Kelompok 3:
1. Filiana (S431908005)
2. Gilang Pratama (S431908008)
3. Hilmi Fauzan Kusuma F (S431908009)
4. Nadifa Salsabila Nizar (S431908015)
2. Audit Eksternal
Audit eksternal adalah profesi audit yang melakukan audit atas laporan keuagan dari
perusahaan, individu atau organisasi lainya. Eksternal auditor merupakan anggota kantor
akuntan publik yang memberikan jasa pada klien. Sebagai auditor eksternal, auditor tidak
boleh memiliki keterkaitan secara langsung terhadap perusahaan tersebut/harus independen.
Tujuan dari audit eksternal adalah untuk mengetahui apakah laporan keuangan tahunan
perusahaan atau organisasi menyajikan kondisi yang riil tentang keadaan finansial perusahaan
atau organisasi terkait. Meskipun sama sama memeriksa perusahan atau organisasi terdapat
perbedaan antara audit internal dan audit eksternal, berikut poin-poin yang membedakan
eksternal audit dan internal audit;
Eksternal audit merupakan orang luar perusahaan, sedangkan audit internal orang dari
dalam perusahaan.
Eksternal auditor adalah pihak yang independen.
Tujuan pemerikasaan eksternal audit adalah untuk dapat memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen
perusahaan.
Laporan eksternal auditor berisi opini mengenai kewajaran laporan keuangan.
Pada eksternal audit pelaksanaan pemeriksaan berpedoman pada standar professional
Akuntan Publik yang ditetapkan Ikatan Akuntansi Indonesia.
Pemeriksaan eksternal audit dilakukan secara sampling, karena waktu yang terbatas.
3. Audit Sektor Publik
Audit sektor publik adalah pemeriksaan terhadap pemerintah yang dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui pertanggung jawaban (akuntabilitas) atas pengelolaan dana
masyarakat (publicmoney). Berdasarkan UU no. 15 tahun 2004 dan Standar Pemeriksaan
Keuangan Negara (SPKN), terdapat tiga jenis audit keuangan Negara, yaitu:
Audit Keuangan
Adalah audit atas laporan keuangan yang bertujuan untuk memberikan keyakinan
yang memadai (reasonable assurance), apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar,
dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum di
Indonesia.
Audit Kinerja
Adalah audit yang dilakukan secara objektif dan sistematis terhadap berbagai macam
bukti untuk menilai kinerja entitas yang diaudit dalam hal ekonomi, efisiensi, dan efektivitas,
dengan tujuan untuk memperbaiki kinerja dan entitas yang diaudit dan meningkatkan
akuntabilitas publik.
Audit dengan tujuan tertentu
Adalah audit khusus, diluar audit keuangan dan audit kinerja yang bertujuan untuk
memberikan kesimpulan atas hal yang diaudit.
Ekspektasi Publik
Pada umumnya masyarakat memandang profesi akuntan sebagai seorang yang
profesional. Dalam hal ini, masyarakat mempunyai presepsi bahwa seorang akuntan itu telah
mematuhi standar dan tata nilai yang berlaku di profesi akuntan.
Prinsip Etika
Memberikan kerangka dasar bagi Aturan Etika, yang mengatur pelaksanaan pemberian
jasa profesional oleh anggota. Prinsip Etika disahkan oleh Kongres dan berlaku bagi seluruh
anggota, sedangkan Aturan Etika disahkan oleh Rapat Anggota Himpunan dan hanya
mengikat anggota Himpunan yang bersangkutan.
Kesimpulan
Peran akuntan dalam pembangunan ekonomi dan sosial perusahaan tidak dapat terlepas
dari prinsip Good Corporate Governance. Hal ini meliputi prinsip kewajaran, akuntabilitas,
tranparasi, dan responsibilitas.
E. KEWAJIBAN HUKUM
Kewajiban hukum auditor dalam pelaksanaan audit apabila adanya tuntutan ke
pengadilan yang menyangkut laporan keuangan adalah sebagai berikut:
1. Kewajiban kepada klien : Kewajiban akuntan publik terhadap klien karena kegagalan
untuk melaksanakan tugas audit sesuai waktu yang disepakati, pelaksanaan audit yang tidak
memadai, gagal menemui kesalahan, dan pelanggaran kerahasiaan oleh akuntan publik.
2. Kewajiban kepada pihak ketiga : Kewajiban akuntan publik kepada pihak ketiga jika
terjadi kerugian pada pihak penggugat karena mengandalkan laporan keuangan yang
menyesatkan.
3. Kewajiban Perdata menurut hukum sekuritas federal :Kewajiban hukum yang diatur
menurut sekuritas federal dengan standar yang ketat.
4. Kewajiban kriminal : Kewajiban hukum yang timbul sebagai akibat kemungkinan
akuntan publik disalahkan karena tindakan kriminal menurut undang-undang.
Sedangkan kewajiban hukum yang mengatur akuntan publik di Indonesia secara
eksplisit memang belum ada, akan tetapi secara implisit hal tersebut sudah ada seperti
tertuang dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), Standar Akuntansi Keuangan
(SAK), Peraturan-Peraturan mengenai Pasar Modal atau Bapepam, UU Perpajakan dan lain
sebagainya yang berkenaan dengan kewajiban hukum akuntan (Rachmad Saleh AS dan
Saiful Anuar Syahdan,2003).
Undang-Undang ini mengatur hak eksklusif yang dimiliki oleh Akuntan Publik, yaitu
jasa asurans yang hanya dapat dilakukan oleh Akuntan Publik. Dalam rangka perlindungan
dan kepastian hukum bagi profesi Akuntan Publik, juga diatur mengenai kedaluwarsa
tuntutan pidana dan gugatan kepada Akuntan Publik. Di samping mengatur profesi Akuntan
Publik, Undang-Undang ini juga mengatur KAP yang merupakan wadah bagi Akuntan Publik
dalam memberikan jasa profesional. Hal yang mendasar mengenai pengaturan KAP antara
lain mengenai perizinan KAP dan bentuk usaha KAP. Salah satu persyaratan izin usaha KAP
adalah memiliki rancangan sistem pengendalian mutu sehingga dapat menjamin bahwa
perikatan profesional dilaksanakan sesuai dengan SPAP. Sementara itu, pengaturan mengenai
bentuk usaha KAP dimaksudkan agar sesuai dengan karakteristik profesi Akuntan Publik,
yaitu independensi dan www.djpp.depkumham.go.id djpp.depkumham.go. id tanggung jawab
profesional Akuntan Publik terhadap hasil pekerjaannya
H. STANDAR PROFESIONAL AKUNTAN PUBLIK (SPAP)
PENGERTIAN SPAP
Standar Profesional Akuntan Publik (disingkat SPAP) adalah kodifikasi berbagai
pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagiAkuntan
Publik di Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan
Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI). Standar Profesional Akuntan Publik
(SPAP) adalah merupakan hasil pengembangan berkelanjutan standar profesional akuntan
publik yang dimulai sejak tahun 1973. Pada tahap awal perkembangannya, standar ini
disusun oleh suatu komite dalam organisasi Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang diberi nama
Komite Norma Pemeriksaan Akuntan.
Standar yang dihasilkan oleh komite tersebut diberi nama Norma Pemeriksaan
Akuntan. Sebagaimana tercermin dari nama yang diberikan, standar yang dikembangkan
pada saat itu lebih berfokus ke jasa audit atas laporan keuangan historis. Perubahan pesat
yang terjadi di lingkungan bisnis di awal dekade tahun sembilan puluhan kemudian menuntut
profesi akuntan publik untuk meningkatkan mutu jasa audit atas laporan keuangan historis,
jasa atestasi, dan jasa akuntansi dan review. Di samping itu, tuntutan kebutuhan untuk
menjadikan organisasi profesi akuntan publik lebih mandiri dalam mengelola mutu jasa yang
dihasilkan bagi masyarakat juga terus meningkat. Respon profesi akuntan publik terhadap
berbagai tuntutan tersebut diwujudkan dalam dua keputusan penting yang dibuat oleh IAI
pada pertengahan tahun 1994 : (1) perubahan nama dari Komite Norma Pemeriksaan
Akuntan ke Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan (2) perubahan nama standar
yang dihasilkan dari Norma Pemeriksaan Akuntan ke Standar Profesional Akuntan Publik.
SPAP merupakan kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis dan aturan etika.
Pernyataan standar teknis yang dikodifikasi dalam buku SPAP ini terdiri dari :
1. Pernyataan Standar Auditing
2. Pernyataan Standar Atestasi
3. Pernyataan Jasa Akuntansi dan Review
4. Pernyataan Jasa Konsultansi
5. Pernyataan Standar Pengendalian Mutu
Sedangkan aturan etika yang dicantumkan dalam SPAP adalah Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik yang dinyatakan berlaku oleh Kompartemen Akuntan Publik
sejak bulan Mei 2000. Standar Auditing Standar auditing merupakan panduan audit atas
laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri dari 10 standar dan dirinci dalam bentuk
Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian, PSA merupakan penjabaran lebih
lanjut masing-masing standar yang tercantum dalam standar auditing. PSA berisi ketentuan-
ketentuan dan panduan utama yang harus diikuti oleh akuntan publik dalam melaksanakan
perikatan audit. Termasuk dalam PSA adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditing
(IPSA), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-
ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSA. Standar Atestasi Standar atestasi
memberikan rerangka untuk fungsi atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup tingkat
keyakinan tertinggi yang diberikan dalam jasa audit atas laporan keuangan historis,
pemeriksaan atas laporan keuangan prospektif, serta tipe perikatan atestasi lain yang
memberikan keyakinan yang lebih rendah (review, pemeriksaan, dan prosedur yang
disepakati).
Standar atestasi terdiri dari 11 standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar
Atestasi (PSAT). PSAT merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang
terdapat dalam standar atestasi. Termasuk dalam PSAT adalah Interpretasi Pernyataan
Standar Atestasi (IPSAT), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh Dewan
terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan dalam PSAT.
Standar Jasa Akuntansi dan Review memberikan rerangka untuk fungsi nonatestasi
bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review.Standar jasa akuntansi
dan review dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (PSAR).
Termasuk di dalam Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review adalah Interpretasi
Pernyataan Standar Jasa Akuntansi dan Review (IPSAR), yang merupakan interpretasi resmi
yang dikeluarkan oleh Dewan terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh Dewan
dalam PSAR.
Standar Jasa Konsultansi memberikan panduan bagi praktisi yang menyediakan jasa
konsultansi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Jasa konsultansi pada hakikatnya
berbeda dari jasa atestasi akuntan publik terhadap asersi pihak ketiga. Dalam jasa atestasi,
para praktisi menyajikan suatu kesimpulan mengenai keandalan suatu asersi tertulis yang
menjadi tanggung jawab pihak lain, yaitu pembuat asersi (asserter). Dalam jasa konsultansi,
para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan
jasa konsultansi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dengan kliennya. Umumnya,
pekerjaan jasa konsultansi dilaksanakan untuk kepentingan klien. Standar Pengendalian Mutu
Standar pengendalian mutu memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam
melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi
berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik dan
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh Kompartemen Akuntan
Publik, Ikatan Akuntan Indonesia.
Standar auditing merupakan suatu panduan audit atas laporan keuangan historis.
Didalamnya terdapat 10 standar yang secara rinci dalam bentuk pernyataan standar auditing
(PSA). PSA ini berisi tentang ketentuan-ketentuan dan panduan utama yang harus diikuti
oleh akuntan publik dalam melaksanakan perikatan audit. Audit atas laporan keuangan
historis merupakan jasa tradisional yang disediakan oleh profesi akuntan publik kepada
masyarakat. Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa didalam standar auditing ini
terdapat 10 standar auditing yang terbagi menjadi standar umum, standar pekerjaan lapangan
dan standar pelaporan.Standar auditing berbeda dengan prosedur auditing yang mana
berkaitan dengan tindakan yang harus dilaksanakan, sedangkan standar berkaitan dengan
suatu kriteria ukuran mutu kinerja tindakan tersebut. Berikut akan dipaparkan tentang standar
auditing yang telah ditetapkan dan disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
1. Standar Umum
Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan
teknis yang cukup sebagai auditor. Dalam melaksanakan audit untuk sampai pada suatu
pernyataan pendapat, auditor harus senatiasa bertindak sebagai seorang ahli dalam bidang
akuntansi dan bidang auditing. Setiap auditor independen yang menjadi penanggungjawab
suatu perikatan harus menilai dengan baik kedua persyaratan tentang pendidikan formal
auditor independen dan pengalaman profesioanl di dalam menentukan luasnya supervisi dan
review terhadap hasil kerja para asistennya.
2. Standar Pekerjaan Lapangan
Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus
disupervisi dengan semestinya”. Sebelum menerima perikatan auditor harus yakin apakah
kondisi dimana perikatan pada saat mendekati atau setelah tanggal neraca dapat
memungkinkan auditor untuk melaksanakan audit secara memadai dan memberi pendapat
wajar tanpa pengecualian. Jika kondisi tersebut tidak memungkinkan auditor untuk
melakukan audit secar memadai dan untuk memberikan pendapat wajar tanpa pengecualian
maka ia harus membahas dengan klien tentang kemungkinan dalam memberikan pendapat
wajar dengan pengecualian atau tidak memberikan pendapat.
3. Standar Pelaporan
Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Istilah prisnsip akuntansi yang
berlaku umum adalah padanan kata dari frasa generally accepted accounting principle dimana
suatu istilah teknis akuntansi yang mencakup konvensi, aturan, dan prosedur yang diperlukan
untuk membatasi praktik akuntansi yang berlaku umum di wilayah tertentu pada saat tertentu.
Untuk laporan keuangan yang didistribusikan kepada umum di Indonesia harus disusun
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Keterbatasan SOA
Sarbanes Oxley Act memberikan beberapa perhatian untuk pengendalian internal
terbukti dengan adanya jasa hotlines yang disediakan untuk proses pelaporan frauds yang
disaksikan oleh pegawai dan perlindungan terhadap pegawai tersebut atas pelaporannya.
Tapi sayangnya SOA memiliki beberapa kelemahan, yang pertama adalah memfokuskan
pada pemberian sanksi dan perlakuan terhadap subject, namun pada kenyataanya
kebanyakan kasus fraud yang terjadi bukan hanya terjadi karena individu yang
melakukannya (Moral Hazard) tapi lebih dikarenakan adanya permainan dalam sistem.
Oleh karena itu, terdapatlah limitation of Internal Controls yang berarti
kebanyakan kegagalan yang terjadi dalam internal controls terjadi karena masing-
masing individu, yang seharusnya menerapkan prinsip internal controls ini dengan baik,
dengan sengaja melakukan pelanggaran dan bersepakat secara bersama-sama
menyeleweng. Dan sampai saat ini belum ada sistem yang dapat menakut-nakuti orang-orang
yang memiliki peluang untuk melakukan kecurangan baik dalam lingkup manajemen ataupun
individu.
Efek sanksi dengan adanya SOA nampaknya tidak terlalu ampuh untuk
dipopulerkan. Ini terbukti dengan terjadinya kasus frauds untuk kesekian kalinya di Amerika
yang secara menyeluruh mengadopsi SOA. Bahkan terjadi beberapa kasus fraud
lebih parah dan sampai-sampai menyebabkan kerusakan ekonomi global. Ada komponen
lain yang menyebabkan internal controls tidak berjalan secara semestinya, yaitu ketika moral
hazard atas individu yang terjadi dalam sebuah perusahaan sudah tersistem. Contoh kasusnya
adalah AIG yang merupakan salah satu perusahaan asuransi besar didunia. Hedge Fund dan
peluang pengendalian uang yang besar oleh manajemen menjadi daya tarik tersendiri untuk
melakukan skandal keuangan.
Pengendalian dan pengontrolan terhadap manajemen perusahan tidak hanya dilakukan
oleh komite audit tapi juga harus sejalan dengan regulasi dan pengontrolan yang
dilakukan oleh pemerintah. Selain itu, daya pikir kritis terhadap kondisi sebuah perusahaan
yang sudah dianggap baik haruslah ditingkatkan. Inspeksi keuangan pada sebuah
perusahaan harus dilakukan secara berkala agar pendeteksian kecurangan bisa ditemukan
lebih awal. Pembuatan regulasi dan sanksi luar biasa dalam pengendalian moral hazard
harus dilakukan agar tidak terjadi suatu kegagalan sistemik yang akan mengakibatkan
semua instrument pengendalian baik regulasi pemerintah, kode etik perusahaan, maupun
nilai-nilai/budaya dalam perusahaaan harus kembali diperbaiki lagi dari awal.
Contoh Kasus
Kode Etik Profesi Akuntansi
Kasus Enron
Enron merupakan perusahaan dari penggabungan antara InterNorth (penyalur gas
alam melalui pipa) dengan Houston Natural Gas. Kedua perusahaan ini bergabung pada tahun
1985. Bisnis inti Enron bergerak dalam industri energi, kemudian melakukan diversifikasi
usaha yang sangat luas bahkan sampai pada bidang yang tidak ada kaitannya dengan industri
energi. Diversifikasi usaha tersebut, antara lain meliputi future transaction, trading
commodity non energy dan kegiatan bisnis keuangan.Kasus Enron mulai terungkap pada
bulan Desember tahun 2001 dan terus menggelinding pada tahun 2002 berimplikasi sangat
luas terhadap pasar keuangan global yang di tandai dengan menurunnya harga saham secara
drastis berbagai bursa efek di belahan dunia, mulai dari Amerika, Eropa, sampai ke Asia.
Enron, suatu perusahaan yang menduduki ranking tujuh dari lima ratus perusahaan terkemuka
di Amerika Serikat dan merupakan perusahaan energi terbesar di AS jatuh bangkrut dengan
meninggalkan hutang hampir sebesar US $ 31.2 milyar. Dalam kasus Enron diketahui
terjadinya perilaku moral hazard diantaranya manipulasi laporan keuangan dengan mencatat
keuntungan 600 juta Dollar AS padahal perusahaan mengalami kerugian. Manipulasi
keuntungan disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor, kasus
memalukan ini konon ikut melibatkan orang dalam gedung putih, termasuk wakil presiden
Amerika Serikat.
Sumber: https://uwiiii.wordpress.com/2009/11/14/kasus-enron-dan-kap-arthur-andersen/
Etika Audit
Gayus divonis 6 tahun penjara dan denda Rp1 Miliar
Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi menjatuhkan vonis enam tahun
penjara dan denda sebesar satu miliar rupiah kepada Gayus Tambunan.
Hakim Suhartoyo mengatakan Gayus terbukti telah melakukan tindak pidana korupsi dan
pencucian uang. “Terdakwa Gayus Tambunan terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
melakukan tindak pidana korupsi yang merupakan gabungan dari beberapa perbuatan yang
berdiri sendiri dan secara berlanjut dan pencucian uang,” kata majelis hakim dalam amar
putusannya, Kamis (01/03). Gayus juga dikenai hukuman membayar pidana denda sebesar
Rp1 Miliar. “Apabila denda itu tidak dibayar, maka diganti pidana kurungan selama 4 bulan”.
Gayus terbukti menerima uang Rp925 juta dari Roberto Santonius terkait kepengurusan
gugatan keberatan pajak PT Metropolitan Retailmart dan menerima 3,5 juta dollar Amerika
dari Alif Kuncoro terkait kepengurusan pajak tiga perusahaan Grup Bakrie, yakni PT
Arutmin, PT Kaltim Prima Coal, dan PT Bumi Resource. Namun vonis ini jauh lebih rendah
dari tuntutan yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum yaitu delapan tahun dan denda satu
miliar rupiah. Gayus sejauh ini menyatakan pikir-pikir terhadap vonis yang dijatuhkannya
hari ini. “Saya akan diskusikan dulu,” kata Hotma Sitompul, kuasa hukum Gayus, usai
sidang. Jaksa penuntut umum juga belum menyikapi vonis ini. “Kami akan gunakan waktu
untuk pikir-pikir,” ucap jaksa. Vonis yang dijatuhkan oleh Hakim Hartoyo merupakan vonis
ketiga yang diterima oleh Gayus dalam serangkaian kasus suap dan korupsi sehingga total dia
harus menjalani hukuman selama 20 tahun penjara.
Sumber: http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2012/03/120301_vonisgayus