Anda di halaman 1dari 20

Resume Materi Regulasi Profesi Auditor dan Kode Etik Profesional

Kelompok 3:
1. Filiana (S431908005)
2. Gilang Pratama (S431908008)
3. Hilmi Fauzan Kusuma F (S431908009)
4. Nadifa Salsabila Nizar (S431908015)

A. REGULASI PROFESI AUDITOR DAN ETIK PROFESIONAL


Tanggung Jawab Profesi
Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus
senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua kegiatan yang
dilakukannya. Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat.
Sejalan dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai
jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu bertanggung jawab untuk bekerja sama
dengan sesama anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan
masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri. Usaha
kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi profesi.

Tanggung Jawab Auditor kepada Publik


Ada 3 karakteristik dan hal-hal yang ditekankan untuk dipertanggungjawabkan oleh
auditor kepada publik, antara lain:
 Auditor harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas, dan obyektif
 Auditor harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya.
 Auditor harus melayani klien dengan profesional dan konsisten dengan tanggung jawab
mereka kepada publik.

Tanggung jawab dasar auditor antara lain


 Perencanaan, pengendalian dan pencatatan , auditor perlu merencanakan,
mengendalikan dan mencatat pekerjaannya.
 Sistem akuntasi, mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan pemrosesan transaksi
serta menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.
 Bukti audit, akan memperoleh bukti audit yang relevan untuk memberikan kesimpulan
yang rasional.
 Pengendalian intern

Tanggung Jawab profesi


 Loyalitas Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap
anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam
semua kegiatan yang dilakukannya.
 Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan
dengan peran tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab kepada semua pemakai
jasa profesional mereka.
 Anggota juga harus selalu bertanggungjawab untuk bekerja sama dengan sesama
anggota untuk mengembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan
masyarakat dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri.
 Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan meningkatkan tradisi
profesi.

Tanggung Jawab Auditor kepada Publik


Profesi akuntan memegang peranan yang penting dimasyarakat, sehingga menimbulkan
ketergantungan dalam hal tanggung-jawab akuntan terhadap kepentingan publik. Dalam kode
etik diungkapkan, akuntan tidak hanya memiliki tanggung jawab terhadap klien yang
membayarnya saja, akan tetapi memiliki tanggung jawab juga terhadap publik. Kepentingan
publik adalah kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani secara keseluruhan. Publik
akan mengharapkan akuntan untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan sebaik-baiknya
serta sesuai dengan kode etik professional AKDA.
Ada 3 karakteristik dan hal-hal yang ditekankan untuk dipertanggungjawabkan oleh
auditor kepada publik, antara lain:
 Auditor harus memposisikan diri untuk independen, berintegritas, dan obyektif
 Auditor harus memiliki keahlian teknik dalam profesinya.
 Auditor harus melayani klien dengan profesional dan konsisten dengan tanggung jawab
mereka kepada publik.

Tanggung Jawab Dasar Auditor


The Auditing Practice Committee, yang merupakan cikal bakal dari Auditing Practices
Board, ditahun 1980, memberikan ringkasan (summary) tanggung jawab auditor:
 Perencanaan, Pengendalian dan Pencatatan
Auditor perlu merencanakan, mengendalikan dan mencatat pekerjannya.
 Sistem Akuntansi
Auditor harus mengetahui dengan pasti sistem pencatatan dan pemrosesan transaksi dan
menilai kecukupannya sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.
 Bukti Audit
Auditor akan memperoleh bukti audit yang relevan dan reliable untuk memberikan
kesimpulan rasional.
 Pengendalian Intern.
Bila auditor berharap untuk menempatkan kepercayaan pada pengendalian internal,
hendaknya memastikan dan mengevaluasi pengendalian itu dan melakukan compliance test.
 Meninjau Ulang Laporan Keuangan yang Relevan.
Auditor melaksanakan tinjau ulang laporan keuangan yang relevan seperlunya, dalam
hubungannya dengan kesimpulan yang diambil berdasarkan bukti audit lain yang didapat, dan
untuk memberi dasar rasional atas pendapat mengenai laporan keuangan.
Auditor dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu:
1. Audit Internal
Hiro Tugiman dalam bukunya yang berjudul “standar Profesional audit internal”
(2005;11) Menyatakan pengertian dari internal audit adalah sebagai berikut: “audit internal
atau pemeriksaan intern adalah suatu fungsi penilaian yang independen dalam suatu
organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan organisasi yang dilaksanakan.”
Fungsi dari audit internal adalah membantu organisasi dalam memelihara pengendalian
intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi, dan efektivitas
pengendalian tersebut serta mendorong peningkatan pengendalian internsecara
berkesinambungan, sehingga target target dari organisasi bisa tercapai. Adapun ruang lingkup
dari audit internal adalah sebagai berikut:
 Menelaah keandalan informasi keuangan dan operasi serta perangkat yang digunakan
untuk mendeteksi, mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan informasi tersebut.
 Mereview berbagai system yang telah ditetapkan untuk memastikan kesesuaiannya
dengan berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, hukum dan peraturan yang dapat
berdampak penting terhadap kegiatan organisasi, serta harus menetukan apakah
organisasi telah mencapai kesesuaian dengan hal-hal tersebut.
 Mereview berbgai cara yang digunakan untuk melindungi aset dan memverifikasi
keberadaan asset-aset tersebut.
 Menilai keekonominsan dan keefisienan penggunaan berbagai sumber daya.

2. Audit Eksternal
Audit eksternal adalah profesi audit yang melakukan audit atas laporan keuagan dari
perusahaan, individu atau organisasi lainya. Eksternal auditor merupakan anggota kantor
akuntan publik yang memberikan jasa pada klien. Sebagai auditor eksternal, auditor tidak
boleh memiliki keterkaitan secara langsung terhadap perusahaan tersebut/harus independen.
Tujuan dari audit eksternal adalah untuk mengetahui apakah laporan keuangan tahunan
perusahaan atau organisasi menyajikan kondisi yang riil tentang keadaan finansial perusahaan
atau organisasi terkait. Meskipun sama sama memeriksa perusahan atau organisasi terdapat
perbedaan antara audit internal dan audit eksternal, berikut poin-poin yang membedakan
eksternal audit dan internal audit;
 Eksternal audit merupakan orang luar perusahaan, sedangkan audit internal orang dari
dalam perusahaan.
 Eksternal auditor adalah pihak yang independen.
 Tujuan pemerikasaan eksternal audit adalah untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen
perusahaan.
 Laporan eksternal auditor berisi opini mengenai kewajaran laporan keuangan.
 Pada eksternal audit pelaksanaan pemeriksaan berpedoman pada standar professional
Akuntan Publik yang ditetapkan Ikatan Akuntansi Indonesia.
 Pemeriksaan eksternal audit dilakukan secara sampling, karena waktu yang terbatas.
3. Audit Sektor Publik
Audit sektor publik adalah pemeriksaan terhadap pemerintah yang dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui pertanggung jawaban (akuntabilitas) atas pengelolaan dana
masyarakat (publicmoney). Berdasarkan UU no. 15 tahun 2004 dan Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN), terdapat tiga jenis audit keuangan Negara, yaitu:
 Audit Keuangan
Adalah audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan keyakinan
yang memadai (reasonable assurance), apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
 Audit Kinerja
Adalah audit yang dilakukan secara objektif dan sistematis terhadap berbagai macam
bukti untuk menilai kinerja entitas yang diaudit dalam hal ekonomi, efisiensi, dan efektivitas,
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja dan entitas yang diaudit dan meningkatkan
akuntabilitas publik.
 Audit dengan tujuan tertentu
Adalah audit khusus, diluar audit keuangan dan audit kinerja yang bertujuan untuk
memberikan kesimpulan atas hal yang diaudit.

B. PERILAKU ETIKA DALAM PROFESI AKUNTANSI


Akuntansi Sebagai Profesi dan Peran Akuntan
Akuntansi memegang peranan penting dalam ekonomi dan sosial, karena dalam setiap
pengambilan keputusan mengenai hal keuangan harus bedasarkan informasi akuntansi. Hal
tersebut menjadikan Akuntan sebagai profesi yang keberadaanya sangat dibutuhkan di dalam
berbagai lingkungan bisnis. Secara garis besar, Akuntan dapat digolongkan menjadi :
1. Akuntan Publik
2. Akuntan Intern
3. Akuntan Pemerintah
4. Akuntan Pendidik

Ekspektasi Publik
Pada umumnya masyarakat memandang profesi akuntan sebagai seorang yang
profesional. Dalam hal ini, masyarakat mempunyai presepsi bahwa seorang akuntan itu telah
mematuhi standar dan tata nilai yang berlaku di profesi akuntan.

Nilai-nilai Etika VS Teknik Akuntansi/Auditing


Nilai-nilai Etika yang terdapat dalam diri seorang Akuntan, dapat dicirikan sebagai berikut:
 Integritas
Merupakan segala perbuatan dan tutur kata pelaku profesi menunjukan sikap yang
transparan, jujur dan konsistensi.
 Kerjasama
Merupakan kemampuan untuk bekerja dalam tim
 Inovasi
Merupakan kemampuan memberi nilai tambah kepada pelanggan dan peroses kerja
dengan metode yang baru.
 Simplisitas
Merupakan kemampuan memberikan pemecahan masalah yang timbul dan
menyederhanakan masalah yang bersifat kompeks.
Sedangkan teknik akuntansi merupakan norma-norma khusus yang ditetapka dari prinsip-
prinsip akuntan yang menjelaskan transaksi dan kejadian keuangan tertentu yang dihadapi
oleh entitas akuntansi tersebut.

Perilaku Etika dalam Pemberian Jasa Akuntan Publik


Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan
dari masyarakat yang dilayaninya. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa akuntan
publik akan menjadi lebih tinggi, jika profesi tersebut menerapkan standar mutu tinggi
terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional yang dilakukan oleh anggota profesinya. Aturan
Etika Kompartemen Akuntan Publik merupakan etika profesional bagi akuntan yang
berpraktik sebagai akuntan publik Indonesia. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik
bersumber dari Prinsip Etika yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam
kongresnya tahun 1973, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk pertama kalinya menetapkan
kode etik bagi profesi akuntan. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian:
1. Prinsip Etika
2. Aturan Etika
3. Interpretasi Aturan Etika

Prinsip Etika
Memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan pemberian
jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi seluruh
anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya
mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan.

Kesimpulan
Peran akuntan dalam pembangunan ekonomi dan sosial perusahaan tidak dapat terlepas
dari prinsip Good Corporate Governance. Hal ini meliputi prinsip kewajaran, akuntabilitas,
tranparasi, dan responsibilitas.

C. KODE ETIK PROFESI AKUNTANSI


Kode etik profesi akuntansi adalah suatu peraturan yang diterapkan bagi para profesi
akuntansi. Kode etik profesi akuntansi ini sangat penting karena untuk mencegah terjadinya
kecurangan (fraud). Lembaga yang menaungi profesi akuntan di Indonesia adalah Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI).

Kode Perilaku Profesional


Garis besar kode etik dan perilaku professional adalah :
 Kontribusi untuk masyarakat dan kesejahteraan manusia
Prinsip mengenai kualitas hidup semua orang menegaskan kewajiban untuk melindungi hak
asasi manusia dan menghormati keragaman semua budaya. Sebuah tujuan utama profesional
komputasi adalah untuk meminimalkan konsekuensi negatif dari sistem komputasi, termasuk
ancaman terhadap kesehatan dan keselamatan.
 Hindari menyakiti orang lain.
“Harm” berarti konsekuensi cedera, seperti hilangnya informasi yang tidak diinginkan,
kehilangan harta benda, kerusakan harta benda, atau dampak lingkungan yang tidak
diinginkan.
 Bersikap jujur dan dapat dipercaya.
Kejujuran merupakan komponen penting dari kepercayaan. Tanpa kepercayaan suatu
organisasi tidak dapat berfungsi secara efektif.
 Bersikap adil dan tidak mendiskriminasi.
Nilai – nilai kesetaraan, toleransi, menghormati orang lain, dan prinsip – prinsip keadilan
yang sama dalam mengatur perintah.

Hak milik yang temasuk hak cipta dan hak paten.


 Pelanggaran hak cipta, hak paten, rahasia dagang dan syarat – syarat perjanjian lisensi
dilarang oleh hukum di setiap keadaan.
 Memberikan kredit yang pantas untuk property intelektual.
 Komputasi profesional diwajibkan untuk melindungi integritas dari kekayaan intelektual.
 Menghormati privasi orang lain.
 Komputasi dan teknologi komunikasi memungkinkan pengumpulan dan pertukaran
informasi pribadi pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah
peradaban.
 Prinsip kejujuran meluas ke masalah kerahasiaan informasi setiap kali salah satu telah
membuat janji eksplisit untuk menghormati kerahasiaan atau, secara implisit, saat
informasi pribadi tidak secara langsung berkaitan dengan pelaksanaan tugas seseorang.

D. PRINSIP – PRINSIP ETIKA IFAC, AICPA DAN IAI


Prinsip-prinsip Etika AICPA
Kode Etik AICPA terdiri atas dua bagian; bagian pertama berisi prinsip-prinsip Etika dan
pada bagian kedua berisi Aturan Etika (rules):
 Tanggung Jawab
Dalam menjalankan tanggung jawab sebagai seorang profesional,anggota harus menjalankan
pertimbangan moral dan profesional secara sensitif.
 Kepentingan Publik
Anggota harus menerima kewajiban mereka untuk bertindak sedemikian rupa demi melayani
kepentingan publik, menghormati kepercayaan publik, dan menunjukan komitmen atas
profesionalisme.
 Integritas
Untuk memelihara dan memperluas keyakinan publik, anggota harus melaksanakan semua
tanggung jawab profesinal dengan ras integritas tertinggi.
 Objektivitas dan Independensi
Seorang anggota harus memelihara objektivitas dan bebas dari konflik kepentingan dalam
menunaikan tanggung jawab profesional.Seorang anggota dalam praktik publik seharusnya
menjaga independensi dalam faktadan penampilan saat memberikan jasa auditing dan atestasi
lainnya
 Kehati-hatian (due care)
Seorang anggota harus selalu mengikuti standar-standar etika dan teknis profesi terdorong
untuk secara terus menerus mengembangkan kompetensi dan kualitas jasa, dan menunaikan
tanggung jawab profesional sampai tingkat tertinggi kemampuan anggota yang bersangkutan
 Ruang Iingkup dan Sifat Jasa
Seorang anggota dalam praktik publik harus mengikuti prinsip-prinsip kode Perilaku
Profesional dalam menetapkan ruang lingkup an sifat jasa yang diberikan.

Prinsip-prinsip Fundamental Etika IFAC


 Integritas
Seorang akuntan profesional harus bertindak tegas dan jujur dalam semua hubungan bisnis
dan profesionalnya.
 Objektivitas
Seorang akuntan profesional seharusnya tidak boleh membiarkan terjadinya bias, konflik
kepentingan, atau dibawah penguruh orang lain sehingga mengesampingkan pertimbangan
bisnis dan profesional.
 Kompetensi profesional dan kehati-hatian
Seorang akuntan professional mempunyai kewajiban untuk memelihara pengetahuan dan
keterampilan profesional secara berkelanjutan pada tingkat yang dipelukan untuk menjamin
seorang klien atau atasan menerima jasa profesional yang kompeten yang didasarkan atas
perkembangan praktik, legislasi, dan teknik terkini. Seorang akuntan profesional harus
bekerja secara tekun serta mengikuti standar-standar profesional harus bekerja secara tekun
serta mengikuti standar-standar professional dan teknik yang berlaku dalam memberikan jasa
profesional.
 Kerahasiaan
Seorang akuntan profesional harus menghormati kerhasiaan informasi yang diperolehnya
sebagai hasil dari hubungan profesional dan bisnis serta tidak boleh mengungkapkan
informasi apa pun kepada pihak ketiga tanpa izin yang benar dan spesifik, kecuali terdapat
kewajiban hukum atau terdapat hak profesional untuk mengungkapkannya.
 Perilaku Profesional
Seorang akuntan profesional harus patuh pada hukum dan perundang-undangan yang relevan
dan harus menghindari tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

Prinsip Etika Profesi Menurut IAI


Prinsip Etika memberikan kerangka dasar bagi aturan etika, yang mengatur pelaksanaan
pemberian jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku
bagi seluruh anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan
hanya mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan. Interpretasi Aturan Etika merupakan
interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah
memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai
panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan
penerapannya.

E. KEWAJIBAN HUKUM
Kewajiban hukum auditor dalam pelaksanaan audit apabila adanya tuntutan ke
pengadilan yang menyangkut laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Kewajiban kepada klien : Kewajiban akuntan publik terhadap klien karena kegagalan
untuk melaksanakan tugas audit sesuai waktu yang disepakati, pelaksanaan audit yang tidak
memadai, gagal menemui kesalahan, dan pelanggaran kerahasiaan oleh akuntan publik.
2. Kewajiban kepada pihak ketiga : Kewajiban akuntan publik kepada pihak ketiga jika
terjadi kerugian pada pihak penggugat karena mengandalkan laporan keuangan yang
menyesatkan.
3. Kewajiban Perdata menurut hukum sekuritas federal :Kewajiban hukum yang diatur
menurut sekuritas federal dengan standar yang ketat.
4. Kewajiban kriminal : Kewajiban hukum yang timbul sebagai akibat kemungkinan
akuntan publik disalahkan karena tindakan kriminal menurut undang-undang.
Sedangkan kewajiban hukum yang mengatur akuntan publik di Indonesia secara
eksplisit memang belum ada, akan tetapi secara implisit hal tersebut sudah ada seperti
tertuang dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Standar Akuntansi Keuangan
(SAK), Peraturan-Peraturan mengenai Pasar Modal atau Bapepam, UU Perpajakan dan lain
sebagainya yang berkenaan dengan kewajiban hukum akuntan (Rachmad Saleh AS dan
Saiful Anuar Syahdan,2003).

F. DELIK HUKUM AKUNTAN PUBLIK


Hukuman yang menanti akuntan publik antara lain sebagai berikut:
1. Sanksi Administratif dari Menteri Keuangan
Pengawasan atas profesi akuntan publik merupakan ranah kewenangan Menteri
Keuangan jika melihat Undang-Undang Akuntan Publik. Pengawasan tersebut salah satunya
bermuara dalam bentuk pemberian sanksi administratif yang diberikan jika terjadi
pelanggaran administratif. Pelanggaran administratif antara lain: pemberian jasa audit atas
informasi keuangan historis klien, telat mengajukan perpanjangan izin, pendirian dan
pengelolaan KAP dan cabang yang tak benar, atau mempekerjakan tenaga asing tak sesuai
aturan. Jenis pelanggaran tersebut masih ditambah dengan melanggar kewajiban akuntan
publik, tidak independen atau punya benturan kepentingan, melanggar larangan akuntan
publik, melanggar aturan penamaan dan kerjasama KAP, atau menolak atau menghalang-
halangi pemeriksaan atas KAP oleh Menteri Keuangan. Sementara bentuk sanksi
administratif yang ada yaitu: rekomendasi untuk melaksanakan kewajiban tertentu,
peringatan tertulis, pembatasan pemberian jasa kepada suatu jenis entitas tertentu,
pembatasan pemberian jasa tertentu, pembekuan izin, pencabutan izin, atau denda. Denda
dapat dikombinasikan dengan sanksi administratif lain dan masuk ke kas Negara pos
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP).
2. Sanksi Administratif dari OJK
Lembaga OJK menjadi salah satu lembaga pengawas di sektor Jasa Keuangan semakin
memperketat pengawasan terhadap akuntan publik yang bergerak di bidang Jasa Keuangan.
Sanksi administratif yang dapat diberikan pada pihak yang melaksanakan Jasa Keuangan
antara lain sebagai berikut: teguran tertulis atau peringatan tertulis, denda, atau pencantuman
orang yang terkena sanksi dalam daftar pihak yang dilarang menjadi pemegang saham
pengendali atau pemilik pihak yang melaksanakan Jasa Keuangan atau anggota direksi,
dewan komisaris, atau pejabat eksekutif pihak yang melaksanakan Jasa Keuangan.
Bentuk pelanggaran yang dapat dilakukan atas pihak yang melaksanakan Jasa
Keuangan adalah melakukan pelanggaran terhadap peraturan OJK itu sendiri, menunjuk KAP
atau akuntan publik tanpa mempertimbangkan usulan Dewan Komisaris, atau usulan Dewan
Komisaris dalam penunjukan KAP atau akuntan publik tidak memperhatikan rekomendasi
Komite Audit. Sementara sanksi administratif yang dapat diberikan kepada akuntan publik
adalah teguran tertulis atau peringatan tertulis, denda, pembekuan pendaftaran, atau
pembatalan pendaftaran. Bentuk pelanggaran yang dapat dilakukan oleh akuntan publik
mulai dari keterlambatan penyerahan laporan, tidak memenuhi persyaratan dari OJK, tidak
memenuhi jumlah SKP PPL OJK dapat memberikan pembekuan pendaftaran untuk jangka
waktu satu tahun. Namun, OJK dengan pertimbangan tertentu dapat langsung memberikan
sanksi pembatalan pendaftaran, tanpa melakukan pembekuan pendaftaran terlebih dahulu
atau masa pembekuan belum satu tahun. Pembekuan pendaftaran atau pembatalan
pendaftaran membuat akuntan publik tak bisa berpraktek di sektor Jasa Keuangan.
3. Sanksi Pidana
Sanksi pidana yang dapat diberikan adalah dalam bentuk pidana penjara atau denda.
Proses pemberian sanksi pidana melibatkan pihak Kepolisian, Kejaksaan, Pengadilan, dan
pihak-pihak lainnya. Sanksi pidana dapat diberikan dalam hal akuntan publik melakukan
manipulasi, membantu melakukan manipulasi, memalsukan data, sengaja menghilangkan
catatan atau kertas kerja, menjadi pihak terasosiasi dalam kejahatan yang disebutkan
sebelumnya, atau memberikan keterangan atau dokumen palsu untuk memperpanjang izin
akuntan publik.

G. UU No. 5 Tahun 2011


Profesi Akuntan Publik merupakan suatu profesi yang jasa utamanya adalah jasa
asurans dan hasil pekerjaannya digunakan secara luas oleh publik sebagai salah satu
pertimbangan penting dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian, profesi Akuntan
Publik memiliki peranan yang besar dalam mendukung perekonomian nasional yang sehat
dan efisien serta meningkatkan transparansi dan mutu informasi dalam bidang keuangan.
Akuntan Publik tersebut mempunyai peran terutama dalam peningkatan kualitas dan
kredibilitas informasi keuangan atau laporan keuangan suatu entitas. Dalam hal ini Akuntan
Publik mengemban kepercayaan masyarakat untuk memberikan opini atas laporan keuangan
suatu entitas. Dengan demikian, tanggung jawab Akuntan Publik terletak pada opini atau
pernyataan pendapatnya atas laporan atau informasi keuangan suatu entitas, sedangkan
penyajian laporan atau informasi keuangan tersebut merupakan tanggung jawab manajemen.
Sebagai salah satu profesi pendukung kegiatan dunia usaha, dalam era globalisasi
perdagangan barang dan jasa, kebutuhan pengguna jasa Akuntan Publik akan semakin
meningkat, terutama kebutuhan atas kualitas informasi keuangan yang digunakan sebagai
salah satu pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Dengan demikian, Akuntan Publik
dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan profesionalisme agar dapat
memenuhi kebutuhan pengguna jasa dan mengemban kepercayaan publik. Meskipun
Akuntan Publik berupaya untuk senantiasa memutakhirkan kompetensi dan meningkatkan
profesionalisme agar dapat memenuhi kebutuhan pengguna jasa, kemungkinan terjadinya
kegagalan dalam pemberian jasa Akuntan Publik akan tetap ada. Untuk melindungi
kepentingan masyarakat dan sekaligus melindungi profesi Akuntan Publik, diperlukan suatu
undang-undang yang mengatur profesi Akuntan Publik.
Sampai saat terbentuknya Undang-Undang ini, di Indonesia belum ada undang-undang
yang khusus mengatur profesi Akuntan Publik. Undang-undang yang ada adalah Undang-
Undang Nomor 34 Tahun 1954 tentang Pemakaian Gelar Akuntan (Accountant) (Lembaran
www.djpp.depkumham.go.id djpp.depkumham.go. id Negara Republik Indonesia Tahun
1954 Nomor 103, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 705). Pengaturan
mengenai profesi Akuntan Publik dalam Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1954 tersebut
sudah tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang ada pada saat ini dan tidak mengatur hal-
hal yang mendasar dalam profesi Akuntan Publik.
Oleh karena itu, disusunlah Undang-Undang tentang Akuntan Publik yang mengatur berbagai
hal mendasar dalam profesi Akuntan Publik, dengan tujuan untuk:
1. Melindungi kepentingan publik;
2. Mendukung perekonomian yang sehat, efisien, dan transparan;
3. Memelihara integritas profesi Akuntan Publik;
4. Meningkatkan kompetensi dan kualitas profesi Akuntan Publik; dan
5. Melindungi kepentingan profesi Akuntan Publik sesuai dengan standar dan kode etik
profesi.

Undang-Undang ini mengatur antara lain:


1. Lingkup jasa Akuntan Publik;
2. Perizinan Akuntan Publik dan KAP;
3. Hak, kewajiban, dan larangan bagi Akuntan Publik dan KAP;
4. Kerja sama antar-Kantor Akuntan Publik (OAI) dan kerja sama antara KAP dan
Kantor Akuntan Publik Asing (KAPA) atau Organisasi Audit Asing (OAA);
5. Asosiasi Profesi Akuntan Publik;
6. Komite Profesi Akuntan Publik;
7. Pembinaan dan pengawasan oleh Menteri;
8. Sanksi administratif; dan
9. Ketentuan pidana.

Undang-Undang ini mengatur hak eksklusif yang dimiliki oleh Akuntan Publik, yaitu
jasa asurans yang hanya dapat dilakukan oleh Akuntan Publik. Dalam rangka perlindungan
dan kepastian hukum bagi profesi Akuntan Publik, juga diatur mengenai kedaluwarsa
tuntutan pidana dan gugatan kepada Akuntan Publik. Di samping mengatur profesi Akuntan
Publik, Undang-Undang ini juga mengatur KAP yang merupakan wadah bagi Akuntan Publik
dalam memberikan jasa profesional. Hal yang mendasar mengenai pengaturan KAP antara
lain mengenai perizinan KAP dan bentuk usaha KAP. Salah satu persyaratan izin usaha KAP
adalah memiliki rancangan sistem pengendalian mutu sehingga dapat menjamin bahwa
perikatan profesional dilaksanakan sesuai dengan SPAP. Sementara itu, pengaturan mengenai
bentuk usaha KAP dimaksudkan agar sesuai dengan karakteristik profesi Akuntan Publik,
yaitu independensi dan www.djpp.depkumham.go.id djpp.depkumham.go. id tanggung jawab
profesional Akuntan Publik terhadap hasil pekerjaannya
H. STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK (SPAP)
PENGERTIAN SPAP
Standar Profesional Akuntan Publik (disingkat SPAP) adalah kodifikasi berbagai
pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagiAkuntan
Publik di Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan
Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI). Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP) adalah merupakan hasil pengembangan berkelanjutan standar profesional akuntan
publik yang dimulai sejak tahun 1973. Pada tahap awal perkembangannya, standar ini
disusun oleh suatu komite dalam organisasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang diberi nama
Komite Norma Pemeriksaan Akuntan.
Standar yang dihasilkan oleh komite tersebut diberi nama Norma Pemeriksaan
Akuntan. Sebagaimana tercermin dari nama yang diberikan, standar yang dikembangkan
pada saat itu lebih berfokus ke jasa audit atas laporan keuangan historis. Perubahan pesat
yang terjadi di lingkungan bisnis di awal dekade tahun sembilan puluhan kemudian menuntut
profesi akuntan publik untuk meningkatkan mutu jasa audit atas laporan keuangan historis,
jasa atestasi, dan jasa akuntansi dan review. Di samping itu, tuntutan kebutuhan untuk
menjadikan organisasi profesi akuntan publik lebih mandiri dalam mengelola mutu jasa yang
dihasilkan bagi masyarakat juga terus meningkat. Respon profesi akuntan publik terhadap
berbagai tuntutan tersebut diwujudkan dalam dua keputusan penting yang dibuat oleh IAI
pada pertengahan tahun 1994 : (1) perubahan nama dari Komite Norma Pemeriksaan
Akuntan ke Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan (2) perubahan nama standar
yang dihasilkan dari Norma Pemeriksaan Akuntan ke Standar Profesional Akuntan Publik.
SPAP merupakan kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis dan aturan etika.
Pernyataan standar teknis yang dikodifikasi dalam buku SPAP ini terdiri dari :
1. Pernyataan Standar Auditing
2. Pernyataan Standar Atestasi
3. Pernyataan Jasa Akuntansi dan Review
4. Pernyataan Jasa Konsultansi
5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu
Sedangkan aturan etika yang dicantumkan dalam SPAP adalah Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik yang dinyatakan berlaku oleh Kompartemen Akuntan Publik
sejak bulan Mei 2000. Standar Auditing Standar auditing merupakan panduan audit atas
laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk
Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian, PSA merupakan penjabaran lebih
lanjut masing-masing standar yang tercantum dalam standar auditing. PSA berisi ketentuan-
ketentuan dan panduan utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan
perikatan audit. Termasuk dalam PSA adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditing
(IPSA), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-
ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSA. Standar Atestasi Standar atestasi
memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat
keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan historis,
pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, serta tipe perikatan atestasi lain yang
memberikan keyakinan yang lebih rendah (review, pemeriksaan, dan prosedur yang
disepakati).
Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar
Atestasi (PSAT). PSAT merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang
terdapat dalam standar atestasi. Termasuk dalam PSAT adalah Interpretasi Pernyataan
Standar Atestasi (IPSAT), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan
terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSAT.
Standar Jasa Akuntansi dan Review memberikan rerangka untuk fungsi nonatestasi
bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review.Standar jasa akuntansi
dan review dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR).
Termasuk di dalam Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review adalah Interpretasi
Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR), yang merupakan interpretasi resmi
yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan
dalam PSAR.
Standar Jasa Konsultansi memberikan panduan bagi praktisi yang menyediakan jasa
konsultansi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Jasa konsultansi pada hakikatnya
berbeda dari jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi,
para praktisi menyajikan suatu kesimpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang
menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi (asserter). Dalam jasa konsultansi,
para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan
jasa konsultansi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dengan kliennya. Umumnya,
pekerjaan jasa konsultansi dilaksanakan untuk kepentingan klien. Standar Pengendalian Mutu
Standar pengendalian mutu memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam
melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi
berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan
Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.
Standar auditing merupakan suatu panduan audit atas laporan keuangan historis.
Didalamnya terdapat 10 standar yang secara rinci dalam bentuk pernyataan standar auditing
(PSA). PSA ini berisi tentang ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang harus diikuti
oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit. Audit atas laporan keuangan
historis merupakan jasa tradisional yang disediakan oleh profesi akuntan publik kepada
masyarakat. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa didalam standar auditing ini
terdapat 10 standar auditing yang terbagi menjadi standar umum, standar pekerjaan lapangan
dan standar pelaporan.Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing yang mana
berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar berkaitan dengan
suatu kriteria ukuran mutu kinerja tindakan tersebut. Berikut akan dipaparkan tentang standar
auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.

1. Standar Umum
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor. Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu
pernyataan pendapat, auditor harus senatiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang
akuntansi dan bidang auditing. Setiap auditor independen yang menjadi penanggungjawab
suatu perikatan harus menilai dengan baik kedua persyaratan tentang pendidikan formal
auditor independen dan pengalaman profesioanl di dalam menentukan luasnya supervisi dan
review terhadap hasil kerja para asistennya.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya”. Sebelum menerima perikatan auditor harus yakin apakah
kondisi dimana perikatan pada saat mendekati atau setelah tanggal neraca dapat
memungkinkan auditor untuk melaksanakan audit secara memadai dan memberi pendapat
wajar tanpa pengecualian. Jika kondisi tersebut tidak memungkinkan auditor untuk
melakukan audit secar memadai dan untuk memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian
maka ia harus membahas dengan klien tentang kemungkinan dalam memberikan pendapat
wajar dengan pengecualian atau tidak memberikan pendapat.
3. Standar Pelaporan
Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Istilah prisnsip akuntansi yang
berlaku umum adalah padanan kata dari frasa generally accepted accounting principle dimana
suatu istilah teknis akuntansi yang mencakup konvensi, aturan, dan prosedur yang diperlukan
untuk membatasi praktik akuntansi yang berlaku umum di wilayah tertentu pada saat tertentu.
Untuk laporan keuangan yang didistribusikan kepada umum di Indonesia harus disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

I. PERKEMBANGAN STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK


Tahun 1972, pertama kalinya ikatan Akuntan Indonesia berhasil menerbitkan
Norma Pemeriksaan Akuntan, yang disahkan dalam Kongres ke III Ikatan Akuntan
Indonesia. Norma Pemeriksaan Akuntan tersebut mencakup tanggung jawab akuntan publik,
unsur-unsur norma pemeriksaan akuntan yang antara lain meliputi: pengkajian dan penilaian
pengendalian intern, bahan pembuktian dan penjelasan informatif, serta pembahasan
mengenai peristiwa kemudian, laporan khusus dari berkas pemeriksaan. Pada Kongres IV
Ikatan Akuntan Indonesia tanggal 25-26 Oktober 1982, Komisi Norma Pemeriksaan Akuntan
mengusulkan agar segera dilakukan penyempurnaan atas buku Norma Pemeriksaan Akuntan
yang lama, dan melengkapinya dengan serangkaian suplemen yang merupakan penjabaran
lebih lanjut norma tersebut. Tahun 1992, Ikatan Akuntan Indonesia menerbitkan Norma
Pemeriksaan Akuntan, Edisi revisi yang memasukkan suplemen No.1 sampai dengan No.12
dan interpretasi No.1 sampai dengan Nomor.2. Dalam Kongres ke VII Ikatan Akuntan
Indonesia tahun 1994, disahkan Standar Profesional Akuntan Publik yang secara garis besar
berisi:
1. Uraian mengenai standar profesional akuntan publik.
2. Berbagai pernyataan standar auditing yang telah diklasifikasikan.
3. Berbagai pernyataan standar atestasi yang telah diklasifikasikan.
4. Pernyataan jasa akuntansi dan review.
5. Pertengahan tahun 1999 Ikatan Akuntan Indonesia merubah nama Komite Norma

J. TIPE STANDAR PROFESIONAL


1. Standar Auditing
2. Standar Atestasi
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
4. Standar Jasa Konsultansi
5. Standar Pengendalian Mutu

K. SOA dan REGULASI PROFESI AUDITOR PASCA TERBITNYA SOA


a. Sarbanes-Oxley Act (SOA)
Merupakan sebuah produk hukum (Undang-Undang) di Amerika Serikat (AS) yang
mengatur tentang akuntabilitas, praktik akuntansi dan keterbukaan informasi, termasuk tata
cara pengelolaan data di perusahaan publik. Namun di Indonesia baru sebagian kecil yang
baru menerapkan aturan tersebut.
b. Sejarah Munculnya Sarbanes - Oxley
Sarbanes-Oxley atau kadang disingkat SOx atau SOA adalah hukum federal Amerika
Serikat yang ditetapkan pada 30 Juli 2002. Undang-undang ini diprakarsai oleh Senator
Paul Sarbanes (Maryland) dan Representative Michael Oxley (Ohio) yang disetujui oleh
Dewan dengan suara 423-3 dan oleh Senat dengan suara 99-0 serta disahkan menjadi hukum
oleh Presiden George W. Bush. Undang-undang ini dikeluarkan sebagai respons dari
Kongres Amerika Serikat terhadap berbagai skandal pada beberapa perusahaan besar
seperti: Enron, Tyco International, Adelphia, Peregrine Systems, WorldCom (MCI), AOL
TimeWarner, Aura Systems, Citigroup, Computer Associates International, CMS Energy,
Global Crossing, HealthSouth, Quest Communication, Safety-Kleen dan Xerox, yang juga
melibatkan beberapa KAP yang termasuk dalam “the big five” seperti: Arthur Andersen,
KPMG dan PWC. Skandal-skandal yang menyebabkan kerugian bilyunan dolar bagi investor
karena runtuhnya harga saham perusahaan-perusahaan yang terpengaruh ini mengguncang
kepercayaan masyarakat terhadap pasar saham. Semua skandal ini merupakan contoh tragis
bagaimana kecurangan (fraud schemes) berdampak sangat buruk terhadap pasar,
stakeholders dan para pegawai.
Skandal-skandal yang menyebabkan kerugian bilyunan dolar bagi investor karena
runtuhnya harga saham perusahaan-perusahaan yang terpengaruh ini mengguncang
kepercayaan masyarakat terhadap pasar saham. Semua skandal ini merupakan contoh tragis
bagaimana kecurangan (fraud schemes) berdampak sangat buruk terhadap pasar,
stakeholders dan para pegawai.
Dengan diterbitkannya undang-undang ini, ditambah dengan beberapa aturan
pelaksanaan dari Securities Exchange Commision (SEC) dan beberapa self regulatory
bodies lainnya, diharapkan akan meningkatkan standar akuntabilitas perusahaan,
transparansi dalam pelaporan keuangan, memperkecil kemungkinan bagi perusahaan atau
organisasi untuk melakukan dan menyembunyikan fraud, serta membuat perhatian pada
tingkat sangat tinggi terhadap corporate governance.
Perundang-undangan ini menetapkan suatu standar baru dan lebih baik bagi semua
dewan dan manajemen perusahaan publik serta kantor akuntan publik walaupun tidak
berlaku bagi perusahaan tertutup. Akta ini terdiri dari 11 bab atau bagian yang menetapkan
hal-hal mulai dari tanggung jawab tambahan Dewan Perusahaan hingga hukuman pidana.
Sarbox juga menuntut Securities and Exchange Commission (SEC) untuk menerapkan
aturan persyaratan baru untuk menaati hukum ini. Saat ini, corporate governance dan
pengendalian internal bukan lagi sesuatu yang mewah lagi karena kedua hal ini telah
disyaratkan oleh undang-undang.
c. Aktivitas SOA Pada Perusahaan
Dalam Sarbanes Oxley Act diatur tentang akuntansi, pengungkapan dan
pembaharuan governance yang mensyaratkan adanya pengungkapan yang lebih banyak
mengenai informasi keuangan, keterangan tentang hasil-hasil yang dicapai manajemen,
kode etik bagi pejabat di bidang keuangan, pembatasan kompensasi eksekutif, dan
pembentukan komite audit yang independen. Selain itu diatur pula mengenai hal-hal sebagai
berikut:
a. Menetapkan beberapa tanggung jawab baru kepada dewan komisaris, komite
audit, dan pihak manajemen.
b. Mendirikan the Public Company Accounting Oversight Board, sebuah dewan
yang independen dan bekerja full-time bagi pelaku pasar modal.
c. Penambahan tanggung jawab dan anggaran SEC (Securities Exchange
Commision) secara signifikand. Mendefinisikan jasa “non-audit” yang tidak boleh
diberikan oleh KAP kepada klien .
d. Memperbesar hukuman bagi terjadinya corporate fraud (manipulasi perusahaan)
e. Mensyaratkan adanya aturan mengenai cara menghadapi conflicts of interest
f. Menetapkan beberapa persyaratan pelaporan yang baru
Dalam hal pelaporan, Sarbanes-Oxley Act mewajibkan semua perusahaan publik
untuk membuat suatu sistem pelaporan yang memungkinkan bagi pegawai atau
pengadu untuk melaporkan terjadinya penyimpangan. Sistem pelaporan ini diselenggarakan
oleh komite audit. Perusahaan dapat menggunakan jasa pelaporan hotlines seperti
ACFE’s EthicsLine. ACFE dapat membantu menyusun hotlines pengaduan yang akan
menerima dan merahasiakan pengaduan, dan memberikan informasi kepada perusahaan agar
dapat mengambil tindakan yang tepat. Sistem hotlines ini akan mendorong para pegawai
untuk melaporkan karena mereka merasa aman dari tindakan pembalasan dari yang
dilaporkan, dan inilah elemen penting dan kritis bagi program pencegahan fraud yang
kuat.
d. Keunggulan Dan Keterbatasan Soa
Keunggulan Penerapan SOA
1. Tanggung Jawab Perusahaan
Undang-undang ini menekankan dan meminta perusahaan untuk
bertanggungjawab secara terafiliasi. Manajemen harus membuat pernyataan bahwa laporan
keuangan telah disajikan secara akurat dan tidak menimbulkan salah tafsir. Selain itu,
pernyataan manajemen juga harus mencakup bahwa laporan keuangan yang disajikan telah
menerapkan sistem pengawasan internal yang sehat. Komite Audit harus berperan aktif
antara lain dengan melakukan pengawasan ketat terhadap auditor, melakukan pemisahan
antara audit service dengan non-audit service, dan melakukan persetujuan dan
pengungkapan atas semua jasa non-audit.
2. Auditor
Walaupun selama ini sudah diatur tentang independensi akuntan publik tetapi
dalam undangundang ini diperketat lagi kewajiban mempertahankan independensi
akuntan dan membentuk Dewan Pengawas Akuntan Publik. Undang-undang ini melarang
pemberian jasa non-audit diluar jasa perpajakan dan juga mencantumkan adanya kewajiban
untuk melakukan tugas bergilir terhadap pelaksana dan penanggung jawab audit.
3. Perluasan Pengungkapan
Dalam undang-undang ini ada beberapa hal yang wajib diungkapkan, antara lain:
penilaian setiap tahun oleh manajemen dan auditor terhadap sistem pengawasan
internal, kewajiban untuk menyajikan laporan proforma, pelaporan transaksi saham
internal dalam jangka waktu dua hari, pengungkapan semua pembiayaan yang bersifat off-
balance sheet dan pembiayaan yang bersifat kontingensi (seperti pada industri perbankan),
dan beberapa informasi tertentu yang dianggap penting harus di laporkan secara real time.
4. Analis Saham
Analis saham harus mendapatkan pengungkapan terhadap informasi yang
berkenaan dengan kemungkinan adanya konflik kepentingan (conflict of interest).
5. Securities Exchange Committee (SEC)
SEC memperluas objek reviewnya terhadap laporan keuangan perusahaan,
meningkatkan kekuasaan untuk memaksa perusahaan melaksanakan peraturannnya dan
menaikkan biaya hukuman terhadap setiap pelanggaran UU pasar modal.

Keterbatasan SOA
Sarbanes Oxley Act memberikan beberapa perhatian untuk pengendalian internal
terbukti dengan adanya jasa hotlines yang disediakan untuk proses pelaporan frauds yang
disaksikan oleh pegawai dan perlindungan terhadap pegawai tersebut atas pelaporannya.
Tapi sayangnya SOA memiliki beberapa kelemahan, yang pertama adalah memfokuskan
pada pemberian sanksi dan perlakuan terhadap subject, namun pada kenyataanya
kebanyakan kasus fraud yang terjadi bukan hanya terjadi karena individu yang
melakukannya (Moral Hazard) tapi lebih dikarenakan adanya permainan dalam sistem.
Oleh karena itu, terdapatlah limitation of Internal Controls yang berarti
kebanyakan kegagalan yang terjadi dalam internal controls terjadi karena masing-
masing individu, yang seharusnya menerapkan prinsip internal controls ini dengan baik,
dengan sengaja melakukan pelanggaran dan bersepakat secara bersama-sama
menyeleweng. Dan sampai saat ini belum ada sistem yang dapat menakut-nakuti orang-orang
yang memiliki peluang untuk melakukan kecurangan baik dalam lingkup manajemen ataupun
individu.
Efek sanksi dengan adanya SOA nampaknya tidak terlalu ampuh untuk
dipopulerkan. Ini terbukti dengan terjadinya kasus frauds untuk kesekian kalinya di Amerika
yang secara menyeluruh mengadopsi SOA. Bahkan terjadi beberapa kasus fraud
lebih parah dan sampai-sampai menyebabkan kerusakan ekonomi global. Ada komponen
lain yang menyebabkan internal controls tidak berjalan secara semestinya, yaitu ketika moral
hazard atas individu yang terjadi dalam sebuah perusahaan sudah tersistem. Contoh kasusnya
adalah AIG yang merupakan salah satu perusahaan asuransi besar didunia. Hedge Fund dan
peluang pengendalian uang yang besar oleh manajemen menjadi daya tarik tersendiri untuk
melakukan skandal keuangan.
Pengendalian dan pengontrolan terhadap manajemen perusahan tidak hanya dilakukan
oleh komite audit tapi juga harus sejalan dengan regulasi dan pengontrolan yang
dilakukan oleh pemerintah. Selain itu, daya pikir kritis terhadap kondisi sebuah perusahaan
yang sudah dianggap baik haruslah ditingkatkan. Inspeksi keuangan pada sebuah
perusahaan harus dilakukan secara berkala agar pendeteksian kecurangan bisa ditemukan
lebih awal. Pembuatan regulasi dan sanksi luar biasa dalam pengendalian moral hazard
harus dilakukan agar tidak terjadi suatu kegagalan sistemik yang akan mengakibatkan
semua instrument pengendalian baik regulasi pemerintah, kode etik perusahaan, maupun
nilai-nilai/budaya dalam perusahaaan harus kembali diperbaiki lagi dari awal.

TUGAS 1: Regulasi Auditor AP&KAP dan Kode Etik


Kantor Akuntan Publik (KAP) merupakan lembaga yang memiliki izin dari Menteri
Keuangan sebagai wadah bagi Akuntan Publik dalam menjalankan pekerjaannya. Regulasi
tentang Akuntan Publikada pada UU No 15 tahun 2004 dan Peraturan Menteri Keuangan RI
No 154//PMK.01/2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Akuntan Publik (terlampir).
Akuntan Publik memberikan jasa asurans, yang meliputi: a. jasa audit atas informasi
keuangan historis; b. jasa reviu atas informasi keuangan historis; dan c. jasa asurans lainnya.
Akuntan Publik juga dapat memberikan jasa lainnya yang berkaitan dengan akuntansi,
keuangan, dan manajemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Di
Indonesia, berdasarkan AD/ART IAPI dan Peraturan Pengurus Nomor 3 tahun 2017 tentang
Pakta Integritas Bagi Anggota terdapat 30 KAP untuk kategori anggota CPA non AP/Rekan
non AP dan 267 KAP untuk kategori anggota Akuntan Publik. Standar Profesional Akuntan
Publik (disingkat SPAP) adalah kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis yang
merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi akuntan publik di Indonesia. SPAP
dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik
Indonesia (DSPAP IAPI). Standar-standar yang tercakup dalam SPAP adalah:
1. Standar Auditing
2. Standar Atestasi
3. Standar Jasa Akuntansi dan Review
4. Standar Jasa Konsultansi
5. Standar Pengendalian Mutu
Kelima standar profesional di atas merupakan standar teknis yang bertujuan untuk
mengatur mutu jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik di Indonesia. Standar
Profesional AP & KAP diatur dalam Keputusan Dewan Pengurus IAPI Nomor 4 tahun 2018
tentang Panduan Indikator Kualitas Audit pada Kantor Akuntan Publik (terlampir). Kode Etik
Profesi Akuntan Publik adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut
Akuntan Publik Indonesia atau IAPI dan staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang
bukan anggota IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP). Kode Etik Profesi
Akuntan Publik yang baru saja diterbitkan oleh IAPI menyebutkan 5 prinsip-prinsip dasar
etika profesi, yaitu:
1. Prinsip Integritas
2. Prinsip Objektivitas
3. Prinsip Kompetensi serta Sikap Kecermatan dan Kehati-hatian Profesional
4. Prinsip Kerahasiaan
5. Prinsip Perilaku Profesional
Selain itu, Kode Etik Profesi Akuntan Publik juga merinci aturan mengenai hal-hal
berikut ini:
1. Seksi 200 Ancaman dan Pencegahan
2. Seksi 210 Penunjukan Praktisi, KAP, atau Jaringan KAP
3. Seksi 220 Benturan Kepentingan
4. Seksi 230 Pendapat Kedua
5. Seksi 240 Imbalan Jasa Profesional dan Bentuk Remunerasi Lainnya
6. Seksi 250 Pemasaran Jasa Profesional
7. Seksi 260 Penerimaan Hadiah atau Bentuk Keramah-Tamahan Lainnya
8. Seksi 270 Penyimpanaan Aset Milik Klien
9. Seksi 280 Objektivitas – Semua Jasa Profesional
10. Seksi 290 Independensi dalam Perikatan Assurance
Kewajiban bagi Seorang Akuntan Publik (AP) dan (KAP) terdapat 5 (Lima) Kewajiban
Akuntan Publik dan KAP yaitu:
1. Bebas dari kecurangan (fraud), ketidakjujuran dan kelalaian serta menggunakan
kemahiran jabatannya (due professional care) dalam menjalankan tugas profesinya.
2. Menjaga kerahasiaan informasi / data yang diperoleh dan tidak dibenarkan
memberikan informasi rahasia tersebut kepada yang tidak berhak. Pembocoran rahasia data /
informasi klien kepada pihak ketiga secara sepihak merupakan tindakan tercela.
3. Menjalankan PSPM04-2008 tentang Pernyataan Beragam (Omnibus Statement)
Standar Pengendalian Mutu (SPM) 2008 yang telah ditetapkan oleh Dewan Standar
Profesional Akuntan Publik (DSPAP) Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), terutama
SPM Seksi 100 tentang Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik (SPM-KAP).
4. Mempunyai staf / tenaga auditor yang profesional dan memiliki pengalaman yang
cukup. Para auditor tersebut harus mengikuti Pendidikan Profesi berkelanjutan (Continuing
Profesion education) sebagai upaya untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
dalam bidang audit dan proses bisnis (business process). Dalam rangka peningkatan
kapabilitas auditor, organisasi profesi mensyaratkan pencapaian poin (SKP) tertentu dalam
kurun / periode waktu tertentu. Hal ini menjadi penting, karena auditor harus senantiasa
mengikuti perkembangan bisnis dan profesi audit secara terus menerus.
5. Memiliki Kertas Kerja Audit (KKA) dan mendokumentasikannya dengan baik. KKA
tersebut merupakan perwujudan dari langkah-langkah audit yang telah dilakukan oleh auditor
dan sekaligus berfungsi sebagai pendukung (supporting) dari temuan-temuan audit (audit
evidence) dan opini laporan audit (audit report). KKA sewaktu-waktu juga diperlukan dalam
pembuktian suatu kasus di sidang pengadilan.
Larangan Bagi Seorang Akuntan Publik ( AP ) dan ( KAP ) Akuntan Publik Dilarang
Melakukan 3 (Tiga) Hal :
1. Dilarang memberikan jasa audit umum atas laporan keuangan (general audit) untuk
klien yang sama berturut-turut untuk kurun waktu lebih dari 3 tahun. Hal ini dimaksudkan
untuk mencegah terjadinya kolusi antara Akuntan Publik dengan klien yang merugikan pihak
lain.
2. Apabila Akuntan Publik tidak dapat bertindak independen terhadap pemberi
penugasan (klien), maka dilarang untuk memberikan jasa.
3. Akuntan Publik juga dilarang merangkap jabatan yang tidak diperbolehkan oleh
ketentuan perundang-undangan / organisasi profesi seperti sebagai pejabat negara, pimpinan
atau pegawai pada instansi pemerintah, Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) atau swasta, atau badan hukum lainnya, kecuali yang
diperbolehkan seperti jabatan sebagai dosen perguruan tinggi yang tidak menduduki jabatan
struktural dan atau komisaris atau komite yang bertanggung jawab kepada komisaris atau
pimpinan usaha konsultansi manajemen. KAP juga dilarang untuk memberikan jasa kepada
suatu pihak, apabila KAP tidak dapat bertindak independen, memberikan jasa audit umum
(general audit) atas laporan keuangan untuk klien yang sama berturut-turut untuk kurun
waktu lebih dari 5 (lima) tahun, memberikan jasa yang tidak berkaitan dengan akuntansi,
keuangan dan manajemen, serta mempekerjakan atau menggunakan jasa Pihak Terasosiasi
yang menolak atau tidak bersedia memberikan keterangan yang diperlukan dalam rangka
pemeriksaan terhadap Akuntan Publik dan KAP. Kode etik AP/KAP diatur dalam Koed Etik
Profesi Akuntan Publik IAPI.

Contoh Kasus
Kode Etik Profesi Akuntansi
Kasus Enron
Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas
alam melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun
1985. Bisnis inti Enron bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan diversifikasi
usaha yang sangat luas bahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri
energi. Diversifikasi usaha tersebut, antara lain meliputi future transaction, trading
commodity non energy dan kegiatan bisnis keuangan.Kasus Enron mulai terungkap pada
bulan Desember tahun 2001 dan terus menggelinding pada tahun 2002 berimplikasi sangat
luas terhadap pasar keuangan global yang di tandai dengan menurunnya harga saham secara
drastis berbagai bursa efek di belahan dunia, mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia.
Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka
di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar di AS jatuh bangkrut dengan
meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar. Dalam kasus Enron diketahui
terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi laporan keuangan dengan mencatat
keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi
keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor, kasus
memalukan ini konon ikut melibatkan orang dalam gedung putih, termasuk wakil presiden
Amerika Serikat.
Sumber: https://uwiiii.wordpress.com/2009/11/14/kasus-enron-dan-kap-arthur-andersen/

Etika Audit
Gayus divonis 6 tahun penjara dan denda Rp1 Miliar
Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi menjatuhkan vonis enam tahun
penjara dan denda sebesar satu miliar rupiah kepada Gayus Tambunan.
Hakim Suhartoyo mengatakan Gayus terbukti telah melakukan tindak pidana korupsi dan
pencucian uang. “Terdakwa Gayus Tambunan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana korupsi yang merupakan gabungan dari beberapa perbuatan yang
berdiri sendiri dan secara berlanjut dan pencucian uang,” kata majelis hakim dalam amar
putusannya, Kamis (01/03). Gayus juga dikenai hukuman membayar pidana denda sebesar
Rp1 Miliar. “Apabila denda itu tidak dibayar, maka diganti pidana kurungan selama 4 bulan”.
Gayus terbukti menerima uang Rp925 juta dari Roberto Santonius terkait kepengurusan
gugatan keberatan pajak PT Metropolitan Retailmart dan menerima 3,5 juta dollar Amerika
dari Alif Kuncoro terkait kepengurusan pajak tiga perusahaan Grup Bakrie, yakni PT
Arutmin, PT Kaltim Prima Coal, dan PT Bumi Resource. Namun vonis ini jauh lebih rendah
dari tuntutan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum yaitu delapan tahun dan denda satu
miliar rupiah. Gayus sejauh ini menyatakan pikir-pikir terhadap vonis yang dijatuhkannya
hari ini. “Saya akan diskusikan dulu,” kata Hotma Sitompul, kuasa hukum Gayus, usai
sidang. Jaksa penuntut umum juga belum menyikapi vonis ini. “Kami akan gunakan waktu
untuk pikir-pikir,” ucap jaksa. Vonis yang dijatuhkan oleh Hakim Hartoyo merupakan vonis
ketiga yang diterima oleh Gayus dalam serangkaian kasus suap dan korupsi sehingga total dia
harus menjalani hukuman selama 20 tahun penjara.
Sumber: http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2012/03/120301_vonisgayus

Anda mungkin juga menyukai