Anda di halaman 1dari 5

Tanggungjawab auditor:

Untuk memperoleh bukti yang cukup dan tepat tentang ketepatan penggunaan asumsi
kelangsungan usaha yang digunakan manajemen dalam penyusunan laporan keuangan dan
untuk menyimpulkan apakah terdapat suatu ketidakpastian material tentang kemapuan entitas
untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Tanggungjawab ini bahkan ketika entitas
tidak melaporkan secara eksplisit mengenai penilaian kelangsungan hidup.

Tujuan auditor:

a. Untuk memperoleh bukti yang cukup dan tepat mengenai penggunaan asumsi
kelangsungan hidup oleh manajemen
b. Untuk menyimpulkan berdasarkan bukti yang diperoleh apakah terdapat peristiwa
material yang menyebabkan keraguan atas kelangsungan entitas
c. Untuk menentukan dampak terhadap laporan auditor

Prosedur Penilaian Risiko dan Aktivitas Terkait

10. Ketika melakukan prosedur penilaian risiko seperti yang diharuskan oleh SPA 315,3
auditor harus mempertimbangkan apakah terdapat peristiwa atau kondisi yang dapat
menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya. Dalam melakukan hal tersebut, auditor harus menentukan apakah
manajemen telah melakukan suatu penilaian awal atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya, dan (Ref: Para. A2-A5)

(a) Jika penilaian tersebut telah dilakukan, maka auditor harus mendiskusikan penilaian
tersebut dengan manajemen dan menentukan apakah manajemen telah
mengidentifikasi peristiwa atau kondisi yang, baik secara individual maupun secara
kolektif, dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas dalam
mempertahankan kelangsungan usahanya dan, jika demikian, rencana manajemen
untuk menghadapinya; atau

(b) Jika penilaian tersebut belum dilakukan, maka auditor harus mendiskusikan dengan
manajemen basis penggunaan asumsi kelangsungan usaha yang dimaksudkan, dan
meminta keterangan kepada manajemen apakah terdapat peristiwa atau kondisi yang,
baik secara individual atau secara kolektif, dapat menyebabkan keraguan signifikan
atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan usahanya.

11. Auditor harus tetap waspada selama audit terhadap bukti audit atas peristiwa atau kondisi
yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya. (Ref: Para. A6)

Evaluasi dan Penilaian Manajemen


12. Auditor harus mengevaluasi penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya. (Ref: Para. A7-A9; A11-A12).
13. Dalam mengevaluasi penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya, auditor harus mencakup periode yang sama
seperti yang digunakan oleh manajemen untuk membuat penilaiannya seperti yang
disyaratkan oleh kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, atau oleh peraturan
perundang-undangan jika periode yang dicakup merupakan suatu periode yang lebih lama.
Jika penilaian manajemen atas kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya mencakup suatu periode yang kurang dari dua belas bulan dari tanggal laporan
keuangan sebagaimana yang didefinisikan dalam SPA 560,4 maka auditor harus meminta
manajemen untuk memperluas periode penilaiannya menjadi sekurang-kurangnya dua
belas bulan dari tanggal tersebut. (Ref: Para. A10-A12)

14. Dalam mengevaluasi penilaian manajemen, auditor harus mempertimbangkan apakah


penilaian manajemen mencakup seluruh informasi relevan yang diketahui oleh auditor
berdasarkan hasil audit yang dilakukannya.

Proses Setelah Penilaian Manajemen:


15. Auditor harus menanyakan kepada manajemen tentang pengetahuan manajemen atas
peristiwa atau kondisi yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas
mempertahankan kelangsungan usahanya. (Ref. A13-A14)

Prosedur Audit Tambahan Ketika Peristiwa atau Kondisi Terindetifikasi


16. Ketika peristiwa atau kondisi material terindentifikasi yang dapat menyebabkan keraguan
signifikan atas kemampuan entitas mempertahankan kelangsungan usahanya, maka auditor
harus memastikan melalui prosedur audit tambahan, termasuk pertimbangan atas faktor-faktor
yang memitigasi. (Ref: A15) Prosedur tersebut harus mencakup:
a. Jika manajemen belum melakukan suatu penilaian atas kemampuan mempertahankan
usahanya, maka auditor meminta manajemen untuk melakukan prosedur tersebut;
b. Mengevaluasi rencana manajemen atas tindakan di masa depan yang berkaitan dengan
penilaian kelangsungan usaha entitas, apakah rencana tersebut memungkinkan dana apakah
layak dilaksanakan sesuai dengan kondisinya;
c. Jika entitas telah membuat suatu perkiraan arus kas dan analisis atas perkiraan tersebut
merupakan faktor signifikan dalam mempertimbngkan kondisi masa depan, maka auditor:
(Ref: A17-A18)
- Mengevaluasi keandalan data yang melandasi penyusunan tersebut; dan
- Menetkan apakah terdapat dukungan yang cukup untuk asumsi yang melandasi
perkiraan tersebut.
d. Mempertimbangkan apakah setiap fakta atau informasi tambahan telah tersedia sejak
dilakukannya penilaian tersebut;
e. Meminta representasi tertulis dari manajemen, jika relevan, pihak yang bertanggungjawab
atas tata kelola, tentang rencana masa depan.
Kesimpulan Audit dan Pelaporan

17. berdasarkan bukti audit yang diperoleh, auditor harus menyimpulkan apakah terdapat
ketidakpastian material terkait kondisi atau peristiwa yang dapat menyebabkan keraguan atas
kemampuan entitas mempertahankan kelangsungan usahanya. Ketidakpastian material terjadi
ketika signifikan dampak potensialnya dan kemungkinan terjadinya menurut pertimbangan
auditor, pengungkapan yang tepat atas sifat dan implikasi diperlukan untuk: (Ref. A19)

a. Dalam hal kerangka penyajian laporan keuangan wajar: penyajian yang wajar atas
laporan keuangan,
b. Dalam hal kerangka kepatuhan: laporan keuangan tidak menyesatkan

Penggunaa Asumsi Kelangsungan Usaha sudah Tepat, tetapi Terdapat suatu


Ketidakpastian Material
18. jika auditor menyimpulkan penggunaan asumsi sudah tepat, tetapi terdapat ketidakpastian
material, maka auditor harus menentukan apakah laporan keuangan:
a. Menjelaskan secara memadai peristiwa atau kondisi utama yang dapat menyebabkan
keraguan;
b. Mengungkapkan secara jelas bahwa terdapat ketidakpastian material yang terkait
dengan peristiwa atau kondisi tersebut, oleh karenanya entitas tersebut kemungkinan
tidak mampu merealisasikan asetnya dan melunasi liabilitasnya. (Ref. A20)
19. Jika pengungkapan yang memadai dicantumkan dalam laporan keuangan, maka auditor
harus menyatakan opini tanpa memodifikasi dan mencantumkan suatu hal dalam laporan,
untuk:

a. Menekankan keberadaan suatu ketidakpastian material; dan


b. Mengarahkan perhatian pada catatan atas laporan keuangan yang engungkapkan hal-
hal yang dirujuk pada paragraf 18. (Ref. A21-A22)
Pelaporan Audit Bila Pengungkapan Ketidakpastian Material Tidak Memadai

20. Jika pengungkapan yang memadai tidak dicantumkan dalam laporan keuangan, maka
auditor harus menyatakan suatu opini wajar dengan pengecualian atau opini tidak wajar.
Auditor harus menyatakan dalam laporan auditor bahwa terdapat suatu ketidakpastian material
yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan usahanya.

Basis untuk opini wajar dengan pengecualian

Situasi yang mengindikasikan adanya suatu ketidakpastian material yang dapat


menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan perusahaan untuk
mempertahankan kelangsungan usahanya, dan oleh karena itu, perusahaan
kemungkinan tidak dapat merealisasikan asetnya dan melunasi liabilitasnya dalam
kegiatan bisnis normal. Laporan keuangan (dan catatan atas laporan keuangan terkait)
tidak mengungkapkan fakta tersebut sepenuhnya.

Opini Wajar dengan Pengecualian

laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,
posisi keuangan perusahaan tanggal 31 desember 20X0, serta kinerja keuangan dan arus
kas terkait untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan di Indonesia.

Basis untuk Opini Tidak Wajar

Perjanjian pendanaan perusahaan sudah jatuh tempo dan jumlah yang terutang
harus dilunasi pada tanggal 31 desember 20X0. Perusahaan masih belum mampu untuk
menegosiasi kembali atau memperoleh pendanaan pengganti, dan sedang
mempertimbangkan untuk menyatakan pailit. Peristiwa tersebut mengindikasikan
ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan
perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, dan oleh karena itu,
perusahaan kemungkinan tidak dapat merealisasikan asetnya dan melunasi
lialibilitasnya dalam kegiatan bisnis normal. Laporan keuangan (dan catatan atas
laporan keuangan terkait) tidak mengungkapkan fakta tersebut.

Opini Tidak Wajar

Karena tidak diungkapkannya informasi yang dirujuk dalam paragraf basis


untuk opini tidak wajar, laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi
keuangan perusahaan tanggal 31 desember 20X0, serta kinerja keuangan dan arus kas
terkait untuk tahun yang berakhir pada tanggal tersebut sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan di Indonesia.

Penggunaan Asumsi Kelangsungan Usaha yang tidak Tepat

21. Jika manajemen tidak mau membuat atau memperluas penialiannya bila diminta untuk
melakukan hal itu oleh auditor, penggunaan asumsi kelangsungan usaha dalam laporan
keuangan oleh manajemen adalah tidak tepat, maka auditor harus menyatakan suatu opini tidak
wajar.

Penggunaan asumsi kelangsungan usaha dalam laporan keuangan oleh manajemen


tidak tepat, maka auditor dapat menyatakan opini tidak wajar tanpa memperhatikan
apakah laporan keuangan mencantumkan atau tidak mencantumkan pengungkapan
tentang ketidaktepatan penggunaan asumsi kelangsungan usaha oleh manajemen.
Jika manajemen entitas diharuskan, atau memilih, untuk menyusun laporan keuangan
ketika penggunaan asumsi kelangsungan usaha tidak tepat dengan kondisinya, maka
laporan keuangan disusun dengan menggunakan suatu basis alternatif ( sebagai contoh,
basis likuidasi ) selama basis alternatif tersebut merupakan suatu kerangka pelaporan
yang dapat diterima dalam kondisi tersebut.
Auditor juga dapat menyatakan suatu opini tanpa modifikasian atas laporan keuangan
tersebut selama terdapat pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan
tersebut, tetapi dapat mempertimbangkan sebagai suatu hal yang tepat atau perlu untuk
mencantumkan suatu paragraf penekanan dalam laporan keuangan auditor untuk
membawa perhatian pengguna laporan keuangan pada basis alternatif tersebut dan
alasan penggunaannya.
Keengganan Manajemen untuk Membuat atau Memperluas Penilaiannya

22. Jika manajemen tidak mau membuat atau memperluas penilaiannya bila diminta untuk
melakukan hal itu oleh auditor, maka auditor harus mempertimbangkan implikasinya terhadap
laporan auditor.

Dalam kondisi tertentu, auditor dapat meyakini bahwa perlu meminta manajemen untuk
membuat atau memperluas penilaiannya. Jika manajemen tidak bersedia untuk
melakukan hal tersebut, maka auditor dapat menyatakan suatu opini wajar dengan
pengecualian atau opini tidak menyatakan pendapat dalam laporan auditor, karena tidak
mungkin bagi auditor untuk memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang
penggunaan asumsi kelangsungan usaha dalam penyusunan laporan keuangan, seperti
bukti audit tentang adanya rencana yang telah disiapkan oleh manajemen atau adanya
faktor-faktor mitigasi lainnya.

Komunikasi dengan Pihak yang Bertanggung Jawab atas Tata Kelola

23. Auditor harus mengkomunikasikan dengan pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola,
peristiwa atau kondisi yang mungkin menimbulkan keraguan signifikan terhadap kemampuan
entitas dalam mempertahankan kelangsungan usahanya. Komunikasi harus meliputi hal-hal
berikut :

a. Apakah peristiwa atau kondisi merupakan suatu ketidakpastian material


b. Apakah penggunaan asumsi kelangsungan usaha sudah tepat dalam penyusunan dan
penyajian laporan keuangan; dan
c. Kecukupan pengungkapan terkait dalam laporan keuangan.

Penundaan Signifikan dalam Persetujuan atas Laporan Keuangan

24. Jika terjadi penundaan signifikan dalam persetujuan atas laporan keuangan oleh manajemen
atau pihak yang bertanggungjawab atas tata kelola setelah tanggal laporan keuangan, maka
auditor harus menanyakan alasan penundaan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai