Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

KEWAJIBAN HUKUM AUDITOR

OLEH :

Nama : Definus Duha


NIM : 21020194
Prodi : Komputerisasi Akuntansi
Dosen Pengampu : Ibu Wetri Efita S.E.,M.M
Semester : Enam (VI)

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER


DHARMAPALA RIAU
2024
BAB I
PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Kita hidup di masyarakat hukum. Saat ini auditor patut berhati-hati karena
setiap tindakan tidak terlepas apakah hal itu benar atau salah dapat dipersoalkan
secara hukum dan mungkin menimbulkan kerugian yang substansial. Akuntan publik
bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya, termasuk audit, pajak, konsultasi
manajemen, dan pelayanan akuntansi, sehingga jika benar-benar terjadi kesalahan.
yang diakibatkan oleh pihak akuntan publik dapat diminta pertanggungjawabannya
secara hukum.
Meningkatnya kesadaran pemakai laporan keuangan akan tanggung jawab
akuntan public dapat manearik perhatian pihak-pihak yang terkait dengan pasar modal
sehubungan dengan. tanggung jawab untuk melindungi kepentingan investor.
Pemahaman terhadap hukum tidaklah mudah mengingat pemahaman tersebut
menuntut suatu kesadaran dari perilaku-perilaku yang terlibat di dalamnya dan juga
adanya kemungkinan interpretasi yang berbeda-beda terhadap keberadaan suatu
hukum.
Hal ini juga yang terjadi pada profesi akuntan publik di mana perilaku-
perilaku yang terlibat terkadang kuning memahami secara benar apa yang telah
menjadi kewajiban yang nantinya akan mempunyai konsekuensi terhadap hukum.
Suatu pemahaman yang baik terhadap hukum akan membawa profesi akuntan publik
ke dalam praktek-praktek yang sehat, yang dapat meningkatkan performance dan
kredibilitas publik yang lebih baik. Sebaliknya apabila akuntan publik kurang
memahaminya pada iklim keterbukaan di era reformasi seperti sekarang ini maka.
akan dapat membawa perkembangan fenomena ke dalam konteks yang lebih luas
pada publik yang sudah mulai berani melakukan tuntutan hukum terhadap berbagai
profesi termasuk profesi akuntan publik.
Dapat disimpulkan bahwa kewajiban hukum bagi seorang akuntan publik
adalah bertanggung jawab atas setiap aspek tugasnya sehingga jika memang terjadi
kesalahan yang diakibatkan oleh kelalaian pihak auditor.
Untuk itu dalam makalah ini, pemakalah menulis tentang hal-hal yang
berhubungan dengan kewajiban hukum yang harus diperhatikan dan ditaati oleh
akuntan publik dalam melaksanakan pekerjaannya.
2. TUJUAN

a. Mengetahui lingkungan hukum yang berubah.

b. Dapat membedakan antara kegagalan bisnis, kegagalın audit, dan resiko bisnis.

c. Memahami konsep-konsep hukum yang mempengaruhi kewajiban.

d. Mengetahui kewajiban hukum auditor kepada klien.

e. Mengetahui kewajiban terhadap pihak ketiga menurut common law.

f. Mengetahui kewajiban sipil menurut undang-undang sekuritas.

g. Mengetahui respons profesi terhadap kewajiban hukum.

h. Mengetahui bagaimana melindungi akuntan publik individual dari kewajiban


hukum
BAB II
PEMBAHASAN

1. Lingkungan Hukum Yang Berubah

Menurut common law, para profesional audit bertanggung jawab untuk


memenuhi apa yang telah dinyatakan dalam kontrak dengan klien. Apabila auditor
gagal memberikan jasa atau tidak cermat dalam pelaksanaannya, mereka secara
hukum bertanggung jawab kepada klien atas kelahiran dan/atau pelanggaran kontrak,
dan dalam situasi tertentu, kepada pihak selain klien mereka.
Auditor juga bertanggung jawab kepada pihak ketiga menurut undang-undang
statuter. Securities Act tahun 1933, Securities Exchange Act tahun 1934 dan Sarbanes
Oxley Act berisi ketentuan yang berlaku sebagai dasar tindakan hukum terhadap
auditor Jarang sekali auditor dituntut atas tindakan kriminal. Tuntutan kriminal
terhadap auditor dapat terjadi apabila pihak. penggugat membuktikan bahwa auditor
tersebut bermaksud menyakiti atau melukai pihak lain.

Faktor-faktor yang menjadi penyebab utamanya:

1. Kesadaran para pemakai laporan keuangan yang semakin meningkat akan


tanggung jawab akuntan publik.
2. Kesadaran yang meningkat di pihak Securities dan Exchange Commisission
(SEC) mengenai tanggung jawabnya melindungi kepentingan para investor.
3. Kerumitan fungsi-fungsi auditing dan akuntansi yang disebabkan oleh
meningkatnya ukuran bisnis, globalisasi bisnis, dan kerumitan operasi bisnis.
4. Kecenderungan masyarakat untuk menerima tuntutan dari pihak yang dirugikan
terhadap siapa saja yang dapat memberikan kompensasi, tanpa melihat siapa yang
salah, bersama dengan beberapa doktrin tentang kewajiban (sering disebut konsep
kewajiban "deep pocket").
5. Keputusn pengadilan menyangkut ganti rugi yang besar pada beberapa kasus
melawan akuntan publik telah mendorong para pengacara untuk memberikan
pelayanan hukum
atas dasar fee kontujensi. Kesepakatan ini menawarkan keuntungan kepada pihak
yang dirugikan bila tuntutannya berhasil, dan kerugian yang minimum bila
tuntutannya tidak berhasil.
6. Banyak kantor akuntan publik lebih memilih menyelesaikan masalah hukum di
luar pengadilan untuk menghindri biaya pengadilan yang mahal dan publisitas
yang merugikan, ketimbang menyelesaikannya melalui proses pengadilan.
7. Kesulitan yang dihadapi hakim dan juri dalam memahami serta
menginterpretasikan masalah teknis akuntansi dan auditing..

Biaya litigasi akuntan telah menimbulkan keprihatinan karena semuanya


ditanggung anggota masyarakat. Pihak legislatif telah berupaya mengendalikan biaya
ligitasi dengan menghindari perkara yang tidak bermanfaat dan yang lebih merugikan
dibandingkan dengan kesalahannya. Namun demikian, kewajiban akuntan masih
sangat besar dan merupakan pertimbangan utama dalam praktik profesional kantor
akuntan publik.

2. Membedakan antara kegagalan bisnis, kegagalan audit. dan risiko audit

Banyak profesional akuntansi dan hukum yakin bahwa penyebab utama


tuntutan hukum kepada kantor akuntan publik adalah kurangnya pemahaman para
pemakai laporan keuangan atas dua konsep:

1. Perbedaan antara kegagalan bisnis dan kegagalan audit


2. Perbedaan antara kegagalan audit dan risiko audit

Kegagalan bisnis (business failure) terjadi apabila bisnis tersebut tidak mampu
mengembalikan pinjamannya atau memenuhi harapan para investor karena keadaan
ekonomi atau bisnis, seperti resesi, keputusan manajemen yang buruk., atau
persaingan yang tak terduga dalam industry itu.

Kegagalan audit (audit failure) terjadi apabila auditor mengeluarkan pendapat


audit yang tidak benar karena gagal memenuhi persyaratan standar audit. Contohnya
adalah kantor yang menugaskan asisten yang tidak memenuhi syarat untuk
melaksanakan tugas audit tertentu, di mana mereka gagal menemukan salah saji yang
material dalam catatan klien yang seharusnya dapat ditemukan oleh auditor yang
memenuhi syarat.

Risiko audit merupakan kemungkinan bahwa auditor akan menyimpulkan,


setelah melaksanakan audit yang memadai, bahwa laporan keuangan telah dinyatakan
secara wajar, sedangkan dalam kenyataannya mengandung salah saji yang material.
Risiko audit tidak dapat dielakkan, karena auditor mengumpulkan bukti hanya atas
dasar pengujian dan karena kecurangan yang disembunyikan dengan baik sangat sulit
dideteksi. Seorang auditor mungkin saja menaati seluruh standar auditing, namun
masih gagal mengungkapkan salah saji yang material akibat kecurangan.

Dalam kasus kegagalan audit, UU yang berlaku sering memperbolehkan pihak


yang dirugikan menuntut akuntan publik untuk membayar sebagian atau seluruh
kerugian yang disebabkan oleh kegagalan audit. Dalam praktiknya, karena kerumitan
auditing, sulit di tentukan apakah auditor gagal dalam menggunakan kemahirannya.
Juga sulit untuk untuk menentukan siapa yang berhak memperoleh keuntungan dari
audit. Kegagalan auditor dalam menggunakan kemahirannya sering kali menimbulkan
kewajiban hukum, bahkan kerugian yang besar bagi kantor akuntan publik.

Kesulitan sering muncul ketika terjadi kegagalan bisnis, bukan kegagalan


audit. Jika yang telah terjadi adalah kegagalan bisnis dan ternyata laporan keuangan
tersebut mengandung salah saji, para pemakai laporan keuangan akan mengganggap
bahwa auditor ceroboh meskipun audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar
auditing yang berlaku umum. Konflik anatara pemakai laporan keuangan dan auditor
ini sring muncul karena ada "kesenjangan harapan" di antara keduanya.

Kebanyakan auditor yakin bahwa pelaksanaan audit yang sesuai dengan


standar auditing adalah satu-satunya yang dapat diharapkan auditor. Kesenjangan
harapan ini sering kali mengakibatkan tuntutan hukum yang tidak terjamin. Profesi ini
akan memikul tanggung jawab. yang lebih besar untuk mendidik para pemakai
laporan keuangan tentang peran auditor dan perbedaan kegagalan bisnis, kegagalan
audit, serta risiko audit.

3. Konsep-Konsep Hukum Yang Mempengaruhi Kewajiban

1. Konsep Orang Bijak


Ada kesepakatan antara profesi akuntan dan pengadilan bahwa aditor bukan
penjamin. atau penerbit laporan keuangan. Auditor hanya diharapkan untuk
melakukan audit dengan kemahiran, dan tidak diharpakan benar 100 persen.
Standar kemahiran (due care) disebut sebagai konsep orang yang bijak (prudent
person concept), hal ini dikemukakan dalam Cooley on Torts sebagai berikut:

Setiap orang yang menawarkan jasa kepada orang lain dan yang dipekerjakan
memiliki kewajiban untuk menggunakan keahlian yang dimilikinya dalam
melakukan pekerjaan secara hati-hati dan tekun. Dalam semua pekerjaan yang
memerlukan keahlian khusus itu, bila seseorang menawarkan jasanya, dia sudah
memahami bahwa ia mengumumkan kepada publik bahwa ia memiliki keahlian
yang umumnya dimiliki orang lain yang menangani pekerjaan tersebut, dan bila ia
berpura-pura memiliki keahlian itu dan orang lain tahu, ia sudah melakukan
penipuan terhadap setiap orang yang mempekerjakan ia menyangkut profesi
publiknya. Tetapi tidak seorang pun, baik yang terlatih maupun tidak,
menjalankan tugas yang ia perkirakan bisa berhasil tanpa kesalahan sedikitpun. Ja
bekerja dengan keyakinan dan intergritas yang baik, tetapi bukannya tanpa
kesalahan dan ia bertanggung jawab kepada pemberi kerja atas kecerobohan, niat
buruk, atau ketidakjujuran, tetapi bukan untuk konsekuensi kerugian yang semata-
mata akibat kekeliruan penilaian.

2. Kewajiban atas Tindakan Pihak Lain.


Biasanya, para partner, atau para pemegang saham korporasi profesional,
memiliki tanggung jawab bersama untuk mengambil tindakan perdata (Civil
action) terhadap setiap pemilik. Akan tetapi, situasinya berbeda jika kantor ini
beroperasi sebagai persekutuan dengan kewajiban terbatas (Limited Liability
Partnership LLP), perseroan dengan kewajiban terbatas (Limited Liability
Company), korporasi umum atau korporasi profesional dengan tanggung jawab
terbatas. Menurut struktur perusahaan tersebut, kewajiban yang timbul dari
tindakan salah satu pemilik tidak mempengaruhi aset pribadi pemilik lain, kecuali
pemilik lain terlibat langsung dalam tindakan yang dilakukan pemilik yang
menyebabkan kewajiban ini. Tentu saja, aset perusahaan menjadi jaminan atas
kerugian yang mungkin timbul.

Para partner mungkin juga bertanggung jawab atas pekerjaan orang yang
mereka andalkan menurut UU Keagenan. Tiga kelompok auditor yang paling
mungkin diandalkan adalah para karyawan, kantor akuntan publik lain yang
ditugaskan untuk melakukan sebagian pekerjaan, dan para spesialis yang
dihubungi untuk menyediakan informasi teknis. Jika seorang karyawan
melaksanakan audit yang tidak memadai, partnernya dapat ikut bertanggung
jawab atas kinerja karyawan tersebut.

3. Tidak adanya Komunikasi Istimewa

Menurut Common Law, akuntan public tidak berhak menyembunyikan


informasi dari pengadilan dengan menyatakan bahwa informasi tersebut rahasia.
Diskusi rahasia antara klien dan auditor tidak dapat disembunyikan dari
pengadilan.

Syarat-syarat Hukum yang Mempengaruhi Kewajiban Akuntan Publik

 Syarat yang berkaitan dengan kelalaian dan penipuan:

1. kelalaian biasa. Tidak adanya Perhatian yang layak yang dapat diharapkan dari
seseorang dalam suatu situasi. Bagi auditor, ini berarti apa yang seharusnya
dilakukan oleh auditor kompeten lainnya dalam situasi yang sama.

2. kelalaian besar, Tidak ada perhatian sama sekali, setara dengan perilaku
ceroboh, yang dapat diperkirakan dari seseorang. Beberapa negara bagian tidak
membedakan antara penipuan biasa dan penipuan besar.

penipuan konstruktif, Adanya kelalaian yang ekstrem atau luar biasa sekalipun.
tidak ada maksud untuk menipu atau merugikan. Penipuan konstruktif juga
disebut kecerobohan. Kecerobohan dalam kasus audit terjadi jika auditor
mengetahui bahwa audit yang memadai tidak dilakukan tetapi tetap menerbitkan
pendapat, sekalipun tidak ada maksud untuk menipu pemakai laporan.
 Syarat yang berkaitan dengan hukum kontrak
1. pelanggaran kontrak, Kegagalan dari satu atau kedua pihak yang terlibat
dalam kontrak untuk memnuhi persyaratan kontrak. Salah satu contohnya
adalah kegagalan kantor akuntan untuk mengembalikan SPT pajak pada
tanggal yang telah ditentukan. Pihak-pihak yang mempunyai hubungan yang
ditetapkan dalam kontrak dikatakan mempunyai privity of contract.
2. manfaat pihak ketiga, Pihak ketiga yang tidak mempunyai privity of contract
tetapi dikenal oleh pihak-pihak yang mengontrak dan bermaksud untuk
mempunyai hak serta manfaat tertentu menurut kontrak. Contoh yang umum
adalah bank.

Syarat-syarat lain:

1. common Law, UU yang telah dikembangkan melalui keputusan


pengadilan, bukan melalui undang-undang pemerintah
2. UU Statuter, Undang-undang yang telah disahkan oleh Kongres AS dan
lembaga pemerintahan lainnya. Securities Exchange Act tahun 1933 dan
1934 serta Sarbanes-Oxley Act tahun 2002 adalah UU Statuter penting
yang mempengaruhi auditor.
3. Kewajiban bersama dan tertentu, Penetapan terhadap pihak tergugat atas
kerugian. penuh yang diderita pihak penggugat, tanpa memperhatikan
sampai dimana bagian pihak-pihak lain dalam kesalahan tersebut.
4. kewajiban terpisah dan proporsional, Penetapan terhadap pihak tergugat
bagian kerugian yang disebabkan oleh kalalaian tergugat

Sumber-sumber Kewajiban Hukum

Empat sumber kewajiban hukum:

1. Kewajiban kepada klien

2. Kewajiban kepada pihak ketiga menurut Common law

3. Kewajiban sipil menurut UU sekuritas federal

5. Kewajiban kriminal.
4. Respon Profesi Terhadap Kewajiban Hukum
AICPA dan profesi secara keseluruhan dapat melukukan sejumlah hal untuk
mengurangi risiko para praktisi terken tuntutan hukum:

1. Mencari perlindungan dari proses pengadilan atau ligitasi yang tidak terpuji
2. Meningkatkan performa auditing agar dapat memenuhi kebutuhan para
pemakai dengan lebih baik
3. Mendidik para pemakai mengenai batas-batas auditing.

Beberpa aktivitas khusus dalam kewajiban hukum:

Riset dalam auditing

Penetapan standard an peraturan

Menetapkan persyaratan untuk melindungi auditor


BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan

Bab ini membahas lingkungan tempat para akuntan publik beroperasi


dengan. menekankan pada signifikan kewajiban hukum yang dihadaopi
oleh profesi akuntan publik. Tidak adda akuntan publik yang rasional yang
ingin menghapus tanggung jawab hukum profesi atas kinerja yang curang
atau tidak kompeten. Jelas bahwa kepentingan terbaik profesi adalah
mempertahankan kepercayaan publik atas kinerja yang kompeten dari
profesi auditing, sambil menghindari kewajiban pada kasus-kasus yang
melibatkan. kegagalan bisnis ketimbang kegagalan audit. Untuk
menghindari kewajiban hukum secara lebih efektif, akuntan publik harus
memahami bagaimana mereka dapat dianggap bertanggung jawab
terhadap klien atas pihak ketiga menurut federal securities law, dan atas
kewajiban kriminal membuat para auditor menyadari isu-isu yang dapat
membuatnya memiliki kewajiban yang lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA

Alvin A Arens., Randal J Elder. Mark S Beasley, Auditing dan Jasa


Assurance, (Jakarta: Erlangga). Jilid 1. Edisi 15, 2014

Anda mungkin juga menyukai