KELOMPOK 3
MAGISTER AKUNTANSI
UNIVERSITAS RIAU
2021
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena atas berkat rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Tema dari pada makalah kali ini adalah “(Board of Director’s Roles and
Responsibilities).
Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas didalam mata kuliah
Corporate Governance, yang mana materi didalam makalah ini digunakan sebagai
acuan presentasi yang dilakukan pada hari yang bersangkutan.
Dalam penyusunan makalah ini, kami merasa masih ada beberapa
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu bagi dosen
pembimbing kami minta kritik dan saran agar untuk berikutnya kami dapat
memperbaiki pembuatan makalah ini di masa yang akan datang.
Besar harapan kami makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca,
khususnya mahasiswa “Fakultas Ekonomi dan Bisnis”
Penulis
2
PENDAHULUAN
3
kasus Scandal Bank century. Kasus ini terjadi akibat permasalahan internal bank
dimana hal tersebut dilakukan oleh pihak manajemen bank tersebut yang menipu
para nasabah. Penipuan tersebut berupa penyelewengan dana nasabah hingga Rp
2,8 Trilliun dimana dana dari nasabah Bank Century sebesar Rp 1,4 Triliun dan
nasabah Antaboga Deltas Sekuritas Indonesia sebesar Rp 1,4 Triliiun. Selain itu
juga adanya penjualan reksa dana fiktif produk Antaboga Deltas Sekuritas
Indonesia, dimana produk tersebut tidak memiliki izin BI dan Bappepam LK. Dapat
dilihat bahwa dalam hal ini terjadi kelalaian dalam pengawasan internal Bank
Century itu sendiri sehingga mengakibatkan kerugian yang dialami oleh para
nasabah.
Modus kejahatan perbankan yang diduga dilakukan manajemen Bank
Century adalah penempatan dana yang sembrono di pasar uang (money market).
Hal ini terlihat dari penyimpangan yang dilakukan manajemen Bank Century yang
memiliki kewajiban surat berharga valas sebesar US$ 210 juta. Kasus itu
menunjukkan manajemen Bank Century tidak mengindahkan prinsip kehati-hatian
perbankan.
4
PEMBAHASAN
Tanggung Jawab Dewan Komisaris dan Dewan Direksi OECD Prinsip ke-6
Kerangka corporate governance harus memastikan strategis bimbingan
perusahaan, pemantauan yang efektif dari manajemen oleh dewan, dan
akuntabilitas dewan terhadap perusahaan dan para pemegang saham. Indonesia
menganut sistem two tier boards, di mana dewan dibedakan menjadi dua, yaitu
dewan komisaris “supervisory board” dan dewan direksi “management board”.
Menurut OECD Principle menyatakan bahwa tanggung jawab dewan
komisaris dan direksi adalah sebagai berikut :
1. Anggota dewan komisaris dan direksi harus bertindak secara transparan
untuk kepentingan perusahaan dan pemegang saham.
2. Keputusan dari dewan komisaris dan direksi bisa saja mempengaruhi suatu
kelompok pemegang saham berbeda dengan kelompok pemegang saham
lain, oleh karena itu dewan komisaris dan direksi harus memperlakukan
seluruh pemegang saham secara adil.
3. Dewan komisaris dan direksi harus menerapkan standar etika yang tinggi
yang memperhatikan kepentingan stakeholders.
4. Fungsi-fungsi utama dari dewan komisaris :
a. Meninjau dan mengarahkan strategi perusahaan, rencana utama,
kebijakan mengenai resiko, anggaran tahunan dan rencana usaha,
mempersiapkan sasaran kinerja, memonitor penerapan dan kinerja
perusahaan, serta memantau belanja modal yang besar, akuisisi dan
divestasi.
b. Memonitor efektifitas dari praktik tata kelola perusahaan dan membuat
perubahan yang diperlukan.
c. Menyeleksi, memberikan kompensasi, memonitor, dan mengganti
manajemen serta mengawasi perencanaan penggantian manajemen.
d. Menyelaraskan remunerasi manajemen dan dewan komisaris dengan
kepentingan jangka panjang dari perusahaan dan pemegang saham.
5
e. Memastikan proses nominasi dan pemilihan anggota secara formal dan
transparan.
f. Memonitor dan mengelola potensi konflik kepentingan dari manajemen,
anggota dewan komisaris, serta pemegang saham, termasuk penyalah
gunaan aset perusahaan dan penyelewengan dalam transaksi dengan
pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
g. Memastikan integritas sistem pelaporan akuntansi dan keuangan
perusahaan, termasuk audit independen, dan memastikan bahwa sistem
pengendalian yang tepat telah diterapkan, khususnya sistem manajemen
risiko, pengendalian keuangan dan operasional, serta kepatuhan
terhadap peraturan perundangan dan standar yang berlaku.
h. Mengawasi proses pengungkapan dan komunikasi.
5. Dewan komisaris harus dapat melakukan penilaian yang obyektif dan
independen mengenai pengurusan perusahaan.
6. Dalam rangka memenuhi tanggung jawabnya, anggota dewan komisaris
harus memiliki akses terhadap infomasi yang akurat, relevan dan tepat
waktu.
Dewan Komisaris
Menurut KNKG (2006) Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas
dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa Perusahaan
melaksanakan GCG. Namun demikian, Dewan Komisaris tidak boleh turut serta
dalam mengambil keputusan operasional. Kedudukan masing-masing anggota
Dewan Komisaris termasuk Komisaris Utama adalah setara. Tugas Komisaris
Utama sebagai primus inter pares adalah mengkoordinasikan kegiatan Dewan
Komisaris. Agar pelaksanaan tugas Dewan Komisaris dapat berjalan secara efektif,
perlu dipenuhi prinsip-prinsip berikut:
1. Komposisi Dewan Komisaris harus memungkinkan pengambilan keputusan
secara efektif, tepat dan cepat, serta dapat bertindak independen.
6
2. Anggota Dewan Komisaris harus profesional, yaitu berintegritas dan
memiliki kemampuan sehingga dapat menjalankan fungsinya dengan baik
termasuk memastikan bahwa Direksi telah memperhatikan kepentingan
semua pemangku kepentingan.
3. Fungsi pengawasan dan pemberian nasihat Dewan Komisaris mencakup
tindakan pencegahan, perbaikan, sampai kepada pemberhentian sementara.
7
anggota Dewan Komisaris dilakukan sebelum dilaksanakan RUPS melalui
Komite Nominasi dan Remunerasi. Pemilihan Komisaris Independen harus
memperhatikan pendapat pemegang saham minoritas yang dapat disalurkan
melalui Komite Nominasi dan Remunerasi.
e. Pemberhentian anggota Dewan Komisaris dilakukan oleh RUPS
berdasarkan alasan yang wajar dan setelah kepada anggota Dewan
Komisaris diberi kesempatan untuk membela diri.
2. Kemampuan dan Integritas Anggota Dewan Komisaris
a. Anggota Dewan Komisaris harus memenuhi syarat kemampuan dan
integritas sehingga pelaksanaan fungsi pengawasan dan pemberian nasihat
untuk kepentingan perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik.
b. Anggota Dewan Komisaris dilarang memanfaatkan perusahaan untuk
kepentingan pribadi, keluarga, kelompok usahanya dan atau pihak lain.
c. Anggota Dewan Komisaris harus memahami dan mematuhi anggaran dasar
dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan tugasnya.
d. Anggota Dewan Komisaris harus memahami dan melaksanakan Pedoman
GCG ini.
3. Fungsi Pengawasan Dewan Komisaris
a. Dewan Komisaris tidak boleh turut serta dalam mengambil keputusan
operasional. Dalam hal Dewan Komisaris mengambil keputusan mengenai
hal-hal yang ditetapkan dalam anggaran dasar atau peraturan
perundangundangan, pengambilan keputusan tersebut dilakukan dalam
fungsinya sebagai pengawas, sehingga keputusan kegiatan operasional tetap
menjadi tanggung jawab Direksi. Kewenangan yang ada pada Dewan
Komisaris tetap dilakukan dalam fungsinya sebagai pengawas dan
penasihat.
b. Dalam hal diperlukan untuk kepentingan perusahaan, Dewan Komisaris
dapat mengenakan sanksi kepada anggota Direksi dalam bentuk
pemberhentian sementara, dengan ketentuan harus segera ditindaklanjuti
dengan penyelenggaraan RUPS.
8
c. Dalam hal terjadi kekosongan dalam Direksi atau dalam keadaan tertentu
sebagaimana ditentukan oleh peraturan perundang-undangan dan anggaran
dasar, untuk sementara Dewan Komisaris dapat melaksanakan fungsi
Direksi.
d. Dalam rangka melaksanakan fungsinya, anggota Dewan Komisaris baik
secara bersama-sama dan atau sendiri-sendiri berhak mempunyai akses dan
memperoleh informasi tentang perusahaan secara tepat waktu dan lengkap.
e. Dewan Komisaris harus memiliki tata tertib dan pedoman kerja (charter)
sehingga pelaksanaan tugasnya dapat terarah dan efektif serta dapat
digunakan sebagai salah satu alat penilaian kinerja mereka.
f. Dewan Komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas, menyampaikan
laporan pertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan perusahaan oleh
Direksi, dalam rangka memperoleh pembebasan dan pelunasan tanggung
jawab (acquit et decharge) dari RUPS.
g. Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Komisaris dapat membentuk
komite. Usulan dari komite disampaikan kepada Dewan Komisaris untuk
memperoleh keputusan. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa
efek, perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun
dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya
digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak
luas terhadap kelestarian lingkungan, sekurang-kurangnya harus
membentuk Komite Audit, sedangkan komite lain dibentuk sesuai dengan
kebutuhan.
4. Komite Penunjang Dewan Komisaris
4.1. Komite Audit
a. Komite Audit bertugas membantu Dewan Komisaris untuk memastikan
bahwa: (i) laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum, (ii) struktur pengendalian internal
perusahaan dilaksanakan dengan baik, (iii) pelaksanaan audit internal
maupun eksternal dilaksanakan sesuai dengan standar audit yang berlaku,
dan (iv) tindak lanjut temuan hasil audit dilaksanakan oleh manajemen.
9
b. Komite Audit memproses calon auditor eksternal termasuk imbalan jasanya
untuk disampaikan kepada Dewan Komisaris.
c. Jumlah anggota Komite Audit harus disesuaikan dengan kompleksitas
Perusahaan dengan tetap memperhatikan efektifitas dalam pengambilan
keputusan. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek,
perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan
mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya
digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak
luas terhadap kelestarian lingkungan, Komite Audit diketuai oleh Komisaris
Independen dan anggotanya dapat terdiri dari Komisaris dan atau pelaku
profesi dari luar perusahaan. Salah seorang anggota memiliki latar belakang
dan kemampuan akuntasi dan atau keuangan.
4.2. Komite Nominasi dan Remunerasi
a. Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas membantu Dewan Komisaris
dalam menetapkan kriteria pemilihan calon anggota Dewan Komisaris dan
Direksi serta sistem remunerasinya.
b. Komite Nominasi dan Remunerasi bertugas membantu Dewan Komisaris
mempersiapkan calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi dan
mengusulkan besaran remunerasinya:. Dewan Komisaris dapat mengajukan
calon tersebut dan remunerasinya untuk memperoleh keputusan RUPS
dengan cara sesuai ketentuan Anggaran Dasar
c. Bagi perusahaan yang sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara,
perusahaan daerah, perusahaan yang menghimpun dan mengelola dana
masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya digunakan oleh
masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap
kelestarian lingkungan, Komite Nominasi dan Remunerasi diketuai oleh
Komisaris Independen dan anggotanya dapat terdiri dari Komisaris dan atau
pelaku profesi dari luar perusahaan.
d. Keberadaan Komite Nominasi dan Remunerasi serta tata kerjanya
dilaporkan dalam RUPS.
10
4.3. Komite Kebijakan Risiko
a. Komite Kebijakan Risiko bertugas membantu Dewan Komisaris dalam
mengkaji sistem manajemen risiko yang disusun oleh Direksi serta menilai
toleransi risiko yang dapat diambil oleh perusahaan.
b. Anggota Komite Kebijakan Risiko terdiri dari anggota Dewan Komisaris,
namun bila mana perlu dapat juga menunjuk pelaku profesi dari luar
perusahaan.
4.4. Komite Kebijakan Corporate Governance
a. Komite Kebijakan Corporate Governance bertugas membantu Dewan
Komisaris dalam mengkaji kebijakan GCG secara menyeluruh yang disusun
oleh Direksi serta menilai konsistensi penerapannya, termasuk yang
bertalian dengan etika bisnis dan tanggung jawab sosial perusahaan
(corporate social responsibility).
b. Anggota Komite Kebijakan Corporate Governance terdiri dari anggota
Dewan Komisaris, namun bilamana perlu dapat juga menunjuk pelaku
profesi dari luar perusahaan.
c. Bila dipandang perlu, Komite Kebijakan Corporate Governance dapat
digabung dengan Komite Nominasi dan Remunerasi.
5. Pertanggungjawaban Dewan Komisaris.
a. Dewan Komisaris dalam fungsinya sebagai pengawas, menyampaikan
laporan pertanggungjawaban pengawasan atas pengelolaan perusahaan oleh
Direksi. Laporan pengawasan Dewan Komisaris merupakan bagian dari
laporan tahunan yang disampaikan kepada RUPS untuk memperoleh
persetujuan.
b. Dengan diberikannya persetujuan atas laporan tahunan dan pengesahan atas
laporan keuangan, berarti RUPS telah memberikan pembebasan dan
pelunasan tanggung jawab kepada masing-masing anggota Dewan
Komisaris sejauh halhal tersebut tercermin dari laporan tahunan, dengan
tidak mengurangi tanggung jawab masing-masing anggota Dewan
Komisaris dalam hal terjadi tindak pidana atau kesalahan dan atau kelalaian
11
yang menimbulkan kerugian bagi pihak ketiga yang tidak dapat dipenuhi
dengan aset perusahaan.
c. Pertanggungjawaban Dewan Komisaris kepada RUPS merupakan
perwujudan akuntabilitas pengawasan atas pengelolaan perusahaan dalam
rangka pelaksanaan asas GCG.
12
Tugas, Tanggung Jawab, dan Wewenang :
a. Direksi bertugas menjalankan dan bertanggung jawab atas pengurusan Emiten
atau Perusahaan Publik untuk kepentingan Emiten atau Perusahaan Publik
sesuai dengan maksud dan tujuan Emiten atau Perusahaan Publik.
b. Setiap anggota Direksi wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan itikad baik, penuh tanggung
jawab, dan kehati-hatian.
c. Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Direksi dapat membentuk komite
dan/ atau memberikan kuasa kepada karyawan dan/ atau Pihak lain.
d. Direksi wajib melakukan evaluasi terhadap kinerja komite dan/ atau penerima
kuasa yang membantu pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) setiap tahun buku berakhir.
Dewan komisaris
a. Dewan Komisaris paling kurang terdiri atas 2 (dua) orang komisaris, satu di
antaranya adalah Komisaris Independen.
b. Dalam hal Dewan Komisaris terdiri lebih dari 2 (dua) orang komisaris, jumlah
Komisaris Independen paling kurang 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah
seluruh anggota Dewan Komisaris.
c. Salah seorang dari anggota Dewan Komisaris dapat diangkat menjadi
komisaris utama atau presiden komisaris.
d. Tata cara pengangkatan komisaris utama atau presiden komisaris dapat diatur
lebih lanjut dalam Anggaran Dasar atau ditetapkan dalam RUPS.
13
b. Anggota Dewan Komisaris wajib melaksanakan tugas dan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dengan itikad baik, penuh tanggung
jawab, dan kehati-hatian.
c. Dalam rangka mendukung efektivitas pelaksanaan tugas dan tanggung
jawabnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Dewan Komisaris wajib
membentuk Komite Audit dan dapat membentuk komite lainnya.
d. Dewan Komisaris wajib melakukan evaluasi terhadap kinerja Komite yang
membantu pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) setiap tahun buku berakhir.
14
KASUS
BANK CENTURY
Kronologi Permasalahan
Bank Century merupakan bank publik yang tercatat di BEI yang mulai
beroperasi tanggal 15 Desember 2004, merupakan hasil marger antara Bank CIC
(Surviving Entity), Bank Danpac dan Bank Pikko.Kasus Bank Century merupakan
kasus yang terhangat di Indonesia yang banyak menyeret para pejabat. Awal mulai
terjadinya kasus Bank Century adalah Bank Century mengalami kalah kliring pada
tanggal18 November 2008.
Masalah yang terjadi di Bank Century merupakan masalah internal yang
dilakukan oleh pihak manajemen bank yang berhubungan dengan klien mereka,
meliputi:
a. Penyimpangan dana untuk peminjam $2,8 milyar (Rp 1,4 triliun Bank
Century pelanggan dan pelanggan Delta Antaboga Securities Indonesia
adalahRp 1,4 triliun).
b. Penjualan produk-produk investasifiktif Antaboga Delta Securities
Indonesia. Jika produk tidak perlu mendaftar BI dan Bapepam-LK.
c. Kedua point tersebut menimbulkan kerugian yang sangat besar bagi
Nasabah Bank Century dan uang para nasabah pun yang ada di Bank
15
Century tidak bisa dicairkan dan tidak ada uang tidak dibayar oleh
pelanggan.
16
pemilik Bank Century yang menggondol dana Bank Century, dan beberapa oknum
di BI.Adapun pihak-pihak yang terlibat dalam kemelut Bank tersebut diantaranya
adalah delapan orang yakni Komisaris Utama Sulaiman AB, Komisaris Poerwanto
Kamajadi, Komisaris Rusli Prakasa, Direktur Utama Hermanus Hasan Muslim.
Kemudian Wakil Direktur Utama Hamidy, Direktur Pemasaran Lila K.
Gondokusumo, Direktur Kepatuhan Edward M. Situmorang, dan Pemegang Saham
Robert Tantular.
Hancurnya Bank Century sehingga harus diselamatkan oleh pemerintah
melalui Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melalui suntikan dana Rp 6,7 triliun
terjadi karena perpaduan pengurusan bank yang mengarah pada tindak kriminal
serta krisis ekonomi global yang terjadi. Surat-surat berharga bodong yang ada di
Century menjadi salah satu pemicu bobroknya kondisi bank tersebut. Belakangan
dilihat ada pengaruh Antaboga, masalah surat bodong itu pasti ada pengaruhnya
dari Bank Century. Tetapi diperburuk karena kondisi krisis global, kalau keadaan
seperti itu tidak dalam krisis global, maka tidak akan meletus seperti itu. PT Bank
Century Tbk (BCIC) pada awalnya ternyata agen penjual produk investasi yang
diterbitkan PT Antaboga Delta Sekuritas. Hal itu diketahui berdasarkan
pemeriksaan awal Bank Indonesia (BI) pada 2005. Menurut Deputi Gubernur BI,
Siti Ch Fadjrijah dalam pertemuan dengan Komisi Keuangan Dewan Perwakilan
Rakyat menyatakan bahwa dari penelusuran BI diketahui produk yang dijual tidak
mempunyai izin dari Bapepam.
17
Century yang memiliki kewajiban surat berharga valas sebesar US$ 210 juta.
Kasus itu menunjukkan manajemen Bank Century tidak mengindahkan
prinsip kehati-hatian perbankan.
b. Pengawasan BI yang Lemah
BI ternyata pernah memberikan kelonggaran aturan kepada Bank
Century, yakni dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang macet
ke kategori lancar. Hal itu dilakukan agar Bank Century tidak perlu
menyisihkan provisi (pencadangan) atas SSB yang macet itu, sehingga tidak
menggerus modalnya. Yang harus dipertanyakan sejauhmana keefektifan
Direktorat Pengawasan Perbankan BI karena selama ini manajemen Bank
Century memberikan laporan harian dan mingguan sehingga kesehatan
perbankan pasti terpantau. Di samping itu, Bapepam selaku otoritas pasar
modal harusnya juga bertanggungjawab karena Bank Century merupakan
perusahaan publik.
Kasus Bank Century ini menunjukkan ada praktik-praktik yang menyimpang
di bank sentral menyangkut tes kelayakan dan kepatutan (fit and proper test)
yang tidak akurat.BI juga dinilai gagal dalam menciptakan tata kelola yang
baik (Good Corporate Governance). Kesehatan merupakan hal yang paling
penting di dalam berbagai bidang kehidupan, baik bagi manusia maupun
perusahaan.
c. Kesehatan Bank
Kesehatan bank dapatdiartikan sebagaikemampuan suatu bank untuk
melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu
memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai
dengan peraturan perbankan yang berlaku, untuk melaksanakan seluruh
kegiatan usaha perbankannya kegiatan tersebut meliputi:
a) Kemampuan menghimpun dana masyarakat dari lembaga lain dan
dari modal sendiri
b) Kemampuan mengolah dana
c) Kemampuan untuk menyalurkan dana ke masyarakat
18
d) Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan,
pemilik modal dan pihak lain
e) Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku
19
BI ternyata pernah memberikan kelonggaran aturan kepada Bank Century,
yakni dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang macet ke kategori
lancar. Hal itu dilakukan agar Bank Century tidak perlu menyisihkan provisi
(pencadangan) atas SSB yang macet itu, sehingga tidak menggerus modalnya.
Kasus Bank Century ini menunjukkan ada praktik-praktik yang menyimpang di
bank sentral menyangkut tes kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) yang
tidak akurat. BI juga dinilai gagal dalam menciptakan tata kelola yang baik (Good
Corporate Governance).
Kesimpulan
Kegagalan Bank Century diindikasikan terjadi karena tindak kriminal yang
dilakukan oleh pemilik Bank Century sendiri. Keadaan ekonomi juga sedang
mengalami krisis global. Kesimpulan yang diperoleh dari masalah Bank Century
ketika munculnya dana bailoutyang mulai bergulir dan kejanggalan dalam
neracanya mulai terungkap. Kelemahan manajemen mulai terlihat setelah
kekacauan reksadana Antaboga Delta sekuritas yang dikeluarkan Bank Century.
Disimpulkan bahwa sebenarnya bailout untuk Century memang diperlukan namun
dibalik itu ternyata banyak fakta bahwa kinerja dan tata kelola Century yang sangat
buruk. Kasus buruknya penerapan Good Corporate Governance (GCG) dalam
industri perbankan Indonesia dapat kita lihat pada kasus Bank Century yang dimana
bank tersebut harus diambil alih Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan
ditetapkan sebagai bank gagal pada tahun 2008 akibat banyaknya kredit bermasalah
yang dimiliki bank tersebut.
Saran
Dari kasus diatas kesimpulan yang kami peroleh yaitu bahwa dalam
menghadapi kasus Bank Century diperlukan kerjasama yang baik antara
pemerintah, DPR-RI dan Bank Indonesia. Pemerintah sendiri seharusnya
bertanggung jawab kepada nasabah Bank Century agar uangnya bisa dicairkan.
Pihak-pihak yang terbukti bersalah dalam proses penyelidikan dan penyidikan
kasus Bank Century harus segera diproses, diadili, dan dijatuhi hukuman yang
20
sepantasnya. Jika pihak tersebut masih aktif bekerja di pemerintahan, sebaiknya
segera dinon-aktifkan.
21
PENUTUP
Kesimpulan
Prinsip GCG OECD ke-6 menjelaskan tentang tanggung jawab dewan
komisaris dan direksi perusahaan. Dalam prinsip ini dinyatakan bahwa kerangka
kerja tata kelola perusahaan harus memastikan pedoman strategis perusahaan,
monitoring yang efektif terhadap manajemen oleh dewan, serta akuntabilitas dewan
terhadap perusahaan dan pemegang saham.
Di dalam dunia bisnis pentingnya menerapkan etika bisnis yang baik untuk
pencapaian tujuan yang ingin dicapai dengan cara halal sesuai dengan tahap-tahap
yang seharusnya, bukan dengan cara menghalalkan segala cara agar dapat
pencapaian tujuan tersebut.
22
DAFTAR PUSTAKA
OECD, 2004, OECD Principles of Corporate Governance (OECD)
Komite Nasional Kebijakan Governance, 2006, Pedoman Umum Good
Governance Indonesia (KNKG)
Peraturan Nomor Ix.I.6 Tentang Direksi Dan Dewan Komisaris Emiten Atau
Perusahaan Publik.
23