Akuntansi Pajak
KONSEP DASAR
AKUNTANSI PAJAK
Pokok Bahasan :
1. Pengertian Akuntansi Pajak
2. Pembukuan
3. Hubungan akuntansi pajak dengan akuntansi
komersial
4. Konsep dasar dan tujuan akuntansi pajak
Pengertian Akuntansi Pajak
A. Tujuan Akuntansi
Komersial
Menyediakan laporan & informasi keuangan
serta info lain kepada pihak pengambil
keputusan.
Pajak
Menyajikan laporan keuangan & informasi
lain (tax compliance) kepada administrasi
pajak.
UU Pajak memiliki prioritas untuk dipatuhi
di atas praktek dan kelaziman akuntansi
2. Hubungan Akuntansi Pajak
Dengan Akuntansi Komersial
4. Netral
Laporan keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus netral, tidak memihak
kepada Wajib pajak dan juga tidak memihak kepada pihak lain termasuk pihak negara
(Pihak yang sangat berkaitan dengan penerimaan perpajakan).
Berdasarkan pasal 28 ayat 3 UU KUP, pembukuan yang dilakukan oleh Wajib Pajak harus
berdasarkan itikat baik dan mencerminkan keadaan yang sesungguhnya.
5. Tepat Waktu
Laporan keuangan yang disajikan dalam akuntansi pajak harus tepat waktu, sesuai dengan
tahun takwim atau tahun buku yang dipergunakan oleh Wajib Pajak.
Berdasarkan Pasal 2 ayat 7 UU PPh, laporan keuangan Wajib Pajak dibuat berdasarkan
tahun takwim atau tahun buku.
6. Daya Banding
Laporan keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus memiliki daya banding,
terutama dengan peraturan perpajakan.
Berdasarkan penjelasan Pasal 28 ayat 7 UU KUP, pembukuan harus diselenggarakan dengan
cara atau sistem yang lazim dipakai di Indonesia, seperti berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK), atau berdasarkan ketentuan peraturan perpajakan.
Tujuan Kualitatif Akuntansi
7. Lengkap
Laporan keuangan yang disajikan dalam akuntansi pajak harus lengkap,
tidak terdapat data yang tidak terakumulasi dalam laporan keuangan.
Berdasarkan pasal 28 ayat 7 UU KUP pembukuan sekurang-kurangnya
memuat catatan harta, kewajiban, modal, penghasilan, dan biaya serta
pembelian dan penjualan.
3. Konsep Dasar Dan Tujuan
Akuntansi Pajak
D.Sifat dan keterbatasan pelaporan keuangan fiskal
1. Laporan Keuangan bersifat historis
2. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari
penggunaan estimasi dan berbagai pertimbangan
3. Lebih mengutamakan hal yang material (tanpa mengurangi
kelengkapan materi)
4. Laporan keuangan terutama menekankan makna ekonomis
(substansi) setiap transaksi (tanpa, dalam kondisi tertentu,
memperhatikan bentuk yuridis formalnya).
5. Terdapatnya alternatif yang dapat digunakan
mengakibatkan variasi dalam pengukuran sumber ekonomis
dan tingkat kesuksesan antar WP.
6. Informasi kuantitatif, sedangkan fakta (yang tidak
mendasar) yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya
dikesampingkan.
Sifat Laporan Keuangan
1. Fakta yang telah dicatat (recorded fact)
• Pencatatan dari pos-pos ini berdasarkan catatan historis dari peristiwa-
peristiwa yang telah terjadi masa lampau, dan jumlah-jumlah uang
yang tercatat dalam pos-pos itu dinyatakan dalam harga-harga pada
waktu terjadinya peristiwa tersebut (at original cost).
2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi
(accounting convention and postulate)
• Data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapan-
anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim
(General Accepted Accounting Principles )
3. Pendapat pribadi (personal judgment)
• Walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi-konvensi
atau dalil-dalil dasar yang sudah ditetapkan yang sudah menjadi
standard praktek pembukuan, namun penggunaan dari konvensi-
konvensi dan dalil dasar tersebut tergantung daripada akuntan atau
management perusahaan yang bersangkutan.
Keterbatasan Laporan Keuangan
• Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya
merupakan intern report ( laporan yang dibuat antara waktu tertentu
yang sifatnya sementara ) dan bukan merupakan laporan final. Karena
itu semua jumlah – jumlah atau hal – hal yang dilaporkan dalam
laporan keuangan tidak menunjukan nilai likuidasi atau realisasi
dimana dalam laporan ini terkandung pendapat pribadi yang telah
dilakukan oleh Akuntan atau Manajemen yang bersangkutan.
• Laporan keuangan menunjukan angka dalam rupiah yang kelihatannya
bersifast pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya
dengan standar nilai mungkin berbeda atau berubah.
• Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi
keuangan atau nilai rupiah berbagai waktu atau tanggal yang lalu
dimana daya beli uang tersebut semakin menurun, dibandingkan
dengan tahun – tahun sebelumnya sehingga kenaikan volume penjualan
yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukan unit yang
terjual semakin besar, mungkin kenaikan itu disebabkan karena
naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan
tingkat harga – harga.
• Laporan keuangan tidak dapt mencerminkan berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena
faktor – faktor tersebut tidak dapat diukur dengan satuan uang.
Prinsip Akuntansi
1. Kesatuan Usaha
• Perusahaan dianggap sebagai kesatuan ekonomi yang
terpisah dengan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan sumber-sumber perusahaan
• Ada pemisahan yang jelas antara perusahaan dengan
pemilik, persero atau pemegag saham, mengenai
kekayaan, hutang-piutang, penerimaan dan
pengeluaran uang, antara kepentingan perusahaan
dengan kepentingan pribadi pemilik/pemegang saham
tidak boleh bercampur.
• Berdasarkan pasal 28 ayat 7 UU KUP, pada dasarnya
pembukuan harus memisahkan harta dan Wajib Pajak.
Prinsip Akuntansi
2.Kesinambungan
• Suatu entitas ekonomi diasumsikan akan
terus-menerus melanjutkan usahanya dan
tidak akan dibubarkan
• Prinsip kesinambungan dapat dilihat dari
perubahan neraca setiap tahunnya. Neraca
tahun ini merupakan perubahan dari neraca
tahun lalu akibat adanya laporan laba rugi
tahun ini dan seterusnya.
• Berdasarkan pasal 28 ayat 11 UU KUP, data-
data yang berkaitan dengan pembukuan
Wajib Pajak harus disimpan di Indonesia
paling tidak dalam jangka waktu 10 tahun.
Prinsip Akuntansi
4. Konsisten
• Penggunaan metode dalam pembukuan tidak boleh berubah-
ubah.
• Berdasarkan Pasal 28 ayat 5 UU KUP, pembukuan
diselenggarakan dengan prinsip atau asas konsistensi. Artinya
apabila Wajib Pajak telah memilih salah satu metode
pembukuan maupun dalam perhitungannya, metode tersebut
harus diikuti setiap tahunnya secara konsisten, misalnya pada
kegiatan berikutnya:
1) Penentuan tahun buku mengguankan tahun takwim atau tidak.
2) Penghitungan penyusutan menggunakan garis lurus, saldo
menurun atau metode lainnya.
3) Perhitungan persediaan menggunakan rata-rata, FIFO, atau LIFO
4) Pengakuan nilai kurs valuta asing menggunakan Kurs Tetap atau
Kurs Tengah Bank Indonesia.
Prinsip Akuntansi
4. Konsisten (lanjutan..)
• Berdasarkan pasal 28 ayat 8 UU KUP, ditetapkan setiap
adanya perubahan dalam prinsip maupun metode
penghitungan dalam pembukuan harus mendapat persetujuan
Direktorat Jenderal Pajak, untuk dilakukan pemeriksaan
terlebih dahulu tentang ada tidaknya obyek pajak yang timbul
akibat adnya perubahan tersebut.
Prinsip Akuntansi
5. Konservatif
• Kemungkinan rugi (belum direalisasi, masih
merupakan tafsiran) sudah diakui sebagai
kerugian, dengan cara membentuk penyisihan
atau cadangan. Sementara itu, kemungkinan
laba yang timbul tidak diakui.
• Secara akunatnsi prinsip konservatif
diterapkan pada berbagai kegiatan yaitu
penyisihan piutang, penyisihan potongan
penjualan, penyisihan retur penjualan,
penyisihan klaim, penyisihan biaya setelah
penjualan, penilaian persediaan barang
dagangan berdasarkan “harga pokok dan harga
pasar mana yang lebh rendah (LCOM)”
Prinsip Akuntansi
5. Konservatif (lanjutan….)
• Akuntansi pajak cenderung menggunakan
prinsip realisasi, walaupun terdapat
pengakuan terhadap prinsip konservatif
seperti pada perhitungan laba rugi selisih kurs,
dimana wajib pajak boleh memilih:
1) Kurs tetap, dimana rugi selisih kurs diakui
kalau terealisasi.
2) Kurs tengah BI atau kurs yang sebenarnya
berlaku pada akhir tahun, diamna laba rugi
kurs diakui pada tiap-tiap akhir tahun,
walaupun belum terealisasi.
Prinsip Akuntansi
5. Konservatif (Lanjuan…)
• Prinsip Realisasi dalam akuntansi pajak tampak pada
ketentuan sbb:
1) Pasal 29 ayat 1 © UU PPh, dimana Wajib Pajak tidak
diperbolehkan membentuk dana cadangan
(Penyisihan), kecuali untuk cadangan kerugian piutang
tak tertagih untuk usaha bank, cadangan kerugian
piutang tak tertagih untuk usaha sewa guna usaha
dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi dan
dan cadangan biaya reklamasi untuk pertambangan.
2) Pasal 10 ayat 6 UU PPh, persediaan dan pemakaian
persediaan untuk mengitung harga pokok dinilai
berdasarkan harga perolehan, tidak diperbolehkan
berdasarkan harga pokok dan harga pasar mana yang
terendah.
Tujuan Pelaporan Keuangan
Tujuan Umum Memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditur, dan
pemakai lainnya, sekarang atau masa yang akan datang (potensial)
untuk membuat keputusan investasi, pemberian kredit, dan keputusan
lainnya yang serupa yang rasional
Diturunkan
Tujuan Pemakai Memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditur, dan
pemakai lainnya, saat ini atau masa yang akan datang (potensial) untuk
Eksternal memperkirakan jumlah, waktu (timing), dan ketidakpastian dari
penerimaan kas dari deviden atau bunga, dan dari penjualan, pelunasan
surat-surat berharga atau hutang pinjaman
• Pendekatan Umum
• Perbedaan Orientasi Pelaporan
• Prinsip Akuntansi Sebagai Subyek Perbedaan
• Proses Penyusunan
Pendekatan Umum
Pendekatan penyusunan laporan keuangan fiskal sebagai solusi antara
ketentuan Akuntansi dan Pajak :
Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktek akuntansi.
Terdapat dua pembukuan oleh perusahaan : ketentuan pajak & praktek
komersial
Ketentuan pajak untuk tujuan penyusunan laporan keuangan merupakan
standar independen terpisah dari prinsip akuntansi.
Pembukuan perusahaan sesuai praktek komersial, kemudian melakukan
rekonsiliasi sesuai ketentuan pajak.
Ketentuan pajak merupakan sisipan terhadap standar akuntansi
Pembukuan perusahaan sesuai SAK, namun preferensi diberikan pada ketentuan
pajak jika ada pengaturan yang tidak sejalan dengan SAK.
Perbedaan orientasi pelaporan
Terdapat perbedaan orientasi dan sifat pelaporan komersial
dan fiskal, walaupun saling terkait secara ekstensif, terutama
menyangkut tingkat toleransi fleksibilitas pemilihan standar.
Laporan Keuangan Komersial menggunakan konsep kewajaran penyajian
sebagai solusi keraguan pengukuran : prinsip konservatif
Laporan Keuangan Fiskal menyimpang dari konsep kewajaran dan
bergantung pada kebijakan & keputusan otoritas perpajakan
Prinsip Akuntansi Sebagai Subyek
Perbedaan Orientasi
A.Penetapan Beban Dan Pendapatan
√ Praktek Komersial : pengakuan penghasilan pada saat realisasi transaksi
pertukaran & pembebanan biaya dalam masa yang sama dengan pengakuan
penghasilan.
√ Praktek Fiskal : kadang menyimpang dari prinsip tersebut.
B. Konsistensi
√ Praktek Komersial : penerapan metode, kebijakan akuntansi yang konsisten dari
tahun ke tahun, kecuali ada alasan kuat penggantian.
√ Praktek Fiskal : juga seperti komersial, tetapi dalam konteks konsepsional
ketentuan pajak dapat menentukan lain.
C.Konservatisme
A. Praktek Komersial : konservativ terhadap transaksi yang belum terjadi fakta
pencadangan terhadap risiko kerugian.
B. Praktek fiskal : menganut realitas, dengan meneliti tiap elemen pengurang basis
pengenaan pajak, kecuali bank & asuransi
Hubungan Laporan Keuangan Fiskal dan
Komersial
Terdapat pembukuan ganda terhadap pos-pos yang
berbeda (timing difference) antara ketentuan
perpajakan dengan standar akuntansi komersial untuk
kontinuitas rekonsiliasi.