Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH

AUDIT KEUANGAN NEGARA LANJUTAN

Pengantar Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN),


Perbandingan SPKN dengan SPAP/ISA
Serta Pembahasan Artikel Terkait

Disusun oleh kelompok 1:

Irfani Lil Islami (1620532026)

Ramayani Eka Putri (1620532029)

Ridha Oktavia (1620532003)

MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS ANDALAS

2017
BAB 1
PEMBAHASAN MATERI

PENGANTAR STANDAR PEMERIKSAAN KEUANGAN NEGARA


(SPKN), PERBANDINGAN SPKN DENGAN SPAP/ISA

A. Pengantar SPKN
Dalam pelaksananaan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara
diperlukan suatu standar. Standar pemeriksaan keuangan negara adalah amanat dari UU
Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara dan UU Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan. Standar
Pemeriksaan diperlukan untuk menjaga kredibilitas serta profesionalitas dalam pelaksanaan
maupun pelaporan pemeriksaan baik pemeriksaan keuangan, kinerja, serta pemeriksaan
dengan tujuan tertentu. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara ditetapkan dengan Peraturan
BPK Nomor 1 Tahun 2007 yang berlaku sejak 7 Maret 2007.
SPKN ini berlaku untuk semua pemeriksaan yang dilaksanakan terhadap entitas,
program, kegiatan serta fungsi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan dan tanggung
jawab Keuangan Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan. SPKN berlaku bagi
BPK atau akuntan publik serta pihak lain yang diberi amanat untuk melakukan pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara untuk dan atas nama BPK. SPKN juga
dapat menjadi acuan bagi aparat pengawasan internal pemerintah maupun pihak lain dalam
penyusunan standar pengawasan sesuai kedudukan, tugas, dan fungsinya.

Standar Pemeriksaan
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara memuat persyaratan profesional pemeriksa,
mutu pelaksanaan pemeriksaan, dan persyaratan laporan pemeriksaan yang profesional.
Pelaksanaan pemeriksaan yang didasarkan pada Standar Pemeriksaan akan meningkatkan
kredibilitas informasi yang dilaporkan atau diperoleh dari entitas yang diperiksa melalui
pengumpulan dan pengujian bukti secara obyektif. Apabila pemeriksa melaksanakan
pemeriksaan dengan cara ini dan melaporkan hasilnya sesuai dengan Standar Pemeriksaan
maka hasil pemeriksaan tersebut akan dapat mendukung peningkatan mutu pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara serta pengambilan keputusan Penyelenggara Negara.
Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara juga merupakan salah
satu unsur penting dalam rangka terciptanya akuntabilitas publik. Tujuan SPKN adalah untuk
1
menjadi ukuran mutu bagi para pemeriksa dan organisasi pemeriksa dalam melaksanakan
pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara. Pemeriksaan
Pengeloaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara dalam rangka mewujudkan akuntabilitas
publik adalah bagian dari reformasi bidang keuangan negara yang dimulai sejak tahun 2003.
Pengertian pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara mencakup akuntabilitas yang
harus diterapkan semua entitas oleh pihak yang melakukan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan negara. Akuntabilitas diperlukan untuk dapat mengetahui pelaksanaan program
yang dibiayai dengan keuangan negara, tingkat kepatuhannya terhadap ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, serta untuk mengetahui tingkat kehematan, efisiensi, dan
efektivitas dari program tersebut.
Setiap pemeriksaan dimulai dengan penetapan tujuan dan penentuan jenis
pemeriksaan yang akan dilaksanakan serta standar yang harus diikuti oleh pemeriksa. Jenis
pemeriksaan yang diuraikan dalam SPKN meliputi: pemeriksaan keuangan, pemeriksaan
kinerja, dan pemeriksaan dengan tujuan tertentu.
Pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan atas laporan keuangan. Pemeriksaan
keuangan tersebut bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai (reasonable
assurance) apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar, dalam semua hal yang
material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia atau basis
akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Pemeriksaan kinerja adalah pemeriksaan atas pengelolaan keuangan negara yang
terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta pemeriksaan aspek efektivitas.
Contoh tujuan pemeriksaan atas hasil dan efektivitas program serta pemeriksaan atas
ekonomi dan efisiensi adalah penilaian atas:
a. Sejauhmana tujuan peraturan perundang-undangan dan organisasi dapat
dicapai;
b. Kemungkinan alternatif lain yang dapat meningkatkan kinerja program atau
menghilangkan faktor-faktor yang menghambat efektivitas program;
c. Perbandingan antara biaya dan manfaat atau efektivitas biaya suatu program;
d. Sejauhmana suatu program mencapai hasil yang diharapkan atau
menimbulkan dampak yang tidak diharapkan;
e. Sejauhmana program berduplikasi, bertumpang tindih, atau bertentangan
dengan program lain yang sejenis;
f. Sejauhmana entitas yang diperiksa telah mengikuti ketentuan pengadaan yang
sehat;

2
g. Validitas dan keandalan ukuran-ukuran hasil dan efektivitas program, atau
ekonomi dan efisiensi;
h. Keandalan, validitas, dan relevansi informasi keuangan yang berkaitan dengan
kinerja suatu program.
Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu bertujuan untuk memberikan simpulan atas
suatu hal yang diperiksa. Pemeriksaan Dengan Tujuan Tertentu dapat bersifat: eksaminasi
(examination), reviu (review), atau prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures).
Dalam pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, setiap manajemen entitas
yang berkaitan dengan keuangan negara memiliki tanggung jawab sesuai kedudukan, fungsi,
dan tugasnya. Manajemen entitas yang diperiksa bertanggung jawab untuk:
1. Mengelola keuangan negara secara tertib, ekonomis, efisien, efektif, transparan, dan
bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan, sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
2. Menyusun dan menyelenggarakan pengendalian intern yang efektif guna menjamin:
(1) pencapaian tujuan sebagaimana mestinya,
(2) keselamatan/keamanan kekayaan yang dikelola,
(3) kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan,
(4) perolehan dan pemeliharaan data/informasi yang handal, dan pengungkapan
data/informasi secara wajar.
3. Menyusun dan menyampaikan laporan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara secara tepat waktu;
4. Menindaklanjuti rekomendasi BPK, serta menciptakan dan memelihara suatu proses
untuk memantau status tindak lanjut atas rekomendasi dimaksud.

Pemeriksa juga memiliki tanggung jawab secara profesi dalam melaksanakan dan
melaporkan hasil pemeriksaan sebagaimana diatur dalam SPKN. Pemeriksa harus memenuhi
beberapa tanggung jawab sebagai berikut:
1. Pemeriksa secara profesional bertanggung jawab merencanakan dan melaksanakan
pemeriksaan untuk memenuhi tujuan pemeriksaan;
2. Pemeriksa harus mengambil keputusan yang konsisten dengan kepentingan publik
dalam melakukan pemeriksaan;
3. Untuk mempertahankan dan memperluas kepercayaan publik, pemeriksa harus
melaksanakan seluruh tanggung jawab profesionalnya dengan derajat integritas yang
tertinggi;

3
4. Pelayanan dan kepercayaan publik harus lebih diutamakan di atas kepentingan
pribadi;
5. Pemeriksa harus obyektif dan bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest)
dalam menjalankan tanggung jawab profesionalnya.;
6. Pemeriksa bertanggung jawab untuk menggunakan pertimbangan profesional dalam
menetapkan lingkup dan metodologi, menentukan pengujian dan prosedur yang akan
dilaksanakan, melaksanakan pemeriksaan, dan melaporkan hasilnya;
7. Pemeriksa bertanggung jawab untuk membantu manajemen dan para pengguna
laporan hasil pemeriksaan lainnya untuk memahami tanggung jawab pemeriksa
berdasarkan Standar Pemeriksaan dan cakupan pemeriksaan yang ditentukan
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Organisasi pemeriksa juga memiliki tanggung jawab untuk meyakinkan bahwa:


1. Independensi dan obyektivitas dipertahankan dalam seluruh tahap pemeriksaan;
2. Pertimbangan profesional (professional judgment) digunakan dalam perencanaan dan
pelaksanaan pemeriksaan dan pelaporan hasil pemeriksaan;
3. Pemeriksaan dilakukan oleh personil yang mempunyai kompetensi profesional dan
secara kolektif mempunyai keahlian dan pengetahuan yang memadai, dan
4. Peer-review yang independen dilaksanakan secara periodik dan menghasilkan suatu
pernyataan, apakah sistem pengendalian mutu organisasi pemeriksa tersebut
dirancang dan memberikan keyakinan yang memadai sesuai dengan Standar
Pemeriksaan.

B. Perbandingan SPKN dengan SPAP/ISA


Standar Pemeriksaan Akuntan Publik (SPAP) adalah Standar Profesional yang
diterbitkan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) yang digunakan oleh Akuntan
Publik dalam melakukan pemeriksaan atas Entitas swasta (diluar Keuangan Negara), Standar
ini merupakan standar profesional yang digunakan untuk memperoleh mutu tertinggi dalam
pemeriksaan sesuai standar profesional yang telah ditetapkan.
International Standart Auditing (ISA) adalah suatu standar yang dibuat oleh badan
pembuat standar auditing dan assurance, International Auditing and Assurance Standards
Board (IAASB) yang merupakan badan bentukan Internasional Federations (IFAC). ISA
telah menjadi standar audit yang dipakai berdasarkan keputusan Ikatan Akuntan Indonesia
dalam upaya mewujudkan Good Governance. ISA diadopsi sepenuhnya sehingga dapat

4
dikatakan bahwa hampir tidak ada perbedaan antara SPAP dengan ISA, karena SPAP
merupakan adopsi dari ISA.
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN) adalah Standar Profesional yang
diterbitkan Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia yang digunakan oleh Akuntan
dalam melakukan pemeriksaan atas Entitas Pemerintah yang mengelola keuangan negara,
Standar ini merupakan standar profesional yang digunakan untuk memperoleh mutu tertinggi
dalam pemeriksaan sesuai standar profesional yang telah ditetapkan.
SPKN harus digunakan bersama-sama dengan SPAP yang ditetapkan oleh IAI. SPAP
tersebut berlaku untuk audit keuangan dan perikatan atestasi yang dilaksanakan oleh akuntan
publik.
Kedua Standar Profesional tersebut digunakan akuntan publik sebagai
pedoman dalam melakukan pemeriksaan. Jika sedang mengaudit entitas swasta (non
keuangan negara) maka standar profesional yang digunakan menggunakan standar
SPAP, sedangkan jika dapat proyek memeriksa entitas pemerintah maka standar yang
digunakan dalam pemeriksaan menggunakan Standar profesional SPKN. Kedua standar
tersebut sangat bermanfaat dan digunakan untuk memperoleh mutu tertinggi dalam
melaksanakan audit.
Perbedaan antara SPKN dan SPAP dalam dilihat pada tabel berikut:
Perbedaan mendasar
Kriteria SPAP SPKN
Tujuan untuk menetapkan standar mengelola keuangan Negara secara tertib,
memberikan bimbingan pada ekonomis, efisien, transparan dan
tanggung jawab auditor dalam bertanggung jawab dengan
membuat laporan audit laporan memperhatikan rasa keadilan dan
keuangan sehubungan dengan going kepatutan, sesuai dengan ketentuan
concern dalam pembuatan laporan peraturan perundang-undangan yang
keuangan, termasuk pernyatan berlaku.
manajemen dalam penilaian entitas Menyusun dan menyelenggarakan
kemampuan untuk melanjutkan pengendalian intern yang efektif guna
sebagai going concern menjamin:
1) pencapaian tujuan sebagaimana
semestinya,
2) kepatuhan terhadap
ketentuan perundang-undangan,
3) keselamatan/keamanan kekayaan yang
dikelola,
4) perolehan dan pemeliharaan
data/infomrasi yang handal dan
pengukuran data/informasi secara wajar
Objek Digunakan sebagai standar untuk Digunakan sebagai standar untuk
memeriksa laporan keuangan pihak memeriksa laporan keuangan pemerintah,
swasta, yang terdiri dari: yang terdiri dari:

5
1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)1. Laporan Realisasi Anggaran
2. Laporan Laba Rugi 2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran
3. Laporan Perubahan Ekuitas Lebih
4. Laporan Arus Kas 3. Neraca
5. Catatan Atas Laporan keuangan 4. Laporan Operasional
5. Laporan Arus Kas
6. Laporan Perubahan Ekuitas
7. Catatan Atas Laporan Keuangan

Subjek Akuntan Publik BPK (Auditor Pemerintah)


Tanggung Auditor mempertimbangan kejadian bertanggung jawa untuk membantu
Jawab Auditor dan kondisi yang berkaitan dengan manajemen dan para pengguna laporan
going concern yang berkaitan dengan hasil lainnya untuk memhami tanggung
asumsi saat melakukan prosedur jawab pemeriksa terhadap standar
penilaian risiko, karena ini mungkin pemeriksa.
lebih tepat waktu disesuaikan dengan
manajemen. Dengan cara tinjauan
manajemen dan resolusi dari setiap
isu-isu kepedulian akan identifikasi.
Badan yang Dewan Standar Profesional Akuntan Badan Standar Pemeriksa Keuangan
Membuat Publik Institut Akuntan Publik Negara (BPK)
Indonesia
Karakter - Karakter tersebut adalah keharusan
Pemeriksaan pemeriksa BPK untuk merancang
BPK. prosedur pemeriksaan terhadap
kepatuhan yang terkait dengan
pemeriksaan yang dilakukan dan waspada
atas penyimpangan
lainnya.

Perbedaan dalam isi


Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan

PSP 01 Standar Umum


Kompetensi Audit harus Pemeriksa secara Dalam SPKN auditor lebih
dilaksanakan oleh kolektif harus memiliki ditekankan pada kemampuan
seorang atau lebih yang kecakapan profesional dalam pelaksanaan tugas,
memiliki keahlian dan yang memadai untuk sedangkan dalam standar
pelatihan teknis yang melaksanakan tugas umum auditor ditekankan
cukup sebagai auditor. pemeriksaan paling tidak memiliki
pendidikan formal tentang
audit dan akuntansi.
Tanggung jawab organisasi
pemeriksa dalam memastikan
personil berkualitas dalam
pelaksanaan tugas menurut
SPKN lebih ditekankan dan
SPKN lebih detail dalam
menjabarkan mengenai
kecakapan profesional
termasuk dalam jenjang
persyaratan pendidikan

6
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
berkelanjutan yang harus
ditempuh oleh auditor
pemerintah dimana salah
satunya menuliskan setiap 2
tahun harus menyelesaikan
paling tidak 80 jam
pendidikan yang secara
langsung meningkatkan
kecakapan profesional
pemeriksa untuk
melaksanakan pemeriksaan.

Independensi Dalam semua hal yang Dalam semua hal yang Pada dasarnya untuk sikap
berhubungan berkaitan dengan mental independensi mutlak
dengan perikatan, indep pekerjaan pemeriksaan, diperlukan oleh auditor dan
endensi dalam sikap organisasi pemeriksa hal itu dinyatakan dalam
mental harus dan pemeriksa, harus masing-masing pernyataan
dipertahankan oleh bebas dalam sikap baik dalam SPKN ataupun
auditor. mental dan penampilan PSA. Sehingga pernyataan
dari gangguan pribadi, ini tidak jauh berbeda dan
ekstern, dan organisasi tetap berintikan pada kata
yang dapat independensi auditor.
mempengaruhi
independensinya Independen sendiri secara
garis besar yang wajib
dimiliki auditor adalah
independent in appearance,
in fact, dan in mind. Hal ini
tidak dijabarkan dalam
SPKN dan lebih
memfokuskan bagaimana
gangguan yang mungkin
terjadi dalam rangka
menggoyang independensi
auditor

Kemahiran Dalam pelaksanaan Dalam pelaksanaan Dua standar ini


Profesional audit dan penyusunan pemeriksaan serta baik SPAP maupun SPKN
laporannya, auditor penyusunan laporan sama-sama menekankan pada
wajib hasil pemeriksaan, kemahiran profesional yang
menggunakankemahiran pemeriksa wajib didalamnya juga terdapat
profesionalnya dengan menggunakan salah satunya sikap
cermat dan seksama kemahiran profesional skeptism,
profesionalnya secara sehingga baik dalam
cermat dan seksama penjabaran maupun
pernyataannya sendiri pada
dasarnya tidak berbeda jauh.

Pengendalian Tidak ada Setiap organisasi Dalam SPAP Standar


Mutu pemeriksa yang Pengendalian Mutu diatur
(diatur tersendiri dalam melaksanakan tersendiri dalam Pernyataan
Pernyataan Standar pemeriksaan Standar Pengendalian Mutu
Pengendalian Mutu) berdasarkan Standar (PSPM) yang dilengkapi

7
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
Pemeriksaan harus dengan Interpretasi
memiliki sistem Pernyataan Standar
pengendalian mutu yang Pengendalian Mutu (IPSM)
memadai, dan sistem
pengendalian mutu
tersebut harus direviu
oleh pihak lain yang
kompeten (pengendalian
mutu ekstern)

PSP 02 Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Keuangan


Perencanaan Pekerjaan harus Pekerjaan harus
dan Supervisi direncanakan dengan direncanakan dengan
sebaik-baiknya dan jika sebaik-baiknya dan jika
digunakan tenaga digunakan tenaga
asisten harus disupervisi asisten harus disupervisi
dengan semestinya. dengan semestinya.

Pemahaman Pemahaman yang Pemahaman yang


Pengendalian memadai atas memadai atas
Intern pengendalian intern pengendalian intern
harus diperoleh untuk harus diperoleh untuk
merencanakan audit dan merencanakan audit dan
menentukan sifat, saat, menentukan sifat, saat,
dan lingkup pengujian dan lingkup pengujian
yang akan dilakukan. yang akan dilakukan.

Bukti Audit Bukti audit yang Bukti audit yang


kompeten harus kompeten harus
diperoleh melalui diperoleh melalui
inspeksi, pengamatan, inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan, pengajuan pertanyaan,
dan konfirmasi sebagai dan konfirmasi sebagai
dasar memadai untuk dasar memadai untuk
menyatakan pendapat menyatakan pendapat
atas laporan keuangan atas laporan keuangan
yang diaudit. yang diaudit.

Komunikasi - Pemeriksa harus Komunikasi pemeriksa


Pemeriksa mengkomunikasikan dengan klien pada awal
informasi yang pemeriksaan jamak
berkaitan dengan sifat, dilakukan oleh auditor publik
saat, lingkup pengujian, tanpa perlu dimasukkan
pelaporan yang dalam PSA, namun dalam
direncanakan, dan konteks pemeriksaan
tingkat keyakinan pemerintah hal ini diperlukan
kepada manajemen karena terkait dengan
entitas yang diperiksa perlunya panduan tindakan
dan atau pihak yang auditor sehingga bila terdapat
meminta pemeriksaan masalah dikemudian hari
dapat ditelisik apakah auditor
bertindak sesuai standar atau

8
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
tidak, apalagi dalam kasus-
kasus tertentu terdapat
komunikasi yang harus
dilakukan secara tertulis

Pertimbangan - Pemeriksa harus Hal ini perlu karena dalam


Pemeriksaan mempertimbangkan penjelasan disebutkan bahwa
Sebelumnya hasil pemeriksaan manajemen dapat
sebelumnya serta tindak memperoleh sanksi bila
lanjut atas rekomendasi tindak lanjut atas
yang signifikan dan rekomendasi tidak
berkaitan dengan tujuan dijalankan, apalagi hal ini
pemeriksaan yang terkait peraturan
sedang dilaksanakan perundangan yang berlaku.
Hal ini juga jamak dilakukan
oleh auditor swasta,
walaupun tidak tercantum
pada pernyataan standar,
walaupun penekanannya
berbeda dimana auditor
swasta tidak menekankan
pada peraturan perundangan
untuk manajemen

Deteksi - a. Pemeriksa harus Audit tentang kecurangan


Ketidakpatuha merancang pemeriksaan juga terdapat pada audit
n untuk memberikan swasta walaupun tidak
keyakinan yang dinyatakan dalam PSA. Hal
memadai guna yang paling mendasar dalam
mendeteksi salah saji perbedaan PSP dan PSA ini
material yang dalam pernyataan ini adalah
disebabkan oleh pada peraturan perundangan
ketidakpatuhan terhadap yang dijadikan salah satu
ketentuan peraturan dasar penentuan apakah
perundang-undangan terdapat penyimpangan dan
yang berpengaruh ketidakpatutan dalam temuan
langsung dan material pemeriksaan.
terhadap penyajian
laporan keuangan. Jika
informasi tertentu
menjadi perhatian
pemeriksa, diantaranya
informasi tersebut
memberikan bukti yang
berkaitan dengan
penyimpangan dari
ketentuan peraturan
perundang-undangan
yang berpengaruh
material tetapi tidak
langsung berpengaruh
terhadap kewajaran

9
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
penyajian laporan
keuangan, pemeriksa
harus menerapkan
prosedur pemeriksaan
tambahan untuk
memastikan bahwa
penyimpangan dari
ketentuan peraturan
perundang-undangan
telah atau akan terjadi.

b. Pemeriksa harus
waspada pada
kemungkinan adanya
situasi dan/atau
peristiwa yang
merupakan indikasi
kecurangan dan/atau
ketidakpatutan dan
apabila timbul indikasi
tersebut serta PSP 02
Standar Pelaksanaan
Pemeriksaan Keuangan
berpengaruh signifikan
terhadap kewajaran
penyajian laporan
keuangan, pemeriksa
harus menerapkan
prosedur pemeriksaan
tambahan untuk
memastikan bahwa
kecurangan dan/atau
ketidakpatutan telah
terjadi dan menentukan
dampaknya terhadap
kewajaran penyajian
laporan keuangan.

Pengembanga - Pemeriksa harus Penekanan PSP ini lebih


n Temuan merencanakan dan pada penekanan pada
Pemeriksaan melaksanakan prosedur perlunya ada standar yang
pemeriksaan untuk detail dalam rangka
mengembangkan unsur- memberikan kerangka kerja
unsur temuan yang lengkap dan dalam
pemeriksaan untuk pemeriksa agar
terdapat payung hukum yang
kuat bila ditemukan unsur-
unsur temuan pemeriksaan
yang dapat dikembangkan,
agar entitas yang diperiksa
tidak dapat beralasan tidak
ada dasaar bagi pemeriksa
untuk mengembangkan

10
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
temuan pemeriksaan.

Dokumentasi - Pemeriksa harus Penekanan PSP ini lebih


Pemeriksaan mempersiapkan dan pada penekanan pada
memelihara perlunya ada standar yang
dokumentasi detail dalam rangka
pemeriksaan dalam memberikan kerangka kerja
bentuk kertas kerja yang lengkap dan dalam
pemeriksaan. untuk pemeriksa agar
Dokumentasi terdapat payung hukum yang
pemeriksaan yang kuat bila terdapat kasus
berkaitan dengan hukum yang melibatkan hasil
perencanaan, pemeriksaan. Dokumentasi
pelaksanaan, dan yang kuat merupakan senjata
pelaporan pemeriksaan utama yang dapat digunakan
harus berisi informasi pemeriksa dalam
yang cukup untuk menguatkan posisi dirinya
memungkinkan dan BPK.
pemeriksa yang
berpengalaman, tetapi
tidak mempunyai
hubungan dengan
pemeriksaan tersebut
dapat memastikan
bahwa dokumentasi
pemeriksaan tersebut
dapat menjadi bukti
yang mendukung
pertimbangan dan
simpulan pemeriksa.
Dokumentasi
pemeriksaan harus
mendukung opini,
temuan, simpulan dan
rekomendasi
pemeriksaan

PSP 03 Standar Pelaporan Pemeriksaan Keuangan


Pernyataan Laporan audit harus Laporan audit harus PSP 02 di tiga poin pertama
Penyajian menyatakan apakah menyatakan apakah merupakan adopsi dari IAI
Sesuai PABU laporan keuangan laporan keuangan sehingga pernyataan ini sama
disajikan sesuai dengan disajikan sesuai dengan dengan apa yang diterapkan
prinsip akuntansi yang prinsip akuntansi yang oleh IAI. Perbedaan antara
berlaku umum di berlaku umum di PSA dan PSP ini terletak
Indonesia atau prinsip Indonesia atau prinsip pada dimana SPKN
akuntansi yang lain yang akuntansi yang lain menambahkan beberapa poin
berlaku secara yang berlaku secara lagi sehingga terlihat bahwa
komprehensif. komprehensif. BPK mengetatkan aturan
bagi para pemeriksanya

11
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
dalam melaksanakan tugas
karena tahap-tahap seperti
komunikasi pemeriksa
dengan klien pada awal
pemeriksaan jamak
dilakukan oleh auditor publik
tanpa perlu dimasukkan
dalam PSA. Namun,
kelemahan standar ini adalah
dimana standar pelaporan
informasi rahasia yang
terkait dengan rahasia negara
belum didukung
dengan punishment/sanksi
yang tegas terhadap pihak
yang bertanggung jawab
dalam melakukan
pembocoran infomasi
tersebut

Pengungkapan Laporan auditor harus Laporan auditor harus


Inkonsistensi menunjukkan, jika ada, menunjukkan, jika ada,
Penerapan ketidakkonsistenan ketidakkonsistenan
PABU penerapan prinsip penerapan prinsip
akuntansi dalam akuntansi dalam
penyusunan laporan penyusunan laporan
keuangan periode keuangan periode
berjalan dibandingkan berjalan dibandingkan
dengan penerapan dengan penerapan
prinsip akuntansi prinsip akuntansi
tersebut dalam periode tersebut dalam periode
sebelumnya. sebelumnya.

Pengungkapan Pengungkapan Pengungkapan


Kecukupan informatif dalam informatif dalam
Informasi laporan keuangan harus laporan keuangan harus
dipandang memadai, dipandang memadai,
kecuali dinyatakan lain kecuali dinyatakan lain
dalam laporan audit. dalam laporan audit.

Opini Laporan auditor harus Laporan auditor harus


memuat suatu memuat suatu
pernyataan pendapat pernyataan pendapat
mengenai laporan mengenai laporan
keuangan secara keuangan secara
keseluruhan atau suatu keseluruhan atau suatu
asersi bahwa pernyataan asersi bahwa pernyataan
demikian tidak dapat demikian tidak dapat
diberikan. Jika pendapat diberikan. Jika pendapat
secara keseluruhan tidak secara keseluruhan tidak
dapat diberikan maka dapat diberikan maka
alasannya harus alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal dinyatakan. Dalam hal

12
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
nama auditor dikaitkan nama auditor dikaitkan
dengan laporan dengan laporan
keuangan, laporan keuangan, laporan
auditor harus memuat auditor harus memuat
petunjuk yang jelas petunjuk yang jelas
mengenai sifat mengenai sifat
pekerjaan audit yang pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dilaksanakan, jika ada,
dan tingkat tanggung dan tingkat tanggung
jawab yang dipikul jawab yang dipikul
auditor. auditor.

Pernyataan - Laporan hasil Laporan auditor swasta


Sesuai pemeriksaan harus bentuk formalnya juga telah
Dengan menyatakan bahwa mencantumkan bahwa
Standar pemeriksaan dilakukan laporan mengacu pada
Pemeriksaan sesuai dengan Standar standar pemeriksaan,
Pemeriksaan sehingga walaupun tidak
dicantumkan dalam
pernyataan, hal ini juga
merupakan hal yang wajib
dilakukan oleh auditor pada
umumnya. Penekanan dalam
SPKN adalah untuk
memberikan dasar dan
payung hukum yang kuat
bagi auditornya

Laporan - Laporan hasil Auditor swasta tidak perlu


Kepatuhan pemeriksaan atas (kecuali diminta) melakukan
laporan keuangan harus pengujian atas kepatuhan
mengungkapkan bahwa terhadap ketentuan peraturan
pemeriksa telah perundang-undangan yang
melakukan pengujian berpengaruh langsung dan
atas kepatuhan terhadap material dalam laporan
ketentuan peraturan keuangan. Hal ini yang
perundang-undangan membedakan antara PSP dan
yang berpengaruh PSA dimana pengujian
langsung dan material kepatuhan terhadap peraturan
terhadap penyajian perundangan menjadi wajib
laporan keuangan dilakukan.

Laporan - Laporan atas Kondisi yang dapat


Pengendalian pengendalian intern dilaporkan sudah ditentukan
Intern harus mengungkapkan dalam PSP sehingga kondisi
kelemahan dalam untuk pengendalian intern ini
pengendalian intern atas terbatas pada apa yang
pelaporan keuangan dinyatakan, dan hal ini
yang dianggap sebagai berbeda bila di swasta
kondisi yang dapat dimana auditor yang menilai
dilaporkan apakah pengendalian intern
perlu dilaporkan atau tidak.

13
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
Tanggapan - Laporan hasil Hal ini perlu dalam
Terperiksa pemeriksaan yang pemeriksaan keuangan
memuat adanya negara dimana dengan aturan
kelemahan dalam keuangan yang lebih ketat
pengendalian intern, memerlukan tindak lanjut
kecurangan, yang konkrit dalam
penyimpangan dari penyelesaian temuan
ketentuan peraturan pemeriksaan sehingga
perundang-undangan, temuan pemeriksaan dan
dan ketidakpatutan, rekomendasi mutlak
harus dilengkapi dilaksanakan. Hal ini berbeda
tanggapan dari pimpinan dengan di swasta dimana
atau pejabat yang auditor sampai pada batas
bertanggung jawab pada pemberian rekomendasi dan
entitas yang diperiksa opini saja, sedangkan
mengenai temuan dan wewenang pengawasan
rekomendasi serta pelaksanaan atas
tindakan koreksi yang rekomendasi bukan di tangan
direncanakan auditor dan auditor tidak
perlu memaksa
perlaksanaan rekomendasi.
Selain itu,hal ini perlu
dilakukan auditor pemerintah
karena penekanan dalam
SPKN adalah untuk
memberikan dasar dan
payung hukum yang kuat
bagi auditornya apabila ada
masalah di kemudian hari

Informasi Informasi rahasia yang Standar pelaporan informasi


Rahasia dilarang oleh ketentuan rahasia yang terkait dengan
peraturan perundang- rahasia negara belum
undangan untuk didukung
diungkapkan kepada denganpunishment/ sanksi
umum tidak yang tegas terhadap pihak
diungkapkan dalam yang bertanggung jawab
laporan hasil dalam melakukan
pemeriksaan. Namun pembocoran infomasi
laporan hasil tersebut
pemeriksaan harus
mengungkapkan sifat
informasi yang tidak
dilaporkan tersebut dan
ketentuan peraturan
perundang-undangan
yang menyebabkan
tidak dilaporkannya
informasi tersebut

14
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
Distribusi - Laporan hasil Laporan audit pada pihak
Laporan pemeriksaan diserahkan auditor swasta hanya
kepada lembaga diserahkan pada komite
perwakilan, entitas yang audit/pemilik perusahaan,
diperiksa, pihak yang sedangkan dalam laporan
mempunyai hasil pemeriksaan SPKN
kewenangan untuk diserahkan ke beberapa pihak
mengatur entitas yang sesuai aturan sehingga
diperiksa, pihak yang kewajiban auditor tidak
bertanggung jawab hanya kepada BPK saja
untuk melakukan tindak sebagai pemberi tugas,namun
lanjut hasil juga pada pihak-pihak yang
pemeriksaan, dan telah ditentukan.
kepada pihak lain yang
diberi wewenang untuk
menerima laporan hasil
pemeriksaan sesuai
dengan ketentuan
peraturan perundang-
undangan yang 31
berlaku

PSP 04 Standar Pelaksanaan Pemeriksaan Kinerja


Perencanaan - Pekerjaan harus Dalam merencanakan
direncanakan secara pemeriksaan, pemeriksa
memadai harus mendefinisikan tujuan
pemeriksaan, dan lingkup
serta metodologi
pemeriksaan untuk mencapai
tujuan pemeriksaan tersebut.
Tujuan, lingkup, dan
metodologi pemeriksaan
tidak ditentukan secara
terpisah. Pemeriksa
menentukan ketiga elemen
ini secara bersama-sama.
Perencanaan
merupakan proses yang
berkesinambungan selama
pemeriksaan.
Supervisi - Staf harus disupervisi Supervisi mencakup
dengan baik pengarahan kegiatan
pemeriksa dan pihak lain
(seperti tenaga ahli yang
terlibat dalam pemeriksaan)
agar tujuan pemeriksaan
dapat dicapai.

15
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
Bukti - Bukti yang cukup, Dalam mengidentifikasikan
Pemeriksaan kompeten, dan relevan sumber-sumber data
harus diperoleh untuk potensial yang dapat
menjadi dasar yang digunakan sebagai bukti
memadai bagi temuan pemeriksaan, pemeriksa
dan rekomendasi harus mempertimbangkan
pemeriksa validitas dan keandalan data
tersebut, termasuk data yang
dikumpulkan oleh entitas
yang diperiksa, data yang
disusun oleh pemeriksa, atau
data yang diberikan oleh
pihak-pihak ketiga.
Demikian juga halnya
dengan kecukupan dan
relevansi bukti-bukti
tersebut.
Dokumentasi - Pemeriksa harus Bentuk dan isi dokumen
Pemeriksaan mempersiapkan dan pemeriksaan harus dirancang
memelihara dokumen sedemikian rupa sehingga
pemeriksaan dalam sesuai dengan kondisi
bentuk kertas kerja masing-masing pemeriksaan.
pemeriksaan. Dokumen Informasi yang dimasukkan
pemeriksaan yang dalam dokumen pemeriksaan
berkaitan dengan menggambarkan catatan
perencanaan, penting mengenai pekerjaan
pelaksanaan, dan yang dilaksanakan oleh
pelaporan pemeriksaan pemeriksa sesuai
harus berisi informasi dengan standar dan simpulan
yang cukup untuk pemeriksa. Kuantitas, jenis,
memungkinkan dan isi dokumen
pemeriksa yang pemeriksaan didasarkan atas
berpengalaman tetapi pertimbangan profesional
tidak mempunyai pemeriksa.
hubungan dengan
pemeriksaan tersebut
dapat memastikan
bahwa dokumen
pemeriksaan tersebut
dapat menjadi bukti
yang mendukung
temuan, simpulan, dan
rekomendasi pemeriksa
PSP 05 Standar Pelaporan Pemeriksaan Kinerja
Bentuk - Pemeriksa
Laporan harus membuat laporan
hasil pemeriksaan untuk
mengkomunikasikan set
iap hasil pemeriksaan

16
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
Isi Laporan Laporan hasil Pernyataan standar ini
pemeriksaan harus mengacu kepada Standar
mencakup: Pemeriksaan yang berlaku,
a. pernyataan bahwa yang harus diikuti oleh
pemeriksaan dilakukan pemeriksa selama melakukan
sesuai dengan pemeriksaan. Jika pemeriksa
StandarPemeriksaan tidak dapat mengikuti
(lihat paragraf 06); Standar Pemeriksaan,
b. tujuan, lingkup, dan pemeriksa dilarang untuk
metodologi pemeriksaan menyatakan demikian.
(lihat paragraf 07 s.d. Dalam situasi demikian,
12); pemeriksa harus
c. hasil pemeriksaan mengungkapkan alasan tidak
berupa temuan dapat diikutinya Standar
pemeriksaan, simpulan, Pemeriksaan tersebut dan
dan rekomendasi (lihat dampaknya terhadap hasil
paragraf 13 s.d. 26); pemeriksaan.
d. tanggapan pejabat yang
bertanggung jawab atas
hasil pemeriksaan (lihat
paragraf 27 s.d. 32);
e. pelaporan informasi
rahasia apabila ada (lihat
paragraf 33 s.d.
35).Pernyataan bahwa
Pemeriksaan Dilakukan
Sesuai dengan Standar
Pemeriksaan
Unsur Laporan hasil
Kualitas pemeriksaan harus tepat
Laporan waktu, lengkap, akurat,
obyektif, meyakinkan,
serta jelas, dan seringkas
mungkin
Distribusi Laporan hasil Laporan hasil pemeriksaan
Laporan pemeriksaan diserahkan harus didistribusikan tepat
kepada lembaga waktu kepada pihak yang
perwakilan, entitas yang berkepentingan sesuai
diperiksa, pihak yang dengan ketentuan peraturan
mempunyai perundang-undangan. Namun
kewenangan untuk dalam hal yang diperiksa
mengatur entitas yang merupakan rahasia negara
diperiksa, pihak yang maka untuk tujuan keamanan
bertanggung jawab atau dilarang disampaikan
untuk melakukan tindak kepada pihak-pihak tertentu
lanjut hasil atas dasar ketentuan
pemeriksaan, dan peraturan perundang-
kepada pihak lain yang undangan yang berlaku,
diberi wewenang untuk pemeriksa dapat membatasi
menerima laporan hasil pendistribusian laporan
pemeriksaan tersebut.
sesuai dengan ketentuan

17
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
peraturan perundang-
undangan yang berlaku

PSP 06 Standar Pelaksanaan Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu


Perencanaan Pekerjaan harus Pekerjaan harus
direncanakan sebaik- direncanakan sebaik-
baiknya dan jika baiknya dan jika
digunakan asisten harus digunakan asisten harus
disupervisi dengan disupervisi dengan
semestinya. semestinya.
Bukti Bukti yang cukup harus Bukti yang cukup harus
Pemeriksaan diperoleh untuk diperoleh untuk
memberikan dasar memberikan dasar
rasional bagi simpulan rasional bagi simpulan
yang dinyatakan dalam yang dinyatakan dalam
laporan. laporan.
Komunikasi - Pemeriksa harus Selama dalam tahap
Pemeriksa mengkomunikasikan perencanaan pemeriksaan,
informasi yang pemeriksa harus
berkaitan dengan sifat, mengkomunikasikan kepada
saat, dan lingkup entitas yang diperiksa dan
pengujian serta atau pihak yang meminta
pelaporan yang pemeriksaan tersebut
direncanakan atas hal mengenai hal-hal yang
yang akan dilakukan berkaitan dengan sifat, saat,
pemeriksaan, kepada lingkup pengujian dan
manajemen entitas yang pelaporan, dan tingkat
diperiksa dan atau pihak keyakinan yang diharapkan
yang meminta serta kemungkinan adanya
pemeriksaan pembatasan atas laporan
hasil pemeriksaan yang
dikaitkan dengan tingkat
keyakinan untuk mengurangi
risiko salah interpretasi atas
laporan hasil pemeriksaan.
Pertimbangan - Pemeriksa harus Pemeriksa harus memperoleh
Pemeriksaan mempertimbangkan informasi dari entitas yang
Sebelumnya hasil pemeriksaan diperiksa untuk
sebelumnya serta tindak mengidentifikasi
lanjut atas rekomendasi pemeriksaan keuangan,
yang signifikan dan pemeriksaan kinerja,
berkaitan dengan hal pemeriksaan dengan tujuan
yang diperiksa tertentu, atau studi lain yang
sebelumnya telah
dilaksanakan yang berkaitan
dengan hal yang diperiksa.
Hal ini dilakukan untuk
mengidentifikasi tindak
lanjut yang telah dilakukan

18
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
berkaitan dengan temuan dan
rekomendasi yang
signifikan1. Dengan
memahami tindak lanjut atas
rekomendasi yang signifikan,
pemeriksa dapat
mengevaluasi hal yang
diperiksa. Pemeriksa harus
menggunakan pertimbangan
profesionalnya dalam
menentukan: (1) periode
yang harus diperhitungkan,
(2) lingkup pekerjaan
pemeriksaan yang diperlukan
untuk memahami tindak
lanjut temuan signifikan
yang mempengaruhi
pemeriksaan, dan (3)
pengaruhnya terhadap
penilaian risiko dan prosedur
pemeriksaan dalam
perencanaan pemeriksaan.
Pemahaman - Dalam merencanakan Dalam merencanakan suatu
Pengendalian Pemeriksaan Dengan Pemeriksaan Dengan Tujuan
Intern Tujuan Tertentu dalam Tertentudalam bentuk
bentuk eksaminasi dan eksaminasi, pemeriksa harus
merancang prosedur memperoleh suatu
untuk mencapai tujuan pemahaman atas
pemeriksaan, pemeriksa pengendalian intern yang
harus memperoleh berkaitan dengan hal yang
pemahaman yang diuji yang bersifat keuangan
memadai tentang maupun non-keuangan.
pengendalian intern Pengendalian intern tersebut
yang sifatnya material terkait dengan:
terhadap hal yang a. Efektivitas dan efisiensi
diperiksa kegiatan, termasuk
penggunaan sumber daya
entitas.
b. Tingkat keandalan
pelaporan keuangan,
termasuk laporan
pelaksanaan anggaran dan
laporan lain, baik untuk
intern maupun ekstern.
c. Kepatuhan terhadap
ketentuan peraturan
perundang-undangan.
d. Pengamanan aktiva.

19
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
Deteksi - a. Dalam merencanakan Pemeriksa harus
Ketidakpatuha Pemeriksaan Dengan menggunakan pertimbangan
n Tujuan Tertentumdalam profesionalnya dalam
bentuk eksaminasi, merencanakan pemeriksaan
pemeriksa harus dengan tujuan tertentu dalam
merancang pemeriksaan bentuk eksaminasi dengan
dengan tujuan untuk cara: (1) memperoleh suatu
memberikan keyakinan pemahaman mengenai
yang memadai guna dampak yang mungkin
mendeteksi kecurangan terjadi dari kecurangan dan
dan penyimpangan dari penyimpangan dari ketentuan
ketentuan peraturan peraturan perundang-
perundang-undangan undangan terhadap hal yang
yang dapat berdampak diperiksa, dan(2)
material terhadap hal mengidentifikasi dan menilai
yang diperiksa. risiko yang mungkin
b. Dalam merencanakan berdampak material terhadap
Pemeriksaan Dengan pemeriksaan. Pemeriksa
Tujuan Tertentu dalam harus mendokumentasikan
bentuk reviu atau penilaian risiko. Apabila
prosedur yang ditemukan faktor-faktor
disepakati, pemeriksa risiko, maka dokumentasinya
harus waspada terhadap harus mencakup:
situasi atau peristiwa a. Faktor-faktor risiko.
yang mungkin b. Penilaian pemeriksa atas
merupakan indikasi faktor-faktor risiko tersebut,
kecurangan dan baik secara sendiri sendiri
penyimpangan dari maupun keseluruhan.
ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Apabila ditemukan
indikasi kecurangan
dan/atau penyimpangan
dari ketentuan peraturan
perundang-undangan
yang secara material
mempengaruhi hal yang
diperiksa, pemeriksa
harus menerapkan
prosedur tambahan
untuk memastikan
bahwa kecurangan
dan/atau
penyimpangantersebut
telah terjadi dan
menentukan dampaknya
terhadap hal yang
diperiksa.
Pemeriksa harus
waspada terhadap situasi
dan/atau peristiwa yang
mungkin merupakan
indikasi kecurangan

20
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
dan/atau ketidakpatutan,
dan apabila ditemukan
indikasi tersebut serta
berpengaruh signifikan
terhadap pemeriksaan,
pemeriksa harus
menerapkan prosedur
tambahan untuk
memastikan bahwa
kecurangan dan/atau
ketidakpatutan tersebut
telah terjadi dan
menentukan dampaknya
terhadap hasil
pemeriksaan.
Dokumentasi - Pemeriksa harus Bentuk dan isi dokumentasi
Pemeriksaan mempersiapkan dan pemeriksaan harus dirancang
memelihara sedemikian rupa sehingga
dokumentasi sesuai dengan kondisi
pemeriksaan dalam masing-masing pemeriksaan.
bentuk kertas kerja Informasi yang dimasukkan
pemeriksaan. dalam dokumentasi
Dokumentasi pemeriksaan
pemeriksaan yang menggambarkan catatan
terkait dengan penting mengenai
perencanaan, pemeriksaan yang
pelaksanaan, dan dilaksanakan oleh pemeriksa
pelaporan pemeriksaan sesuai dengan standar dan
harus berisi informasi simpulan pemeriksa.
yang cukup untuk Kuantitas, jenis, dan isi
memungkinkan dokumentasi pemeriksaan
pemeriksa yang didasarkan atas pertimbangan
berpengalaman tetapi profesional pemeriksa.
tidak mempunyai
hubungan dengan
pemeriksaan tersebut
dapat memastikan
bahwa dokumentasi
pemeriksaan tersebut
dapat menjadi bukti
yang mendukung
pertimbangan dan
simpulan pemeriksa
PSP 07 Standar Pelaporan Pemeriksaan dengan Tujuan Tertentu
Pernyataan Laporan harus Laporan harus
Asersi menyebutkan asersi menyebutkan asersi
yang dilaporkan dan yang dilaporkan dan
menyatakan sifat menyatakan sifat
perikatan atestasi yang perikatan atestasi yang
bersangkutan. bersangkutan.

21
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
Simpulan Atas Laporan harus Laporan harus
Asersi menyatakan simpulan menyatakan simpulan
praktisi mengenai praktisi mengenai
apakah asersi disajikan apakah asersi disajikan
sesuai dengan standar sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan yang telah ditetapkan
atau kriteria yang atau kriteria yang
dinyatakan dipakai dinyatakan dipakai
sebagai alat pengukur sebagai alat pengukur
Pengungkapan Laporan harus Laporan harus
Keberatan menyatakan semua menyatakan semua
keberatan praktisi yang keberatan praktisi yang
signifikan tentang signifikan tentang
perikatan dan penyajian perikatan dan penyajian
asersi. asersi.
Pengujian Laporan suatu perikatan Laporan suatu perikatan
Berdasarkan untuk mengevaluasi untuk mengevaluasi
Kriteria suatu asersi suatu asersi
yang disusun yang disusun
berdasarkan kriteria berdasarkan kriteria
yang disepakati atau yang disepakati atau
berdasarkan suatu berdasarkan suatu
perikatan untuk perikatan untuk
melaksanakan prosedur melaksanakan prosedur
yang disepakati harus yang disepakati harus
berisi suatu pernyataan berisi suatu pernyataan
tentang keterbatasan tentang keterbatasan
pemakaian laporan pemakaian laporan
hanya oleh pihak-pihak hanya oleh pihak-pihak
yang menyepakati yang menyepakati
kriteria atau prosedur kriteria atau prosedur
tersebut. tersebut.
Pernyataan Laporan hasil Pernyataan standar ini
Sesuai pemeriksaan harus mengacu kepada Standar
Dengan menyatakan bahwa Pemeriksaan yang berlaku,
Standar pemeriksaan dilakukan yang harus diikuti oleh
Pemeriksaan sesuai dengan Standar pemeriksa selama melakukan
Pemeriksaan pemeriksaan. Jika pemeriksa
tidak dapat mengikuti
Standar Pemeriksaan,
pemeriksa dilarang untuk
menyatakan demikian.
Dalam situasi demikian,
pemeriksa harus
mengungkapkan alasan tidak
dapat diikutinya standar
tersebut dan dampaknya
terhadap hasil pemeriksaan.
Laporan Laporan Hasil Dalam melaporkan
Pengendalian Pemeriksaan dengan pengendalian intern,
Intern dan tujuan tertentu harus kepatuhan terhadap
Kepatuhan mengungkapkan: ketentuan peraturan

22
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
a. kelemahan perundang-undangan atau
pengendalian intern2 ketidakpatutan, pemeriksa
yang berkaitan dengan harus menempatkan temuan
hal yang diperiksa, pemeriksaan dalam
b. kepatuhan terhadap perspektif yang wajar. Untuk
ketentuan peraturan memberikan dasar bagi
perundang-undangan pengguna laporan hasil
termasuk pengungkapan pemeriksaan dalam
atas penyimpangan mempertimbangkan kejadian
administrasi, dan konsekuensi kondisi
pelanggaran atas tersebut, hal-hal yang
perikatan perdata, diidentifikasi harus
maupun penyimpangan dihubungkan dengan hasil
yang mengandung unsur pemeriksaan
tindak pidana yang secara keseluruhan, dan jika
terkait dengan hal yang memungkinkan, dapat
diperiksa, dinyatakan dalam satuan
c. ketidakpatutan yang mata uang.
material terhadap hal
yang diperiksa
Tanggapan Laporan hasil Cara yang paling efektif
Terperiksa pemeriksaan yang untuk menjamin bahwa suatu
memuat adanya laporan hasil pemeriksaan
kelemahan dalam telah dibuat secara wajar,
pengendalian intern, lengkap dan obyektif adalah
kecurangan, dengan mendapatkan reviu
penyimpangan dari dan tanggapan dari pejabat
ketentuan peraturan yang bertanggung jawab
perundang-undangan, pada entitas yang diperiksa.
dan ketidakpatutan, Tanggapan dari pejabat yang
harus dilengkapi bertanggung jawab tidak
tanggapan dari pimpinan hanya mencakup temuan dan
atau pejabat yang simpulan yang dibuat oleh
bertanggung jawab pada pemeriksa, tetapi juga
entitas yang diperiksa tindakan perbaikan yang
mengenai temuan dan direncanakan. Pemeriksa
simpulan serta tindakan harus memuat tanggapan
koreksi yang pejabat tersebut dalam
direncanakan laporan hasil pemeriksaannya
Informasi Informasi rahasia yang Informasi tertentu dapat
Rahasia dilarang oleh ketentuan dilarang untuk diungkapkan
peraturan perundang- kepada umum oleh ketentuan
undangan untuk peraturan perundang-
diungkapkan kepada undangan. Informasi tersebut
umum tidak mungkin hanya dapat
diungkapkan dalam diberikan kepada pihak yang
laporan hasil berdasarkan ketentuan
pemeriksaan. Namun peraturan perundang-
laporan hasil undangan mempunyai
pemeriksaan harus kewenangan untuk
mengungkapkan sifat mengetahuinya. Situasi lain
informasi yang tidak yang berkaitan dengan

23
Kriteria SPAP (IAI) SPKN (BPK) Keterangan
dilaporkan tersebut dan keamanan publik dapat juga
ketentuan peraturan mengakibatkan informasi
perundang-undangan tersebut dilarang untuk
yang menyebabkan diungkapkan dalam laporan
tidak dilaporkannya hasil pemeriksaan.
informasi tersebut
Distribusi Laporan hasil Laporan hasil pemeriksaan
Laporan pemeriksaan diserahkan harus didistribusikan tepat
kepada lembaga waktu kepada pihak yang
perwakilan, entitas yang berkepentingan sesuai
diperiksa, pihak yang dengan ketentuan peraturan
mempunyai perundang-undangan. Namun
kewenangan untuk dalam hal yang diperiksa
mengatur entitas yang merupakan rahasia negara
diperiksa, pihak yang maka untuk tujuan keamanan
bertanggung jawab atau dilarang disampaikan
untuk melakukan tindak kepada pihak-pihak tertentu
lanjut hasil atas dasar ketentuan
pemeriksaan, dan peraturan perundang-
kepada pihak lain yang undangan yang berlaku,
diberi wewenang untuk pemeriksa dapat membatasi
menerima laporan hasil pendistribusian laporan
pemeriksaan sesuai tersebut
dengan ketentuan
peraturan perundang-
undangan yang berlaku

Perbedaan antara SPKN dan ISA


International Standar on Auditing (ISA) tidak membagi standar auditing dengan
kategori seperti halnya Standar Pemeriksaan Akuntan Publik (SPAP). Pada ISA, tidak ada
Standar Umum, Standar Pekerjaan Lapangan dan Standar Pelaporan. Penyajian standar-
standar yang ada di ISA sudah mencerminkan proses pengerjaan auditing.
Pendekatan pekerjaan audit menurut ISA dibagi kedalam enam tahap yaitu :
(1) persetujuan penugasan;
(2) pengumpulan informasi, pemahaman bisnis dan sistem akuntansi klien; serta
penentuan unit yang akan diaudit;
(3) pengembangan strategi audit;
(4) melaksanakan audit;
(5) membentuk opini; dan
(6) membuat laporan audit.

24
Perbedaan mendasar antara SPKN dan ISA dalam dilihat pada tabel berikut:
Kriteria ISA SPKN
Tujuan untuk menetapkan standar mengelola keuangan Negara
memberikan bimbingan pada secara tertib, ekonomis,
tanggung jawab auditor efisien, transparan dan
dalam membuat laporan audit bertanggung jawab dengan
laporan keuangan memperhatikan rasa keadilan
sehubungan dengan going dan kepatutan, sesuai dengan
concern dalam pembuatan ketentuan peraturan
laporan keuangan, termasuk perundang-undangan yang
pernyatan manajemen dalam berlaku. Menyusun dan
penilaian entitas kemampuan menyelenggarakan
untuk melanjutkan sebagai pengendalian intern yang
going concern. efektif
Tanggung Jawab Auditor Auditor mempertimbangan Pemeriksa bertanggung jawa
kejadian dan kondisi yang untuk membantu manajemen
berkaitan dengan going dan para pengguna laporan
concern yang berkaitan hasil lainnya untuk memhami
dengan asumsi saat tanggung jawab peme- riksa
melakukan prosedur terhadap standar pemeriksa.
penilaian risiko, karena ini
mungkin lebih tepat waktu
disesuaikan dengan
manajemen. Dengan cara
tinjauan manajemen dan
resolusi dari setiap isu-isu
kepedulian akan
indentifikasi.
Badan yang Membuat International Auditing and Badan Standar Pemeriksa
Assurance Standards Board Keuangan Negara (BPK)
(IAASB)

25
C. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Dalam rangka mewujudkan penyelenggaraan pengelolaan keuangan negara yang baik
di Indonesia, pemerintah sudah mengupayakan standar audit yang baik untuk proses
pemeriksaan oleh para auditor. Di mulai dengan landasan UUD 1945 dan peraturan-peraturan
terkait pedoman pengelolaan keuangan negara serta standar pemeriksaannya. Pemerintah
bersama IAI telah melakukan banyak perubahan berupa perbaikan terhadap standar
pemeriksaan keuangan negara.
Indonesia menggunakan Standar Pemeriksaan Akuntan Publik (SPAP) yang diadopsi
dari AICPA Professional Standards. Kemudian IAI memutuskan untuk melakukan adopsi
sepenuhnya Internasional Standar Auditing (ISA) yang menggantikan ISA. Maka ISA dan
SPAP tidaklah jauh berbeda. Sementara itu BPK mengeluarkan Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN).
Pada akhirnyam, Indonesia menganut prinsip dualisme dalam proses pemeriksaan
keuangan negara. Akuntan publik diperbolehkan untuk memeriksa pengelolaan keuangan
negara berdasarkan wewenang dari BPK dengan berpedoman kepada Standar Akuntasi
Keuangan (SAK) dan BPK berpedoman kepada Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Oleh
karena itu, penggunaan SPKN dan SPAP/ISA haruslah berdampingan. Pemeriksaan BPK RI
adalah pemeriksaan plus atau pemeriksaan bernilai tambah atau dengan kata lain SPKN
merupakan SPAP plus, karena selain memeriksa kewajaran laporan keuangan, BPK juga
melakukan pengujian terhadap kepatuhan atas peraturan perundang-undangan.
Pada tahun 2017, standar pemeriksaan BPK RI mengacu kepada Peraturan
Pemerintah No. 1 Tahun 2017 dengan principle based accounting yang memberikan
keleluasaan yang lebih dalam praktek akuntansi dibandingkan dengan rule based yang
digunakan sebelumnya. Semoga standar yang baru ini dapat digunakan dengan semestinya
untuk pemeriksaan keuangan di tahun 2018.

2. Saran (Pertanyaan dan Jawaban)


1) Pertanyaan : Rizky Aulia
Standar pemeriksaan keuangan negara yang sebelumnya mengacu kepada Peraturan
BPK No. 1 Tahun 2017 dengan rule based standart, sekarang berubah menjadi
principle based standart berdasarkan Peraturan BPK No. 1 Tahun 2017. Apakah
perbedaan kedua standar tersebut? Apa contohnya?

26
Jawaban : Ramayani Eka Putri (ditambahkan Fajri Ardiansyah)
Rule based standart merupakan standar pada PSAK yang dianut dari GAAP. Rule
based standar menjabarkan secara detail mengenai aturan-aturan spesifik dan
mekanisme dalam praktek akuntansi yang harus diikuti, sehingga ketidakpastian dapat
diminimalisir. Namun standar seiring perkembangan zaman, standar ini dianggap
tidak lagi sesuai. Adanya aturan-aturan yang sangat mengikat bisa saja
mengakibatkan penyimpangan oleh manager seperti manipulasi laporan keuangan
agar terlihat wajar. Saat ini Indonesia sudah mengacu kepada International Financial
Reporting Standards (IFRS) dengan principle based standards. Dengan standar ini
akuntan dituntut lebih menggunakan professional judmentnya, melihat suatu
kejadian/transaksi berdasarkan substansinya. Standar ini lebih fleksibel namun harus
tetap memenuhi unsur-unsur transparansi, akuntabilitas dan keterbandingan laporan
keuangan antar entitas global.
Contoh : Akuntansi Sewa
Rule based : sewa pembiayaan dikategorikan dari masa manfaat, tidak dicatat pada
akun aktivanya.
Principle based : dengan menggunakan professional judgement dari auditornya,
sehingga dapat diuji dengan professional yang lain, dapat diperdepatkan dan dapat
dipertanggungjawabkan.

2) Pertanyaan : Randi Maipan


Standar audit tunggal untuk seluruh dunia apakah mungkin diterapkan untuk negara
yang berbeda-beda ?

Jawaban : Ridha Oktavia


Standar bertujuan meningkatkan kualitas laporan keuangan. Standar yang sama
memungkinkan bisa memperbandingkan, dengan mutu kualitas yang sama dan dapat
dipahami yang sama.
Namun standar yang sama ditujukan untuk jenis organisasi yang sama, seperti
organisasi private dan orgnisasi governance/publik, dikarenakan tujuan dan sifatnya
yang berbeda. Yang berkepentungan dengan laporan keuangan publik adalah
pemerintah negarabersangkutan.

27
3) Pertanyaan : Fajri Ardiansyah
Pemerintah menggunakan Standar SPKN. Perusahaan private menggunakan ISA yang
menggunakanprinsip audit based risk. Apakah tidak bisa audit based risk diadopsi
oleh organisasi pemerintah?

Jawaban : Irfani Lil Islami


Audit berbasis resiko sudah di atur di SPKN dalam kriteria deteksi ketidakpatuhan :
a. Penyimpangan atas peraturan perundang-undangan yang berlaku
b. Auditor yang bertugas menggunakan NPA, Karkis dlam pelaksnaan auditnya
sudah menerapkan ausit berbasis resiko.
Pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan dalam pelaksanaan audit. Resiko
bisnis klien, seperti : Keepala daerah yang memiliki kepercayaan lebih/tidak dari
masyaraka. Jika tinggi, maka audit dilakukan lebih dalam, seperti memperluas
sampelnya.

28
BAB II
PEMBAHASAN ARTIKEL

Artikel 1 : ANALISIS PERBANDINGAN SPAP, IAS DAN SPKN

Abstrak
Dalam mewujudkan Good Goveronance akan dilakukan analisis perbandingan
mengenai standar pemeriksaan nasional yaitu SPAP, ISA, dan SPKN untuk menemukan
standar yang lebih tepat dan lebih lengkap untuk pemeriksaan sektor publik. Persamaan
SPKN dan ISS adalah tanggungjawab manajemen dan tanggungjawab auditor sedangkan
perbedaannya adalah badan yang menerbit- kannya. Perbedaan yang mendasar terletak pada
karakter pemeriksaan BPK. Karakter tersebut adalah keharusan pemeriksa BPK untuk
merancang prosedur pemeriksaan terhadap kepatuhan yang terkait dengan pemeriksaan yang
dilakukan dan waspada atas penyimpangan lainnya.

Pendahuluan
Dalam rangka mewujudkan Good Governance pada sektor privat telah terdapat
pedoman pengelolaan keuangan yaitu Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan pedoman
auditnya adalah Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP). Sedangkan terkait dengan
pengelolaan keuangan daerah pada sektor publik , telah diterbitkan PP No 24/2005 mengenai
Standar Akuntansi Pemer- intahan yang mengatur penyajian laporan keuangan (dengan
segala plus minusnya). Namun sampai saat ini belum ada standar audit yang ditetapkan.
Ketiadaan standar audit ini menimbul- kan gap antara auditor (BPK) dengan auditee (pemda).
Gap dimaksud berupa persepsi auditee bahwa auditor melakukan audit dengan hak prerogatif
berupa UUD 1945 dan UU 15/2004.
Untuk mencapai titik idealisme lahirnya PP 24/2005, kekeliruan persepsi tersebut
perlu segera dikoreksi dengan menerbitkan standar audit. Adanya standar audit akan
menetralisir pandangan bahwa audit atas laporan keuangan merupakan kebutuhan dan
bukan keharusan. Standar audit mendesak untuk segera direalisasikan, mengingat bahwa
jasa audit berhubun- gan dengan tanggungjawab sosial dan etika (Mautz & Sharaf,1993).
Dalam konteks pengelolaan keuangan daerah, persoalannya bukan hanya persoalan
pengolahan keuangan, tetapi juga persoalan lain seperti persoalan politik (Halim, 2007).
Pertimbangan lain adalah sebagaimana catatan Jones & Bates (1990): Perbedaan paling

29
mencolok antara audit sektor swasta dan sektor publik adalah pengaruh politis dan
kemungkinan terjadinya konfl ik antara kebijakan politis dan logika ekonomi.
Untuk merespon kebutuhan profesi akuntan publik seiring pertumbuhan ekonomi dan
bisnis di Indonesia serta perubahan-perubahan radikal yang terjadi di lingkungan bisnis,
dalam kurun waktu 1994-1997, Dewan SPAP telah menerbitkan berbagai standar.
Selanjutnya, dalam kurun waktu 1997-2000 Dewan SPAP juga menerbitkan berbagai
interprestasi standar untuk me- respon kebutuhan profesi akuntan publik dalam menghadapi
krisis ekonmi dan bisnis yang saat itu dialami oleh Indonesia.
Dari pengalaman sebelumnya dan antisipasi tren perubahan pasca krisis Indonesia
serta memperhatikan perubahan pesat yang terjadi di AICPA Professional Standards sebagai
sumber acuan SPAP, Dewan SPAP selama tahun 1999 melakukan perombakan besar atas
SPAP per 1 Agustus 1994 dan menerbitkannya dalam buku yang diberi judul Standar
Professional Akuntan Publik per 1 Januari 2001.
SPAP per 1 Januari 2001 tersebut merupakan modivikasi SPAP terakhir yang masih
berlaku sampai dengan saat ini, dengan sedikit penambahan berupa interpretasi-interpretasi
yang diterbitkan dari tahun 2001 sampai dengan 2008. Penambahan terakhir dilakukan pada
bulan Pebruari 2008 dengan penerbitan Pernyataan Beragam ( Omnimbus Statement ).
Pada tahun 2004, melalui Konvensi Nasional Akuntan Indonesia telah diputuskan
bahwa Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) akan melakukan adopsi sepenuhnya ( full adoption)
International Auditing and Assurance Standards (ISA) yang diterbitkan oleh International
Federation of Accountants (IFAC). Dengan dilakukannya adopsi ISA, maka ISA akan
menggantikan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang sekarang yang sebagian
besar isinya diadopsi dari AICPA Professional Standards tahun 1998.
Dalam rangka mewujudkan Good Governance pada sektor publik telah diterbitkan
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) yang mengatur penyajian laporan keuangan (dengan
segala plus minusnya). Dalam hal pemeriksaan pengelolaan keuangan, sektor publik berhak
diaudit oleh auditor independen dari Kantor Akuntan Publik yang berpedoman pada Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP) dan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang
berpedoman pada . Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN). Oleh karena itu penulis
tertarik untuk melaku- kan analisis perbandingan mengenai standar pemeriksaan nasional
yaitu SPAP dan SPKN serta standar pemeriksaan internasional yaitu ISA untuk menemukan
standar yang lebih tepat dan lebih lengkap untuk pemeriksaan sektor publik. Hal ini
dilakukan dengan cara melakukan analisa perbandingan baik persamaan ataupun perbedaan

30
dari ketiga standar audit tersebut sehingga dapat kita peroleh informasi mengenai berbagai
kelebihan dan kekurangan dari ketiga standar tersebut.

Pembahasan
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) merupakan pedoman bagi pekerja auditor
di Indonesia sebagai hasil pengembangan berkelanjutan yang telah dimulai sejak tahun 1973.
Pada tahap awal perkembangannya, standar ini disusun oleh suatu komite dalam organisasi
Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang diberi nama Komite Norma Pemeriksaan Akuntan.
Standar yang dihasilkan oleh komite tersebut diberi nama Norma Pemeriksaan Akuntan.
Sebagaimana tercermin dari nama yang diberikan, standar yang dikembangkan pada saat itu
lebih berfokus ke jasa audit atas laporan keuangan historis.
Perubahan pesat yang terjadi di lingkungan bisnis di awal dekade tahun sembilan
puluhan kemudian menuntut profesi akuntan publik untuk meningkatkan mutu jasa audit atas
laporan keuangan historis, jasa atestasi, dan jasa akuntansi dan review. Di samping itu,
tuntutan kebutuhan untuk menjadikan organisasi profesi akuntan publik lebih mandiri dalam
mengelola mutu jasa yang dihasilkan bagi masyarakat terus meningkat. Respon profesi
akuntan publik terhadap berbagai tuntutan tersebut diwujudkan dalam dua keputusan penting
yang dibuat oleh IAI pada pertengahan tahun 1994: (1) perubahan nama dari Komite Norma
Pemeriksaan Akuntan ke De- wan Standar Profesional Akuntan Publik dan (2) perubahan
nama standar yang dihasilkan dari Norma Pemeriksaan Akuntan ke Standar Profesional
Akuntan Publik. Penerbitan SPAP per 1 Agustus 1994 seiring dengan perubahan nama
standar dari Norma Pemeriksaan Akuntan Publik sumber acuan utamanya adalah dari
American Institute of Certifi ed Public Accountant Professional Standards ( AICPA
Professional Standards).
SPAP merupakan kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis dan aturan etika.
Pernya- taan standar teknis yang dikodifi kasi dalam buku SPAP ini terdiri dari: Pernyataan
standar audi- ting, pernyataan standar atestasi, pernyataan jasa akuntansi dan review,
pernyataan jasa konsul- tasi, pernyataan standar pengendalian mutu, sedangkan aturan etika
yang dicantumkan dalam SPAP adalah Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang
dinyatakan berlaku oleh Kom- partemen Akuntan Publik sejak bulan Mei 2000.
Standar auditing merupakan panduan audit atas laporan keuangan historis. Standar
audit- ing terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing
(PSA). Den- gan demikian, PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar
yang tercantum dalam standar auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan panduan utama

31
yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit. Termasuk dalam
PSA adalah Interpre- tasi Pernyataan Standar Auditing (IPSA), yang merupakan interpretasi
resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh
Dewan dalam PSA.
Standar atestasi memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik
yang mencakup tingkat keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas laporan
keuangan historis, pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, serta tipe perikatan atestasi
lain yang memberikan keyakinan yang lebih rendah ( review, pemeriksaan, dan prosedur
yang disepakati). Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan
Standar Atestasi (PSAT). PSAT merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar
yang terdapat dalam standasr atestasi. Termasuk dalam PSAT adalah Interpretasi Pernyataan
Standar Atestasi (IP- SAT), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan
terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSAT.
Standar jasa akuntansi dan review memberikan rerangka untuk fungsi nonatestasi bagi
jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Standar jasa akuntansi dan re-
view dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR).
Termasuk di dalam Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review adalah Interpretasi
Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR), yang merupakan interpretasi resmi
yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan
dalam PSAR.
Standar jasa konsultasi memberikan panduan bagi praktisi yang menyediakan jasa
konsultasi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Jasa konsultansi pada hakikatnya
berbeda dari jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi,
para praktisi menyajikan suatu kesimpulan mengenai kendala suatu asersi tertulis yang
menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi ( asserter ). Dalam jasa konsultansi,
para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan
jasa konsultansi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dengan kliennya. Umumnya,
pekerjaan jasa konsultasi dilaksanakan untuk kepentingan klien.
Standar pengendalian mutu memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di
dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan
mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik
dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik, Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam perikatan
jasa profesional, kantor akuntan publik bertanggungjawab untuk mematuhi berbagai standar
relevan yang telah diterbitkan oleh Dewan dan Kompartemen Akuntan Publik. Dalam

32
pemenuhan tanggungjawab tersebut, kantor akuntan publik wajib mempertimbangkan
intergritas stafnya dalam menentukan hubungan profesionalnya; bahwa kantor akuntan publik
dan para stafnya akan independen terhadap kliennya sebagaimana diatur oleh Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik dan bahwa staf kantor akuntan publik kompeten, profesional,
dan objektif serta akan menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama
( due professional care ). Oleh karena itu, kantor akuntan publik harus memiliki sistem
pengendalian mutu untuk memberikan keyakinan memadai tentang kesesuaian perikatan
profesionalnya dengan berbagai standar dan aturan re- levan yang berlaku.
International Auditing and Assurance Standards Board (IAASB) adalah badan yang
dibentuk oleh International of Accountants (IFAC) sebagai badan pembuat standar auditing
dan assurance.
Standar yang diterbitkan oleh IAASB terbagi dalam tiga kategori. Pertama, standar
audit dan review informasi keuangan historis. Standar ini terjadi dari dua standar yaitu:
International Standard on Auditings (ISAs), dan International Standard on Review
Engagement (ISREs). Selanjutnya, untuk membantu penerapan standar auditing, IAASB
mengeluarkan International Auditing Practice Statement (IAPSs). IAPS ini merupakan
pedoman interpretasi dan bantuan praktis di dalam menerapkan standar auditing. Untuk
penerapan standar review, IAASB juga telah mengeluarkan pedoman interpretasi dan batuan
praktisnya. Pedoman ini diberi nama Internatioal Review Engagement Practice Statement
(IREPSs).
Kategori kedua, standar untuk penugasan assurance selain audit atau review laporan
keuangan historis. Untuk kategori kedua ini, IAASB mengeluarkan International Standard
Assurance Engagement (ISAEs). Dan untuk penerapan lebih praktisnya, IAASB telah
menerbitkan International Assurance Engagement Practice Statements (IAEPS). IAEPS ini
merupakan pedoman interpretasi dan bantuan praktis didalam menerapkan standard
assurance.
Kategori ketiga adalah standar untuk jasa lainnya. Untuk kategori ketiga ini, IAASB
me- nerbitkan International Standard on Related Service (ISRSs). Standard ini harus
diterapkan pada penugasan kompilasi, pengolahan informasi, dan jasa penugasan lain. Untuk
penerapannya, IAASB juga telah mengeluarkan pedoman interpretasi dan bantuan praktis
yang diberi nama International Related Service Practice Statements (IRSPSs).
Selain mengeluarkan standar untuk pekerjaan auditor, IAASB juga mengeluarkan
standar untuk memberikan mutu pelayanan yang baik. Standar ini dinamakan International
Standard on Quality Controls (ISQCSs).

33
International Standard on Auditings (ISA) tidak membagi standar auditing dengan
kategori seperti halnya SPAP. Pada ISA, tidak ada Standar Umum, Standar Pekerjaan
Lapangan dan Standar Pelaporan. Penyajian standar-standar yang ada di ISA sudah
mencerminkan proses penger- jaan auditing.
ISA berisi prinsip-prinsip dasar dan prosedur-prosedur esensial bersama dengan
panduan yang berhubungan dalam bentuk penjelasan dan materi yang lain. Prinsip-prinsip
dasar dan prosedur-prosedur esensial diinterpretasikan di dalam konteks penjelasan dan
materi lain yang menyediakan panduan di dalam aplikasinya.
Pendekatan pekerjaan audit menurut ISA dibagi kedalam enam tahap, dan dari
keenam tahap tersebut tidak jauh berbeda dengan pengaturan dalam SPAP yang menjadi
pedoman audit bagi Kantor Akuntan Publik (KAP) di Indonesia. Adapun keenam tahap
tersebut yaitu: (1) persetujuan penugasan; (2) pengumpulan informasi, pemahaman bisnis dan
sistem akuntansi klien; serta penentuan unit yang akan diaudit;(3) pengembangan strategi
audit; (4) melaksanakan audit; (5) membentuk opini; dan (6) membuat laporan audit.
Kandungan ISA : ISA 100 merupakan Kata pengantar bagi ISAs dan RSs, ISA 110
berisi daft ar istilah dan ISA 120 tentang kerangka kerja ISAs, tanggungjawab: ISA 200
berisi tujuan; ISA 210 istilah-istilah audit; ISA220 berisi quality control untuk kerja audit;
ISA 230 dokumentasi; ISA 240 berisi tentang fraud and error; ISA 250 mengenai
pertimbangan akan hukum dan peraturan di dalam audit laporan keuangan, perencanaan: ISA
300 berisi perencanaan; ISA 310 pengetahuan tentang bisnis; ISA 320 mengenai materialitas
audit, pengendalian internal: ISA 400 berisi penilaian risiko dan pengendalian internal; ISA
401 auditing di dalam system informasi computer lingkungan; ISA 402 pertimbangan audit
berkaitan dengan entitas menggunakan or- ganisasi jasa, bukti audit: ISA 500 berisi tentang
bukti audit; ISA 501 bukti audit- pertimbangan tambahan untuk materi-materi spesifik; ISA
510 initial engagement-opening balances; ISA 520 prosedur analitik; ISA 530 sampel audit
dan prosedur pengujuan selektif lainnya; ISA 540 audit dalam estimasi akuntansi; ISA 550
pihak-pihak yang terlibat; ISA 560 mengenai kegiatan-kegiatan yang berkelanjutan; ISA 570
going concern; ISA 580 tentang representasi manajemen, using work of others : ISA 600
menggunakan pekerjaan auditor lain: ISA 610 mengenai pertimbangan pekerjaan auditing
internal; ISA 620 tentang menggunakan pekerjaan dari tenaga ahli, kesim- pulan audit dan
pelaporan: ISA 700 berisi laporan auditor dalam laporan keuangan: ISA 710 informasi lain di
dalam dokumen-dokumen yang berisi laporan keuangan auditan, area khusus: ISA 800 berisi
tentang laporan audit pada tujuan khusus perikatan audit; ISA 920 berisi perikatan untuk
agrees upon proceduresss regarding fi nancial information; ISA 930 perikatan unuk menyu-

34
sun informasi keuangan, pernyataan internasional mengenai praktik audit : ISA 1000 berisi
ten- tang prosedur konfi rmasi antar-bank; ISA 1001 CIS environment-database systems; ISA
1003 CIS environment-database system; ISA 1004 tentang hubungan antara supervisor bank
dan auditor eksternal; ISA 1006 tentang audit pada bank komersial internasional; ISA 1007
tentang komuni- kasi dengan manajemen; ISA 1008 berisi penilaian risiko dan pengendalian
internal-karakteristik CIS dan pertimbangan-pertimbangan; ISA 1009 tentang teknik audit
berburu computer; ISA 1010 berisi tentang pertimbangan pada masalah lingkungan di dalam
audit laporan keuangan.
Sesuai dengan amanat Pasal 23 ayat (1) E UUD 1945 yang menyatakan untuk
memerik- sa pengelolaan dan tanggung jawab tentang Keuangan Negara diadakan satu Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) yang bebas dan mandiri, maka kedudukan Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK) sebagai lembaga Negara Pemeriksa Keuangan Negara perlu dimantapkan
dengan memperkuat peran dan kinerjanya.
Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) tentang Standar Pemeriksaan Keuangan
Negara (SPKN) ini merupakan pelaksanaan dari Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 15
Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara Jo.
Pasal 9 E Jo. Pasal 31 ayat (2) Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2006 tentang Badan
Pemeriksa Keuangan yang menyatakan dalam melaksanakan tugasnya Badan Pemeriksa
Keuangan berwenang/berkewajiban menetapkan Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN) setelah berkonsultasi dengan Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah yang wajib
digunakan dalam pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara. Dalam
rangka melaksanakan amanat Undang-Undang tersebut, Badan Pemeriksa Keuangan telah
menyampaikan surat Nomor 137/S/I-XIV/12/2006 tanggal 8 Desember 2006 perihal Konsep
Standar Pemeriksaan Keuangan Negara kepada Pres- iden dan telah ditanggapi oleh Menteri
Keuangan dengan surat Nomor 553/MK.01/2006 tanggal 22 Desember 2006 perihal
Tanggapan atas Konsep Standar Pemeriksaan Keuangan Negara.
Agar Badan Pemeriksa Keuangan dapat melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan
dan tanggung jawab Keuangan Negara secara efektif sesuai peraturan perundang-undangan
yang mutakhir, maka Peraturan Badan Pemeriksa Keuangan tentang SPKN ini mengatur hal-
hal pokok yang memberi landansan operasional sebagai pengganti Standar Audit
Pemerintahan (SAP) yang selama ini berlaku. SPKN memuat persyaratan profesional
pemeriksa, mutu pelaksanaan pemeriksaan dan persyaratan laporan pemeriksaan yang
profesional bagi para Pemeriksa dan organisasi Pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan
atas pengelolaan dan tanggung jawab Keuangan Negara.

35
International Standar on Auditing (ISA) tidak membagi standar auditing dengan
kategori seperti halnya SPAP. Pada ISA, tidak ada Standar Umum, Standar Pekerjaan
Lapangan dan Standar Pelaporan. Penyajian standar-standar yang ada di ISA sudah
mencerminkan proses pengerjaan auditing.
Pendekatan pekerjaan audit di ISA dibagi dalam enam tahap. Tahap pertama dimulai
dengan persetujuan penugasan ( agreement of engagement ). Kemudian, tahap kedua
melakukan pengumpulan informasi, pemahaman bisnis dan sistim akuntansi klien, serta
penentuan unit yang akan diaudit. Tahap ketiga adalah pengembangan strategi audit. Hal ini
dilakukan dengan memperhatikan access inherent list.
Tahap selanjutnya adalah execute the audit , yaitu mulai melaksanakan audit. Pada
saat mel- aksanakan audit maka akan dilaksanakan test of control, substantive and analystical
procedure dan other substantive procedure . Tahap kelima, mulai membentuk opini. tahap
terakhir adalah mem- buat laporan audit.
Dalam hal perbandingan antara SPAP dengan ISA, kecenderungannya memiliki
banyak persamaan dan hampir tidak ada perbedaan karena SPAP mengadopsi dari ISA.
Adapun persamaan ISA dengan SPKN, adalah sebagai berikut terkait dengan tanggung jawab
manajemen . ISA: tujuan dari ISA adalah untuk menetapkan standar memberikan bimbingan
pada tanggung jawab auditor dalam membuat laporan audit laporan keuangan sehubungan
dengan going concern dalam pembuatan laporan keuangan, termasuk pernyatan manajemen
dalam penilaian entitas kemampuan untuk melanjutkan sebagai going concern . ISA disusun
secara benar berdasarkan undang-undang yang berlaku, untuk memberikan pandangan hukum
yang adil dan benar. Pemerintah bertugas sebagai pengawas, control dan arah dari suatu
entitas, sehingga entitasnya tercapai. Sehingga untuk menghasilkan kualitas pelaporan
keuangan kepada pihak yang berke- pentingan.
SKPN: tujuan SKPN adalah mengelola keuangan Negara secara tertib, ekonomis, efi
sien, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Menyusun dan
menyeleng- garakan pengendalian intern yang efektif guna menjamin: 1) pencapaian tujuan
sebagaimana semestinya, 2) kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan, 3)
keselamatan/keamanan kekayaan yang dikelola, 4) perolehan dan pemeliharaan
data/infomrasi yang handal dan pengukuran data/informasi secara wajar.BPK bertugas untuk
menyusun dan menyampaikan laporan pengelolaan dan tanggng jawab keuangan Negara
secara cepat waktu.

36
Tanggung Jawab Auditor menurut ISA: Auditor mempertimbangan kejadian dan
kondisi yang berkaitan dengan going concern yang berkaitan dengan asumsi saat melakukan
prosedur penilaian risiko, karena ini mungkin lebih tepat waktu disesuaikan dengan
manajemen. Dengan cara tinjauan manajemen dan resolusi dari setiap isu-isu kepedulian akan
indentifi kasi.
Tanggung Jawab Auditor menurut SKPN: Pemeriksa bertanggung jawa untuk
membantu manajemen dan para pengguna laporan hasil lainnya untuk memhami tanggung
jawab peme- riksa terhadap standar pemerikta.
Berdasarkan Badan yang Membuatnya Perbedaan ISA dengan SPKN, Standar Peme-
riksaan Keuangan Negara (SPKN) dikeluarkan oleh Badan Standar Pemeriksa Keuangan
Negara (BPK), sedangkan International Auditing and Assurance Standards Board (IAASB)
merupakan badan yang dibentuk oleh Internasional Federations (IFAC) sebagai badan
pembuat standar auditing dan assurance .
Persamaan SPAP dengan SPKN, Keduanya mengenai standar umum, standar
pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Sama-sama mengenal audit berdasarkan prosedur
yang disepa- kati ( egreet upon procedure ). Kedua standar ini mengenal tanggung jawab
auditor dan tanggung jawabnya dibatai oleh pernyataan memperoleh keyakinan yang
memadai apakah laporan keu- angan bebas dari salah saji material, baik disebabkan
kekeliruan maupun kecurangan.
Pernyataan Standar Pelaksanaan Pemeriksaan audit keuangan meliputi tiga pernyataan
standar yang ada di SPAP dan menetapkan lima tambahan. Audit dengan tujuan tertentu, per-
nyataan standar pemeriksaan untuk audit dengan tujuan tertentu SPKN memberlakukan dua
pernyataan standar pekerjaan lapangan perikatan/penugasan atestasi SPAP-IAI dan
menetapkan lima standar pelaksanaan tambahan.
Perencanaan: Audit keuangan, pernyataan standar pekerjaan lapangan pertama SPAP-
IAI. Audit dengan tujuan tetentu , pernyataan standar pekerjaan lapangan SPAP-IAI
Pengendalian internal: Audit keuangan, menggunakan pernyataan standar pekerjaan lapangan
kedua SPAP-IAI.
Standar pelaporan: Isi laporan Audit keuangan, s elain meliputi Standar pelaporan
SPAP- IAI laporan memuat: Pernyataan kepatuhan terhadap standar pemeriksaan, pelaporan
tentang kepatuhan terhadap peraturan perundangan , pelaporan tentang pengendalian internal,
pelapo- ran tanggapan dari pejabat yang bertanggung jawab, pelaporan informasi rahasia. Isi
laporan audit kinerja, selain meliputi standar pelaporan SPAP-IAI, laporan memuat:
Pernyataan bahwa pemeriksaan dilakukan sesuai dengan standar pemeriksaan, tujuan,

37
lingkup, dan metodoogi pemeriksaan, hasil pemeriksaan berupa temuan, simpulan dan
rekomendasi, tanggapan pejabat yang bertanggung jawab. Isi laporan audit untuk tujuan
tetentu, Diluar standar pelaporan SPAP- IAI, laporan mamuat: Pernyataan Kepatuhan
Terhadap Standar Pemeriksaan, pelaporan tentang kelemahan pengendalian internal,
kecurangan, penyimpangan, serta ketidak patutan, pelaporan tanggapan dari pejabat yang
bertanggung jawab, pelaporan informasi rahasia.
Perbedaan dari SPAP dan SPKN mengenai tanggung jawab pemeriksa keuangan
menurut SPKN adalah menjunjung tinggi kepentingan publik. Sedangkan pada SPAP hanya
pada ke- cukupan bukti untuk pernyataan opini, dan tanggung jawab profesi.Intern (SPI)
BUMN/BUMD, sebagai acuan dalam menyusun standar SPKN berlaku untuk: BPK-RI,
Akuntan publik atau pihak lainnya yang melakukan pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara, untuk dan atas nama BPK-RI, dan Aparat Pengawas
Internal Pemerintah (APIP) termasuk Satuan Pengawasan pemeriksaan sesuai dengan
kedudukan, tugas pokok, dan fungsi masing-masing. Pihak-pihak lain yang ingin
menggunakan SPKN. Adalah SPAP berlaku untuk Akuntan Publik, pada intinya SPKN
hanya mengatur hal-hal yang belum diatur SPAP, SPKN lebih luas, SPKN lebih kompleks
daripada SPAP (Standar Akuntansi Pemerintah), kareja juga mencakup Standar Tambahan
dikurangi dengan pengecualian. Artinya, SPKN = SPAP + Standar Tambahan
Pengecualian.
Lahirnya SPKN melengkapi standarisasi pelaksanaan tugas profesi yang ada. Selama
ini, sektor swasta telah lebih maju bila dibandingkan dengan sektor publik. Dalam
pengelolaan keuangan sektor privat telah dikenal Standa Akuntansi Keuangan (SAK) dan di
bidang pemerik- saannya telah dikenal Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) yang
keduanya telah diterbit- kan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai organisasi yang ada
dan diakui sampai saat ini.
Pada sektor publik khususnya pemerintahan, untuk pengelolaan keuangannya telah
diterbitkan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah (PP) No 24 Tahun 2005. Ditetapkannya Standar Pemeriksaan Keuangan Negara
(SPKN) dengan Peraturan BPK NO 01 Tahun 2007 melengkapi standar yang telah ada
tersebut. Dalam hal ini dapat kita lihat bahwa sektor publik dalam pengelolaan keuangannya
menggunakan dualisme standar yaitu SAP dan SAK. Untuk pengelolaan sektor publik terkait
dengan kekayaan negara yang tidak dipisahkan menggunakan SAP, sedangkan kekayaan
negara yang dipisahkan yaitu yang dikelola BUMN/BUMD/pihak lain menggunakan SAK.

38
Namun dalam hal ini SPKN tetap digunakan untuk semua komponen keuangan negara baik
pemeriksaan atas pengelolaan ke- kayaan oleh pemerintah maupun BUMN/BUMD.
Perbedaan SPKN dengan SPAP adalah terletak pada karakter pemeriksaan BPK.
Karakter tersebut adalah keharusan pemeriksa BPK untuk merancang prosedur pemeriksaan
terhadap kepatuhan yang terkait dengan pemeriksaan yang dilakukan dan waspada atas
penyimpangan lainnya. Pengujian terhadap kepatuhan atas peraturan perundang-undangan
merupakan nilai tambah pemeriksaan yang dilakukan BPK RI selama ini. Hal inilah yang
membedakan pemeriksaan BPK dengan pemeriksaan KAP. Oleh karenanya, tidak salah
kalau kita sebut pemeriksaan BPK RI adalah pemeriksaan plus atau pemeriksaan bernilai
tambah atau dengan kata lain SPKN merupakan SPAP plus. Namum pemeriksaan atas
kepatuhan tersebut harus dipertimbangkan juga bahwa pemeriksaan atas kepatuhan
merupakan bagian dari pemeriksaan utamanya, yaitu pemeriksaan atas Laporan Keuangan.
Jadi dapat disimpulkan, pengujian atas kepatuhan tersebut merupakan tambahan bukan
utama. Sehingga seharusnya tidak mereduksi atau bahkan mengeliminasi makna output dari
pemeriksaan laporan keuangan yang hanya berupa opini. Terlalu riskan jika auditor
diharuskan untuk menjadikan hasil pengujian atas kepatuhan terhadap ketentuan, peraturan,
dan perundang-undangan sebagai satu kesatuan dengan opini atas laporan keuangan.
Tidak ada satu auditor pun yang berani untuk menyatakan semua yang dilakukan
auditee patuh atau tidak patuh pada peraturan perundang-undangan kecuali auditor yang
mungkin nekad. Memang image yang terbentuk saat ini, jika pemeriksaan itu pasti
menemukan penyimpangan atas peraturan perundang-undangan mengingat: (1) buruknya SPI
dan atau moral pelaku; (2) jangan menutup mata jika banyak kriteria peraturan perundang-
undangan yang digunakan BPK tidak sejalan dengan apa yang dijadikan dasar oleh auditee .
Namun penulis optimis, pada suatu saat akan ada auditee yang patuh sehingga tidak ada lagi
penyimpangan. Berdasarkan pan- dangan tersebut maka konsepsi SPKN menghendaki
pemeriksa harus merancang prosedur au- dit untuk menemukan ketidakpatuhan dalam
kerangka audit utamanya (artinya seiring dengan sampel yang diambil dalam audit laporan
keuangan-transaksi di luar sampel belum tentu dapat dicover).

Simpulan
Dalam rangka mewujudkan Good Governance terkait dengan pengelolaan keuangan
daerah , telah diterbitkan PP No 24/ 2005 mengenai Standar Akuntansi Pemerintahan yang
menga- tur penyajian laporan keuangan (dengan segala plus minusnya). Namun sampai saat
ini belum ada standar audit yang ditetapkan. Ketiadaan standar audit ini menimbulkan gap

39
antara auditor (BPK) dengan auditee (pemda). Gap dimaksud berupa persepsi auditee bahwa
auditor melakukan audit dengan hak prerogatif berupa UUD 1945 dan UU 15/2004.
Dalam hal ini dapat kita lihat bahwa sektor publik dalam pengelolaan keuangannya
menggunakan dualisme standar yaitu SAP dan SAK. Untuk pengelolaan sektor publik terkait
dengan kekayaan negara yang tidak dipisahkan menggunakan SAP, sedangkan kekayaan
negara yang dipisahkan yaitu yang dikelola BUMN/BUMD/pihak lain menggunakan SAK.
Namun dalam hal ini SPKN tetap digunakan untuk semua komponen keuangan negara baik
pemeriksaan atas pengelolaan kekayaan oleh pemerintah maupun BUMN/BUMD.
Perbedaan SPKN dengan SPAP adalah terletak pada karakter pemeriksaan BPK.
Karakter tersebut adalah keharusan pemeriksa BPK untuk merancang prosedur pemeriksaan
terhadap kepatuhan yang terkait dengan pemeriksaan yang dilakukan dan waspada atas
penyimpangan lainnya. Pengujian terhadap kepatuhan atas peraturan perundang-undangan
merupakan nilai tambah pemeriksaan yang dilakukan BPK RI selama ini. Hal inilah yang
membedakan pemeriksaan BPK dengan pemeriksaan KAP. Oleh karenanya, tidak salah
kalau kita sebut pemeriksaan BPK RI adalah pemeriksaan plus atau pemeriksaan bernilai
tambah atau dengan kata lain SPKN merupakan SPAP plus.

Artikel 2 : International Journal of Disclosure and Governance


40
STANDAR AUDIT TUNGGAL UNTUK SELURUH DUNIA: JALAN YANG
PANJANG.

Abstrak
Artikel ini untuk menyatukan standar audit menjadi satu standar tunggal dan
berkualitas. Kebutuhan tersebut didorong oleh fakta bahwa dunia bisnis dan pasar modal
sudah mengglobal, sedangkan undang-undang, peraturan dan standar yang relevan tetap
bersifat nasional. Artikel ditulis untuk pemangku kepentingan dalam rantai penyedia laporan
keuangan, (penyedia dan penerbit), termasuk anggota komite audit, auditor, investor, dan
perwakilan investor, badan pengawas auditor, para pembuat kebijakan lainnya, serta
organisasi global dan regional seperti Financial Stability Board, Bank Dunia dan berbagai
institusi Eropa lainnya. Dengan harapan untuk mendorong pembuat aturan nasional dan pihak
yang terlibat dalam legislatif dan pembuat standar untuk mengambil tindakan yang layak
dalam memadukan dan memenuhi kepentingan public secara global. Harapan lain untuk
membantu organisasi global dan regional memainkan perannya untuk membatasi
nasionalisasi yang sempit.

Pendahuluan

Pada akhir tahun 1960an audit sangatlah sederhana dikarnakan tidak banyak standar
akuntansi dan standar audit seperti saat ini, transaksi tidak terlalu rumit, derivative, entitas
tujuan khusus dan pihak yang memahami aktivitas leasing masih sangat langka dan bahkan
belum ada, akun konsolidasi belum menjadi persyaratan di banyak negara, serta belum
canggihnya system teknologi informasi yang ada.
Arikel ini bertujuan untuk menjelaskan implikasi praktis dalam cara audit dari dunia
yang terus berubah, dalam cara pengembangan (ISA) Standar Audit Internasional dibangun
dan dijaga, konsekuensi yang timbul dari kenyataan bahwa banyak standar audit nasional dan
peraturan terkait lainnya tidak lagi sesuai sehingga muncullah permohonan untuk
konvergensi global Standar Internasional untuk Audit (ISA) yang diterbitkan oleh dewan
standar internasional IAASB.

GLOBALISASI ATAU SALING KETERGANTUNGAN EKONOMI GLOBAL

United Nations Conference on Trade and Development (UNCTAD) mendefinikan


globalisasi adalah peningkatan arus barang dan sumber daya melintasi batas nasional dan
kemunculan serangkaian struktur organisasi yang saling melengkapi untuk memenuhi
aktivitas dan transaksi intenasional. Adanya saling ketergantungan ekonomi global, dimana
hubungan lintas batas antar pasar dan antara kegiatan produksi dan keuangan sangat kuat
hubungannya sehingga perkembangan ekonomi di suatu negara sangat dipengaruhi oleh
kebijakan dan perkembangan di luar perbatasannya.
Ukuran tradisional dari globalisasi seperti tingkat foreign direct investment (FDI).
Tahun 1970 FDI 13 sampai 14 miliar dolar setahun, selama dekade pertama abad ini tingkat
rata-rata per tahun mencapai sekitar 100 kali lipat jumlahnya.

Ukuran lainnya adalah Transnationality Index dihitung dari rata rata 3 ratio, foreign
assets terhadap total assets, foreign sales terhadap total sales dan foreign employment

41
terhadap total employment. Rata-rata tahun 2008 untuk 100 perusahaan multinasional adalah
62.4 % dan ternyata terus meningkat selama bertahun-tahun.
Pastinya audit perusahaan dimana 80 persen aset, penjualan dan karyawan di luar
negri berbeda dengan perusahaan domestik. Akan ada ketergantungan yang besar pada
pekerjaan auditor lain di luar negeri. Dibutuhkan kepercayaan lebih dari auditor untuk
perusahaan luar negri.
Saat ini auditor tidak memiliki pilihan lain selain memberikan pandangan global
dalam mengeluarkan pendapat terhadap perusahaan transnasional. Kemampuan tim audit agar
memiliki standar yang sama dalam komunikasi, membantu memastikan keseragaman kualitas
dan menghapus sumber keraguan yang berpotensi menyebabkan ketidakpatuhan.
Tapi apakah auditor mendapat dukungan dalam menjalankan tugasnya tersebut?

TEKHNOLOGI INFORMASI

Zaman dulu, perusahaan yang besar memasang mainframe berbasis rumah atau sistem
komputer mini untuk mencatat transaksi dan mengelola bisnisnya. Auditor menguasai
semuanya dengan dibantu oleh seorang specialist pemproses data elektronik. Kemudian
muncul era transfer data elektronik, dengan kekuatan pemrosesan data terpusat namun
inisiasi, pencatatan, pengendalian dan dokumentasi transaksi masih terdesentralisasi. Auditor
masih memiliki akses untuk mengaudit meskipun auditor harus mengandalkan evaluasi orang
lain terhadap sistem IT terpusat.
Dengan dimulainya sistem Enterprise Resource Planning (ERP) dan perubahan
menuju organisasi layanan bersama dan bentuk model bisnis lainnya dari perusahaan
transnasional, garis perbatasan semakin kabur dalam cara perusahaan melakukan bisnis
mereka, bahkan jika mereka masih harus mengatur operasi mereka di dalam badan hukum
nasional.
Contohnya, sebuah perusahaan manufaktur melakukan penjualan di 20 negara Eropa,
dengan menggunakan sistem ERP, pembelian, hutang dan persediaan untuk wilayah tersebut
diproses dan dicatat (dan dokumentasi pendukung disimpan) di Belanda, penjualan dan
piutang di Jerman, aset tetap di Perancis dan treasury di Swiss. Operasi penjualan tersebut
mendapat akses mengenai pembelian dari semua negara melalui pusat IT, tapi mereka tidak
memiliki dokumen pendukung atas transaksi tersebut. Dan tidak mungkin juga perusahaan
menurunkan tim audit di setiap negara karena biayanya sangat mahal.

PENGATURAN STANDAR

Seiring kekuatan globalisasi semakin banyak negara yang membuka pintu bagi
investasi asing mengakibatkan sektor publik maupun swasta semakin menyadari manfaat dari
kerangka pelaporan keuangan yang berterima umum yang di dukung oleh standar audit
internasional.
Keuntungan kerangka keuangan global adalah:
1. Daya banding informasi keuangan yang lebih baik bagi investor
2. Kesediaan yang lebih besar bagi investor untuk menginvest lintas batas
3. Cost of capital yang lebih rendah
4. Alokasi sumber daya yang lebih efisien

42
5. Pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi

Standar audit pertama kali diperkenalkan di Inggris pada awal tahun 1939, tetapi
inggris hanya menggunakan rekomendasi pada tahun 1941, dan pernyataan non binding tahun
1961, pengenalan terhadap standar pada tahun 1980.
Di Eropa, standar audit menunggu adanya syarat audit. Di belanda, belgia, spanyol,
perusahaan public tidak harus di audit hingga tahun 1970, 1988, 1989. Prancis membutuhkan
syarat audit sejak tahun 1966, tetapi standar audit berbeda dengan rekomendasi yang
dikenalkan tahun 1988.
Di jepang, audit dikenalkan tahun 1951, tapi standar audit belum matang hingga tahun
1992.
International Auditing Practices Committee (IAPC) menerbitkan ISA pada tahun
1991 untuk menggantikan pedoman yang lama.
Penerapan ISA mendapat dukungan dari IFAC pada tahun 1994. IAASB
menerbitkan International Standard on Quality Control (ISQC) pada tahun 2004.

Kredibilitas dari Standar


Tahun 2009 International Organization of Stock Exchange Organizations (IOSCO)
mendukung ISA. Tahun 2006 World Federation of Exchanges (WFE) mendukung ISA.
European Federation of Financial Analysts Societies (EFFAS) juga mendukung kredibilitas
dari standar yang dikeluarkan oleh IAASB. Perwakilan IAASB termasuk pengatur audit,
masyarakat yang mengerti dengan kepentingan public, non praktisi, pengamat, komunitas
perbankan, asuransi, komunitas akademik.

Kondisi Terkini Penggunaan ISA

Eropa
Eropa belum mampu untuk mengajak 27 anggotanya menggunakan ISA hingga awal
tahun 2011.

Amerika
American Institute of Certified Public Accountants menggunakan ISA pada tahun
2011. Standar yang dikeluarkan oleh Public Company Accounting Oversight Board
(PCAOB) berbeda dengan ISA dalam hal substansi, seperti dalam hal sedikitnya pedoman
pada kelompok audit.
Kedua standar akan menghasilkan audit yang efektif.

Negara - negara lain


Australia, Brazil, Canada, China, Hong Kong, India, Japan, Mexico and Africa
Selatan, Rusia, Korea Selatan menggunakan ISA

ISA dan Forum Perusahaan


Akhir tahun 1970 jaringan internasional mulai menggunakan metodologi global,
perusahaan di amerika menggunakan ceklist dan program yang disyaratkan standar audit
yang berkualitas, standar etis dan persyaratan yang diminta oleh Negara yang bersangkutan.
Staff audit harus mendapat pelatihan mengenai standard an persyaratan tersebut.

43
Standar internasional, ISA, mulai mendapatkan tingkat kredibilitas yang tinggi.
Krisis keuangan di Asia pada tahun 1997, adalah efek dari tidak jelasnya standar akuntansi
dan standar audit untuk pelaporan keuangan.
Diskusi antara pihak pembuat peraturan, IFAC dan perusahaan - perusahaan besar
mendukung untuk menggunakan ISA dan membentuk forum perusahaan.
Anggota forum perusahaan memiliki kewajiban:
1. Menyesuaikan standar pengendalian kualitas dengan standar internasional
2. Membuat kebijakan dan metodologi audit yang berdasarkan kepada ISA
3. Membuat kebijakan dan metodologi yang sesuai dengan kode etik akuntan
professional yang dikeluarkan oleh IFAC

Hasil dari komitmen adalah 95% dari perusahaan yang terdaftar di dunia akan
mengadopsi ISA. Masalah yang ada sekarang adalah pengguna laporan keuangan yang
didapat dari laporan audit dibingungkan dengan standar yang berbeda beda.
Jadi kenapa tidak nasional dan legislator regional menggunakan standar tunggal
dengan kualitas yang tinggi, standar audit dan pelaporan yang kredibel yang akan
mengarahkan kepada system pelaporan keuangan dengan tingkat kepercayaan yang lebih.

Penggunaan ISA dan Small Medium Enterprise (SME)


IFAC mendukung standar tunggal untuk audit termasuk untuk SME. IFAC
mempromosikan konsep an audit is an audit (sebuah audit adalah sebuah audit),
walaupun pendekatan auditnya berbeda tapi standar auditnya tidak.

Pernyataan EFFAS:
Mendukung penggunaan ISA untuk untuk semua perusahaan termasuk perusahaan
kecil yang membutuhkan audit.
Kemungkinan kerugian potensial adalah kebingungan dari pengguna laporan
keuangan seperti analis keuangan, meningkatnya kompleksitas transnasional audit yang
menggunakan metodologi yang berbeda untuk komponen yang berbeda, meningkatnya biaya
audit dikarnakan dua metodologi, alat dan pelatihan.

Pernyataan APB:
Harus ada kesepakatan antara regulator dan praktisi dalam memenuhi syarat
dokumentasi untuk audit perusahaan kecil.
Pendekatan alternative, jika persyaratan administrtatif memberatkan perusahaan kecil,
maka bisa dihapuskan, diganti dengan review. IAASB memiliki tugas untuk mengupdate
standarnya.

ISA dan Sistem Pengawas Peraturan


Perusahaan dan audit regulator harus meningkatkan kolaborasi. International Forum
of Independent Audit Regulators (IFIAR) mempromosikan harmonisasi pengetahuan dan
pengalaman diantara anggotanya.

University of Duisberg-Essen mendukung membentuk foundation untuk


meningkatkan kerjasama diantara perhimpunan Negara Negara di Eropa yang akan

44
membentuk dasar harmonisasi dari metodologi untuk inspeksi atau review kualitas eksternal
dari audit.

Penutup
Artikel dimaksud untuk menciptakan konvergensi antara ISA dan ISQC dan
mendukung keinginan badan pengawas audit untuk mengimplementasikannya pada tiap
tiap Negara.
Standar etis untuk auditor seharusnya juga menjadi bagian dari ISA, seperti kode etik
akuntan professional yang diterbitkan oleh International Ethics Standards Board for
Accountants (IESBA).
Keributan mengenai perbedaan aturan di satu Negara dengan Negara lain, bahkan
sampai menjadi konflik, menambah dan mengurangi kompleksitas dari transnasional audit,
mungkin terbukti tidak berkelanjutan.
Pendapat University of Duisberg-Essen, harmonisasi bekontribusi mengurangi biaya
dikarnakan mempermudah dunia global untuk memenuhi aturan hukum, mempermudah
memeriksa kepatuhan dan melaksanakan aturan hukum dari audit antarnegara.
Publik berhak mendapat kepercayaan bahwa dimanapun kegiatan bisnis terjadi
standar kualitas yang tinggi sama sama diterapkan.
Secara luas dikenal bahwa investor akan lebih rela untuk menvariasikan investasinya
secara lintas Negara jika mereka mampu untuk percaya pada informasi keuangan yang
dikumpulkan dan diaudit dengan standar yang sama.

45

Anda mungkin juga menyukai