapa Negara lainnya, yang mengenal adanya pembatasan


pertanggungjawaban dari anggota persekutuan perdata dalam suatu badan usaha yang
berbentuk Limited Liability Partnership (LLP).
■ Selain konsekuensi Perdata, pelanggaran sikap profesionalisme yang dilakukan
oleh Akuntan Publik juga dapat memberikan akibat yang bersifat pidana.
■ Dimana selain konsekuensi yang bersifat hukuman sanksi administratif, antara lain
dalam pasal 55 UU Nomor 5 tahun 2011 tersebut yang memberikan konsekuensi
pidana untuk waktu maksimum 5 tahun dan denda maksimum Rp 300 juta bagi
Akuntan Publik yang terbukti:
(a) melanggar pasal 25 ayat 2 yang isinya mewajibkan seorang Akuntan Publik untuk
mematuhi SPAP serta peraturan perundang-undangan yang berlaku, dimana
pelanggar terhadap hal tersebut telah menimbulkan kerugian bagi pihak lain;
(b) menyatakan pendapat atas Laporan Keuangan tidak berdasarkan bukti audit yang sah,
relevan dan cukup.
(c) melanggar ketentuan asal 30 ayat (1) huruf g dengan melakukan tindakan yang
mengakibatkan kertas kerja dan dokumen-dokumen lain yang berkaitan dengan
pemberian jasa tidak apat digunakan sebagaimana mestinya, dan juga huruf j dalam
melakukan manipulasi data yang berkaitan dengan jasa yang diberikan;
(d) Atau memberikan pernyataan tidak benar, dokumen also atau dokumen yang
dipalsukan untuk mendapatkan atau memperbaharui ijin Akuntan Publik atau untuk
mendapatkan ijin usaha KAP atau ijin pendirian cabang KAP
KEWAJIBAN KRIMINAL
■ Berikut terdapat 2 kasus Kriminal yang terjadi di Amerika :

1. Dalam kasus Unites States vs Weiner (1975), tiga auditor dituduh melakukan penipuan saham
sehubungan dengan audit mereka atas Equity Funding Corporation of America. Penipuan itu sangat
besar dan pekerjaan audit begitu tidak memadai, sehingga pengadilan menyimpulkan bahwa
seharusnya auditor menyadari adanya penipuan itu dan karenanya mereka dinyatakan bersalah.

2. Dalam ESM Government Securities vs Alexander Grand n Co (1986), manajemen mengungkapkan


kepada partner yang bertanggung jawab mengaudit ESM bahwa laporan keuangan yang telah diaudit
tahun sebelumnya mengandung salah saji yang material. Partner itu setuju untuk tidak
mengungkapkannya ketimbang mengikuti standar professional dan perusahaan, karena berharap
manajemen dapat menyelesaikannya dalam tahun berjalan. Karena perannya melindungi kecurangan,
partner tersebut dihukum karena melakukan kejahatan.
■ Ada beberapa pelajaran yang dapat dipetik dalam kasus tersebut :

1. Penyelidikan mengenai integritas manajemen adalah bagian penting dalam memutuskan apakah
seorang klien dapat diterima dan luas pekerjaan yang akan dilaksanakan.

2. Independensi oleh semua individu ketika melakukan penugasan sangatlah penting, terutama dalam
pembelaan yang menyangkut tindakan kriminal.

3. Transaksi dengan pihak terkait perlu diperiksa secara khusus karena ada kemungkinan salah saji.

4. Prinsip prinsip akuntansi tidak dapat dijadikan pedoman secara eksklusif dalam memutuskan apakah
laporan keuangan telah disajikan secara wajar. Mempertimbangkan seluruh fakta memang dibutuhkan.

5. Beratnya konsekuensi potensial jika auditor diketahui melakukan kesalahan tidak memungkinkan
manfaat potensial yang bisa membenarkan tidakan tersebut.
RESPON PROFESI TERHADAP
KEWAJIBAN HUKUM
■ AICPA dan Profesi secara keseluruhan dapat melakukan sejumlah hal untuk
mengurangi resiko para praktisi terkena tuntutan hukum :

1. Mencari perlindungan dari proses peradilan atau litigasi yang tidak terpuji.

2. Meningkatkan performa Auditing agar dapat memenuhi kebutuhan para pemakai


dengan lebih baik.

3. Mendidik para pemakai mengenai bata batas Auditing.


AICPA dan profesi dapat mengurangi resiko terkena sanksi
hukum dengan langkah-langkah berikut :
1. Riset secara berkesinambungan, untuk menemukan cara-cara yang lebih baik dalam melaksanakan
audit seperti mengungkap salah saji atau fraud yang tidak sengaja, menyampaikan hasil audit kepada
pemakai laporan dan menyakinkan bahawa auditor adalah independen.
2. Penetapan standar dan aturan, untuk menyesuaikan terhadap kebutuhan audit, kebutuhan masyarakat
dan timbulnya teknologi baru.
3. Menetapkan persyaratan untuk melindungi auditor.
4. Menetapkan persyaratan penelaahan sejawat, untuk mendidik anggota dan mengindentifikasi kantor
akuntan publik yang tidak memenuhi standar profesi.
5. Melawan hukum, terutama untuk melawan tuntutan yang kurang berdasar.
6. Pendidikan bagi pemakai laporan, terutama mengenai maksud dari pendapat auditor dan wawasan serta
sifat dari pekerjaan auditor.
7. Memberi sanksi kepada anggota karena hasil kerja yang tak pantas.
8. Perundingan untuk perubahan hukum, tujuannya untuk mengurangi biaya kewajiban sebagai sasaran
untuk mngurangi biaya asuransi kewajiban yang dibebankan kepada pelanggan melalaui kenaikan harga
MELINDUNGI AKUNTAN PUBLIK
INDIVIDUAL DARI KEWAJIBAN HUKUM
Seseorang auditor yang berpraktik juga dapat mengambil tindakan tertentu untuk
meminimalkan kewajibannya.
Beberapa dari tindakan yang umum itu adalah sebagai berikut :
1. Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas.
2. Mempertahankan independensi.
3. Memahami usaha klien.
4. Melaksanakan audit yang bermutu.
5. Mendokumentasikan pekerjaan secara memadai.
6. Mengungkapkan skeptisme professional.
PERTANYAAN
1. KARINA (andrie, viola)
– Pelanggaran apa yang dilakukan saat terkena sanksi pencabutan,pembekuan ijin, kalau sanksi pidana
masih bisa jadi akuntan apa tidak?
2. Shyifa (tri)
– Salah satu langkah dalam mengurangi resiko terkena sanksi hukum adalah perundingan untuk
perubahan hukum. Maksudnya apa?
3. Rivera (Gerald, Tia)
– Sejauh mana tanggung jawab auditor mengungkap adanya kecurangan ? apakah auditor itu
bertanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan tersebut?
4. Fitria (shafira)
– Kalau akuntan melakukan sanksi pidana apakah bisa jadi akuntan apa tidak? Jika bisa bagaimana cara
efektif agar mendapat kepercayaan dari klien?
5. Dhinni (bunga)
– Jika seorang akuntan publik diminta petugas pajak untuk mengungkapkan laba perusahaan, apakah
akuntan publik harus membuka kerahasiaan klien kepada petugas pajak tersebut?
6. Ilham (irvano)
– Jika seorang klien menuntut auditor tapi datanya tidak komplit, apakah tuntutan tersebut masih berlaku
atau tidak ?

Anda mungkin juga menyukai