Anda di halaman 1dari 47

Konsep Dasar

Akuntansi Pajak
KONSEP DASAR
AKUNTANSI PAJAK

Pokok Bahasan :
1. Pengertian Akuntansi Pajak
2. Pembukuan
3. Hubungan akuntansi pajak dengan akuntansi
komersial
4. Konsep dasar dan tujuan akuntansi pajak
Pengertian Akuntansi Pajak

• Urutan Proses kegiatan pencatatan,


penggolong-golongan, peringkasan dan
penyajian dengan cara tertentu atas transaksi
keuangan yang terjadi dalam perusahaan atau
organisasi serta penafsiran terhadap hasilnya.
• Akuntansi Komersial, Akuntansi dilakukan
mengacu Prinsip akuntansi atau Standar
Akuntansi Keuangan (SAK).
• Akuntansi Pajak, Akuntansi dilakukan mengacu
peraturan dan perundang-undangan
perpajakan beserta aturan pelaksanaannya..
Teori Akuntansi Pajak

• Adalah suatu penalaran logis dalam bentuk


seperangkat asas atau prinsip yang merupakan:
1. Kerangka acuan umum untuk menilai praktik-praktik
akuntansi.
2. Pedoman bagi pengembangan praktik-praktik dan
prosedur baru.
3. Dapat digunakan untuk menjelaskan praktik –praktik
yang sekarang sedang berjalan, tetapi tujuan
utamanya adalah mengadakan suatu kerangka acuan
untuk menilai dan mengembangkan praktik-praktik
akuntansi sehat.
• Teori akuntansi pajak adalah penalaran logis dalam
bentuk seperangkat asas atau prinsip yang diakui
dalam ketentuan serta peraturan perpajakan.
1. PEMBUKUAN

• Informasi pembukuan diperlukan untuk menghitung pajak


terhutang dan verifikasi, serta pemeriksaan dan investigasi
terhadap kebenaran penghitungan jumlah utang pajak
tersebut.
• Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan
secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi
keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan
dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan
barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode
Tahun Pajak tersebut.
• Pencatatan yaitu pengumpulan data yang dikumpulkan secara
teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto dan/atau
penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah
pajak yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek
pajak dan atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
Yang Wajib Menyelenggaraan
Pembukuan

• Wajib Pajak (WP) Badan


• Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas, kecuali
Wajib Pajak Orang Pribadi yang peredaran
brutonya dalam satu tahun kurang dari
Rp4.800.000.000,00 (Empat milyar delapan
ratus juta rupiah).
Yang Wajib Menyelenggarakan
Pencatatan
• Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang
peredaran brutonya dalam satu tahun kurang dari
Rp4.800.000.000,00 (empat milyar delapan ratus
juta rupiah), dapat menghitung penghasilan neto
dengan menggunakan norma penghitungan
penghasilan neto, dengan syarat memberitahukan
ke Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3
bulan pertama dari tahun pajak yang
bersangkutan.
• Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
Persyaratan Pembukuan

1. Diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan


mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang
sebenarnya.
2. Diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf
Latin, angka Arab, satuan mata uang Rupiah dan disusun
dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa asing yang
diizinkan oleh Menteri Keuangan.
3. Diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan
stelsel akrual atau stelsel kas.
4. Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata
uang selain Rupiah dapat diselenggarakan oleh WP setelah
mendapat izin Menteri Keuangan.
5. Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan
mengenai harta, kewajiban, modal, penghasilan dan
biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat
dihitung besarnya pajak yang terutang.
Persyaratan Pencatatan

1. Pencatatan harus menggambarkan antara lain :


a. Peredaran atau penerimaan bruto dan/atau
jumlah penghasilan bruto yang diterima dan/atau
diperoleh;
b. Penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau
penghasilan yang pengenaan pajaknya bersifat
final.
2. Bagi WP yang mempunyai lebih dari satu jenis usaha
dan/atau tempat usaha, pencatatan harus
menggambarkan secara jelas untuk masing-masing jenis
usaha dan/atau tempat usaha yang bersangkutan.
3. Selain kewajiban untuk menyelenggarakan pencatatan,
WP orang pribadi harus menyelenggarakan pencatatan
atas harta dan kewajiban.
Pentingnya pembukuan untuk
perpajakan

1. Mempermudah Wajib Pajak (WP) mengisi


SPT.
2. Mempermudah perhitungan penghasilan
kena pajak.
3. Penyajian informasi tentang posisi finansial
dan hasil usaha untuk bahan analisis atau
pengambilan keputusan ekonomi
perusahaan.
1. PEMBUKUAN

C. Sanksi Tidak Diselenggarakannya Pembukuan


WP yang sudah mampu melakukan pembukuan
untuk tujuan Pajak, namun tidak melakukannya :
penghasilan netonya dihitung berdasar norma
perhitungan, pajak yang kurang dibayar dari hasil
penerapan norma perhitungan akan dikenai sanksi
berupa kenaikan pajak 50% atau 100% dari pajak
yang kurang dibayar (pasal 13 ayat 3) UU KUP.
Pembukuan Dalam Bahasa Asing
Dan Mata Uang Selain Rupiah
1. Wajib Pajak yang diperkenankan menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah yaitu bahasa Inggris
dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat adalah :
1. Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing yaitu Wajib Pajak yang beroperasi
berdasarkan ketentuan Peraturan perundang-undangan Penanaman Modal Asing;
2. Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Karya, yaitu Wajib Pajak yang beroperasi berdasarkan
kontrak dengan Pemerintah RI sebagaimana dimaksud dalam ketentuan peraturan
Perundang-undangan Pertambangan selain pertambangan minyak dan gas bumi;
3. Wajib Pajak dalam rangka Kontrak Kerja Sama yang beroperasi berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan pertambangan minyak dan gas bumi;
4. Bentuk Usaha Tetap, yaitu bentuk usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (5)
Undang-Undang Pajak Penghasilan atau menurut Perjanjian Penghindaran Pajak
Berganda (P3B) yang terkait;
5. Wajib Pajak yang mendaftarkan emisi sahamnya baik sebagian maupun seluruhnya di
bursa efek luar negeri;
6. Kontrak Investasi Kolektif (KIK) yang menerbitkan Reksadana dalam denominasi mata
uang Dollar Amerikat Serikat dan telah memperoleh Surat Pemberitahuan Efektif
Pernyataan Pendaftaran dari Badan Pengawasa Pasar Modal-Lembaga Keuangan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan pasar modal;
7. Wajib Pajak yang berafiliasi langsung dengan perusahaan induk di luar negeri, yaitu
perusahaan anak (subsidiary company) yang dimiliki dan atau dikuasai oleh perusahaan
induk (parent company) di luar negeri yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) huruf a dan b Undang- Undang Pajak Penghasilan.
Tata Cara Pengajuan Penyelenggaraan
Pembukuan Dalam Bahasa Asing Dan
Mata Uang Selain Rupiah

1. Penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan


bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika
Serikat oleh WP harus terlebih dahulu mendapat izin
tertulis dari Menteri Keuangan, kecuali WP dalam
rangka Kontrak Karya atau WP dalam rangka
Kontraktor Kontrak Kerja Sama.
2. Izin tertulis dapat diperoleh WP dengan mengajukan
surat permohonan kepada Kepala Kantor Wilayah,
paling lambat 3 (tiga) bulan :
a. Sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satauan mata uang Dollar
Amerika Serikat tersebut dimulai;
b. Sejak tanggal pendirian bagi WP baru untuk Bagian Tahun
Pajak atau Tahun Pajak pertama.
Tata Cara Pengajuan
Penyelenggaraan….

3. Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan


memberikan keputusan atas permohonan tersebut
paling lama 1 (satu) bulan sejak permohonan dari WP
diterima secara lengkap. Apabila jangka waktu
tersebut telah lewat dan Kepala Kantor Wilayah
belum memberikan keputusan maka permohonan WP
tersebut dianggap diterima dan Kepala Kantor Wilayah
atas nama Menteri Keuangan menerbitkan keputusan
pemberian izin untuk menyelenggarakan pembukuan
dengan menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata
uangan Dollar Amerika Serikat.
Tata Cara Pengajuan
Penyelenggaraan….
4. WP dalam rangka Kontrak Karya atau WP Kontraktor
Kontrak Kerja Sama yang sejak pendiriannya maupun
yang akan menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang
Dollar Amerika Serikat, wajib menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis ke Kantor Pelayanan
Pajak tempat WP terdaftar paling lambat 3 (tiga) bulan
sejak tanggal pendirian (bagi WP yang sudah
menyelenggarakan sejak pendiriannya) atau 3 (tiga)
bulan sebelum tahun buku yang diselenggarakan dengan
menggunakan bahasa Inggris dan satuan mata uang
Dollar Amerika Serikat tersebut dimulai (bagi WP yang
belum menyelenggarakan sejak pendiriannya).
Tata Cara Pengajuan
Penyelenggaraan….

5. WP yang telah memperoleh izin untuk


menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika
Serikat namun merencanakan untuk tidak
memanfaatkan izin tersebut wajib menyampaikan
pemberitahuan pembatalan secara tertulis ke KPP
dalam hal Tahun Pajak sebagaimana tercantum dalam
surat izin belum dimulai dan pemberitahuan tersebut
harus sudah diterima oleh KPP sebelum Tahun Pajak
tersebut dimulai.
Tata Cara Pengajuan
Penyelenggaraan….
6. Apabila penyelenggaraan pembukuan tersebut sudah dimulai,
maka wajib mengajukan permohonan pembatalan secara
tertulis ke KPP paling lama 3 (tiga) bulan setelah tahun buku
yang diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Inggris
dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat tersebut
dimulai. Bagi WP Kontrak Karya atau WP Kontraktor Kontrak
Kerja Sama yang telah memberitahukan ke KPP untuk
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika Serikat, namun
WP tersebut akan menyelenggarakan pembukuan dengan
menggunakan bahasa Indonesia dan satuan mata Rupiah,
wajib mengajukan permohonan kepada Kepala Kantor
Wilayah paling lama 3 (tiga) bulan sebelum tahun buku yang
diselenggarakan dengan menggunakan bahasa Indonesia dan
satuan mata uang Rupiah tersebut dimulai.
Tata Cara Pengajuan
Penyelenggaraan….
7. Kepala Kantor Wilayah atas nama Menteri Keuangan
memberikan keputusan atas permohonan pembatalan
penyelenggaraan pembukuan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika
Serikat dalam jangka waktu paling lama 1 (satu) bulan
sejak permohonan dari WP diterima secara lengkap.
Apabila jangka waktu tersebut telah lewat dan Kepala
Kantor Wilayah belum memberikan keputusan, maka
permohonan dianggap diterima. WP yang mengajukan
permohonan tersebut tidak diperbolehkan lagi
menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan
bahasa Inggris dan satuan mata uang Dollar Amerika
Serikat dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak izin
tersebut dicabut.
Tempat Penyimpanan
Buku/Catatan/Dokumen

Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar


pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain
termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan
yang dikelola secara elektronik atau secara
program on-line wajib disimpan selama 10
(sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu di tempat
kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak orang
pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak
badan, harus mendapat persetujuan dari
Direktur Jenderal Pajak.
2. Hubungan Akuntansi Pajak
Dengan Akuntansi Komersial

A. Tujuan Akuntansi
 Komersial
Menyediakan laporan & informasi keuangan
serta info lain kepada pihak pengambil
keputusan.
 Pajak
Menyajikan laporan keuangan & informasi
lain (tax compliance) kepada administrasi
pajak.
 UU Pajak memiliki prioritas untuk dipatuhi
di atas praktek dan kelaziman akuntansi
2. Hubungan Akuntansi Pajak
Dengan Akuntansi Komersial

B. Lembaga Pembuat Ketentuan


Metode, prosedur dan teknik akuntansi dipengaruhi hukum
pajak berdasarkan :
 UU Perpajakan
 Peraturan pemerintah
 Keputusan Presiden
 Keputusan Menteri
 Keputusan Direktorat Jenderal Pajak

Keputusan pengadilan pajak merujuk kepada ketentuan


akuntansi perpajakan seperti :Majelis pertimbangan
pajak, peradilan tata usaha negara, peradilan pidana,
dan lembaga peradilan lainnya.
3. Konsep Dasar Dan Tujuan
Akuntansi Pajak

A. Konsep Dasar Akuntansi Perpajakan


 Tujuan Kebijakan Perpajakan :
1. Aspek Alokasi
Tax policy diarahkan pada sikap netral (tidak/cenderung
pengaruhi alokasi & diserahkan pada mekanisme pasar).
2. Aspek Distribusi
Diarahkan untuk pengaruhi penyebaran pemilikan atau
penguasaan faktor-2 produksi dan pemerataan hasil
pembangunan.
3. Aspek Stabilisasi
dilakukan melalui politik perpajakan, dimana pemerintah
melakukan stabilitas ekonomi dengan tingkat
pendayagunaan tertentu, SDM, stabilitas harga dan
tingkat inflasi.
3. Konsep Dasar Dan Tujuan Akuntansi
Pajak

Konsep dasar akuntansi berlaku umum Laporan


Keuangan Fiskal dan Komersial meliputi :
Accrual Basis : pengakuan transaksi saat
terjadi, dilaporkan pada periode tsb.
Going Concern : mengasumsikan aktivitas
perusahaan akan tetap berlangsung terus.
Tujuan Pelaporan Keuangan
Perpajakan

Menyajikan informasi sebagai bahan menghitung


Penghasilan Kena Pajak, terutama dalam sistem
self assessment sebagai laporan
pertangungjawaban atas kepercayaan
menghitung pajak terhutang bagi setiap WP.
Fungsi Akuntansi Pajak

• Mengolah data kuantitatif yang akan digunakan


untuk menyajikan keputusan.
Tujuan Kualitatif Akuntansi
1. Relevan
 Laporan Keuangan yang dihasilkan harus relevan antara data yang dimiliki wajib pajak
dengan adanya kewajiban ataupun hak yang timbul dalam kaitannya dengan perpajakan.
 Berdasarkan Pasal 28 ayat 9, catatan termasuk laporan keuangan yang dihasilkan dapat
dipergunakan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak dan besarnya pajak yang
terutang.
2. Dapat Dimengerti
 Laporan Keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus dapat dimengerti, baik
oleh Wajib Pajak maupun oleh pihak lain termasuk oleh fiscus (aparat perpajakan)
 Berdasarkan Pasal 28 ayat 4, pembukuan diselenggarakan dengan menggunakan huruf latin
dan angka arab, satuan mata uang rupiah, dengan menggunakan Bahasa Indonesia atau
Bahasa asing yang diizinkan, mengandung arti agar laporan keuangan yang dihasilkan
dapat dimengerti.
3. Daya Uji
 Laporan keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus mempunyai daya uji,
perhitungan yang dilakukan oleh Wajib Pajak akan menghasilkan angka yang sama apabila
dilakukan oleh pihak lain termasuk oleh fiscus.
 Berdasarkan pasal 28 ayat 9 UU KUP bahwa catatan yang dipergunakan untuk menghitung
penghasilan kena pajak, yang dilakukan oleh Wajib Pajak akan menghasilkan angka yang
sama apabila dihitung oleh pihak lain, termasuk oleh fiscus.
Tujuan Kualitatif Akuntansi

4. Netral
 Laporan keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus netral, tidak memihak
kepada Wajib pajak dan juga tidak memihak kepada pihak lain termasuk pihak negara
(Pihak yang sangat berkaitan dengan penerimaan perpajakan).
 Berdasarkan pasal 28 ayat 3 UU KUP, pembukuan yang dilakukan oleh Wajib Pajak harus
berdasarkan itikat baik dan mencerminkan keadaan yang sesungguhnya.
5. Tepat Waktu
 Laporan keuangan yang disajikan dalam akuntansi pajak harus tepat waktu, sesuai dengan
tahun takwim atau tahun buku yang dipergunakan oleh Wajib Pajak.
 Berdasarkan Pasal 2 ayat 7 UU PPh, laporan keuangan Wajib Pajak dibuat berdasarkan
tahun takwim atau tahun buku.
6. Daya Banding
 Laporan keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi pajak harus memiliki daya banding,
terutama dengan peraturan perpajakan.
 Berdasarkan penjelasan Pasal 28 ayat 7 UU KUP, pembukuan harus diselenggarakan dengan
cara atau sistem yang lazim dipakai di Indonesia, seperti berdasarkan Standar Akuntansi
Keuangan (SAK), atau berdasarkan ketentuan peraturan perpajakan.
Tujuan Kualitatif Akuntansi

7. Lengkap
 Laporan keuangan yang disajikan dalam akuntansi pajak harus lengkap,
tidak terdapat data yang tidak terakumulasi dalam laporan keuangan.
 Berdasarkan pasal 28 ayat 7 UU KUP pembukuan sekurang-kurangnya
memuat catatan harta, kewajiban, modal, penghasilan, dan biaya serta
pembelian dan penjualan.
3. Konsep Dasar Dan Tujuan
Akuntansi Pajak
D.Sifat dan keterbatasan pelaporan keuangan fiskal
1. Laporan Keuangan bersifat historis
2. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari
penggunaan estimasi dan berbagai pertimbangan
3. Lebih mengutamakan hal yang material (tanpa mengurangi
kelengkapan materi)
4. Laporan keuangan terutama menekankan makna ekonomis
(substansi) setiap transaksi (tanpa, dalam kondisi tertentu,
memperhatikan bentuk yuridis formalnya).
5. Terdapatnya alternatif yang dapat digunakan
mengakibatkan variasi dalam pengukuran sumber ekonomis
dan tingkat kesuksesan antar WP.
6. Informasi kuantitatif, sedangkan fakta (yang tidak
mendasar) yang tidak dapat dikuantifikasikan umumnya
dikesampingkan.
Sifat Laporan Keuangan
1. Fakta yang telah dicatat (recorded fact)
• Pencatatan dari pos-pos ini berdasarkan catatan historis dari peristiwa-
peristiwa yang telah terjadi masa lampau, dan jumlah-jumlah uang
yang tercatat dalam pos-pos itu dinyatakan dalam harga-harga pada
waktu terjadinya peristiwa tersebut (at original cost).
2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam akuntansi
(accounting convention and postulate)
• Data yang dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapan-
anggapan tertentu yang merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim
(General Accepted Accounting Principles )
3. Pendapat pribadi (personal judgment)
• Walaupun pencatatan transaksi telah diatur oleh konvensi-konvensi
atau dalil-dalil dasar yang sudah ditetapkan yang sudah menjadi
standard praktek pembukuan, namun penggunaan dari konvensi-
konvensi dan dalil dasar tersebut tergantung daripada akuntan atau
management perusahaan yang bersangkutan.
Keterbatasan Laporan Keuangan
• Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya
merupakan intern report ( laporan yang dibuat antara waktu tertentu
yang sifatnya sementara ) dan bukan merupakan laporan final. Karena
itu semua jumlah – jumlah atau hal – hal yang dilaporkan dalam
laporan keuangan tidak menunjukan nilai likuidasi atau realisasi
dimana dalam laporan ini terkandung pendapat pribadi yang telah
dilakukan oleh Akuntan atau Manajemen yang bersangkutan.
• Laporan keuangan menunjukan angka dalam rupiah yang kelihatannya
bersifast pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya
dengan standar nilai mungkin berbeda atau berubah.
• Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi
keuangan atau nilai rupiah berbagai waktu atau tanggal yang lalu
dimana daya beli uang tersebut semakin menurun, dibandingkan
dengan tahun – tahun sebelumnya sehingga kenaikan volume penjualan
yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu menunjukan unit yang
terjual semakin besar, mungkin kenaikan itu disebabkan karena
naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti kenaikan
tingkat harga – harga.
• Laporan keuangan tidak dapt mencerminkan berbagai faktor yang
dapat mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena
faktor – faktor tersebut tidak dapat diukur dengan satuan uang.
Prinsip Akuntansi

1. Kesatuan Usaha
• Perusahaan dianggap sebagai kesatuan ekonomi yang
terpisah dengan pihak-pihak yang berkepentingan
dengan sumber-sumber perusahaan
• Ada pemisahan yang jelas antara perusahaan dengan
pemilik, persero atau pemegag saham, mengenai
kekayaan, hutang-piutang, penerimaan dan
pengeluaran uang, antara kepentingan perusahaan
dengan kepentingan pribadi pemilik/pemegang saham
tidak boleh bercampur.
• Berdasarkan pasal 28 ayat 7 UU KUP, pada dasarnya
pembukuan harus memisahkan harta dan Wajib Pajak.
Prinsip Akuntansi

2.Kesinambungan
• Suatu entitas ekonomi diasumsikan akan
terus-menerus melanjutkan usahanya dan
tidak akan dibubarkan
• Prinsip kesinambungan dapat dilihat dari
perubahan neraca setiap tahunnya. Neraca
tahun ini merupakan perubahan dari neraca
tahun lalu akibat adanya laporan laba rugi
tahun ini dan seterusnya.
• Berdasarkan pasal 28 ayat 11 UU KUP, data-
data yang berkaitan dengan pembukuan
Wajib Pajak harus disimpan di Indonesia
paling tidak dalam jangka waktu 10 tahun.
Prinsip Akuntansi

3. Harga Pertukaran yang Obyektif


• Transaksi keuangan harus dinyatakan dengan nilai uang.
Transaksi antara penjual dan pembeli akan menghasilkan
harga pertukaran, yang oleh penjual disebut harga jual
dan oleh pembeli disebut harga perolehan (Cost).
• Harga pertukaran harus obyektif, atau harga pasar yang
wajar yaitu:
 Harga PertukarTidak dipengaruhi oleh adanya
hubungan istimewa
 Dapat diuji oleh pihak-pihak yang independen
 Tidak terdapat transfer pricing
 Tidak ada mark-up, Tidak ada KKN, dan sebagainya.
• Berdasarkan pasal 18 ayat 3 UU PPh ditentukan bahwa
Direktur Jenderal Pajak berwenang menentukan kembali
besarnya penghasilan dan pengurangan serta
menentukan hutang sebagai modal untuk menghitung
besarnya penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak yang
mempunyai hubungan istimewa dengan Wajib Pajak
lainnya sesuai kewajaran dan kelaziman.
Prinsip Akuntansi

4. Konsisten
• Penggunaan metode dalam pembukuan tidak boleh berubah-
ubah.
• Berdasarkan Pasal 28 ayat 5 UU KUP, pembukuan
diselenggarakan dengan prinsip atau asas konsistensi. Artinya
apabila Wajib Pajak telah memilih salah satu metode
pembukuan maupun dalam perhitungannya, metode tersebut
harus diikuti setiap tahunnya secara konsisten, misalnya pada
kegiatan berikutnya:
1) Penentuan tahun buku mengguankan tahun takwim atau tidak.
2) Penghitungan penyusutan menggunakan garis lurus, saldo
menurun atau metode lainnya.
3) Perhitungan persediaan menggunakan rata-rata, FIFO, atau LIFO
4) Pengakuan nilai kurs valuta asing menggunakan Kurs Tetap atau
Kurs Tengah Bank Indonesia.
Prinsip Akuntansi

4. Konsisten (lanjutan..)
• Berdasarkan pasal 28 ayat 8 UU KUP, ditetapkan setiap
adanya perubahan dalam prinsip maupun metode
penghitungan dalam pembukuan harus mendapat persetujuan
Direktorat Jenderal Pajak, untuk dilakukan pemeriksaan
terlebih dahulu tentang ada tidaknya obyek pajak yang timbul
akibat adnya perubahan tersebut.
Prinsip Akuntansi

5. Konservatif
• Kemungkinan rugi (belum direalisasi, masih
merupakan tafsiran) sudah diakui sebagai
kerugian, dengan cara membentuk penyisihan
atau cadangan. Sementara itu, kemungkinan
laba yang timbul tidak diakui.
• Secara akunatnsi prinsip konservatif
diterapkan pada berbagai kegiatan yaitu
penyisihan piutang, penyisihan potongan
penjualan, penyisihan retur penjualan,
penyisihan klaim, penyisihan biaya setelah
penjualan, penilaian persediaan barang
dagangan berdasarkan “harga pokok dan harga
pasar mana yang lebh rendah (LCOM)”
Prinsip Akuntansi

5. Konservatif (lanjutan….)
• Akuntansi pajak cenderung menggunakan
prinsip realisasi, walaupun terdapat
pengakuan terhadap prinsip konservatif
seperti pada perhitungan laba rugi selisih kurs,
dimana wajib pajak boleh memilih:
1) Kurs tetap, dimana rugi selisih kurs diakui
kalau terealisasi.
2) Kurs tengah BI atau kurs yang sebenarnya
berlaku pada akhir tahun, diamna laba rugi
kurs diakui pada tiap-tiap akhir tahun,
walaupun belum terealisasi.
Prinsip Akuntansi

5. Konservatif (Lanjuan…)
• Prinsip Realisasi dalam akuntansi pajak tampak pada
ketentuan sbb:
1) Pasal 29 ayat 1 © UU PPh, dimana Wajib Pajak tidak
diperbolehkan membentuk dana cadangan
(Penyisihan), kecuali untuk cadangan kerugian piutang
tak tertagih untuk usaha bank, cadangan kerugian
piutang tak tertagih untuk usaha sewa guna usaha
dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi dan
dan cadangan biaya reklamasi untuk pertambangan.
2) Pasal 10 ayat 6 UU PPh, persediaan dan pemakaian
persediaan untuk mengitung harga pokok dinilai
berdasarkan harga perolehan, tidak diperbolehkan
berdasarkan harga pokok dan harga pasar mana yang
terendah.
Tujuan Pelaporan Keuangan
Tujuan Umum Memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditur, dan
pemakai lainnya, sekarang atau masa yang akan datang (potensial)
untuk membuat keputusan investasi, pemberian kredit, dan keputusan
lainnya yang serupa yang rasional

Diturunkan
Tujuan Pemakai Memberikan informasi yang bermanfaat bagi investor, kreditur, dan
pemakai lainnya, saat ini atau masa yang akan datang (potensial) untuk
Eksternal memperkirakan jumlah, waktu (timing), dan ketidakpastian dari
penerimaan kas dari deviden atau bunga, dan dari penjualan, pelunasan
surat-surat berharga atau hutang pinjaman

Diturunkan Memberikan informasi untuk menolong investor, kreditur,


Tujuan danpemekai lainnya untuk memperkirakan jumlah, waktu
Perusahaan (timing), dan ketidakpastian aliran kas masuk bersih ke
perusahaan/lembaga
Tujuan
Spesifik

Memberi informasi sumber Memberi informasi Memberi informasi


daya ekonomi kewajiban pendapatan yang aliran kas
dan modal saham komprehensif
Laporan Keuangan
Fiskal
Pokok Bahasan

• Pendekatan Umum
• Perbedaan Orientasi Pelaporan
• Prinsip Akuntansi Sebagai Subyek Perbedaan
• Proses Penyusunan
Pendekatan Umum
Pendekatan penyusunan laporan keuangan fiskal sebagai solusi antara
ketentuan Akuntansi dan Pajak :
Ketentuan pajak secara dominan mewarnai praktek akuntansi.
Terdapat dua pembukuan oleh perusahaan : ketentuan pajak & praktek
komersial
Ketentuan pajak untuk tujuan penyusunan laporan keuangan merupakan
standar independen terpisah dari prinsip akuntansi.
Pembukuan perusahaan sesuai praktek komersial, kemudian melakukan
rekonsiliasi sesuai ketentuan pajak.
Ketentuan pajak merupakan sisipan terhadap standar akuntansi
Pembukuan perusahaan sesuai SAK, namun preferensi diberikan pada ketentuan
pajak jika ada pengaturan yang tidak sejalan dengan SAK.
Perbedaan orientasi pelaporan
Terdapat perbedaan orientasi dan sifat pelaporan komersial
dan fiskal, walaupun saling terkait secara ekstensif, terutama
menyangkut tingkat toleransi fleksibilitas pemilihan standar.
Laporan Keuangan Komersial menggunakan konsep kewajaran penyajian
sebagai solusi keraguan pengukuran : prinsip konservatif
Laporan Keuangan Fiskal menyimpang dari konsep kewajaran dan
bergantung pada kebijakan & keputusan otoritas perpajakan
Prinsip Akuntansi Sebagai Subyek
Perbedaan Orientasi
A.Penetapan Beban Dan Pendapatan
√ Praktek Komersial : pengakuan penghasilan pada saat realisasi transaksi
pertukaran & pembebanan biaya dalam masa yang sama dengan pengakuan
penghasilan.
√ Praktek Fiskal : kadang menyimpang dari prinsip tersebut.
B. Konsistensi
√ Praktek Komersial : penerapan metode, kebijakan akuntansi yang konsisten dari
tahun ke tahun, kecuali ada alasan kuat penggantian.
√ Praktek Fiskal : juga seperti komersial, tetapi dalam konteks konsepsional
ketentuan pajak dapat menentukan lain.
C.Konservatisme
A. Praktek Komersial : konservativ terhadap transaksi yang belum terjadi fakta
pencadangan terhadap risiko kerugian.
B. Praktek fiskal : menganut realitas, dengan meneliti tiap elemen pengurang basis
pengenaan pajak, kecuali bank & asuransi
Hubungan Laporan Keuangan Fiskal dan
Komersial
 Terdapat pembukuan ganda terhadap pos-pos yang
berbeda (timing difference) antara ketentuan
perpajakan dengan standar akuntansi komersial untuk
kontinuitas rekonsiliasi.

 Perhitungan PPh berdasarkan laba akuntansi dan laba


kena pajak (perpajakan) menimbulkan selisih, dicatat
pada pos aktiva lain-lain di Neraca, yang secara teoritis
dialokasikan dari waktu ke waktu.
Proses penyusunan Laporan Keuangan

Anda mungkin juga menyukai