Anda di halaman 1dari 5

PSAK 64: Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi pada

Pertambangan Sumber Daya Mineral

5. PSAK 64: Aktivitas Eksplorasi dan Evaluasi pada Pertambangan Sumber Daya Mineral

A. Tujuan dan Ruang Lingkup PSAK 64

PSAK 64 ini merupakan adopsi dari IFRS 6: Exploration for and Evaluation of Mineral Resources.
Perbedaan dengan IFRS 6 hanya terletak pada pengaturan tanggal efektifnya. Tujuan dan ruang lingkup
PSAK 64 diuraikan pada Tabel II.10. Seperti dinyatakan dalam paragraf 28 PSAK 64, PSAK ini
menggantikan

1. PSAK 29: Akuntansi Minyak dan Gas Bumi; dan

2. PSAK 33: Akuntansi Pertambangan Umum (untuk pengaturan yang terkait dengan aktivitas
eksplorasi dan aktivitas pengembangan dan konstruksi).

Tabel II.10 Tujuan & Ruang Lingkup PSAK 64

Perihal Deskripsi

 Tujuan PSAK 64 adalah untuk menetapkan pelaporan keuangan atas eksplorasi dan
evaluasi pada pertambangan sumber daya mineral [par.1].

 PSAK 64 secara khusus mensyaratkan:


a) pengembangan terbatas atas praktik akuntansi yang ada untuk pengeluaran
eksplorasi dan evaluasi;
Tujuan b) entitas yang mengakui aset eksplorasi dan evaluasi untuk menilai apakah aset
tersebut mengalami penurunan nilai sesuai dengan PSAK 64 dan mengukur setiap
penurunan nilai sesuai dengan PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset;
c) pengungkapan yang mengidentifikasi dan menjelaskan jumlah dalam laporan
keuangan yang timbul dari eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral serta
membantu pengguna laporan keuangan untuk memahami jumlah, waktu, dan kepastian
atas arus kas masa depan dari setiap aset eksplorasi dan evaluasi yang diakui [par.2].

Ruang
lingkup  Entitas menerapkan PSAK 64 terhadap pengeluaran yang terjadi atas eksplorasi dan
evaluasi [par.3].

 PSAK 64 tidak mengatur aspek akuntansi lain dari entitas yang melakukan eksplorasi
dan evaluasi sumber daya mineral [par.4].

 Entitas tidak menerapkan PSAK 64 untuk pengeluaran yang terjadi:


a) sebelum eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral, seperti pengeluaran yang
terjadi sebelum entitas memperoleh hak hukum untuk mengeksplorasi suatu wilayah
tertentu.
b) setelah dapat dibuktikan kelayakan teknis dan kelayakan komersial atas
penambangan sumber daya mineral [par.5]

Sumber: Paragraf 1-5 PSAK 64 (IAI, 2011) dan IFRS 6 (IASCF, 2009)

B. Konsep Utama

1. Cakupan eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral

Seperti dikutip dari ED PSAK 64, IFRS 6 merupakan standar akuntansi yang bersifat sementara. Saat ini
masih terus dilakukan kajian oleh IASB untuk menentukan apakah kegiatan pertambangan memerlukan
standar akuntansi keuangan tersendiri atau bisa menggunakan standar akuntansi keuangan yang ada.

Definisi eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral di dalam Lampiran PSAK 64 adalah pencarian
sumber daya mineral, termasuk:

1. barang tambang,

2. minyak,

3. gas alam, dan

4. sumber daya alam lain yang tidak dapat diperbarui,

setelah entitas memperoleh hak kontraktual untuk mengeksplorasi pada suatu wilayah
tertentu,sebagaimana telah ditetapkan dalam kelayakan teknis dan kelangsungan usaha komersial atas
penambangan sumber daya mineral. Jika terjadi pengeluaran yang dilakukan entitas terkait dengan
eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral sebelum dapat dibuktikan kelayakan teknis dan komersil
atas penambangan sumber daya mineral, pengeluaran ini disebut pengeluaran eksplorasi dan evaluasi.

Paragraf 9 PSAK 64 memberikan contoh pengeluaran yang termasuk dalam pengukuran awal aset
eksplorasi dan evaluasi (tidak terbatas hanya pada daftar berikut), yaitu:

1. perolehan untuk eksplorasi;

2. kajian topografi, geologi, geokimia, dan geofisika;

3. pengeboran eksplorasi;

4. parit;

5. pengambilan contoh; dan

6. aktivitas yang terkait dengan evaluasi kelayakan teknis dan kelangsungan usaha komersial atas
penambangan sumber daya mineral.

Pengertian sumber daya mineral di dalam Lampiran PSAK 64 tidak dapat dilepaskan dari pengertian
yang ada di dalam dua undang-undang, yaitu:

1. UU No. 22/2001 tentang minyak dan gas bumi, serta


2. UU No. 4/2009 tentang pertambangan mineral dan batubara.

Pengertian minyak, gas bumi, mineral, dan batubara terlihat pada Tabel II.11. Bagaimanapun
juga,pengusahaan sumber daya mineral dalam bentuk minyak dan gas bumi mengacu pada UU
No.22/2001, sedangkan pengusahaan mineral dan batubara tunduk pada UU No. 4/2009.

Tabel II.11 Jenis dan Pengertian Sumber Daya Mineral

Jenis Pengertian
Minyak atau Hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur
minyak bumi atmosfer berupa fasa cair atau padat, termasuk aspal, lilin mineral atau ozokerit, dan
bitumen yang diperoleh dari proses penambangan, tetapi tidak termasuk batubara atau
endapan hidrokarbon lain yang berbentuk padat yang diperoleh dari kegiatan yang tidak
berkaitan dengan kegiatan usaha Minyak dan Gas Bumi
Gas Bumi Hasil proses alami berupa hidrokarbon yang dalam kondisi tekanan dan temperatur
atmosfer berupa fasa gas yang diperoleh dari proses penambangan Minyak dan Gas Bumi
Mineral Senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta
susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk
lepas atau padu
Batubara Endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh-
tumbuhan

Sumber: Pasal 1 angka 1 s.d. 3 UU No. 22/2001 dan Pasal 2 dan 3 UU No. 4/2009.

2. Cakupan kegiatan eksplorasi dan evaluasi pada pertambangan mineral dan batubara.

Kegiatan utama pertambangan mineral dan batubara terlihat pada uraian di bab sebelumnya. Setiap
kegiatan pertambangan harus berdasarkan izin. Ada tiga bentuk izin pertambangan yang berlaku, yaitu
IUP (Izin Usaha Pertambangan), IPR (Izin Pertambangan Rakyat), dan IUPK (Izin Usaha Pertambangan
Khusus). Selain ketiga izin tersebut, masih ada dua izin lainnya yang berasal dari Undang-Undang Nomor
11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan. Kedua izin pertambangan tersebut
adalah kontrak karya dan perjanjian karya perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara
(PKP2B).

Pasal 169 UU 4/2009 di antaranya menjelaskan bahwa pada saat UU 4/2009 mulai berlaku,yaitu 12
Januari 2009, kontrak karya dan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B) yang
telah ada sebelum berlakunya UU 4/2009 tetap diberlakukan sampai jangka waktu berakhirnya
kontrak/perjanjian. Ketentuan yang tercantum dalam pasal kontrak karya dan PKP2B disesuaikan
selambat-lambatnya 1 (satu) tahun sejak UU 4/2009 diundangkan kecuali mengenai penerimaan negara.

Jika dikaitkan antara definisi eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral dengan kegiatan utama
pertambangan mineral dan batubara di dalam Tabel II.11, PSAK 64 diterapkan untuk kegiatan
penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan. Ketiga tahapan tersebut harus berdasarkan IUP
Eksplorasi atau IUPK Eksplorasi. IPR sepertinya tidak relevan dengan penerapan PSAK 64 karena
pemegang IPR terdiri dari penduduk setempat, baik orang perseorangan maupun kelompok masyarakat,
serta koperasi.

C. Perlakuan Akuntansi

Perlakuan akuntansi dalam Tabel II.12 dikutip dari paragraf-paragraf di dalam PSAK 64 ang dicetak
dengan huruf tebal dan miring yang mengatur prinsip-prinsip utama. Meskipun demikian, ada beberapa
paragraf yang hurufnya tidak dicetak tebal dan miring juga, tetapi tetap dikutip untuk lebih memperjelas
perlakuan akuntansinya.
Tabel II.12 Perlakuan Akuntansi Aset Eksplorasi dan Evaluasi Menurut PSAK 64

Perihal Deskripsi
Pengakuan Ketika mengembangkan kebijakan akuntansinya, entitas mengakui aset eksplorasi dan
evaluasi menggunakan PSAK 25 (Revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan
Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan paragraf 10 [par.6]
Pengukuran Aset eksplorasi dan evaluasi diukur pada biaya perolehan [par.8].
Komponen
biaya  Entitas menentukan suatu kebijakan akuntansi yang mengatur pengeluaran
perolehan yang diakui sebagai aset eksplorasi dan evaluasi dan menerapkannya secara
konsisten. Dalam menentukan kebijakan akuntansi ini, entitas
mempertimbangkan tingkat pengeluaran yang dapat dikaitkan dengan
penemuan sumber daya mineral spesifik [par.9].

 Pengeluaran yang terkait dengan pengembangan sumber daya mineral tidak


diakui sebagai aset eksplorasi dan evaluasi [par.10].

 Sesuai dengan PSAK 57 (revisi 2009): Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset
Kontinjensi, suatu entitas mengakui setiap kewajiban untuk pemindahan dan
restorasi yang terjadi selama periode tertentu sebagai konsekuensi dari
eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral

Pengukuran
Setelah  Setelah pengakuan awal, entitas menerapkan salah satu model biaya atau
Pengakuan model revaluasi atas aset eksplorasi dan evaluasi [par.12].

 Jika entitas menerapkan model revaluasi (model dalam PSAK 16 (2007): Aset
Tetap atau model dalam PSAK 19 (Revisi 2010): Aset Tak Berwujud), entitas
menerapkannya secara konsisten dengan klasifikasi atas aset tersebut (lihat
paragraf 15) [par.12]

Perubahan
Kebijakan  Entitas dapat mengubah kebijakan akuntansinya atas pengeluaran ekplorasi dan
Akuntansi evaluasi jika perubahan kebijakan tersebut dapat membuat laporan keuangan
menjadi lebih relevan bagi kebutuhan pengguna dalam pengambilan keputusan
dan andal, atau lebih andal dan relevan bagi kebutuhan pengambilan keputusan
[par.13].

 Entitas mempertimbangkan unsur relevan dan keandalan dengan menggunakan


kriteria dalam PSAK 25 (Revisi 2009): Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi
Akuntansi, dan Kesalahan [par.13]

Penyajian
 Entitas mengklasifikasi aset eksplorasi dan evaluasi sebagai aset berwujud atau
aset tak berwujud sesuai dengan sifat aset yang diperoleh & menerapkan
klasifikasi tersebut secara konsisten [par.15]

 Suatu aset tidak diklasifikasikan sebagai aset eksplorasi dan evaluasi ketika
kelayakan teknis dan kelangsungan usaha komersial atas penambangan
sumber daya mineral dapat dibuktikan. Aset eksplorasi dan evaluasi diuji
penurunan nilainya, dan setiap rugi penurunan nilai diakui, sebelum
direklasifikasi [par.17]

Penurunan
Nilai  Penurunan nilai aset eksplorasi dan evaluasi diuji ketika fakta dan kondisi
menyatakan bahwa jumlah tercatat aset eksplorasi dan evaluasi melebihi jumlah
terpulihkan. Ketika fakta dan kondisi menyatakan bahwa jumlah tercatat aset
eksplorasi dan evaluasi melebihi jumlah terpulihkan, entitas mengukur,
menyajikan dan mengungkapkan setiap rugi penurunan nilai sesuai dengan
PSAK 48 (revisi 2009): Penurunan Nilai Aset, kecuali seperti yang disajikan
dalam paragraf 21 [par.18].

 Entitas menentukan suatu kebijakan akuntansi untuk mengalokasikan aset


eksplorasi dan evaluasi ke unit penghasil kas atau kelompok unit penghasil kas
untuk tujuan penilaian aset yang mengalami penurunan nilai. Setiap unit
penghasil kas atau kelompok unit penghasil kas yang mana aset eksplorasi dan
evaluasi telah dialokasikan tidak lebih besar dari segmen operasi yang telah
ditentukan sesuai dengan PSAK 3 (revisi 2009): Segmen Operasi [par.21]

Sumber: PSAK 64 (IAI, 2011))

Anda mungkin juga menyukai