Anda di halaman 1dari 24

TUGAS AUDIT

KASUS PHAR-MOR INC.


OLEH
KELOMPOK 1
RADILLA WIDYASTUTI
RIZQA ANITA
MEGA HERLINDA
ADE KURNIATI
NURUL BADRIYAH

MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS RIAU


PEKANBARU
2013
LANDASAN TEORI

AKUNTAN DAN TANGGUNG JAWAB PROFESIONAL

A. Profesi Akuntan Publik

Profesi Akuntan Publik merupakan suatu hal yang sangat penting.


Analisa serta pendapat dari Akuntan Publik terhadap suatu laporan keuangan
sebuah perusahaan akan sangat menentukan dasar pertimbangan dan
pengambilan keputusan bagi seluruh pihak ataupun publik yang
menggunakannya.

Informasi yang hanya bersifat sepihak dari manajemen akan cenderung


untuk banyak mengandung bias mengingat informasi tersebut dihasilkan dari
lingkungan yang dilingkupi oleh banyak kepentingan. Oleh karena itu
diperlukan jasa professional untuk menilai kewajaran informasi keuangan
yang disajikan oleh pihak manajemen. Jasa profesi inilah yang dilakukan oleh
auditor independen. Disinilah letak peran penting profesi akuntan publik.
Profesi ini hadir untuk memberikan penilaian atas keandalan (reliability)
informasi akuntansi yang disajikan perusahaan dalam laporan keuangan.
Untuk itulah maka pengujian oleh akuntan publik diperlukan guna
menetralisir bias yang melekat pada informasi tersebut, sehingga laporan
yang telah dinyatakan wajar oleh akuntan publik akan berisi informasi yang
reliable.

Adanya perbedaan antara apa yang diharapkan oleh pemakai laporan


keuangan dengan apa yang sesungguhnya menjadi tanggung jawab auditor
menimbulkan adanya suatu perbedaan yang disebut expectations gap. Auditor
di dalam melaksanakan audit harus sesuai dengan standar auditing yang
berlaku umum. Kebanyakan auditor yakin bahwa pelaksanaan audit yang
sesuai dengan standar auditing adalah satu-satunya yang dapat diharapkan
auditor. Akan tetapi, banyak pemakai yakin bahwa auditor dapat menjamin
keakuratan laporan keuangan, dan beberapa pemakai yakin bahwa auditor
menjamin kelangsungan usaha bisnis itu.

2
Keyakinan yang dimiliki oleh para pemakai laporan keuangan nantinya
cenderung akan menjadi masalah ketika opini yang dikeluarkan oleh auditor
pada kenyataannya tidak sesuai dengan kondisi yang ada di perusahaan.
Disinilah mulai hilang kepercayaan pemakai laporan keuangan terhadap
akuntan karena ketidakmampuannya mendekati harapan publik, yang akan
berakibat adanya tuntutan dan gugatan terhadap kewajiban hukum profesi
akuntan publik yang dianggap telah melakukan kesalahan di dalam
memberikan opini.

Banyak profesional akuntansi dan hukum yakin bahwa penyebab


utama tuntutan hukum kepada kantor akuntan publik adalah kurangnya
pemahaman para pemakai laporan keuangan atas dua konsep :

1. Perbedaan antara kegagalan bisnis dan kegagalan audit


2. Perbedaan antara kegagalan audit dan risiko audit

Kegagalan bisnis (Business Failure) terjadi apabila bisnis tersebut


tidak mampu mngembalikan pinjamannya atau memenuhi harapan para
investor karena keadaan ekonomi atau bisnis, seperti resesi, keputusan
manajemen yang buruk, atau persaingan yang tak terduga dalam industri itu.
Kegagalan audit (audit failure) terjadi apabila auditor mengeluarkan pendapat
audit yang tidak benar karena gagal memenuhi persyaratan standar audit.
Risiko audit merupakan kemungkinan bahwa auditor akan menyimpulkan,
setelah melaksanakan audit yang memadai, bahwa laporan keuangan telah
dinyatakan secara wajar, sedangkan dalam kenyataannya mengandung salah
saji yang material.

B. Tanggung Jawab Auditor

Menurut Common Law, para professional audit bertanggung jawab


untuk memenuhi apa yang telah dinyatakan dalam kontrak dengan klien.
Apabila auditor gagal memberikan jasa atau tidak cermat dalam
pelaksanaannya, mereka secara hukum bertanggung jawab kepada klien atas
kelalaian dan atau pelanggaran kontrak, dan dalam situasi tertentu, kepada
pihak selain mereka.

3
Selain kewajiban menurut Common law, auditor juga bertanggung
jawab kepada pihak ketiga menurut undang-undang statuter. Securities Act
tahun 1933 dan Securities Exchange Act tahun 1934 berisi ketentuan yang
berlaku sebagai dasar tindakan hukum terhadap auditor. Tuntutan kriminal
terhadap auditor dapat terjadi apabila pihak penggugat membuktikan bahwa
auditor tersebut bermaksud menyakiti atau melukai pihak lain.

Berdasarkan UU No. 5 Tahun 2011 tentang Akuntan Publik, dalam hal


terjadinya pelangaran yang dilakukan oleh seorang Akuntan Publik dalam
memberikan jasanya, baik atas temuan-temuan bukti pelanggaran apapun yang
bersifat pelanggaran ringan hingga yang bersifat pelanggaran berat dapat
dikenakan sanksi administratif (Pasal 53) dan ketentuan pidana (Pasal 55 dan
56).
Menurut Common Law, kewajiban hukum para profesional audit
berkaitan luas dengan dua pihak, yaitu para klien dan pihak ketiga.
1. Kewajiban Kepada Klien
Seorang akuntan publik berada dalam hubungan kontraktual
langsung dengan klien. Seorang akuntan bertanggung jawab
kepada klien sesuai dengan hukum kontrak (contract law) atau
hukum kerugian (tort law).
a) Hukum Kontrak (Contract Law)
Seorang auditor bertanggungjawab kepada klien atas
pelanggaran kontrak apabila ia :
Menerbitkan laporan audit standar tanpa melakukan audit
sesuai dengan GAAS
Tidak mengirimkan laporan audit sesuai dengan batas
waktu yang telah disepakati
Melanggar hubungan kerahasiaan klien
b) Hukum Kerugian (Tort Law)
Tindakan merugikan adalah tindakan salah yang merugikan
milik, badan atau reputasi seseorang. Tindakan merugikan
dapat dilakukan berdasarkan salah satu penyebab berikut ini :
Kelalaian yang biasa (ordinary negligence), yaitu
kelalaian untuk menerapkan tingkat kecermatan yang
biasa dilakukan secara wajar oleh orang lain dalam kondisi
yang sama.

4
Kelalaian kotor (gross negligence), yaitu kelalaian untuk
menerapkan tingkat kecermatan yang paling ringan pada
suatu kondisi tertentu.
Kecurangan (fraud), yaitu penipuan yang direncanakan
Kantor akuntan publik biasanya menggunakan satu atau kombinasi
dari empat pembelaan bila ada tuntutan hukum oleh klien:
Tidak ada tugas yang harus dilaksanakan, yang berarti bahwa
kantor akuntan publik mengklaim bahwa tidak ada kontrak
yang tersirat ataupun yang dinyatakan secara jelas.
Pelaksanaan kerja tanpa kelalaian, dalam suatu audit, kantor
akuntan publik mengklaim bahwa audit dilaksanakan sesuai
dengan standar auditing.
Kelalaian konstribusi (Contributory Negligence), terjadi
apabila auditor mengkaliam bahwa tindakan klien telah
mengakibatkan baik kerugian yang menjadi dasar denda
ataupun campur tangan dalam pelaksanaan audit dengan cara
sedemikian rupa sehingga auditor tidak dapat menemukan
penyebab kerugian tersebut.
Ketiadaan hubungan sebab-akibat, agar berhasil dalam
menggugat auditor, klien harus dapat menunjukkan adanya
hubungan sebab-akibat yang jelas antara kelalaian auditor
dalam menaati standar auditing dengan kerugian yang diderita
klien.
2. Kewajiban Terhadap Pihak Ketiga
Pihak ketiga meliputi pemegang saham aktual dan calon
pemegang saham, pemasok, banker, dan kreditor lain, karyawan
serta pelanggan. Suatu tuntutan biasanya terjadi apabila bank tidak
dapat menagih utang yang besar dari nasabah yang insolven dan
bank itu kemudian mengklaim bahwa pinjaman tersebut diberikan
berdasarkan laporan keuangan yang sudah diaudit yang
menyesatkan, dan kantor akuntan harus bertanggung jawab karena
gagal melaksanakan audit dengan mahir.

AICPA dan profesi secara keseluruhan dapat melakukan sejumlah hal


untuk mengurangi risiko para praktisi terkena tuntutan hukum :

5
Mencari perlindungan dari proses pengadilan atau litigasi yang tidak
terpuji
Meningkatkan performa auditing agar dapat memenuhi kebutuhan para
pemakai dengan lebih baik
Mendidik para pemakai mengenai batas-batas auditing

Seorang auditor yang berpraktik juga dapat pula mengambil tindakan


tertentu untuk meminimalkan kewajibannya. Beberapa dari tindakan yang
umum itu adalah :
Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas.
Mempekerjakan personil yang kompeten dan melatih serta mengawasi
mereka secara layak.
Mengikuti standar profesi
Mempertahankan independensi
Memahami bisnis klien
Melaksanakan audit yang bermutu
Mendokumentasikan pekerjaan secara layak
Mendapatkan surat penugasan dan surat representasi
Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia
Mengadakan asuransi yang memadai
Mencari bantuan hukum
Memilih bentuk organisasi dengan kewajiban terbatas
Mengungkapkan skeptisme profesional

C. Deteksi Kecurangan (Fraud)


Para pengguna laporan keuangan mengharapkan auditor mencari
dan mendeteksi kecurangan (fraud). SAS No. 82 mengemukakan dua jenis
salah saji yang berkaitan dengan kecurangan, yaitu salah saji yang timbul
dari kecurangan pelaporan keuangan, dan salah saji yang timbul dari
penyalahgunaan aset.
1. Kecurangan Pelaporan Keuangan (Fraudulent financial reporting)
Kecurangan ini terdiri dari tindakan-tindakan seperti :
Manipulasi, pemalsuan atau pengubahan catatan akuntansi atas
dokumen pendukung yang menjadi sumber penyusunan laporan
keuangan.
Representasi yang salah atau penghapusan yang disengaja atau
peristiwa-peristiwa, transaksi-transaksi atu informasi signifikan
lainny yang ada dalam laporan keuangan.

6
Salah penerapan yang disengaja atas prinsip-prinsip akuntansi
yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara penyajianatau
pengungkapan.
2. Penyalahgunaan Aset (missappropriation of assets)
Penyalahgunaan aset ini meliputi penggelapan atau pencurian aset
entitas dimana penggelapan tersebut dapat menyebabkan laporan
keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang
berlaku umum (GAAP).

D. Tanggung Jawab Auditor dalam Hubungannya dengan Kecurangan


(Fraud)
1. Tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan
Tanggung jawab untuk mendeteksi kecurangan ataupun kesalahan-
kesalahan yang tidak disengaja, diwujudkan dalam perencanaan
dan pelaksanaan audit untuk mendapatkan keyakinan yang
memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji
material yang disebabkan oleh kesalahan ataupun kecurangan.

2. Tanggung jawab untuk melaporkan kecurangan


Apabila auditor menyimpulkan bahwa ternyata laporan keuangan
mengandung unsur salah saji yang material dan bahwa laporan
keuangan tidak disajikan sesuai GAAP, maka auditor harus
mendesak agar manajemen melakukan revisi atas laporan keuangan
tersebut. Auditor juga bertanggung jawab untuk
mengkomunikasikan temuan kecurangan kepada manajemen dan
mungkin juga kepada pihak lainnya.

Dalam melaksanakan peran dan tanggung jawab profesionalnya


seorang eksternal auditor diatur oleh standar-standar auditing yang berlaku di
Indonesia, khususnya:

1. Kode Etik Profesi Akuntan Publik


Prinsip dasar etika profesi akuntan publik berdasarkan Kode etik
profesi akuntan public (SPAP 2011) adalah:
a) Prinsp integritas
Tegas dan jujur dalam menjalin hubungan professional dan
hubungan bisnis dalam melaksanakan pekerjaannya.

7
b) Prinsip objektifitas
Tidak boleh membiarkan subjektifitas, benturan kepentingan,
atau pengaruh yang tidak layak dari pihak-pihak lain
mempengaruhi pertimbangan professional atau pertimbangan
bisnisnya.
c) Prinsip kompetensi serta sikap kecermatan dan kehati-hatian
professional
Wajib memelihara pengetahuan dan keahlian profesinya pada
suatu tingkatan yang dipersyaratkan secara berkesinambungan.
d) Prinsip kerahasiaan.
Wajib menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh sebagai
hasil dari hubungan professional dan hubungan bisnisnya.

e) Prinsip perilaku professional


Wajib mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku dan harus
menghindari semua tindakan yang dapat mendiskreditkan
profesi.

2. SA Seksi 110 Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen


Auditor bertanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai
tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material,
baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan. Oleh
karena sifat bukti audit dan karakteristik kecurangan, auditor dapat
memperoleh keyakinan memadai, namun bukan mutlak, bahwa
salah saji material terdeteksi. Auditor tidak bertanggung jawab
untuk merencanakan dan melaksanakan audit guna memperoleh
keyakinan bahwa salah saji terdeteksi, baik yang disebabkan oleh
kekeliruan atau kecurangan, yang tidak material terhadap laporan
keuangan. Pernyataan ini diungkapkan dalam SA Seksi 110
Tanggung Jawab dan Fungsi Auditor Independen.

3. SA Seksi 220 Independensi


Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh
auditor. Profesi akuntan publik telah menetapkan dalam kode etik

8
profesi akuntan publik, agar anggota profesi menjaga dirinya dari
kehilangan persepsi independensi dari masyarakat. Anggapan
masyarakat terhadap independensi auditor ditekankan di sini
karena independensi secara instrinsik merupakan masalah mutu
pribadi, bukan merupakan suatu aturan yang dirumuskan untuk
dapat diuji secara objektif. Sepanjang persepsi independensi ini
dimasukkan ke dalam kode etik profesi akuntan publik, hal ini
akan mengikat auditor independen menurut ketentuan profesi.

4. SA Seksi 230 Penggunaan Kemahiran Professional Dengan


Cermat dan Seksama dalam Pelaksanaan Pekerjaan Auditor
Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor
wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan
seksama. Penggunaan kemahiran professional dengan cermat dan
saksama menuntuk auditor untuk melaksanakan skeptisme
professional. Skeptisme professional adalah sikap yang mencakup
pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi
secara kritis bukti audit. Auditor menggunakan pengetahuan,
keterampilan, dan kemapuan yang dituntut oleh profesi akuntan
public untuk melaksanakan dengan cermat dan saksama, dengan
maksud baik dan integritas, pengumpulan dan penilaian bukti
audit secara objektif. Oleh karena karakteristik kecurangan
terutama yang melibatkan penyembunyian dan pemalsuan
dokumentasi (termasuk pemalsuan dokumen), audit yang
direncakan dan dilaksanakan semestinya mungkin tidak dapat
mendeteksi salah saji material. Sebagai contoh, suatu audit yang
dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan
institute akuntan public Indonesia jarang berkaitan dengan
penentuan keaslian dokumentasi. Di samping itu, prosedur audit
mungkin tidak efektif untuk mendeteksi salah saji yanga disengaja
yang disembunyikan melalui kolusi diantara personel klien dan
pihak ketiga atau diantara manajemen atau karyawan klien.

9
5. SA Seksi 316 Pertimbangan atas Kecurangan dalam Audit
Laporan Keuangan

Suatu kecurangan dapat berakibat pada salah saji (misstatement)


yang bentuknya, antara lain:
Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan
keuangan
Salah saji yang timbul dari perlakukan tidak semestinya
terhadap aktiva

Berdasarkan SA Seksi 316 tersebut, auditor eksternal harus secara


khusus menaksir risiko salah saji material dalam laporan keuangan
sebagai akibat dari kecurangan dan harus memperhatikan taksiran
risiko ini dan mendesain prosedur audit yang akan dilaksanakan.
Prosedur audit mungkin akan berubah, bila ada risiko fraud.
Misalnya, bukti audit yang dikumpulkan mungkin lebih banyak
dan bukti audit tersebut ditekankan pada bukti yang diperoleh dari
sumber independen di luar perusahaan. Selain itu, pengujian
mungkin lebih difokuskan pada pengujian yang dilaksanakan
mendekati tanggal neraca. Semua hal tersebut dilakukan untuk
menentukan dampak potensial fraud terhadap kewajaran laporan
keuangan.

6. SA Seksi 317 Unsur Tindakan Pelanggaran Hukum oleh Klien


Apabila terjadi unsur tindakan pelanggaran hukum (termasuk yang
wujudnya fraud) maka auditor akan mengumpulkan informasi
tentang sifat pelanggaran, kondisi terjadinya pelanggaran dan
dampak potensialnya terhadap laporan keuangan. Terungkapnya
fraud, yang berdampak pada denda dan kerugian, harus
diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan . Lebih
jauh lagi, fraud dapat memiliki dampak yang material terhadap
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan sedemikian rupa
sehingga auditor eksternal tidak dapat memberikan pendapat
wajar tanpa pengecualian.

10
Auditor perlu meminta pernyataan dari manajemen akan informasi
tentang kecurangan yang berdampak material atas laporan keuangan . Bahkan
idealnya,seperti yang diatur dalam standar auditing USA yaitu AU Section
333, Management Representations, terdapat pernyataan manajemen bahwa
manajemen bertanggung jawab atas desain dan implementasi program dan
pengendalian untuk mencegah dan mendeteksi fraud.

E. Keterbatasan Auditor Eksternal dalam Mendeteksi Kecurangan


(Fraud)

Ada beberapa keterbatasan auditor eksternal dalam mendeteksi salah


saji yang timbul dari fraud. Audit dan review yang dilakukan oleh auditor
eksternal terhadap laporan keuangan perusahaan bertujuan untuk menentukan
apakah laporan keuangan perusahaan disajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material berdasarkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia. Penentuan apakah suatu laporan keuangan telah disajikan secara
wajar pada umumnya dilakukan melalui pengujian (testing) terhadap
sejumlah sampel dan bukan pengujian terhadap keseluruhan populasi. Dengan
pengujian secara sampling, maka tidak dapat dihindari risiko adanya salah
saji yang tidak terdeteksi, salah satunya karena penggunaan sampling risks.

Kemampuan auditor eksternal dalam mendeteksi fraud, bergantung


pula pada kecanggihan pelaku fraud, frekuensi dari manipulasi, tingkat kolusi
dan ukuran senioritas yang dilibatkan, karena semakin tinggi tingkat kolusi
dalam fraud dan semakin tinggi tingkat manajemen yang terlibat dalam fraud
ini, semakin sulit pula untuk mendeteksi fraud tersebut oleh auditor eksternal.

F. Audit Investigatif

Perusahaan dapat meminta auditor eksternal untuk mendeteksi


kecurangan (fraud) yang terjadi di perusahaan. Berbeda dengan general audit,
audit investigatif lebih dalam dan tidak jarang melebar ke audit atas hal-hal
yang tidak disentuh atau tidak tersentuh oleh general audit. Audit investigatif

11
diarahkan kepada pembuktian ada atau tidak adanya fraud dan perbuatan
melawan hukum lainnya.

Meskipun tujuan general audit berbeda dengan audit investigatif,


teknik auditnya sama. Hal yang berbeda hanyalah penerapan yang lebih
intens dalam audit investigatif. Penerapan teknik yang lebih mendalam,
kadang-kadang melebar, dengan fokus pada pengumpulan bukti hukum untuk
menentukan apakah seseorang melakukan atau tidak melakukan fraud.

ABSTRAKSI

KASUS PHAR-MOR INC.

Phar Mor-didirikan pada tahun 1982 oleh Michael Monus dan David
Shapira. Keluarga Shapira memiliki Giant Eagle, sebuah rantai supermarket
yang berkantor pusat di Pittsburgh. Giant Eagle juga merupakan pemegang
saham terbesar Phar-Mor. Phar Mor telah tumbuh, dalam satu dekade, dari
sebuah toko tunggal di Niles, Ohio (sebuah kota pinggiran di Youngstown),
menjadi 300 toko yang mempekerjakan 23.000 karyawan dan mencapai
penjualan sebesar $ 3 miliar. Toko-toko ini menjual segala sesuatu mulai dari
resep obat sampai perabot kantor, barang-barang elektronik, pakaian
olahraga, dan video tape. Michael (Mickey) Monus merupakan Presiden dan
CEO dari Phar-Mor. Monus juga bertugas sebagai dewan pengawas di
sekolah bisnis di Youngstown State University mendirikan liga basket dunia
(WBL).

Penipuan besar-besaran yang terjadi di Phar-Mor mulai ditemukan


berawal dari ketika pada bulan Juli 1992, pemilik tim WBL memberontak
karena pemain dan wasit belum dibayar selama hampir dua bulan. Pejabat
Phar-Mor menerima informasi bahwa uang telah disalurkan dari perusahaan
untuk WBL. Kemudian sebuah penyelidikan dilakukan atas masalah tersebut,
dan dari penyelidikan itu ditemukan beberapa transaksi yang mencurigakan
yang mendorong Phar-Mor untuk memanggil pemerintah federal untuk
melakukan penyelidikan lebih intensif. Penyelidikan penipuan ini dilakukan

12
secara bersama-sama oleh Biro Investigasi Federal dan Internal Revenue
Service. Penyelidikan ini kemudian menemukan salah satu penipuan terbesar
dan skema penggelapan dalam sejarah bisnis AS, dengan total sebesar hampir
$ 1 miliar.

Monus tidak sendirian dalam melakukan penipuan di Phar-Mor.


Monus meminta jasa Patrick Finn, kepala bagian keuangan, serta dua mantan
anggota staf dari Coopers & Lybrand (auditor Phar-Mor) Jeff Walley dan Stan
Cherelstein, dimana kedua mantan staf tersebut telah disewa oleh Phar-Mor
masing-masing sebagai wakil presiden untuk bagian keuangan dan pengawas
keuangan.

Berikut ini bentuk penipuan yang dilakukan oleh Monus dan asistennya :

1. Dari $ 1 miliar yang hilang, $ 15 juta terdiri dari penggelapan dana yang
diajukan dan disalurkan ke WBL dan penggunaan pribadi oleh Monus.

2. Sisa $ 985 juta terdiri dari kekeliruan penipuan dalam bentuk kelebihan
laba. Menurut penyelidik, tujuan dari kelebihan laba ini adalah untuk
memaksimalkan bonus eksekutif berdasarkan laba yang dilaporkan, dan
umumnya untuk membuat Phar-Mor terlihat baik bagi investor dan calon
investor.

3. Penipuan yang awalnya berupa akuntansi yang tidak tepat untuk


pembayaran awal yang besar, dengan total nilai sekitar $ 140 juta, dari
vendor seperti The Coca-Cola Company dan Fuji Film Company, untuk
perencanaan pasokan yang eksklusif. Phar-mor melaporkan pembayaran
sebagai pendapatan pada saat diterima, bukan sebagai diskon pembelian
yang diamortisasi selama masa perencanaan. Pada tahun 1990 skema ini
tidak cukup meningkatkan pendapatan dibawah anggaran, dimana
penipuan diasumsikan dalam bentuk inflasi persediaan.

4. Phar Mor menyewa perusahaan luar untuk mengambil persediaan. Setelah


selesai, Monus dan asistennya mengubah kuantitas persediaan yang
diambil tersebut menjadi lebih besar.

13
5. Monus membuat dua buku catatan akuntansi. Satu berisi angka persediaan
yang benar. Satu set lain, untuk digunakan auditor, dimana termasuk
didalamnya penyesuaian kenaikan persediaan yang tidak dijelaskan.
Penyesuaian-penyesuaian tersebut tersebar di ratusan toko. Selain dari
kelebihan persediaan, jumlah yang lebih kecil dari kelebihan pendapatan
dikatakan telah disembunyikan melalui piutang usaha tak tertagih yang
tidak dihapuskan, menilai rendah kewajiban, dan ketidaktepatan klaim atas
aset.

6. Patrick Finn, kepala bagian keuangan Phar-Mor, juga menyiapkan dua


versi dari laporan keuangan bulanan. Versi pertama adalah laporan yang
benar dan menunjukkan kerugian yang mengejutkan. Menurut penyelidik,
laporan ini hanya diketahui oleh Monus, Finn, Walley, dan Cherelstein dan
laporan ini disembunyikan. Versi kedua, disebut sebagai "Laporan David"
(karena laporan itu dipersiapkan untuk David Shapira), yang menunjukkan
keuntungan yang terus meningkat.

Dampak dari penipuan itu mulai terlihat pada tahun 1989, 1990, dan
1991, dimana laporan keuangan menunjukkan keuntungan, sedangkan pada
kenyataannya, kerugian besar telah terjadi secara berkelanjutan di masing-
masing dari tiga tahun tersebut. Pada tahun 1991, misalnya, perusahaan
melaporkan keuntungan $ 50.000.000 dengan lebih dari $ 150 juta kerugian
yang sebenarnya telah terjadi. Selain itu, perusahaan juga menanggung
beban $ 350 juta pada kuartal kedua tahun 1992

Setelah penemuan penipuan yang dilakukan oleh Monus dan asistennya,


beberapa tindakan yang diambil Phar-Mor Inc antara lain :

1. Phar-Mor memecat Monus, serta auditornya Coopers & Lybrand.

2. David Shapira, yang tampaknya tidak memiliki pengetahuan tentang


penipuan yang dilakukan oleh teman lamanya, mengganti Monus
sebagai kepala bagian keuangan, dan Deloitte & Touche diminta untuk
menggantikan Coopers & Lybrand sebagai auditor independen.

3. Sebuah tindakan hukum selanjutnya diajukan oleh Phar-Mor untuk


melawan Coopers & Lybrand. Gugatan ini menuduh auditor untuk lebih

14
teliti dalam melihat catatan persediaan, tidak hanya melihat dari lembar
ringkasan persediaan yang dibuat, sehingga melupakan penyesuaian
yang tidak dijelaskan. Gugatan ini juga menuduh bahwa Coopers ketika
mengamati persediaan fisik hanya mengambil pada 5-10 toko dan
menginformasikan manajemen Phar-Mor dulu sebelumnya bahwa toko
itu akan diamati persediaan fisiknya, para pelaku, tentu saja, berhati-
hati untuk tidak menyesuaikan persediaan di salah satu toko yang diuji
oleh auditor. (Coopers menanggapi dengan menyatakan bahwa Monus
telah memberitahu bahwa perusahaan harus tahu dulu sebelumnya agar
dapat menutup toko selama pengamatan persediaan).

4. Phar Mor kemudian juga mengajukan perlindungan kebangkrutan di


bawah Bab 11 dari kode kebangkrutan AS pada Agustus 1992, karena
Perusahaan ini terpaksa menutup 132 dari 300 toko dan menghentikan
hampir 13.000 karyawan. Selain itu, perabot kantor dan peralatan,
pakaian olahraga, dan barang elektronik konsumen dikeluarkan dari
toko yang tersisa.

5. Pada bulan Februari tahun 1993 perusahaan mempekerjakan


"turnaround specialist" Antonio Alvarez sebagai presiden dan kepala
bagian operasional. Pada bulan April, Phar-Mor tampaknya membuat
sebuah keputusan yang cerdas, setelah mengumpulkan $ 200.000.000
dari hasil operasional dan membuat negoisasi sebesar $150 juta
perjanjian pembiayaan debitur. Sistem akuntansi dan pelaporan
perusahaan juga sudah sangat meningkat, dan perusahaan berencana
untuk menginstalasi point-of-sale (POS) scanner untuk pengendalian
persediaan yang lebih baik.

15
PEMBAHASAN

KASUS PHAR-MOR INC.

a. Apa yang harus Phar-Mor buktikan untuk menang dalam kasus ini?
Apa yang harus Coopers & Lybrand tunjukkan agar berhasil
mempertahankan diri?

Untuk menang dalam kasus ini Phar-Mor harus membuktikan bahwa :

1. Auditor Coopers & Lybrand lalai dalam melakukan audit sehingga tidak
dapat menemukan kesalahan dalam penyajian catatan persediaan. Dimana
seperti yang dijelaskan sebelumnya catatan persediaan menunjukkan
beberapa penyesuaian yang tidak dibuat penjelasannya namun auditor
tidak menyadarinya karena hanya melihat dari ringkasan catatan
persediaan yang dibuat.

2. Auditor diragukan independensinya karena Coopers & Lybrand yang


merupakan auditor untuk Phar-Mor Inc sejak tahun 1984, namun dua
mantan staff mereka yaitu Jeff Walley dan Stan Cherelstein direkrut
sebagai wakil presiden untuk bagian keuangan dan pengawas keuangan.

3. Penipuan yang terjadi melibatkan kedua mantan staff dari Coopers &
Lybrand, dimana mereka membantu Monus untuk menyiapkan dua buku
catatan akuntansi dan mereka juga mengetahui tentang pembuatan dua
versi laporan keuangan bulanan.

Agar berhasil mempertahankan diri dalam kasus ini, Coopers & Lybrand harus
menunjukkan bahwa :

1. Auditor telah melakukan prosedur audit sesuai dengan standar yang


berlaku dan tidak lalai dalam melaksanakan tugas auditnya.

2. Auditor hanya bertugas untuk memberikan opini atas kewajaran penyajian


laporan keuangan sesuai dengan GAAP, tidak untuk menemukan penipuan
yang terjadi di perusahaan, kecuali sebelumnya telah dibuat kesepakatan

16
atau perjanjian antara manajemen dan auditor untuk melakukan audit
investigatif.

3. Penipuan yang terjadi berawal dari pihak manajemen perusahaan sendiri


yakni oleh Michael (Mickey) Monus yang merupakan Presiden dan CEO
dari Phar-Mor Inc.

b. Laporan berikut dikutip dari berbagai artikel dan laporan yang


menceritakan kisah dari Phar-Mor. Laporan ini telah mengalami
perubahan dalam bentuk tuntutan oleh perwakilan Phar-mor dan
tanggapan oleh perwakilan Coopers & Lybrand. Komentari validitas
dan kekuatan dari masing-masing tuntutan dan tanggapan.

Tuntutan:

1. "Auditor seharusnya telah mendeteksi penipuan persediaan ini. Ini adalah


akuntansi dasar. Ini adalah Audit 101." (Paul A. Manion, pengacara Phar-
Mor)

Komentar :
Menurut kami tuntutan yang diajukan oleh pengacara Phar-Mor ini kurang
valid dan kuat untuk menuntut Coopers & Lybrand. Dari kasus tidak
dijelaskan perjanjian/kontrak yang dibuat antara perusahaan dengan
auditor tentang audit yang dilakukan. Umumnya audit dilakukan untuk
untuk memberikan opini atas kewajaran penyajian laporan keuangan
sesuai dengan GAAP. Jika demikian, auditor tidak dapat dituntut karena
tidak dapat mendeteksi penipuan yang terjadi. Kecuali perusahaan telah
membuat perjanjian/kontrak untuk melakukan audit investigatif dengan
tujuan menemukan kecurangan/penipuan, maka auditor dapat dituntut atas
ketidakmampuan mendeteksi penipuan yang terjadi.

2. "Auditor kelihatannya tidak lebih jauh daripada lembaran pembuka pada


rincian catatan persediaan. Sudahkah mereka melakukan penyelidikan
lebih sedikit, mereka akan menemukan penyesuaian untuk persediaan yang

17
dibuat tanpa penjelasan. Mereka (Coopers) hampir kehilangan seluruh
perusahaan. Beberapa hal yang mereka gagal lakukan adalah sifat yang
paling mendasar "(Paul Manion).

Komentar :
Menurut kami tuntutan yang diajukan oleh pengacara Phar-Mor ini cukup
valid dan kuat untuk menuntut Coopers & Lybrand. Dalam melakukan
tugas audit, auditor seharusnya mengumpulan bukti-bukti yang diperlukan
dan mengambil sampel yang tepat, bukan hanya melihat ringkasan catatan
persediaan yang diberikan perusahaan dan tidak menelusurinya lebih jauh.
Akibatnya auditor tidak menyadari dan menemukan adanya beberapa
penyesuaian persediaan yang dibuat tanpa ada penjelasan yang tidak tidak
dijelaskan. Bagaimanapun untuk perusahaan retail seperti Phar-Mor,
persediaan merupakan hal yang sangat penting. Penipuan yang berkaitan
dengan persediaan dapat membuat perusahaan hampir kehilangan
nyawanya.

3. Phar Mor menuduh Coopers melakukan malpraktek dan kelalaian karena


gagal untuk mengungkap penipuan besar-besaran dan salah menafsirkan
keuangan Phar-Mor dalam opini audit dan laporan. Phar Mor mengatakan
hal tersebut berdasarkan keputusan besar pada laporan Coopers, seperti
memperluas ukuran dan jumlah tokonya dari 81 menjadi 300 dan
mendapatkan $ 600 juta dari kredit dan $ 155 juta pendanaan jangka
panjang. (Pittsburgh post-Gazzete, 2 Februari 1993)

Komentar :
Menurut kami tuntutan yang diberitakan di Pittsburgh post-Gazzete
tanggal 2 Februari 1993 mengenai malpraktek dan kelalaian yang
dilakukan oleh Coopers karena gagal untuk mengungkap penipuan besar-
besaran ini kurang valid dan kuat untuk menuntut Coopers dan Lybrand.
Seperti yang kami jelaskan sebelumnya dari kasus tidak dijelaskan
perjanjian/kontrak yang dibuat antara perusahaan dengan auditor tentang
audit yang dilakukan. Umumnya audit dilakukan untuk memberikan opini
atas kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan GAAP. Jika

18
demikian, auditor tidak dapat dituntut karena tidak dapat mendeteksi
penipuan yang terjadi. Kecuali perusahaan telah membuat
perjanjian/kontrak untuk melakukan audit investigatif dengan tujuan
menemukan kecurangan/penipuan, maka auditor dapat dituntut atas
ketidakmampuan mendeteksi penipuan yang terjadi. Dan menurut kami
tuntutan yang diberitakan di Pittsburgh post-Gazzete tanggal 2 Februari
1993 mengenai salah menafsirkan keuangan Phar-Mor dalam opini audit
dan laporan, seperti memperluas ukuran dan jumlah tokonya dari 81
menjadi 300 dan mendapatkan $ 600 juta dari kredit dan $ 155 juta
pendanaan jangka panjang, menurut kami tuntutan ini tidak cukup valid
dan kuat untuk menuntut Coopers & Lybrand, karena penipuan yang
terjadi atas penyajian laporan keuangan ini tidak terdeteksi oleh auditor
Coopers & Lybrand, sehingga auditor tidak dapat dikatakan salah
menafsirkan keuangan Phar-Mor dalam opini audit dan laporannya.

4. "(David) Shapira mempercayai Monus lebih dari apa yang seharusnya-tapi


dia tidak punya alasan untuk tidak percaya padanya. David bukan tipe
orang yang cemerlang, tapi saya pikir Shapira menoleransi dia (Monus)
selama bertahun-tahun karena sesuatu yang tampaknya telah Mickey capai
". (Jaksa untuk Shapira)

Komentar :
Menurut kami tuntutan yang diajukan oleh jaksa untuk Shapira ini kurang
valid dan kuat untuk menuntut Coopers & Lybrand. Karena disini menurut
kami, David Shapira juga sedikit kurang berhati-hati. David Shapira
merupakan pemegang saham terbesar Phar-Mor, Shapira seharusnya tidak
percaya begitu saja terhadap manajemen (Monus) perusahaan dan Shapira
seharusnya juga memiliki pengetahuan yang memadai mengenai
manajemen perusahaan. Hal ini agar Shapira dapat menyadari jika terdapat
ketidakberesan yang terjadi di perusahaannya seperti penipuan yang telah
terjadi tersebut. Karena seperti yang diungkapkan dalam teori agensi,
terjadi konflik kepentingan antara pemilik dan manajemen perusahaan,
dimana masing-masing mempunyai kepentingan untuk menguntungkan

19
diri sendiri. Shapira seharusnya menyadari hal tersebut dan berhati-hati
dalam memilih Presiden dan CEO untuk Phar-Mor, serta mengetahui lebih
jauh tentang manajemen perusahaan.

Tanggapan:

1. "Perusahaan menyewa auditor. Jika perusahaan ingin detektif swasta,


seharusnya menyewa salah satu dari mereka sebagai gantinya "(Coopers &
Lybrand).

Komentar :

Menurut kami tanggapan yang diajukan oleh Coopers & Lybrand ini
cukup valid dan kuat untuk Coopers & Lybrand mempertahankan diri.
Karena audit yang dilakukan oleh auditor dilaksanakan dengan tujuan
untuk memberikan memberikan opini atas kewajaran penyajian laporan
keuangan sesuai dengan GAAP. Namun, jika perusahaan ingin
menemukan / mengungkapkan penipuan yang mungkin terjadi di
perusahaan, perusahaan dapat menyewa detektif swasta yang tugasnya
untuk menemukan kebenaran, kejanggalan ataupun kecurangan sesuai
dengan permintaan perusahaan. Atau, perusahaan juga dapat menyewa
auditor untuk melakukannya dengan catatan, sebelum audit dilakukan
perusahaan telah membuat kontrak dengan auditor untuk melakukan audit
investigatif yang bertujuan menemukan penipuan yang diduga terjadi
dalam perusahaan.

2. "Penipuan itu tidak hanya menyangkut masalah dari beberapa ratus juta
dolar sabun dan pasta gigi. Sebaliknya, departemen keuangan Phar-Mor
bermain-main dengan formula akuntansi yang kompleks, menyesuaikan
nilai tercatat dan margin kotor -skema yang tidak mudah terdeteksi. Juga,
penipuan itu kolusif. Coopers telah ditipu oleh tidak hanya oleh satu atau
dua tingkat pegawai rendah, tetapi oleh presiden perusahaan dan kepala
bagian keuangan. Jika kita menyangka bahwa manajemen senior
melakukan sesuatu kecurangan, kami akan segera memperluas prosedur

20
audit kami dan menggali lebih dalam. "(David McLean, penasihat asosiasi
umum Coopers).

Komentar :

Menurut kami tanggapan yang diajukan oleh penasihat Coopers &


Lybrand ini cukup valid dan kuat untuk Coopers & Lybrand
mempertahankan diri. Penipuan ini memang kolusif dan menyangkut aset
besar perusahaan (persediaan), dimana penipuan ini terjadi karena adanya
kerja sama antara presiden perusahaan dengan kepala bagian keuangan dan
2 mantan staff dari Coopers & Lybrand dan berhubungan dengan
permainan catatan pembukuan akuntansi (catatan persediaan) dan laporan
keuangan bulanan.

3. Coopers menyebut gugatan itu "tidak tahu malu untuk menggeser beban
kesalahan perusahaan sendiri dari dirinya sendiri dan manajemennya
untuk sebuah perusahaan akuntansi yang merupakan korban penipuan
perusahaan ... Phar-Mor telah berfungsi sebagai mesin penipuan untuk
kepentingan manajemen seniornya "(Pittsburgh Post-Gazette, 2 Februari
1993).

Komentar :
Menurut kami tanggapan yang diberitakan di Pittsburgh post-Gazzete
tanggal 2 Februari 1993 ini cukup valid dan kuat untuk Coopers &
Lybrand mempertahankan diri. Karena bagaimanapun penipuan ini terjadi
dimulai dari manajemen Phar-Mor sendiri yakni presiden sekaligus CEO
Pha-Mor (Monus). Monus kemudian mengajak kerja sama kepala bagian
keuangan yang masih merupakan bagian manajemen Phar-Mor dan 2 staff
dari Coopers & Lybrand untuk melakukan penipuan untuk kepentingan
nya sendiri. Seharusnya Phar-Mor membebankan kesalahan penipuan
tersebut kepada pelaku penipuan itu sendiri yaitu Monus dan asistennya
(kepala bagian keuangannya serta 2 staff dari Coopers & Lybrand), bukan
ke auditor perusahaan.

21
4. "(David) Shapira seharusnya mengetahui ada sesuatu yang tidak beres. Dia
adalah seorang pengusaha eceran yang berpengalaman. Dia adalah
eksekutif terkenal... Bagaimana bisa dia menuduh (auditor) menjadi lalai
ketika ia adalah CEO (Giant Eagle)? Dia adalah orang yang bertanggung
jawab "(David McLean).

Komentar :
Menurut kami tanggapan tuntutan yang diajukan oleh Coopers & Lybrand
ini cukup valid dan kuat untuk Coopers & Lybrand mempertahankan diri.
David Shapira merupakan seorang pengusaha eceran yang berpengalaman
dan eksekutif terkenal karena tidak hanya menjadi pemegang saham
terbesar Phar-Mor tetapi juga CEO untuk Giant Eagle, seharusnya dia
mengetahui bagaimana manajemen perusahaan dan mengetahui ada
sesuatu yang tidak beres di Phar-Mor. Dia seharusnya ikut bertanggung
jawab karena memilih Monus sebagai Presiden dan CEO perusahaan.

22
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Penyebab utama tuntutan yang dilakukan oleh Phar-Mor Inc terhadap
auditornya Coopers & Lybrand adalah karena expectations gap. Dimana
Phar-Mor berharap auditor nya (Coopers & Lybrand) memberikan opini
sesuai dengan kondisi perusahaan yang sebenarnya dengan kemampuan
untuk dapat menjamin keakuratan laporan keuangan, dan kelangsungan
usaha perusahaan dan mendeteksi penipuan yang terjadi di perusahaan.
Sedangkan kenyataannya Phar-Mor gagal mengungkapkan penipuan
besar-besaran yang terjadi di Phar-Mor yang melibatkan Monus (presiden
dan CEO Phar-Mor), Patrick Finn, kepala bagian keuangan, serta dua
mantan anggota staf dari Coopers & Lybrand, Jeff Walley dan Stan
Cherelstein (wakil presiden untuk bagian keuangan dan pengawas
keuangan).
2. Untuk menang dalam kasus ini, Phar-Mor harus membuktikan bahwa
auditor Coopers & Lybrand lalai dalam melakukan audit, terganggu
independensinya dan ikut terlibat dalam penipuan yang terjadi di Phar-
Mor Inc. Sedangkan untuk berhasil mempertahankan diri dalam kasus
ini, Coopers & Lybrand harus menunjukkan bahwa auditor telah
melakukan prosedur audit sesuai dengan standar yang berlaku, hanya
melakukan audit untuk memberikan opini atas kewajaran penyajian
laporan keuangan dan bukan untuk menemukan kecurangan serta
menunjukkan bahwa penipuan yang terjadi berawal dari manajemen
Phar-Mor sendiri.
B. Saran
1. Untuk menghindari terjadinya kecurangan/penipuan, Phar-Mor harus
meningkatkan internal control perusahaan, selektif dalam memilih
orang-orang yang ada di manajemen perusahaan dan membentuk
komite audit sebagai pengawas perusahaan.
2. Untuk mendeteksi adanya kecurangan/penipuan yang terjadi dalam
perusahaan, perusahaan dapat meminta auditor eksternal untuk
melakukan audit investigatif.

23
REFERENSI

Arens, Alvin A, Randal J Elder dan Mark S Beasley, 2008. Auditing dan Jasa
Assurance Pendekatan Terintegrasi, Jilid 1 Edisi Keduabelas
diterjemahkan oleh Herman Wibowo, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Boynton, C William, Johnson N Raymond dan Kell G. Walter, 2003. Modern


Auditing, Buku Satu, Edisi Ketujuh diterjemahkan oleh Paul A. Rajoe,
dkk, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Konrath, Larry F, 2001. Auditing Concepts and Applications, A Risk-Analysis


Approach, 5th Edition, South Western.

Standar Profesional Akuntan Publik, 2011. Institut Akuntan Publik Indonesia


(IAPI), Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Tuanakotta, Theodorus M, 2010. Akuntansi Forensik & Audit Investigatif,


Edisi 2, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai