Anda di halaman 1dari 15

Analisa Accounting Fraud Di Lembaga Keuangan Non Syariah

(Studi Kasus Pada Bank Century)

MAKALAH

(Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Audit Fraud dan Investigasi)

DOSEN PENGAMPU : Reskino, SE., M.Si., Ak., CA., CMA., CERA

Oleh :

Geshila Letriavis Rahmi

(11180820000114)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1442H/ 2021M
ABSTRACT

This study analyzes organized accounting fraud in the financial institution sector with
a case study on Century Bank with various factors that cause fraud cases. This study also
discusses the strategies used in discussing cases regarding this case. Bank activities do have
a lot of risks that make it very vulnerable for an incident to occur because it is faced with
large amounts of money that causes the intention to make mistakes.

This study discusses theories about fraud in the form of Fraud Triangle Theory,
Fraud Diamond Theory, Fraud Pentagon Theory and basic theories about banking in
Indonesia. The data collection method in this study used the literature study method with
secondary data in the form of monthly financial reports. The results of this study indicate that
banks have a tendency to commit fraud because certain elements can affect the level of
soundness.

Keywords: Accounting Fraud, Financial Institution,bank Century case

ABSTRAK

Pada penelitian ini menganalisis mengenai kecurangan akuntansi (accounting fraud)


yang terorganisir terjadi pada sektor Lembaga keuangan dengan studi kasus pada Bank
Century dengan berbagai faktor yang menjadi penyebab terjadinya kasus fraud. Penelitian ini
juga membahas mengenai strategi yang digunakan dalam menyelidiki kasus kecurangan pada
kasus ini. Kegiatan bank memang memiliki banyak resiko yang menyebabkan sangat rawan
untuk terjadinya kecurangan karena dihadapkan dengan uang dalam jumlah besar yang
menyebabkan timbulnya niat untuk melakukan kecurangan.

Pada penelitian ini membahas teori-teori mengenai fraud berupa Fraud Triangle
Theory, Fraud Diamond Theory, Fraud Pentagon Theory serta teori-teori dasar mengenai
perbankan di Indonesia. Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode
studi pustaka dengan data sekunder berupa laporan keuangan bulanan. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa bank memiliki kecenderungan dalam melakukan tindakan fraud karna
elemen-elemen tertentu yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatannya.

Kata Kunci: Kecurangan Akuntansi,Institusi Keuangan,kasus bank Century

2
DAFTAR ISI
ABSTRACT..............................................................................................................................2
ABSTRAK................................................................................................................................2
KATA PENGANTAR..............................................................................................................4
BAB I.........................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.....................................................................................................................5
A. Latar Belakang.......................................................................................................................5
B. Rumusan Masalah..................................................................................................................7
C. Tujuan Penelitian...................................................................................................................7
BAB II.......................................................................................................................................8
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................................8
D. Landasan Teori.......................................................................................................................8
1. Teori Fraud (Kecurangan).....................................................................................................................8
2. Reasoned Action Theory.......................................................................................................................9
3. Planned Behavior Theory......................................................................................................................9
E. Tinjauan Literatur.................................................................................................................9
1. Accounting Fraud..................................................................................................................................9
2. Sektor Perbankan..................................................................................................................................9

BAB III....................................................................................................................................10
PEMBAHASAN.....................................................................................................................10
F. Analisis Accounting Fraud pada studi kasus Bank Century.............................................10
BAB IV....................................................................................................................................13
KESIMPULAN DAN SARAN..............................................................................................13
G. KESIMPULAN.....................................................................................................................13
H. SARAN..................................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................15

3
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.,
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya
sehingga kami kelompok 6 dapat menyelesaikan tugas makalah Audit Forensik dan
Investigasi yang berjudul “Analisa Accounting Fraud Di Lembaga Keuangan Non Syariah
(Studi Kasus pada Bank Century)”.

Tujuan makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas Audit Forensik dan Investigasi
dan sebagai Ujian Akhir Semester (UAS) pada mata kuliah ini. Kemudian makalah ini juga
bertujuan untuk menambah pengetahuan serta wawasan tentang Akuntansi khusunya
dibidang Audit Forensik dan Investigasi bagi para pembaca dan penulis.

Dalam menyelesaikan makalah ini, kami penulis berterima kasih kepada Ibu Reskino,
SE., M.Si., Ak., CA., CMA., CERA selaku dosen pengampu mata kuliah ini sehingga penulis
dapat menambah pengetahuan dan wawasan di bidang mata kuliah ini. Penulis juga berterima
kasih kepada teman - teman dikelas Audit Forensik dan Investigasi serta semua pihak yang
terlibat yang telah membagikan Sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari pembuatan makalah ini masih jauh dari kata sempurna dikarenakan
masih adanya keterbatasan ilmu dan pengalaman yang dimiliki penulis. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk penulis.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Jakarta,15 Juni 2021

Geshila Letriavis Rahmi

4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pada saat ini kecurangan (fraud) sedang menjadi isu yang sangat diperhatikan
mengingat banyaknya kasus fraud yang sering diberitakan dan menimbulkan dampak
keugian yang luar biasa. Kecurangan (fraud) dapat terjadi dimana saja dan kapan saja
termasuk pada negara berkembang seperti Indonesia. Hal ini dilakukan secara sadar
dengan memberikan keuntungan bagi mereka pelaku kecurangan dan merugikan
banyak pihak. Singelton dan Aaron J. (2010), mendefinisikan kecurangan (fraud)
sebagai perbuatan yang mencakup akal muslihat, kelicikan, dan tidak jujur dan cara-
cara yang tidak layak/wajar untuk menipu orang lain untuk keuntungan diri sendiri,
sehingga menimbulkan kerugian bagi pihak lain. Dampak yang dapat diakibatkan
oleh adanya kecurangan (fraud) antara lain, hancurnya reputasi organisasi, kerugian
organisasi, rusaknya moralitas karyawan serta dampak - dampak negatif lainnya.
Seiring dengan perkembangan pada dunia kerja yang semakin kompleks
praktik kecurangan pun memiliki cara dan strategi yang tidak kalah kompleks.
Kecurangan tersebut dikenal dengan istilah fraud. Fraud sendiri dapat dilakukan oleh
pihak manapun termasuk pada instansi pemerintah yang sering terjadi karena
organisasi ini memiliki stuktur yang cukup kompleks, sistem birokrasi yang sangat
berbelit belit,tekanannya yang tinggi hingga integritas lingkungan kerja yang rendah
dan ketidak efektifan internal control. Salah satu jenis fraud yang sangat sering
ditemui pada instansi pemerintahan yaitu korupsi. Korupsi menjadi hal yang menarik
dibahas karena banyaknya kasusnya yang berkembang pada saat ini. Di Indonesia
sendiri korupsi menjadi kasus fraud yang sangat sering ditemui.
Kecurangan (fraud) dapat terjadi diberbagai sektor perbankan baik itu Syariah
maupun konvensional baik itu pemerintah maupun swasta. Di Indonesia, kita
mengetahui kasus kecurangan yang bahkan hingga saat ini belum bisa terpecahkan
adalah mengenai kasus kecurangan yang terjadi pada Bank Century dimana pada
kasus ini menyeret berbagai pihak dari berbagai kalangan. Bahkan terdapat isu yang
menyebutkan bahwa Presiden Indonesia yang menjabat pada saat itu yakni Susilo
Bambang Yudhoyono beserta wakilnya Boediono yang pada saat kasus ini terjadi

5
sedang menjabat sebagai Gubernur Bank Indonesia ikut terseret dalam kasus ini serta
Mentri Keuangan Sri Mulyani pun ikut diisukan andil pada kasus ini.
Eksplorasi ini diarahkan pada fondasi perbankan yang merupakan area yang
penuh dengan pengawasan dan pedoman yang pasti dikenal sebagai "highly
regulated". Bank merupakan suatu Lembaga dengan intermediasi antara pihak yang
memiliki dana yang berlebih (surplus of funds) dengan pihak yang membutuhkan
dana (lack of funds). Bank mengajukan upaya dari cadangan mulai dari publik yang
disimpan oleh bank bergantung pada kepercayaan, maka bank harus menjaga
kepercayaan individu yang menyimpan uang mereka di bank dengan menjaganya
dengan tepat.
Kasus bank Century (BC) ini menjadi salah satu kasus yang terbesar dan
sangat memprihatinkan pada perbankan di Indonesia dan terjadi pada tahun 2008.
Pada kasus ini menyebabkan kerugian negara lebih dari 7 Triliyun dalam bentuk
bailot (berupa FPJP dan PMS) serta pelarian pada dana investor sekuritas yang belum
terdeteksi kerugiannya. Kasus ini diselesaikan KPK pada tahun 2016 dengan jawaban
atas persoalan yang masih belum ditemukan hingga saat ini. Kasus ini ditutup dengan
ditangkapnya seorang Deputi Bank Indonesia (BI)
Saat ini, setelah lima tahun berlalu kasus tersebut terjadi dan telah ditutup oleh
KPK, hingga saat ini oleh Lembaga terkait kasus ini masih sering diungkit. Laporan
Hasil Pemeriksaan BPK Tahap I Bank Century, Tbk (LHP Tahap I) bank Century
ditanggapi dengan 'pertimbangan yang tidak lazim' oleh BI. Bank Centry sendiri
merupakan konsolidasi antara bank Pikko, CIC, dan Danpac dimana dua dari tiga
bank berada dalam situasi yang sulit dan interaksi konsolidasi tidak memenuhi
kondisi konsolidasi yang sebenarnya. Bagaimanapun, BI tetap mendukung tiga bank
pembantu itu hingga bank Century diperkenalkan pada Desember 2004.
Kemudian pada tahun 2008 bank Century memiliki perubahan rasio yang
cukup drastis dibandingkan dengan fluktuasi rasio bank Century pada tahun-tahun
sebelumnya. terutama rasio BOPO (naik 1133,57% dari tahun 2007), ROE (turun
991,50% dari tahun 2007), PDN (turun 233,52% dari tahun 2007), kemudian diikuti
dengan rasio-rasio lain seperti rasio aktiva produktif, rasio PPAP, ROA, KPMM
(CAR) kredit dan pasar, LDR, dan rasio aktiva tetap yang selisihnya mencapai 30%
dari tahun lalu. Rasio tersebut jauh dari standar kata ‘sehat’ untuk suatu perbankan
yang telah ditetapkan oleh BI. Hingga saat itu bank Century dikategorikan menjadi
bank Dalam Pengawasan Khusus (DPK) dengan melakukan pembatasan pada operasi

6
bank, dan pengambil alihan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dengan dana
talangan digulirkan atas persetujuan dari BI dan Kementrian Keuangan dalam
‘pemulihan’ terhadap bank tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Accounting Fraud?


2. Bagaimana Accounting Fraud dapat terjadi pada sektor perbankan?
3. Bagaimana Accounting Fraud dapat terjadi pada bank Century?
4. Apa keterlibatan Bank Indonesia terhadap kasus bank Century?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk engatahui defenisi dari accounting fraud


2. Untuk memahami accounting fraud yang terjadi pada sektor perbankan
3. Untuk memahami accounting fraud yang terjadi pada bank Century
4. Untuk mengetahui keterlibatan Bank Indonesia terhadap kasus bank Century

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori

B. Teori Fraud (Kecurangan)

C. Fraud Triangle Theory

Teori segitiga kecurangan adalah suatu gagasan mengenai


penyebab terjadinya kecurangan. Gagasan ini pertama kali diciptakan
oleh Donald R. Cressey (1993) yang dinamakan fraud triangle atau
segitiga kecurangan. Teori ini mengemukakan alasan mengapa
seseorang melakukan fraud. Fraud triangle dapat digambarkan sebagai
fire triangle, di mana pressure sebagai sumber panas yang dapat
memicu munculnya api. Namun, pressure sendiri tidak akan dapat
membuat seseorang melakukan fraud, kecuali pressure sendiri
dipengaruhi oleh faktor lain yaitu opportunity (peluang) untuk
melakukan fraud yang diibaratkan sebagai bahan bakar yang membuat
api itu tetap menyala dan juga rationalization atau rasionalisasi dari
tindakan kecurangan yang diibaratkan sebagai oksigen nya (Lister,
2007).

D. Fraud Diamond Theory

Wolfe dan Hermanson (2004) melakukan pengembangan teori


fraud melalui teori dari Cressey (1953) yaitu fraud triangle theory yang
memiliki tiga elemen, kemudian dikembangkan menjadi empat elemen
dengan menambah elemen baru yaitu capability (kemampuan) yang
dikenal dengan fraud diamond theory. Pendapat ini menjelaskan bahwa
kunci dalam mengatasi fraud adalah fokus pada situasi yang terjadi
dengan menggunakan pressure dan rationalization serta kombinasi dari
opportunity dan capability.

E. Crowe’s Fraud Pentagon Theory

8
Dalam pengembangan ini Crowe menambahkan satu elemen.
Elemen tersebut menggambarkan sifat dari pelaku kecurangan yang
disebut arrogance atau kesombongan. Elemen ini menambah elemen
yang ada menjadi lima elemen.

F. Reasoned Action Theory

Theory Reasoned Action adalah teori yang diusulkan oleh Ajzen dan
Fisibein pada tahun 1980. Theory of Reasoned Action mengasumsikan bahwa
perilaku seseorang ditentukan oleh keinginan individu untuk melakukan atau
tidak melakukan suatu tindakan tertentu ataupun sebaliknya. Keinginan ini
ditentukan oleh dua faktor utama yaitu sikap dan norma subjektif. Ajzen dan
Fishibein (1980) dalam “Theory of Reasoned Action” menyatakan bahwa
norma subjektif merupakan determinan dari keinginan individu dalam
melakukan suatu Tindakan tertentu

G. Planned Behavior Theory

Dalam teori ini dijelaskan bahwa niat seseorang dalam melakukan


tindakannya didasari oleh dua faktor utama, yaitu attitude toward to behavior
dan subjective norm (Fishbein dan Ajzen, 1975). Sedangkan dalam Theory of
Planned Behaviour sebagai pengembangan dari TRA dikembangkan menjadi
tiga faktor dengan penambahan satu faktor, yaitu perceived behavioural
control (Ajzen, 1991).

H. Tinjauan Literatur

1. Accounting Fraud

Accounting Fraud merupakan Tindakan kecurangan akuntansi dengan


melakukan penipuan,manipulasi hingga penyembunyian data lainnya yang
illegal secara akuntansi dengan mengubah laporan keuangan dan lain
sebagainya.

B. Sektor Perbankan

Sektor perbankan merupakan suatu Lembaga keuangan yang memiliki peran


dalam menyalurkan dan menghimpun dana masyarakat dengan tujuan untuk
memenuhi kebutuhan dan modal bagi para pemilik dari dana tersebut.

9
BAB III
PEMBAHASAN
A. Analisis Accounting Fraud pada studi kasus Bank Century

Bank Century merupakan bank hasil merger antara Bank Pikko dan Bank
Denpac pada tahun 2004. Hal ini dilakukan atas saran yang diberikan oleh Bank
Indonesia yang menemukan beberapa masalah yang terdapat pada Bank Century
Intervest (CIC). Saran ini didukung karena adanya temuan auditor Bank Indonesia
yang menemukan rasio modal CIC amblas minus 83,06%. Selain itu, indikasi
massalah yang ditemukan adanya surat-surat berharga valuta asing sekitar Rp 2 triliun
yang tidak memiliki tingkatan, jangka panjang, berbunga yang rendah, dan sulit untuk
dijual.
Setelah adanya merger tersebut, Bank Century memiliki beberapa kantor
cabang, kantor cabang pembantu, kantor kas, dan gerai ATM. Pada tahun setelahnya,
Bank Century mendapatkan salah satu nasabah terbesar yaitu Budi Sampoerna.
Kemudian, tepatnya pada tahun 2008, Bank Century kembali mendapat masalah yang
besar dengan adanya kesulitan likuidasi. Hal ini ditandai dengan gagalnya penarikan
yang dilakukan beberapa nasabah, salah satunya yaitu Budi Sampoerna yang gagal
menarik uangnya yang mencapai Rp 2 triliun pada bank tersebut. Selain itu juga,
terdapatnya surat-surat berharga valuta asing yang jatuh tempo dan gagal bayar
bernilai US$ 56 Juta.
Hal ini langsung direspon oleh Bank Indonesia untuk membantu dalam
mengatasi kesulitan yang dimiliki oleh Bank Century melalu Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) dengan penyuntikan dana sebesar Rp 632 Miliar untuk tambahan
bank modal serta meningkatkan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 8%. Enam
hari kemudian, LPS kembali menyuntikan dananya ke Bank Century sebesar 2,7
triliun dan menambah CAR menjadi 10%. Pada 5 Desember 2008, LPS untuk
kesekian kalinya kembali menyertakan danya sebesar 2,2 triliun dengan alasan untuk
memenuhi tingkat kesehatan bank. Setelah dinyatakan lumpuh terhadap bank ini pada

10
tahun 2009, Bank Century tetap mendapatkan kucuran dana dari LPS senilai 1,55
triliun.
Adanya suntikan dana terus menerus dari LPS, menimbulkan kecurigaan yang
dideteksi oleh KPK. Hal ini diduga oleh KPK adanya suap menyuap antara pejabat
hingga penegak hukum. Dugaan ini dibuktikan pada penangkapan yang ingin
dilakukan oleh penyidik KPK terhadap petinggi kepolisian karena diduga menerima
suap. Sayangnya, penangkapan ini dibatalkan karena suap tersebut dibatalkan.
Rencana penangkapan ini diduga diketahui oleh Kepala Kepolisian Republik
Indonesia yaitu Jendral Bambang Danuri. Hal ini yang menyebabkan hubungan yang
kurang harmonis antara KPK dan Polri. (Detik.com)
Masalah yang timbul kembali yaitu pencairan dana Rp 180 Miliar yang
dilakukan Bank Century pada Budi Sampoerna. Namun, hal ini dibantah oleh Budi
yang merasa tidak mene-rima sedikitpun dana dari Bank Century. Atas pernyataan
tersebut, LPS memiliki alasan kembali untuk menyuntikan dana kembali ke Bank
Century sebesar Rp 630 Miliar untuk menutupi CAR. Dapat disimpulkan bahwa total
dana yang di berikan oleh LPS ke Bank Century sebesar Rp 6,7 Triliun.
Pada akhirnya DPR ikut turun tangan dalam kasus tersebut dengan meminta
penjelasan kepada Sri Mulyani yang pada saat itu menjabat sebagai Mentri Keuangan
terkait suntikan dana yang diberikan sebesar Rp 6,7 Triliun, sedangkan yang diminta
persetujuan hanya sebesar Rp 1,3 Triliun. Sri Mulyani saat itu hanya berpendapat
bahwa apabila Bank Century ditutup maka akan berdampak sistemik pada perbankan
di Indonesia.
Adanya dugaan Fraud yang terjadi pada Bank Century memicu adanya
pengajuan investigasi lebih lanjut oleh BPK atas bank tersebut. BPK melakukan dua
kali audit investigasi, dimana tahap pertama menemukan temuan, kemudian pada
tahap kedua membahas tentang penjabaran temuan audit pertama. Berikut ialah hasil
temuan yang dirangkum dari Laporan Hasil Pemeriksaan pada tahap pertama:
1. BI tidak tegas dan tidak berhati-hati dalam menerapkan pedoman dan akuisisi
dan konsolidasi sendiri yang telah ditetapkan dalam konsolidasi Bank CIC,
Bank Pikko, dan Bank Danpac;
2. BI tidak mengawal LKM sehingga permasalahan yang dilihat LPS sejak tahun
2004 tidak terselesaikan sehingga pada akhirnya bank tersebut terabaikan agar
berdampak efisien dan dikuasai LPS pada tanggal 21 November 2008;

11
3. Penataan kantor sementara kepada BC dilakukan oleh BI dengan mengubah
perjanjian-perjanjian yang tidak sesuai dengan susunan;
4. Kepastian BC sebagai pelaku dalam mengelola rekening yang berdampak
mendasar atas informasi dan data yang lengkap dari Bank Indonesia yang
benar-benar terjadi;
5. Serah terima BC mengurus ke LPS sesuai UU No. 24 Tahun 2004 tentang LPS
dan pembicaraan tentang penyertaan modal sementara (PMS) ke BC yang
dilakukan oleh Komite Koordinasi (KK) yang organisasinya belum dibentuk
berdasarkan Undang-undang, sehingga dapat mempengaruhi status sahnya
adanya KK dan penanganan BC oleh LPS;
6. Proses kepengurusan BC oleh LPS tidak ditegakkan dengan pengurusan yang
diharapkan, tidak dibahasnya adanya tambahan PMS dengan Komite
Koordinasi, perubahan PLPS diduga agar BC bisa mendapatkan tambahan
PMS untuk kebutuhan likuiditas, dan peredaran PMS ke BC tidak memiliki
dasar hukum yang sah sejak 18 Desember 2008;
7. BC membayar aset pihak luar yang diidentifikasikan pada bank sepanjang BC
merupakan bank dalam pengawasan luar biasa sebesar Rp938.645 juta;
8. Penyalahgunaan cadangan kas uang asing hingga USD18 juta dan pembobolan
247 NCD dengan nilai nominal sebesar Rp2 miliar pada masing-masing
tersebut;
9. Praktik yang tidak benar dan pelanggaran oleh pengurus bank, investor, dan
bagian terkait di bank yang bersifat merugikan BC.

Dari adanya temuan ini hal yang menjadi perbincangan yang besar yaitu Bank
Indonesia (BI) yaitu pembuat kebijakan. Hal ini karena BI dianggap telah
mengetahui permasalahan yang terjadi Bank Century namun tetap tidak
memberikan sanksi yang besar kepada bank tersebut. Laporan keuangan yang
diterbitkan oleh Bank Century dinyatakan tidak mencerminkan keadaan yang
sesungguhnya. Selain itu, tuduhan juga ditujukan kepada pembuat kebijakan,
karena pembuat kebijakan masih memberikan fasilitas berupa suntikan-suntikan
dana yang besar kepada Bank Century tanpa mengulas lebih dalam permasalahan
yang dimiliki oleh bank tersebut. Hal ini muncul beberapa dugaan yang menduga
bahwa adanya faktor beberapa kepentingan pejabat publik dalam kasus
kecurangan(fraud) pada kasus ini dengan adanya suap-menyuap antar pihak.

12
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN

Kecurangan (fraud) dapat terjadi dimanapun, dan juga kapanpun, baik dari
lembaga keuangan maupun lembaga non-keuangan, baik dari syariah maupun
konvensional. Fraud dapat terjadi oleh berbagai macam faktor yang melatar-belakangi
kegiatan tersebut. Kesempatan merupakan jalan utama terjadinya kegiatan fraud,
kesempatan ini ada yang muncul dalam ketidak sengajaan, ada juga beberapa pihak
yang memang sengaja membuat kesempatan tersebut. Fraud juga dapat terjadi dengan
adanya organisir antar beberapa pihak atau fraud yang dilakukan oleh perseorangan.
Salah satu fraud yang terorganisir yang terjadi di Indonesia yaitu adanya kasus Bank
Century yang melibatkan beberapa pihak terkait seperti LPS, Mentri Keuangan,
Gubernur BI, Kapolri, hingga Presiden dalam kasus tersebut. Kasus ini sangat ramai
pada tahun 2008 dikalangan masyarkat terkait likuidasi yang menimpa Bank Century
dengan adanya beberapa nasabah yang tidak dapat menarik dananya pada bank
tersebut, dan terdapat beberapa surat berharga valuta asing yang jatuh tempo dan
gagal bayar.
Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan Bank Indonesia (BI) merupakan
salah satu pihak yang terlibat dengan adanya kasus bank century. Kedua pihak
tersebut dianggap sudah mengetahui tentang permasalahan yang terjadi pada Bank
Century, tetapi tidak mengambil tindakan yang tegas dalam permasalahan tersebut.
Hal yang dilakukan pihak tersebut malah membuat masyarakat menjadi terheran-
heran dengan kebijakan memberikan suntikan dana yang besar bagi Bank Century
yaitu sebesar Rp 6,7 Triliun dengan tujuan untuk meningkatkan CAR Bank Century,

13
hal ini memicu kecurigaan pihak KPK dan juga DPR adanya kasus fraud yang terjadi
pada bank tersebut dengan adanya penyuapan kepada pejabat-pejabat terkait.
Hal tersebut dibuktikan dengan adanya investigasi lanjut yang dilakukan oleh
BPK terkait temuan-temuan hasil audit pada Bank Century yang membuktikan adanya
Fraud Accounting yang terjadi pada kasus bank tersebut. Namun, hal yang sangat
disayangkan yaitu kasus tersebut ditutup oleh pemerintahan tanpa kejelasan yang jelas
pada kasus tersebut.

B. SARAN

Penulis menyadari bahwa pengetahuan dan pengalaman penulis pada


penulisan ini masih sangat minim dan terbatas terhadap akses referensinya. Penulis
juga berharap pada penelitian selanjutnya, peneliti tersebut membahas lebih dalam
contoh atau kasus terjadinya kecurangan/fraud yang diungkap dalam perbankan atau
non perbankan agar penelitian tersebut dapat menjadi jauh lebih menarik dan juga
berkualitas bagi para pembaca.

14
DAFTAR PUSTAKA

Amrullah, M. A. (2003). Pencucian Uang dan Kejahatan Terorganisir. Jurnal Hukum IUS
QUIA IUSTUM, 10(22), 130–146. https://doi.org/10.20885/iustum.vol10.iss22.art11

Anonymous. (2014). Kilas balik kasus Bank Century. BBC News Indonesia.
https://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2014/07/140716_bankcentury_101

Basuki, & Yulia, A. W. (2016). Studi Financial Statement Fraud pada Perbankan yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 2, 187–200.

Elmanda, F. B., & Kiswara, E. (2017). INDIKASI KECURANGAN AKUNTANSI DALAM


LAPORAN KEUANGAN BANK CENTURY, Tbk. Eprints.Undip.Ac.Id.

Herdianto, G., Delamat, H., & Subeki, A. (2016). Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Fraud
DI Bank Syariah Yang Terdaftar Di Bank Indonesia. Akuntabilitas: Jurnal Penelitian
Dan Pengembangan Akuntansi, 10(1), 25–36.

Sulastri, S. (2014). FRAUD PADA SEKTOR PEMERINTAH BERDASARKAN FAKTOR


KEADILAN KOMPENSASI, SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL, DAN ETIKA
ORGANISASI PEMERINTAH (Studi Empiris Dinas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta).
Jurnal Magister Akuntansi Trisakti, 1(2), 199. https://doi.org/10.25105/jmat.v1i2.4938

Susanti, A. (2010). Sebenarnya Ada Apa di Balik Skandal Bank Century. Detik.Com.
https://news.detik.com/opini/d-1306406/sebenarnya-ada-apa-di-balik-skandal-bank-
century-

Urumsah, D., Wicaksono, A. P., & Pratama, A. J. P. (2016). Melihat jauh ke dalam: Dampak
kecerdasan spiritual terhadap niat melakukan kecurangan. Jurnal Akuntansi & Auditing
Indonesia, 20(1), 48–54. https://doi.org/10.20885/jaai.vol20.iss1.art5

15

Anda mungkin juga menyukai