Anda di halaman 1dari 5

TANGGUNG JAWAB HUKUM AKUNTAN PUBLIK

Lingkungan Hukum Yang Berubah

Para profesional selalu diminta untuk cermat ketika menjalankan tugas melayani klien. Menurut
common law, para profesional audit bertanggung jawab untuk memenuhi apa yang telah dinyatakan
dalam kontrak dengan klien. Apabila auditor gagal memberikan jasa atau tidak cermat dalam
pelaksanaannya, mereka secara hukum bertanggungjawab kepada klien atas kelalaian dan/atau
pelanggan kontrak,dan dalam situasi tertentu, kepada pihak selain klien mereka.

Meskipun kriteria bagi tindakan hukum terhadap auditor oleh pihak ketiga bervariasi di setiap
negara bagian, umumnya auditor berkewajiban memperhatikan pihak ketiga yang merupakan bagian
dari kelompok orang yang terbatas yang bergantung pada “peramalan” auditor. Selain kewajiban
menurut common law, auditor juga harus bertanggung jawab kepada pihak ketiga menurut undang-
undang statuter.

Meskipun profesi telah melakukan berbagai upaya untuk membahas kewajiban hukum akuntan
publik, jumlah tuntutan dan besar ganti-rugi para penuntut tetap tinggi, termasuk tuntutan yang
melibatkan pihak ketiga menurut common law maupun UU sekuritas federal. Tidak ada alasan
sederhana yang menjelaskan tren ini, tetapi faktor-faktor berikut merupakan penyebab utamanya:

 Kesadaran para pemakai laporan keuangan yang semakin meningkat akan tanggung
jawab akuntan publik
 Kesadaran yang meningkat di pihak Securities & Exchange Commission (SEC) mengenai
tanggung jawabnya melindungi kepentingan para investor
 Kerumitan fungsi-fungsi auditing dan akuntansi yang disebabkan oleh meningkatnya
ukuran bisnis, globalisasi bisnis, dan kerumitan operasi bisnis serta transaksi keuangan
 Kecenderungan masyarakat untuk menerima tuntutan dari pihak yang dirugikan
terhadap siapa saja yang dapat memberikan kompensasi, tanpa melihat siapa yang
salah, bersama dengan beberapa doktrin tentang kewajiban (sering disebut konsep
kewajiban “deep pocket”
 Resesi global dan masa ekonomi yang sulit mengakibatkan kegagalan bisnis, yang
memicu stakeholder atau pemangku kepentingan menuntut restitusi dari pidak lain,
termasuk auditor eksternal
 Keputusan pengadilan menyangkut ganti rugi yang besar pada beberapa kasus melawan
akuntan publik telah mendorong para pengacara untuk memberikan pelayanan hukum
atas dasar fee kontijen. Kesepakatan ini menawarkan keuntungan kepada pihak yang
dirugikan bila tuntutannya berhasil, dan kerugian yang minimum bila tuntutannya tidak
berhasil
 Banyak kantor akuntan publik lebih memilih menyelesaikan masalah hukum diluar
pengadilan untuk menghindari biaya pengadilan yang mahal dan publisitas yang
merugikan, ketimbang menyelesaikannya melalui proses pengadilan
 Kesulitan yang dihadapi hakim dan juri dalam memahami serta menginterpretasikan
masalah teknis akuntansi dan auditing

Membedakan Antara Kegagalan Bisnis, Kegagalan Audit, dan Risiko Audit

Banyak profesional akuntansi dan hukum yakin bahwa penyebab utama tuntutan hukum kepada
kantor akuntan publik adalah kurangnya pemahaman para pemakai laporan keuangan atas dua konsep :

1. Perbedaan antara kegagalan bisnis dan kegagalan audit


2. Perbedaan antara kegagalan audit dan risiko audit

Kegagalan bisnis (business failure) terjadi apabila bisnis tersebut tidak mampu mengembalikan
pinjamannya atau memenuhi hrapan para investor karena keadaan ekonomi atau bisnis, seperti
resesi, keputusan manajemen yang buruk, atau persaingan yang tak terduga dalam industri itu.

Kegagalan audit (audit failure) terjadi apabila auditor mengeluarkan pendapat audit yang tidak
benar karena gagal memenuhi persyaratan standar audit. Contohnya adalah kantor yang
menugaskan asisten yang tidak memenuhi syarat untuk melaksanakan tugas audit tertentu, dimana
mereka gagal menemukan salah saji yang material dalam catatan klien yang seharusnya dapat
ditemukan oleh auditor yang memenuhi syarat.

Risiko Audit merupakan kemun gkinan bahwa auditor akan menyimpulkan, setelah melaksanakan
audit yang memadai, bahwa laporan keuangan telah dinyatakan secara wajar, sedangkan dalam
keyataannya mengandung salah saji yang material. Risiko audit tidak dapat dielakkan, karena
auditor mengumpulkan bukti hanya atas dasar pengujian dan karena kecurangan yang
disembunyikan dengan baik sangat sulit dideteksi. Seorang auditor mungkin saja menaati seluruh
standar auditing namun masih gagal mengungkapkan salah saji yang material akibat kecurangan.

Konsep-Konsep Hukum yang Mempengaruhi Kewajiban

1. Konsep Orang yang Bijak

Ada kesepakatan antara profesi akuntan dan pengadilan bahwa auditor bukan penjamin atau
penerbit laporan keuangan. Auditor hanya diharapkan untuk melaksanakan audit dengan kemahiran,
dan tidak diharapkan untuk benar 100 persen. Standar kemahiran (due care) ini sering disebut sebagai
konsep orang yang bijak (prudent person concept).

2. Kewajiban atas Tindakan Pihak Lain

Biasanya para patner, atau para pemegang saham korporasi profesional, memiliki tanggung
jawab bersama untuk mengambil tindakan perdata terhadap setiap pemilik. Akan tetapi, situasinya
berbeda jika kantor ini beroperasi sebagai persekutuan dengan kewajiban terbatas, perseroan dengan
kewajiban terbatas, korporasi umum, atau korporasi profesional dengan tanggung jawab terbatas.
Menurut struktur perusahaan tersebut, kewajiban yang timbul dari tindakan salah satu pemilik tidak
mempengaruhi aset pribadi pemilik lain, kecuali pemilik lain terlibat langsung dalam tindakan yang
dilakukan pemilik yang menyebabkan kewajiban ini. Tentu saja, aset perusahaan menjadi jaminan atas
kerugian yang mungkin timbul.

3. Tidak Adanya Komunikasi Istimewa

Menurut common law, akuntan publik tidak berhak menyembunyikan informasi dari pengadilan
dengan menyatakan bahwa informasi tersebut rahasia. Diskusi rahasia antara klien dan auditor tidak
dapat disembunyikan dari pengadilan.

Seorang akuntan publik dapat menolak untuk bersaksi di suatu negara bagian yang memiliki UU
komu nikasi istimewa. Namun, keistimewaan ini tidak berlaku pada pengadilan federal.

4. Syarat-Syarat Hukum yang Mempengaruhi Kewajiban Akuntan Publik

Apabila tuntutan hukum diajukan di pengadilan negara bagian, UU negara bagian akan
menentukan pendekatan mana yang akan diberlakukan. Apabila tuntutan hukum diajukan menurut UU
sekuritas federal, pendekatan yang berlaku adalah kewajiban terpisah dan proporsional, kecuali dapat
diperlihatkan bahwa akuntan publik tergugat mempunyai pengetahuan aktual tentang kecurangan atau
berpartisipasi dalam kecurangan itu, dimana berlaku kewajiban bersama dan tertentu. Menurut UU
Federal, jumlah kerugian menurut kewajiban terpisah dan proporsional dapat meningkat hingga 150%
dari jumlah yang ditetapkan secara proporsional sesuai tingkat kesalahan akuntan publik tersebut,
apabila terdakwa utama tidak sanggup membayar (insolven).

Terdapat empat sumber kewajiban hukum auditor, diantaranya:

1. Kewajiban kepada Klien

Sumber tuntutan hukum yang paling umum terhadap akuntan publik adalah dari klien.
Tuntutannya sangat bervariasi, meliputi klaim seperti kegagalan untuk menyelesaikan
penugasan nonaudit pada tanggal yang telah disepakati, menarik diri dari audit secara tidaak
semesetinya, kegagalan untuk menemukan penggelapan (pencurian aktiva), dan melanggar
persyaratan kerahasiaan bagi para akuntan publik. Biasanya, tuntutan ini relatif kecil, dan tidak
ada publisitas untuk tuntutan jenis ini.

Kewajiban yang umum akibat tuntutan hukum klien melibatkan klaim bahwa auditor tidak
dapat menemukan pencurian oleh karyawan akibat kelalaian dalam melaksanakan
audit.Tuntutan hukum ini dapat menjadi pelanggaran kontrak, tidakan yang merugikan akibat
kelalaian, atau keduanya. Masalah utama dalam kasus yang melibatkan dugaan kelalaian
biasanya adalah tingkat kemahiran yang diperlukan.

Kantor Akuntan Publik biasanya menggunakan satu atau kombinasi dari empat pembelaaan
bila ada tuntutan hukum oleh klien yaitu:

a. Tidak ada tugas yang harus dilaksanakan, berarti bahwa kantor akuntan publik
mengklaim bahwa tidak ada kontrak yang tersirat ataupun yang dinyatakan secara jelas.
b. Pelaksanaan kerja tanpa kelalaian, berarti kantor akuntan publik mengklaim bahwa
audit dilaksanakan dengan standar auditing. Meskipun ada salah saji, auditor tidak
bertanggung jawab jika audit telah dilakukan secara tepat.
c. Kelalaian kontribusi, pembelaan terhadap kelalaian kontribusi terjadi apabila auditor
mengklaim bahwa tindakan klien telah mengakibatkan baik kerugian yang menjadi dasar
denda ataupun campur tangan dalam pelaksanaan audit dengan cara sedemikian rupa
sehingga auditor tidak dapat menemukan penyebab kerugiab tersebut.
d. Ketiadaan hubungan sebab-akibat, agar berhasil dalam menggugat auditor, klien harus
dapat menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat yang jelas antara kelalaian auditor
dalam menaati standar auditing dengan kerugian yang diderita.

2. Kewajiban terhadap Pihak Ketiga Menurut Common Law

Selain dituntut oleh klien, akuntan publik juga harus dapat memiliki kewajiban kepada pihak
ketiga menurut common law. Pihak ketiga meliputi pemegang saham aktual dan calon
pemegang saham, pemasok, bankir, dan kreditor lain, karyawan, serta pelanggan. Sebuah
kantor akuntan publik dapat mempunyai kewajiban terhadap pihak ketiga jika pihak yang
mengklaim menderita kerugian akibat mengandalkan laporan keuangan yang menyesatkan.
Suatu tuntutan biasanya terjadi apabila bank tidak dapat menagih utang yang besar dari
nasabah yang insolven dan bank itu kemudian mengklaim bahwa pinjaman tersebut diberikan
berdasarkan laporan keuangan yang sudah di audit yang menyesatkan, dan kantor akuntan
harus bertanggungjawab karena gagal melaksanakan audit dengan mahir.

Pendekatan Pen gadilan demi Menetapkan Kewajiban Pihak Ketiga Menurut Commom Law

a. Credit Alliance, auditor mengetahui dan menyadari bahwa pemakai akan


menggunakan laporan audit
b. Restatement of Torts, kelompok pemakai yang cukup terbatas dan dapat
diidentifikasi yang mengandalkan pekerjaan auditor
c. Foreseeable Users, Kelas pemakai tidak terbatas yang secara layak harus dapat
diramalkan oleh auditor sebagai calon kuat pemakai laporan keuangan

3. Kewajiban Sipil Menurut Undang-Undang Sekuritas Federal

Meskipun terjadi beberapa peningkatan tindakan hukum terhadap akuntan oleh klien
atau pihak ketiga menurut common law, peningkatan paling pesat dalam proses litigasi
kewajiban akuntan publik adalah yang diatur menurut UU sekuritas federal. Para penuntut
umumnya berusaha mendapatkan ganti rugi melalui pengadilan federalkarena tersedianya
litigasi class action dan kemampuan untuk memperoleh ganti rugi yang cukup besar dari
tergugat.

4. Kewajiban Kriminal
Cara keempat para akuntan publik dapat dianggap bertanggungjawab adalah menurut
kewajiban kriminal bagi akuntan. Akuntan publik dapat disalahkan karena tindakan kriminal
menurut hukum federal ataupun negara bagian.

Respon Profesi Terhadap Kewajiban Hukum

AICPA dan profesi secara keseluruhan dapat melakukan sejumlah hal untuk mengurangi resiko
para praktisi terkena tuntutan hukum:

1. Mencara perlindungan dari proses pengadilan atau litigasi yang tidak terpuji.
2. Meningkatkan kinerja auditing agar dapat memenuhi kebutuhan para pemakai dengan lebih
baik
3. Mendidik para pemakai mengenai batas-batas auditing.

Melindungi Akuntan Publik Individual dari Kewajiban Hukum

Seorang auditor yang berpraktik juga dapat mengambil tindakan tertentu untuk meminimalkan
kewajibannya. Beberapa dari tindakan yang umum itu adalah sebagai berikut:

 Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas


 Mempertahankan independensi
 Memahami bisnis klien
 Melaksanakan audit yang bermutu
 Mendokumentasikan pekerjaan secara layak
 Mengungkapkan skeptisme profesional

Anda mungkin juga menyukai