Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

AUDIT LAPORAN KEUANGAN VS FRAUD EXAMINATION


Dosen : Dr. Ratnasari, SE., M.Si., Ak., CA

Oleh :
Kelompok 2

Falih Zaki Sudharman (02420231011)


St. Rukmania (02420231016)

PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI (PPAk)


UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
dalam menyelesaikan makalah Akuntansi Forensik dan Audit Investigatif dengan
pokok bahasan “Audit Laporan Keuangan Vs Fraud Examination” dengan
tepat waktu dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Akuntansi Forensik
dan Audit Investigasi yang diampu oleh Dr. Ratnasari, SE., M.Si., Ak., CA.

Dalam proses penyusunan makalah ini tidak lepas dari kekurangan-


kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk menyempurnakan makalah ini,
semoga makalah ini dapat memberikan manfaat terhadap pembaca dalam
memahami mengenai Akuntansi Forensik dan Audit Investigasi.

Makassar , 26 September 2023

Kelompok 2
DAFTAR ISI

SAMPUL i

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 9

C. Tujuan 9

BAB II PEMBAHASAN

A. Audit Laporan Keuangan 10

B. Fraud Examination 16

C. Perbedaan antara Audit Laporan Keuangan dengan Fraud

Examination 16

D. Kasus 18

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN 20

DAFTAR PUSTAKA 21
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) mengklasifikasikan


kecurangan (fraud) dalam bentuk fraud tree yaitu sistem klasifikasi mengenai hal-
hal yang ditimbulkan oleh kecurangan, yang terbagi dalam 3 (tiga) jenis atau
tipologi berdasarkan perbuatan yaitu penyimpangan atas asset (asset
misappropriation), pernyataan palsu atau salah pernyataan (fraudulent statement)
dan korupsi (corruption). Fraud adalah sebuah masalah yang semakin berkembang
dewasa ini. Pelaku-pelaku yang melakukan fraud pun saat ini tidak hanya
terbatas pada golongan atas, namun sudah banyak yang menyentuh lapisan bawah.
Hal ini tentu menjadi salah satu yang perlu kita waspadai dan peduli terhadap
sekeliling tempat kita bekerja.
Berdasarkan rilis Association of Certified Fraud Examiners (ACFE)
bertajuk Asia-Pacific Occupational Fraud 2022: A Report to the Nations,
Indonesia berada di peringkat ke-4 sebagai negara dengan jumlah fraud di tahun
2022, tercatat sebanyak 23 kasus. Fraud terbesar di Indonesia adalah korupsi (64
persen), penyalahgunaan aktiva/kekayaan negara & perusahaan (28,9 persen), dan
fraud laporan keuangan (6,7 persen). Fraud dengan skala besar terjadi di PT
Asabri dengan kerugian negara menurut BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)
sebesar Rp 22,78 triliun, PT Jiwasraya Rp 16,81 triliun, dan terbaru fraud di
PT Indosurya Inti Finance yang menurut Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi
Keuangan (PPATK) menyebabkan kerugian nasabah Rp 106 triliun.

Pasca reformasi, setelah skandal Bank Century, inilah fraud di sektor jasa
keuangan paling mencengangkan. Skandal Century "diobati" dengan bailout
Rp 6,7 triliun, sementara Jiwasraya, "disembuhkan" dengan bail in Rp 22 triliun
dari APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Tentu saja berbagai
skandal dalam institusi keuangan tersebut berimbas pada rakyat. Lagi-lagi, APBN
yang ketiban beban untuk skema penyelamatan bailout/bail-in terhadap kerugian
yang ditimbulkan dari kasus-kasus fraud.
Anggaran yang semestinya dipakai untuk menyejahterakan rakyat, malah
digunakan untuk menyelamatkan lembaga keuangan yang tertimpa fraud. Industri
Keuangan Sektor jasa keuangan adalah jalur peredaran uang ke dalam ekonomi.
Selain sebagai variabel moneter, dalam jangka pendek, peredaran uang menjadi
salah satu pendukung penting pertumbuhan ekonomi. Peredaran uang
merefleksikan terjadinya transaksi dan aktivitas output serta pertumbuhan
ekonomi sebagai resultannya. Bila inklusi di sektor keuangan semakin dalam,
menandakan pendanaan kegiatan ekonomi berjalan baik.

Sebaliknya, masih dangkalnya inklusi keuangan, menandakan pendanaan


kegiatan ekonomi belum menggeliat karena sumber pembiayaan yang terbatas.
Berbagai kasus fraud yang terjadi merupakan batu sandungan dalam mencapai
pendalaman sektor keuangan, sebagai sumur pembiayaan kegiatan ekonomi.
Inklusi yang masih dangkal, literasi yang rendah, serta seringnya terjadi fraud
dalam industri keuangan nasional adalah pemantik terganggunya stabilitas dalam
ekosistem industri keuangan sebagai darahnya ekonomi (the blood of economy).

Karena itu, industri jasa keuangan dan tata kelolanya perlu dijaga agar
tetap sehat dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Hal yang dikapitalisasi
dalam industri keuangan adalah public trust. Inilah modal utama industri
keuangan. Hal yang dijual ke publik adalah citra dan kepercayaan. Dengan modal
inilah dana publik dihimpun dan disalurkan ke dalam ekonomi (intermediary
functions of distribution). Karena itu penting untuk menjaga stabilitas sistem
keuangan dari gangguan fraud di tengah kondisi ketidakpastian global. Saat ini,
kondisi ketidakpastian global belum berakhir. Inflasi global masih tinggi, seturut
suku bunga global yang masih berada dalam tren kenaikan. Hal tersebut tercermin
dari data inflasi di beberapa negara ekonomi utama.

Dana murah yang terbatas dalam rezim suku bunga tinggi, membuat
likuiditas dalam sektor jasa keuangan mengalami kekeringan. Kebangkrutan tiga
bank di AS, yaitu Silicon Valley Bank (SVB), Signature Bank (SB), Silvergate
Bank, dan kolapsnya Credit Suisse Bank yang berbasis di Swiss adalah fakta
rapuhnya sektor keuangan saat ini di masa paceklik likuiditas. Badai
ketidakpastian global belum berakhir. Dalam kondisi makro global yang penuh
risiko itulah, industri keuangan perlu dijaga. Peristiwa bank run yang terjadi di
AS, meskipun eskalasinya sudah melandai, perlu dimaknai sebagai suatu
fenomena rapuhnya kepercayaan publik pada resiliensi institusi keuangan di
tengah kondisi ketidakpastian global. Dalam konteks Indonesia, kondisi jangan
diperparah lagi dengan berbagai fraud yang merusak kepercayaan publik pada
lembaga keuangan sebagai darahnya ekonomi. Perbaikan tata kelola melalui good
corporate governance (GCG) adalah kultur korporasi (corporate culture) yang
diharapkan tumbuh dari dalam industri keuangan. Rekomendasi ACFE tentang
anti-fraud controls seperti external audit of internal controls over financial
reporting, formal fraud risk assessments serta management review melalui fraud
training for employees adalah rangkaian dari kultur korporasi berbasis GCG
dalam rangka menekan praktek fraud dalam industri keuangan.

Perkembangan ilmu akuntansi telah memasuki wilayah investigasi dan


forensik untuk mendeteksi kecurangan. Permasalahan dan solusi mengenai
kecuranganbiasanya dipandang dari sudut ekonomi, sosiologi, budaya, sistem
pemerintahan maupun segi hukum. Namun pada segi akuntansi, masih
jarang terlihat kontribusi nyata dari akuntan dalam melawan kecurangan
(fraud). Dalam hal ini para akuntan dituntut untuk memiliki kemampuan
yang lebih dalam bidang akuntansi yang didukung oleh pengetahuan luas di
bidang ekonomi, keuangan, perbankan, perpajakan, bisnis, teknologi
informasi, dan tentunya pengetahuan di bidang hukum. (Rika, 2016). Fraud
atau kecurangan adalah objek utama dari akuntansi forensik dan dibuktikan
dalam audit investigative.
Akuntansi forensik adalah penerapan disiplin ilmu akuntansi dalam arti
luas, termasuk auditing, pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di
dalam atau di luar pengadilan, di sektor publik maupun privat. Pada awalnya
akuntansi forensik merupakan perpaduan yang sederhana antara akuntansi dan
hukum, tetapi pada kasus yang lebih rumit ada tambahan ilmu yang terkandung
dalam akuntansi forensik yaitu ilmu audit. (Tuanakotta, 2014).
Akuntansi forensik adalah penerapan disiplin ilmu akuntansi dalam arti luas,
termasuk auditing, pada masalah hukum untuk penyelesaian hukum di dalam
atau di luar pengadilan, di sektor publik maupun privat. Pada awalnya
akuntansi forensik merupakan perpaduan yang sederhana antara akuntansi dan
hukum, tetapi pada kasus yang lebih rumit ada tambahan ilmu yang terkandung
dalam akuntansi forensik yaitu ilmu audit. (Tuanakotta, 2014).
Audit forensik lebih menekankan proses pencarian bukti serta penilaian
kesesuaian bukti atau temuan audit tersebut dengan ukuran pembuktian yang
dibutuhkan untuk proses persidangan. Audit forensik merupakan perluasan dari
penerapan prosedur audit standar ke arah pengumpulan bukti untuk kebutuhan
persidangan di pengadilan. Dalam membuktikan apakah seseorang melakukan
kecurangan (fraud) harus didukung oleh alat-alat bukti yang kuat,
sedangkan untuk memperoleh alat bukti yang kuat diperlukan metode yang tepat
dan relevan salah satu metode yang digunakan yaitu jasa auditor forensik
(Hakim, 2014).
Dalam hal ini keahlian auditor forensik sangat dibutuhkan. Masalah
yang dihadapi indonesia saat ini adalah kecurangan yang berupa korupsi. Tidak
mudah dalam menyelesaikan kasus-kasus tersebut karena harus melalui prosedur
yang tepat untuk memperoleh bukti yang kuat. Audit investigatif merupakan
salah satu cara yang efektif untuk mengungkap kecurangan yang terjadi karena
audit investigatif ini dilakukan oleh seorang ahli akuntansi dan audit dalam
pengungkapan kecurangan tersebut. (Ni Wayan, 2016).
Audit investigatif merupakan upaya pembuktian, umumnya pembuktian ini
berakhir di pengadilan dan ketentuan hukum acara yang berlaku dengan
menerapkan beberapa teknik. Audit investigatif dilakukan oleh auditor yang
disebut auditor investigatif. Dalam pelaksanaan audit investigatif,auditor harus
memiliki kemampuan untuk membuktikan adanya kecurangan yang mungkin
terjadi dan belum terdeteksi oleh berbagai pihak. prosedur dan teknik dalam
proses penyelidikan harus sesuai dengan ketentuan dan standar yang berlaku.

Hal ini menuntut setiap auditor harus memiliki sikap profesionalisme


dalam melakukan tugasnya. Hal ini berarti auditor dituntut untuk memiliki
keterampilan umum yang dimiliki auditor pada umumnya dan merencanakan
serta melaksanakan pekerjaan menggunakan keterampilan dan kemahiran
profesionalnya dengan cermat dan seksama. Penggunaan kemahiran profesional
dengan cermat dan seksama, memungkinkan auditor untuk memperoleh
keyakinan memadai bahwa laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik
yang disebabkan oleh kekeliruan maupun kecurangan. (Marcellina dan Sugeng,
2009).
Pengalaman audit ditunjukkan dengan jam terbang auditor dalam
melakukan prosedur audit terkait dengan pemberian opini atas laporan auditnya.
Auditor yang telah memiliki banyak pengalaman tidak hanya akan memiliki
kemampuan untuk menemukan kekeliruan (error) atau kecurangan (fraud) yang
tidak lazim yang terdapat dalam laporan keuangan tetapi juga auditor tersebut
dapat memberikan penjelasan yang lebih akurat terhadap temuannya tersebut
dibandingkan dengan auditor yang sedikit pengalamannya (Ansah dan
Kushasyandita, 2014).
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah antara lain :

1) Apa itu audit laporan keuangan?

2) Apa itu Fraud Examination?

3) Apa saja perbedaan audit laporan keuangan dengan Fraud Examination?

C. Tujuan

Tujuan Makalah ini adalah

1) Untuk mengetahui audit laporan keuangan.

2) Untuk mengetahui Fraud Examination.

3) Untuk mengetahui perbedaan audit laporan keuangan dengan Fraud


Examination.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Audit Laporan Keuangan


1. Definisi Audit Laporan Keuangan
Audit adalah suatu proses sistematis untuk memperoleh dan
mengevaluasi bukti yang berhubungan dengan asersi tentang tindakan dan
kejadian ekonomi secara objektif untuk menentukan tingkat kepatuhan
asersi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan dan
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Audit laporan keuangan merupakan salah satu bentuk
pertanggungjawaban perusahaan kepada stakeholders. Data laporan
keuangan perusahaan biasanya terdokumentasi dengan lengkap pada
software laporan keuangan perusahaan. Siklus assurance ini dilakukan
untuk memberikan informasi mengenai kewajaran dan kecukupan
penyajian laporan keuangan, dengan memperhatikan prinsip akuntansi
yang berlaku dan tidak berlaku.
Tujuan dari ujian akhir bagi Audit laporan keuangan publik
bersertifikat adalah untuk dapat menjalankan usaha mandiri. Selama
implementasi, ada beberapa langkah yang perlu diambil selama tinjauan
akhir.
Ujian akhir diselenggarakan oleh orang yang kompeten dan mandiri
di bidangnya. Hal ini dilakukan agar kita dapat menentukan kesesuaian
informasi dan melaporkannya berdasarkan berbagai kriteria yang
ditetapkan oleh perusahaan. Audit laporan keuangan juga merupakan
proses mengevaluasi informasi yang diukur oleh agen ekonomi dan
mengumpulkan bukti.
Singkatnya, pemeriksaan terakhir adalah perbandingan kondisi yang
terjadi dengan kriteria yang ditentukan. Selain itu, menurut Komite
Fundamental dari American Institute of Accountants, siklus audit adalah
proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi secara objektif
bukti yang terkait dengan pernyataan tentang aktivitas dan peristiwa
ekonomi.
Ketika laporan keuangan tidak diaudit, kesalahan dapat terjadi, baik
disengaja maupun tidak. Sehingga, menjadi kurang kredibel dan pemangku
kepentingan tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas kewajarannya.
Hal ini juga dimaksudkan untuk memastikan kesesuaian antara penugasan
dan kriteria yang ditentukan. Pengguna yang tertarik akan diberitahu
tentang hasil tugas. Akun tahunan perusahaan harus diaudit. Apalagi jika
menyangkut perusahaan yang terdaftar.

2. Tujuan Audit Laporan Keuangan


Tujuan audit laporan keuangan adalah untuk menilai kewajaran atau
kelayakan penyajian laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan.
Adapun kelayakan dan kewajaran ini mengacu pada prinsip akuntansi
yang berterima umum dan selanjutnya atas penilaian tersebut akan
tercermin pada opini audit. Jenis jenis opini audit laporan keuangan adalah
ada empat macam, yaitu:
a) Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion), artinya laporan
keuangan disajikan sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.
b) Wajar Dengan Pengecualian (Qualified Opinion), artinya laporan
keuangan dapat diandalkan tetapi masih ada beberapa masalah atau
pos yang dikecualikan agar tidak salah dalam mengambil keputusan.
c) Tidak Wajar (Adversed), artinya laporan keuangan tidak disajikan
sesuai dengan standar akuntansi atau ada kesalahan material dalam
laporan keuangan tersebut.
d) Tidak Memberikan Pendapatan (Disclaimer), artinya laporan
keuangan memiliki kesalahan yang material dan manajemen
membatasi lingkup pemeriksaan sehingga auditor tidak menemukan
bukti yang cukup.
3. Alasan Audit Laporan Keuangan Dilakukan
a) Mengetahui Kondisi Keuangan Perusahaan
Kondisi keuangan merupakan salah satu indikator kesuksesan suatu
perusahaan. Karenanya, tidak heran jika banyak perusahaan yang rela
melakukan apa saja agar kondisi keuangannya stabil. Salah satu
kegiatan untuk memastikan atau memeriksa kondisi keuangan
perusahaan yakni melalui proses audit laporan keuangan.
b) Memenuhi Kewajiban
Mengacu pada Undang-Undang Perseroan No. 40 Tahun 2007 Pasal
68, perusahaan wajib melakukan audit. Memang tidak semua
perusahaan diwajibkan melakukan audit. Untuk memperjelas berikut
akan merupakan kutipkan isi dari UU Perseroan No. 40 Tahun 2007
Pasal 68:
1) Direksi wajib menyerahkan laporan keuangan Perseroan kepada
akuntan publik untuk di audit apabila:
 Kegiatan usaha Perseroan adalah menghimpun dan/atau
mengelola dana masyarakat.
 Perseroan menerbitkan surat pengakuan utang kepada
masyarakat.
 Perseroan merupakan Perseroan Terbuka.
 Perseroan merupakan Persero.
 Perseroan mempunyai aset dan/atau jumlah peredaran usaha
dengan jumlah nilai paling sedikit Rp50.000.000.000,00 (lima
puluh miliar rupiah).
 Diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
2) Dalam hal kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
dipenuhi, laporan keuangan tidak disahkan oleh RUPS.
3) Laporan atas hasil audit akuntan publik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) disampaikan secara tertulis kepada RUPS melalui
Direksi.

4. Bagian dalam Standar Audit


Standar audit adalah standar/aturan/kriteria yang ditetapkan dan
disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), meliputi 3 bagian
yaitu adalah sebagai berikut:
a) Standar Umum
1) Audit harus dilaksanakan oleh seseorang atau lebih yang
mempunyai keahlian dan pelatihan teknis yang memadai sebagai
auditor.
2) Auditor harus mempertahankan mental dari segala hal yang
berhubungan dengan perikatan, independensi.
3) Auditor wajib menggunakan keahlian profesionalnya dalam
melaksanakan pelaksanaan audit dan pelaporan dengan cermat dan
seksama.
b) Standar Pekerjaan Lapangan
1) Seluruh pekerjaan audit dapat direncanakan dengan sebaik-baiknya
dan apabila menggunakan asisten maka harus disupervisi dengan
semestinya.
2) Tak hanya memperhatikan standar pelaporan audit saja,
pemahaman yang memadai atas pengendalian intern sangat
dibutuhkan untuk merencanakan audit dan menentukan sifat
3) Bukti audit yang kompeten harus diperoleh melalui inspeksi
pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar
yang memadai untuk dapat memberikan pernyataan pendapat atas
laporan keuangan yang diaudit.
c) Standar Pelaporan
1) Laporan audit harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
2) Hasil laporan auditor harus menunjukkan kekonsistenan, apabila
ada ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam
penyusunan laporan keuangan periode berjalan dengan penerapan
pada periode sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.Laporan
auditor harus memuat pernyataan pendapat mengenai laporan
keuangan secara keseluruhan bahwa pernyataan yang demikian
tidak bisa diberikan.

5. Tahapan Audit Laporan Keuangan


Adapun tahapan-tahapan audit laporan keuangan sebagai berikut:
a) Penerimaan Perikatan Audit
Sebelum melaksanakan audit, maka harus ada sebuah kesepakatan yang
harus dibuat dan disetujui bersama oleh pihak auditor dan pihak klien
/perusahaan yang biasanya diwakili oleh manajemen. Klien
menyerahkan laporan keuangan kepada auditor dan auditor
menyanggupi akan melaksanakan audit sesuai dengan kompetensinya.
Bentuk perikatan ini tertulis sebagai surat perikatan audit.
b) Perencanaan Proses Audit
Untuk membuat perencanaan audit, seorang auditor harus:
1) Memahami bisnis dan industri klien.
2) Melakukan prosedur analitik.
3) Menentukan materialitas, menetapkan risiko audit dan risiko
bawaan.
4) Memahami struktur pengendalian intern dan menetapkan risiko
pengendalian.
c) Mengembangkan rencana audit dan program audit.
Dari situ, auditor bisa menentukan jenis audit apa yang akan
dipilihnya. Selain itu, auditor juga akan mempertimbangkan segala
risiko yang mungkin timbul dalam proses audit. Sebelum melangkah
ke proses selanjutnya, auditor perlu meminta persetujuan dari pihak
perusahaan.

d) Pelaksanaan Pengujian Audit


Setelah membuat perencanaan audit laporan keuangan maka saatnya
melaksanakan pengujian audit. Pada tahap ini, auditor akan
melakukan pengujian analitik, pengujian pengendalian dan pengujian
substantif. Singkatnya pengujian analitik dilakukan auditor dengan
mempelajari data-data dan informasi bisnis klien dan membandingkan
dengan data dan informasi lain.
Pengujian pengendalian merupakan prosedur audit untuk melakukan
verifikasi efektivitas pengendalian internal klien. Sementara pengujian
substantif merupakan siklus audit untuk menemukan kesalahan yang
langsung memberikan pengaruh pada laporan keuangan. Dengan ini,
tujuan audit untuk mengevaluasi sudah dicapai.
e) Tahap Analisa dan Observasi
Dalam melakukan proses audit perusahaan ini, harus ada pihak
perusahaan yang bertugas mengawasi kinerja seorang auditor. Hal ini
dilakukan untuk menghindari kecurangan dan bertujuan agar hasil
pengujian data dan informasi yang ada bersifat objektif serta tepat
sasaran. Di tahap ini pula seorang auditor akan melakukan pemetaan
tentang masalah yang mungkin muncul dari proses observasi tersebut,
yang mana semua ini dikaitkan dengan informasi yang ia dapat
sebelumnya dan juga pihak-pihak luar yang sekiranya terlibat dalam
proses pendanaan perusahaan.
f) Mendapatkan Hasil
Setelah melakukan observasi dan segala pemetaan masalah yang
kemungkinan terjadi, kini saatnya auditor memeriksa risiko material
dari perusahaan. Auditor akan menganalisis hasil yang didapatnya dari
lapangan. Dari sini akan terlihat jika ada kesalahan dari laporan
keuangan perusahaan dan juga kerugian yang dialami oleh
perusahaan. Selanjutnya, auditor akan mengklarifikasi ulang. Sebelum
mengambil kesimpulan, seorang auditor akan mencocokkan hasil
audit perusahaan dengan auditor yang lain. Jika auditor lainnya juga
menemukan kesalahan keuangan yang sama, maka dipastikan ada
yang tidak beres dengan kondisi keuangan perusahaan. Untuk itu, tim
auditor akan melakukan pemeriksaan lanjutan secara lebih mendalam.
g) Pelaporan Audit
Tahap terakhir yaitu pelaporan audit, yaitu hasil dari pekerjaan audit
yang telah dikerjakan. Laporan ini merupakan bentuk komunikasi
auditor dengan pihak lainnya sehingga tidak boleh dibuat secara
sembarangan. Laporan audit merupakan tanggung jawab audit yang
besar sehingga untuk memutuskan dan membuat laporan ini harus
hati-hati.Di dalam laporan audit harus mencakup:
1) Jenis opini
2) Jasa yang diberikan
3) Objek yang diaudit
4) Tujuan dan ruang lingkup audit
5) Hasil audit dan rekomendasi yang diberikan jika ada kekurangan

B. Fraud Examination
Fraud Examination mencakup pengumpulan dokumen dan barang bukti
dari tindak pidana Fraud, interview para saksi dan orang-orang yang diduga
sebagai pelaku tindak pidana Fraud, investigasi dan penulisan laporan hasil
investigasi, mengkonfirmasi dan menjadi saksi kebenaran dan keabsahan dari
penemuan barang bukti.

C. Perbedaan Audit Laporan Keuangan dan Fraud Examination


1. Sifat dari audit laporan keuangan adalah tidak bermusuhan (non
adversarial), sedangkan sifat dari pemeriksaan fraud adalah bermusuhan
(affix blame) karena pada akhirnya investigator atau pemeriksa harus
menentukan siapakah pihak yang bertanggung jawab atau bersalah atas
kejadian fraud tersebut.
2. Tujuan audit laporan keuangan adalah untuk memberikan pendapat atas
kewajaran laporan keuangan, sedangkan tujuan fraud examination adalah
untuk mengidentifikasi dan mengungkap kecurangan atau fraud.
3. Ruang lingkup pemeriksaan fraud lebih spesifik, yang berdasarkan pada
adanya indikasi, dugaan, tuduhan atau sangkaan, sedangkan audit laporan
keuangan dilakukan secara umum atas data keuangan.
4. Audit laporan keuangan dilakukan secara berkala, sedangkan fraud
examination hanya dilakukan apabila ditemukan indikasi
penyimpangan/penipuan/kecurangan.
5. Auditor laporan keuangan bertanggung jawab untuk memberikan pendapat
atas kewajaran laporan keuangan, sedangkan fraud examiner bertanggung
jawab untuk mengungkap kecurangan atau fraud.
6. Audit laporan keuangan dilakukan oleh akuntan publik, sedangkan fraud
examination dapat dilakukan oleh para akuntan, aparat penegak hukum, atau
privat investigator.
7. Audit laporan keuangan meliputi pemeriksaan atas data keuangan,
sedangkan fraud examination meliputi pengumpulan dokumen dan barang
bukti dari tindak pidana fraud, interview para saksi dan orang-orang yang
diduga sebagai pelaku tindak pidana fraud, investigasi dan penulisan
laporan hasil.
8. Audit laporan keuangan dilakukan untuk memastikan bahwa laporan
keuangan yang dihasilkan oleh pihak perusahaan yang telah diaudit dapat
lebih dipercaya oleh pemakai informasi laporan keuangan, sedangkan fraud
examination dilakukan untuk menangani tindak pidana dan penyimpangan
finansial tertentu.
9. Audit laporan keuangan meliputi pemeriksaan atas hal-hal lain di bidang
keuangan, pemeriksaan investigatif, dan pemeriksaan atas sistem
pengendalian intern, sedangkan fraud examination dilakukan untuk menguji
dan memastikan apakah fraud memang benar-benar terjadi di sebuah entiti
atau perusahaan, dan mengungkap para pelakunya disertai barang bukti
yang sah dan otentik.
10. Audit laporan keuangan dilakukan untuk memenuhi persyaratan hukum
dan peraturan perundang-undangan, sedangkan fraud examination dilakukan
untuk mengungkap kecurangan atau fraud yang merugikan perusahaan

D. Kasus yang berhubungan dengan Audit Laporan Keuangan dan


Fraud Examination

Kasus PT. Garuda Indonesia

Dengan bantuan aplikasi pencatat keuangan, PT. Garuda Indonesia


(Persero) Tbk mengklaim mencatatkan kinerja keuangan cemerlang pada 2018
lalu, dengan laba bersih US$ 809 ribu atau sekitar Rp 11,33 miliar. Namun dua
komisaris perusahaan menolak menandatangani laporan keuangan karena
menduga ada kejanggalan pencatatan transaksi demi memoles laporan keuangan
tahunan 2018. Dua komisaris tak sepakat dengan salah satu transaksi kerja sama
dengan PT Mahata Aero Teknologi, perusahaan rintisan (startup) penyedia
teknologi wifi on board, yang dibukukan sebagai pendapatan oleh manajemen.

1. Kronologinya, Mahata bekerja sama secara langsung dengan PT Citilink


Indonesia, anak usaha Garuda Indonesia yang dianggap menguntungkan
hingga US$ 239,9 juta.
2. Dalam kerja sama itu, Mahata berkomitmen menanggung seluruh biaya
penyediaan, pemasangan, pengoperasian, dan perawatan peralatan
layanan konektivitas.Pihak Mahata sebenarnya belum membayar
sepeserpun dari total kompensasi yang disepakati hingga akhir 2018,
namun manajemen tetap mencatat laporan itu sebagai pendapatan
kompensasi atas hak pemasangan peralatan layanan konektivitas dan
hiburan dalam pesawat.
3. Sampai pada akhirnya, laporan keuangan Garuda Indonesia menorehkan
laba bersih.
4. Namun, hal itu terendus oleh pihak regulator. Pada akhirnya, Bursa Efek
Indonesia (BEI) memberikan peringatan tertulis III dan mengenakan
denda sebesar Rp 250 juta kepada Garuda Indonesia, serta menuntut
perusahaan untuk memperbaiki dan menyajikan laporan keuangan.
5. Tak hanya itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengenakan denda
masing-masing sebesar Rp 100 juta kepada Garuda Indonesia dan seluruh
anggota direksi.
6. OJK juga mewajibkan perusahaan untuk memperbaiki dan menyajikan
kembali laporan keuangan 2018.
7. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP), OJK membekukan Surat Tanda
Terdaftar (STTD) selama 1 tahun kepada KAP Kasner Sirumapea.
8. Di sisi lain, Kementerian Keuangan juga membekukan izin terhadap AP
Kasner Sirumapea selama 12 bulan.
Skandal keuangan yang dialami Garuda Indonesia ini merupakan contoh kasus
kecurangan laporan keuangan atau fraud jenis Fraudulent Statements.

Kasus PT Angkasa Pura II (Persero) dan

PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Persero).

Fraud melalui tindak korupsi juga terjadi di dua perusahaan pelat merah
nasional, yakni PT Angkasa Pura II (Persero) dan PT Industri Telekomunikasi
Indonesia (Persero).

Kedua perusahaan milik negara itu memutuskan untuk bersinergi dalam


menggarap proyek pengadaan baggage handling system (BHS) senilai Rp 86
miliar.

Dalam prosesnya, Direktur Keuangan AP II diduga menerima suap sebesar


96.700 dolar Singapura dari Direktur Utama PT INTI sebagai hadiah terima
kasih atas proyek tersebut.
Dalam prosesnya, transaksi suap dilakukan melalui perantara dari pihak PT
INTI, dan diduga berlangsung dengan sepengetahuan Direktur Utama AP II.

Pada akhirnya, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menangkap Direktur


Keuangan AP II, Direktur Utama PT INTI, dan perantara dari PT INTI, serta
menjadikan mereka sebagai tersangka.

Kasus tersebut merupakan contoh fraud berjenis Corruption.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Fraud examination dan Auditing memiliki hubungan yang


sinergis, tetapi tetap keduanya tidak merupakan hal yang sama. Hal ini
dikarenakan beragam bentuk Fraud/penipuan yang umumnya terjadi di
lingkungan pekerjaan adalah berupa kejahatan finansial yang
mensyaratkan metode khusus yang lebih dari sekedar review dari data dan
dokumen finansial semata. Untuk inilah maka Fraud examination
mengambil peran. Fraud examination mencakup hal-hal yang lebih luas
dan teknik yang lebih advance seperti interview, analisis data dan
statement keuangan, penelusuran dan pencarian data publik (public
records), dan pemeriksaan dokumen secara forensik (yang disahkan
hukum dan peradilan).
DAFTAR PUSTAKA

1. https://mekari.com/blog/audit-laporan-keuangan/
#Pengertian_dari_Audit_Laporan_Keuangan
2. https://www.pajakku.com/read/62ce7304a9ea8709cb18af3d/Serba-Serbi-
Audit-Laporan-Keuangan
3. https://www.jurnal.id/id/blog/2018-mengenal-audit-laporan-keuangan-dari-
pengertian-tujuan-dan-tahapan-nya/
4. https://id.scribd.com/presentation/452211785/Audit-Vs-Fraud-Examination-
ppt-pptx
5. https://www.bpkp.go.id/public/upload/unit/investigasi/files/Gambar/PDF/
cegah_deteksi.pdf
6. https://www.coursehero.com/file/92241451/AUDIT-LAPORAN-
KEUANGAN-VS-FRAUD-EXAMINATIONpdf/
7. https://jurnal.uin-antasari.ac.id/index.php/al-banjari/article/download/395/308
8. https://id.scribd.com/document/367240769/Auditing-vs-Fraud-Examination
9. https://pdfcoffee.com/beda-fraud-examination-forensic-acc-audit-
investigasidoc-pdf-free.html
10. http://jejakinvestigator.blogspot.com/2015/08/perbedaan-audit-umum-dan-
pemeriksaan.html?m=1
11. https://repository.widyatama.ac.id/server/api/core/bitstreams/2ddad7b4-940b-
4ad8-9697-eee35933aab0/content
12. https://wikifraud.wordpress.com/2011/01/11/fefaaud/
13. http://www.ocw.upj.ac.id/files/RPS-ACT501-ACT501-RPS-Fraud-Audit.pdf
14. https://www.jurnal.id/id/blog/kenali-fraud-laporan-keuangan-dan-praktik-
yang-merugikan-perusahaan/

Anda mungkin juga menyukai