Anda di halaman 1dari 19

FINANCIAL STATEMENT FRAUD

(Studi Kasus Pt Envy Technologies Indonesia Tbk)

Diajukan Sebagai Tugas Individu Mata Kuliah Teori Akuntansi

Novrizka Roza Tsabita


5211201002

Jurusan Akuntansi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Jenderal Achmad Yani

2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat dan anugerah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah ini. Makalah yang
berjudul “Financial Statement Fraud” ini kami buat dalam rangka menyelesaikan tugas yang
diberikan Ibu Heni Nurani, selaku dosen mata kuliah Teori Akuntansi

Dalam proses penyelesaian makalah ini, kami banyak menemukan tantangan dan kendala
yang harus dihadapi. Namun semua itu dapat dilewati berkat rahmat Tuhan Yang Maha Esa
yang memberikan jalan keluar dari setiap masalah-masalah yang kami hadapi dan juga adanya
dukungan dan bantuan dari pihak-pihak yang rela menyediakan waktu untuk memberikan
arahan dan masukan kepada kami dalam penyelesaian makalah ini. Oleh karena itu,
terselesaikannya laporan ini tentu saja bukan karena kemampuan kami semata-mata. Semua
tantangan dan kendala yang ada, tidak dipungkiri membuat langkah kami menjadi tersendat
dalam melanjutkan penulisan makalah ini, namun dukungan dan bantuan dari Tuhan Yang
Maha Esa dan pihak-pihak yang terkait.

Kami telah berupaya yang terbaik dalam penulisan makalah ini, namun kami menyadari
masih banyak keterbatasan yang kami miliki sehingga makalah ini tak luput dari kekurangan
terutama dalam penulisan masih memerlukan penyempurnaan. Maka dari itu, segala kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat diperkenankan agar kami menjadi lebih baik. Akhirnya,
kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua

Cimahi, 01 April 2023

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................2

DAFTAR ISI................................................................................................................................3

BAB 1...........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN........................................................................................................................4

BAB 2...........................................................................................................................................7

KAJIAN PUSTAKA....................................................................................................................7

2.1 Teori Ekonomi (Economic Theory)...................................................................................7

2.2 Teori Agensi (Agency Theory)..........................................................................................7

2.3 Fraud Triangle Theory.......................................................................................................7

2.4 Fraud Diamond Theory......................................................................................................8

2.5 Fraud Pentagon Theory......................................................................................................8

BAB 3 PEMBAHASAN............................................................................................................10

3.3 Definisi Kecurangan Laporan Keuangan.........................................................................10

3.2 Kasus Dugaan Manipulasi Laporan Keuangan PT Envy Technologies Indonesia Tbk.. 11

3.3 Solusi Untuk Mencegah Kecurangan Laporan Keuangan...............................................16

BAB 4 KESIMPULAN..............................................................................................................18

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................19
BAB 1
PENDAHULUAN

Laporan keuangan merupakan catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada


suatu periode akuntansi yang dapat digunakan untuk menggambarkan kinerja perusahaan
(Maula dan Rakhman, 2018). Namun terdapat beberapa kasus di mana manajer gagal dalam
mencapai tujuan kinerjanya sehingga informasi yang akan tampil dalam laporan keuangan
tidak akan memuaskan. Untuk menutupi hal tersebut terkadang manajemen rela melakukan
kecurangan supaya informasi dalam laporan keuangan terlihat baik. Sebagai upaya dalam
mencegah perbuatan tersebut maka menjadi tugas bagi auditor untuk mendeteksi adanya
kecurangan (Arles, 2014).
Kecurangan (fraud) merupakan ancaman yang berdampak signifikan pada kelemahan
efisiensi pasar modal dan penurunan kepercayaan di antara korporasi, investor, dan partisipan
pasar modal lainnya (Amiram et al., 2018; Driel, 2019). Tingkat kecurangan telah meningkat
seiring dengan pertumbuhan pasar modal dan perkembangan teknologi yang pesat (Hass et al.,
2016; Karpoff, 2021). Menurut American Institute of Certified Public Accountants (AICPA),
kecurangan (fraud) adalah suatu aksi yang disengaja dalam menimbulkan kesalahan penyajian
laporan keuangan yang perlu diaudit (AICPA, 2021). Ferrel et al. (2015) menjelaskan bahwa
kecurangan adalah permasalahan etis yang melibatkan praktik dalam memanipulasi dan
menyembunyikan fakta demi kepentingan pribadi atau kelompok.
Financial statement fraud merupakan tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau
eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan yang
sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan dalam penyajian laporan keuangannya
untuk memperoleh keuntungan (Kennedy & Siregar, 2018). Banyak hal yang dapat
mendorong atau memicu manajemen perusahaan untuk melakukan kecurangan dalam laporan
keuangan, salah satunya yaitu adanya konflik kepentingan antara agen yang dalam hal ini
adalah manajemen perusahaan dan investor sebagai principal, dimana investor menginginkan
agar perusahaan selalu meningkatkan kinerja setiap tahunnya untuk menaikkan nilai
perusahaan di bursa efek. Adanya tuntutan tersebut membuat perusahaan melakukan berbagai
macam cara agar bisa memenuhi keinginan investor meskipun dengan cara yang menyimpang
yaitu fraud (Rahmayuni, 2018).
Terdapat berbagai fenomena kasus financial statement fraud yang terjadi, kasus yang
paling banyak mengundang perhatian dunia adalah kasus perusahaan Enron yang merupakan
salah satu perusahaan terbesar di Amerika Serikat. Enron melakukan aksi penipuan laporan
keuangan perusahaan demi menarik investor, hal tersebut dilakukan dengan cara melebih-
lebihkan keuntungan di laporan keuangan dan memanipulasi laporan keuangan hingga utang-
utangnya tidak ketahuan. Ketika kasus skandal akuntansi tersebut terungkap Pada akhir 2001 ,
hanya dalam waktu kurang dari setahun, saham Enron anjlok parah hingga ke level US$ 26
cents. (sumber: www.liputan6.com, diakses 26 Oktober 2018, Pukul 17:00 WIB).
Berdasarkan permasalahan yang diuraikan di atas, teknik analisis financial shenanigans
dapat diterapkan oleh pengguna laporan keuangan seperti investor dan pihak lainnya dalam
mendeteksi kecurangan pada tahap awal. Hingga saat ini, penelitian yang membahas penggunaan
financial shenanigans dalam mendeteksi kecurangan yang terjadi secara spesifik pada perusahaan
tertentu masih bersifat terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menelaah kasus dugaan
manipulasi laporan keuangan (fraudulent financial reporting) PT Envy Technologies Indonesia
Tbk tahun 2019. Kasus PT Envy Technologies Tbk yang dipublikasikan pada tahun 2021
merupakan salah satu kasus dugaan kecurangan laporan keuangan terbaru dalam kurun waktu
lima tahun terakhir. Penelitian dilakukan dengan mengkaji laporan keuangan PT Envy
Technologies pada tahun sebelum fraud, tahun terjadinya fraud, dan tahun setelah fraud dengan
menggunakan konsep earnings manipulation financial shenanigans yang hanya berfokus pada
manipulasi laba, pendapatan, dan beban. Pendeteksian kecurangan dengan metode akuntansi
forensik yang bersifat proaktif sangat diperlukan dalam menangkal risiko terjadinya kecurangan
laporan keuangan. Hal tersebut dikarenakan kecurangan berpotensi dalam merusak kepercayaan
pemangku kepentingan terutama investor serta mengganggu efisiensi transaksi perdagangan
saham di pasar modal.

Banyaknya kasus skandal financial statement fraud yang terjadi merupakan salah satu
indikasi bahwa topik mengenai financial statement fraud merupakan topik yang menarik
untuk dibahas.
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas mengenai financial statement
fraud. Penelitian yang dilakukan oleh Sartono (2013) menyimpulan bahwa financial
statement fraud sangat berdampak buruk bagi perusahaan publik dan menggerus tingkat
keyakinan investor terhadap bonafiditas perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa
efek. Selain itu Suprajadi (2009) menyimpulkan bahwa pelaku akan melakukan kecurangan
karena merasa yakin bahwa perbuatannya tidak akan
ditemukan. Langkah sistematis untuk mendeteksi kecurangan adalah melalui pemahaman teori
kecurangan, mengamati sinyal kecurangan dan memahami skenario kecuranlan (awareness)
serta metodologi yang didisain untuk menemukan kecurangan.
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Ekonomi (Economic Theory)


Menurut Rilam dan Saladin (1990:6), teori ekonomi adalah teori yang menjelaskan
sifat-sifat hubungan antara variabel-variabel ekonomi, sehingga diperoleh gambaran
bagaimana perilaku kegiatan antara sistem ekonomi yang terjadi. Misalnya: teori permintaan
menjelaskan hubungan antara harga dan jumlah barang yang diminta. Economic theory study
dalam financial statement fraud ini mendasari pada economic agency theory yang
menganalogikan manajemen adalah agen dari suatu prinsipal.

2.2 Teori Agensi (Agency Theory)


Agency theory atau yang biasa disebut teori agensi menjelaskan tentang hubungan
antara dua pihak yaitu pemilik (principal) dan manajemen (agent) (Putri dan Yuyetta, 2013).
Pengertian principal dalam agency theory adalah pihak-pihak yang menyerahkan sebagian
atau seluruh wealth-nya untuk dikembangkan pihak lain. Sedangkan yang dimaksud dengan
agent adalah pengelola perusahaan (Sutedi, 2011:15).
Pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan merupakan salah satu
faktor yang memicu timbulnya konflik kepentingan yang lebih dikenal dengan konflik
keagenan. Konflik keagenan yang timbul antara berbagai pihak yang memiliki banyak
kepentingan dapat mempersulit dan menghambat perusahaan dalam mencapai kinerja yang
positif untuk menghasilkan nilai yang beguna bagi perusahaan itu sendiri dan juga bagi
shareholders. Selain itu, Adanya ketidakseimbangan penguasaan informasi dapat memicu
munculnya suatu kondisi yang disebut dengan asimetri infromasi (information asymmetry)
(Jensen dan Meckling , 1976).
Kaitan teori agensi dengan financial statement fraud adalah financial statement fraud
dapat dialakukan karena adanya tekanan dari principal kepada agen untuk menunjukan
kinerja tertentu, sehingga agar kinerjanya terlihat baik oleh principal maka agen melakukan
financial statement fraud.

2.3 Fraud Triangle Theory


Pada tahun 1973 Cressey menyatak sebuah teori yang dinamakan dengan teori
segitiga kecurangan atau farud triangle. Teori ini sudah banyak dipakai oleh para professional
untuk mengjelaskan mengapa kecurang terjadi. Menurut Cressey (1973) kecurangan dapat
terjadi
karena adanya tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), dan rasionalisasi
(rationalization) yang kemudian dikenal dengan istilah fraud triangle.
1. Tekanan (pressure)
Pressure (tekanan), yaitu adanya insentif/tekanan/kebutuhan untuk melakukan fraud.
Menurut SAS No. 99, terdapat empat jenis kondisi yang umum terjadi pada pressure yang
dapat mengakibatkan kecurangan, yaitu financial stability, external pressure, personal
financial need, dan financial targets (Sidiq dan Hadinata, 2016).
2. Kesempatan (opportunity)
Opportunity adalah peluang yang memungkinkan terjadinya fraud. Para pelaku fraud
percaya bahwa aktivitas mereka tidak akan terdeteksi (Widiyarti, 2018).
3. Rasionalisasi (rationalization)
Rasionalisasi (rationalization) merupakan pembenaran terhadap tindakan kecurangan yang
dilakukan oleh pelaku. Pelaku biasanya mencari berbagai alasan yang rasional untuk
membenarkan tindakan yang dilakukan (Septriani & Handayani, 2018).

2.4 Fraud Diamond Theory


Pada tahun 2004 Wolfe dan Hermanson menngemukakan sebuah teori yang dikenal
dengan teori fraud diamond. Teori ini adalah bentuk penyempurnaan dari teori fraud triangle
oleh Cressey (1953). Teori fraud diamond menambahlan satu factor yang dapat menyebabkan
kecurangan yaitu kemampuan (capability), factor tersebut tidak terdapat dalam teori triangle.
Capability artinya seberapa besar daya dan kapasitas dari seseorang itu melakukan
fraud di lingkungan perusahaan. Perubahan direksi adalah penyerahan wewenang dari direksi
lama kepada direksi baru. Hal ini bertujuan untuk memperbaiki kinerja manajemen
sebelumnya. Namun, perubahan direksi dapat menimbulkan stress period sehingga
berdampak pada semakin terbukanya peluang untuk melakukan fraud (Nurbalti & Hanafi,
2017).

2.5 Fraud Pentagon Theory


Fraud pentagon merupakan pengembangan dari fraud triangle theory oleh Cressey
(1953), kemudian fraud diamond theory yang dikembangkan oleh Wolf & hermanson (2004).
Crowe (2011) mengembangkan teori fraud triangle dan fraud diamond dengan merubah
fraud risk factor berupa capability menjadi competence yang memiliki makna istilah yang
sama. Selain itu ada penambahan risk factor berupa arrogance (arogansi).
Arrogance (Arogansi) yaitu sifat superioritas atas hak yang dimiliki dan merasa
bahwa pengendalian internal dan kebijakan perusahaan tidak berlaku untuk dirinya (Crowe,
2011).
Kesombongan ini muncul dari keyakinan bahwa dirinya mampu melakukan kecurangan dan
kontrol yang ada tidak dapat menimpa dirinya sehingga pelaku kecurangan biasanya berpikir
bebas untuk melakukan kecurangan tanpa takut adanya sanksi yang akan menjeratnya
(Crowe, 2011).
BAB 3

PEMBAHASAN

3.3 Definisi Kecurangan Laporan Keuangan


Financial statement fraud atau kecurangan pelaporan keuangan adalah salah saji
yang disengaja atau kelalaian dari jumlah atau pengungkapan dengan maksud untuk
menipu pengguna laporan keuangan (Arens et al, 2014 dalam Adelina & Harindahyani,
2018).
Statement of Auditing Standards No.99 mendefinisikan financial statement
fraud sebagai tindakan atau perbuatan yang disengaja untuk menghasilkan salah saji
material dalam laporan keuangan yang merupakan subjek audit (Nugrahaeni &
Triatmoko, 2017). Australian Auditing Standarts (2000) yang menyatakan
kecurangan laporan keuangan adalah tindakan salah saji material yang disengaja
untuk menyesatkan informasi laporan keuangan. Sehingga dapat berakibat kesalahan
dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh para pengguna informasi laporan
keuangan (Maula dan Rakhman,
2018).

Financial statement fraud adalah tindakan yang dilakukan oleh pejabat atau
eksekutif suatu perusahaan atau instansi pemerintah untuk menutupi kondisi keuangan
yang sebenarnya dengan melakukan rekayasa keuangan dalam penyajian laporan
keuangannya untuk memperoleh keuntungan (ACFE, 2016).
Dalam The Treadway Commission’s Report of the National Commission on
Fraudulent Financial Reporting, (1987), financial statement fraud diartikan sebagai
kesengajaan atau kecerobohan dalam melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu
yang seharusnya dilakukan yang menyebabkan laporan keuangan menjadi penyesatkan
secara material (Purba dan Putra, 2017).
Rezaee dan Riley (2009) mendefinisikan kecurangan pelaporan keuangan
sebagai berikut:
“Financial statement fraud is a deliberate attempt by corporations to deceive or
mislead users of published financial statements, especially investors and creditors, by
preparing and disseminating materially misstated financial statements”.

Artinya, kecurangan pelaporan keuangan merupakan suatu usaha yang dilakukan dengan
sengaja oleh perusahaan untuk mengecoh dan menyesatkan para pengguna laporan
keuangan, terutama investor dan kreditor, dengan menyajikan dan merekayasa nilai
material dari laporan keuangan. Manipulasi keuntungan (earning manipulation)
disebabkan keinginan perusahaan agar saham tetap diminati investor (Sidiq dan
Hadinata, 2016).
Dari definisi-definisi yang telah diuraikan diatas maka:

1.Semua definsi diatas sepakat bahwa financial statement fraud merupakan perbuatan
yang disengaja.
2.Statement of Auditing Standards No.99, Australian Auditing Standarts (2000), The
Treadway Commission’s Report of the National Commission on Fraudulent Financial
Reporting (1987), Rezaee dan Riley (2009) menyatakan penyataan yang sama bahwa
perbuatan financial statement fraud yang disengaja tersebut berupa salah saji yang
material.
3.Arens et al (2014), Australian Auditing Standarts (2000), The Treadway Commission’s
Report of the National Commission on Fraudulent Financial Reporting , (1987),
Rezaee dan Riley (2009) menyatakan hal yang sama bahwa financial statement fraud
dilakukan untuk menyesatkan informasi keuangan sehingga menipu pengguna
laporan keuangan.
4.Sedangkan ACFE (2016) menyatakan bahwa financial statement fraud dilakukan
untuk menutupi kondisi keuangan yang sebenarnya.

3.2 Kasus Dugaan Manipulasi Laporan Keuangan PT Envy Technologies Indonesia Tbk.
Berdasarkan prospektus penawaran perdana saham PT Envy Technologies Indonesia
Tbk. pada Juli 2019, perseroan didirikan pada tanggal 27 September 2004 dan bergerak di
bidang jasa teknologi informasi dan telekomunikasi. Kegiatan usaha diklasifikasikan
menjadi jasa sistem integrasi informatika, sistem integrasi telekomunikasi, dan keamanan
informasi digital. Perusahaan melakukan penawaran perdana saham (initial public offering)
pada tanggal 1-2 Juli 2019 dan resmi menjadi perusahaan publik di BEI dengan kode saham
ENVY pada tanggal 8 Juli 2019. Struktur permodalan PT Envy Technologies Indonesia Tbk
terdiri dari saham pemilik, pihak eksekutif perseroan, dan masyarakat. Jumlah saham yang
diperjualbelikan kepada masyarakat adalah sebesar 33% dari keseluruhan modal atau sebesar
Rp 60 miliar rupiah (IDX, 2019).
Setelah dua tahun terdaftar sebagai perusahaan terbuka, PT Envy Technologies
Indonesia Tbk diduga telah melakukan manipulasi laporan keuangan tahunan 2019. Pada
tanggal 19 Juli 2021, perseroan mendapatkan surat permintaan penjelasan mengenai laporan
keuangan konsolidasian dari Bursa Efek Indonesia Indonesia (BEI). Lembaga tersebut
menduga bahwa perseroan telah melakukan praktik manipulasi laporan keuangan yang
dikonsolidasi dengan laporan keuangan dari anak perusahaan, yaitu PT Ritel Global Solusi
(RGS). PT Ritel Global Solusi tidak menyusun laporan keuangan tahun 2019, sehingga hal
tersebut mendapatkan perhatian dari BEI atas kebenaran angka yang disajikan. Pihak
manajemen perseroan menyatakan akan melakukan klarifikasi terhadap dugaan manipulasi
laporan keuangan tersebut. Selain itu, pihak auditor eksternal juga belum menanggapi hal
tersebut (CNBC Indonesia & Sandria, 2021a).
Selain itu, terdapat beberapa anomali pada penyajian angka-angka laporan
keuangan tahun 2019. Laporan keuangan ENVY pada tahun 2019 menunjukkan
peningkatan pendapatan dan laba bersih yang signifikan. Pada tahun 2019, pendapatan
perusahaan adalah sebesar Rp 188,58 miliar yang meningkat sebesar 135% dari pendapatan
2018 yaitu sebesar 80,35 miliar. Laba bersih ENVY pada tahun 2019 meningkat sebesar 19%
dari Rp 6,79 miliar di tahun 2018 menjadi Rp 8,05 miliar di tahun 2019. BEI menindaklanjuti
kasus dugaan manipulasi laporan keuangan tersebut dengan menghentikan sementara
perdagangan saham ENVY dari 1 Desember 2020 dan akan berlanjut selama 2 tahun hingga
1 Desember 2022. Keputusan suspensi atas saham ENVY ditetapkan
Earnings Manipulation Shenanigans No.1

Tabel 1
Analisis Earnings Manipulation Shenanigans No.1: Mencatat Pendapatan Sebelum
Menyelesaikan Kewajiban Material Kontrak
Dalam 2020 (Triwulan
2016 2017 2018 2019
Rupiah (Rp) III)
Pendapatan 3.761.055.641 3.182.372.134 80.351.640.464 188.583.796.943 2.621.194.029
Perubahan
-15,39% 2424,90% 134,70% -98,61%
pendapatan -
(%)
Laba/rugi - 1.189.973.073 - 3.446.345.612
4.837.177.856 9.033.484.710 -22.250.431.535
usaha
Perubahan
-189,62% 240,36% 86,75% -346,31%
laba/rugi -
usaha (%)
Piutang
794.661.916 244.694.776 56.437.438.370 141.826.395.769 125.270.209.359
usaha
Perubahan
22964,42% 151,30% -11,67%
piutang - -69,21%
usaha (%)
Rasio
piutang
0,21129 0,07689 0,70238 0,75206 47,79128
usaha
terhadap
pendapatan
Rasio Days
of Sales 77,12 28,07 256,37 274,50 17443,82
Outstanding
(DSO)
Piutang
- 2.046.405.600 1.244.508.110 13.460.893.652 30.457.322.028
lain-lain
Perubahan
piutang - - -39,19% 981,62% 126,27%
lain-lain (%)
Umur
piutang
usaha 134.944.029 134.435.565 32.371.908.274 28.568.519.320
-
(sampai
dengan 1
bulan)
Persentase
umur piutang
16,98% 54,94% 57,36% 20,14% 0,0%
sampai
dengan 1
Umur
piutang 659.717.887 110.259.211 1.695.819.187 16.423.473.399
-
usaha (1-3
bulan)
Persentase
umur piutang 83,02% 45,06% 3,00% 11,58%
1-3 bulan 0,00%
Umur
piutang usaha 22.369.710.909 96.834.403.050 125.270.209.359
(3-12 bulan) - -
Persentase
umur 0,00% 0,00% 39,64% 68,28%
100%
piutang (3-
12 bulan)

Sumber: Laporan Keuangan PT Envy Technologies Indonesia Tbk. 2016-2020 (Bursa


Efek Indonesia, n.d.)

Earnings manipulation shenanigans no.1 melibatkan tindakan manipulasi pendapatan


(revenue) yang berasal dari sumber yang sah seperti aktivitas penjualan dan pemberian jasa.
Teknik pertama dari shenanigans pendapatan tersebut adalah pencatatan pendapatan sebelum
perusahaan memenuhi kewajiban material kontrak terhadap pihak lain. Perusahaan dapat
memanipulasi angka pendapatan dengan mencatat penjualan sebelum aktivitas signifikan
penjualan telah terjadi. Berdasarkan informasi keuangan dari PT Envy Technologies Indonesia
Tbk. pada tahun 2016-2020, pendapatan (revenue) dan laba usaha (operating profit)
mengalami kenaikan yang signifikan sebesar 2424,9% dan 240,36% pada tahun 2018.
Peningkatan pendapatan dan laba usaha yang tinggi terjadi setelah perusahaan mengalami
penurunan laba sebesar 189,62% dari tahun 2016 ke 2017. Pada tahun 2019, pendapatan dan
laba usaha ENVY berhasil meningkat sebesar 134,7% dan 86,75%. Namun, perusahaan
mengalami penurunan yang drastis untuk pendapatan dan laba perusahaan pada tahun 2020
yaitu sebesar 98,61% dan 346,31% dari tahun 2019. Perusahaan telah menunjukkan
pertumbuhan yang terlampau pesat dan kurang realistis pada tahun 2018-2019 sebelum
akhirnya mengalami penurunan yang drastis. Hal tersebut mengindikasikan bahwa
perusahaan dapat mengubah kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pengakuan
pendapatan, sistem pengiriman, atau pencatatan potongan penjualan dan rabat sebagai beban
untuk meningkatkan angka pendapatan secara signifikan.
Earnings Manipulation Shenanigans No.2

Tabel 2
Analisis Earnings Manipulation Shenanigans No.2: Mencatat Pendapatan Palsu

Dalam 2020 (Triwulan


2016 2017 2018 2019
Rupiah (Rp) III)
Pendapatan 3.761.055.641 3.182.372.134 80.351.640.464 188.583.796.943 2.621.194.029
Perubahan
-15,39% 2424,90% 134,70% -98,61%
pendapatan -
(%)
Laba/rugi - 1.189.973.073 - 3.446.345.612
4.837.177.856 9.033.484.710 -22.250.431.535
usaha
Perubahan
-189,62% 240,36% 86,75% -346,31%
laba/rugi -
usaha (%)
Piutang usaha
794.661.916 244.694.776 56.437.438.370 141.826.395.769 125.270.209.359
Perubahan
22964,42% 151,30% -11,67%
piutang - -69,21%
usaha (%)
Rasio
piutang
0,21129 0,07689 0,70238 0,75206 47,79128
usaha
terhadap
pendapatan
Rasio Days
of Sales 77,12 28,07 256,37 274,50 17443,82
Outstanding
(DSO)
Piutang
- 2.046.405.600 1.244.508.110 13.460.893.652 30.457.322.028
lain-lain
Perubahan
piutang - - -39,19% 981,62% 126,27%
lain-lain (%)
Utang
1.013.104.256 7.811.011.470 7.304.492.987 4.360.439.081 3.685.076.189
jangka
Perubahan
utang
jangka - 671% -6% -40% -15%
Panjang
(%)
Pembayaran
utang
jangka
- -195.199.197 -302.219.086 - -
panjang

Penerimaan
utang
- 6.479.718.475 - - -
jangka
panjang

Arus kas
masuk/kelu ar - - 28.118.331.717 - 187.864.239.387
-109.434.302 10.178.307.293
aktivitas 1.081.392.735
operasional
Perubahan
arus kas
masuk/kelu - -888% -2500% -568% 105%
ar aktivitas
operasional
(%)

Sumber: Laporan Keuangan PT Envy Technologies Indonesia Tbk. 2016-2020 (Bursa Efek
Indonesia, n.d.)

Earnings manipulation shenanigans no.2 adalah kecurangan laporan keuangan yang


dilakukan dalam mencatat pendapatan yang tidak nyata (bogus revenue). Perusahaan dapat
meningkatkan pendapatan dan laba operasional perusahaan dengan menerapkan prinsip pengakuan
pendapatan yang tidak sesuai dengan standar akuntansi. Teknik pertama dari earnings
manipulation shenanigans no.2 adalah pencatatan pendapatan yang tidak memiliki substansi
komersial (commercial substance). Pendapatan yang tidak memiliki substansi komersial adalah
pendapatan yang diakui ketika tidak ada pengalihan risiko dan produk kepada pihak ketiga,
seperti penjualan yang tidak mengikat (non binding sales) dengan reseller atau transaksi yang
bersifat timbal balik (reciprocal). Teknik tersebut juga dapat menimbulkan pertumbuhan angka
piutang (receivables) seiring dengan peningkatan pendapatan. Pada tahun 2018, ENVY
melaporkan pertumbuhan pendapatan dan piutang yaitu sebesar 2424,9% dan 22964%.
Perusahaan sudah menerapkan PSAK 72 sebagai prinsip pengakuan pendapatan kontrak dengan
pelanggan. Alasan di balik pertumbuhan kinerja yang pesat tersebut dapat dijelaskan apabila
perusahaan menerapkan teknik pertama yang melibatkan transaksi dengan pihak berelasi (related
party transactions). Namun, pada tahun 2016-2020 PT Envy Technologies Indonesia Tbk hanya
mengungkapkan transaksi dengan pihak berelasi yaitu direktur ENVY sejumlah Rp 6.000.000.000
yang tidak dikenakan bunga serta jaminan. Selain itu, berdasarkan catatan atas laporan keuangan,
ikatan dan perjanjian penting oleh ENVY tidak bersifat timbal balik. ENVY tidak menunjukkan
adanya indikasi dalam menerapkan teknik pertama earnings manipulation shenanigans no.2 untuk
memanipulasi pendapatannya.
3.3 Solusi Untuk Mencegah Kecurangan Laporan Keuangan
Undang-undang Sarbanes-Oxley memfokuskan terhadap pencegahan terhadap
kecurangan dalam laporan keuangan. Landasan utama dalam SarbanesOxley adalah untuk
meminimalisir terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan dengan menekankan pada
penerapan Good Corporate Governance (GCG) dengan mengoptimalkan peran dari elemen-
elemen GCG. Menurut Sutedi (2011) good corporate governance merupakan sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added)
untuk semua stakeholder. Elemen-elemen GCG yang dimaksud yakni:
1. Dewan Komisaris
Berdasarkan UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan terbatas pada pasal 108 ayat 1
dijelaskan bahwa tugas dan fungsi dewan komisaris adalah melakukan pengawasan atas
kebijakan pengurusan, jalannya pengurusan pada umumnya, baik mengenai Perseroan
maupun usaha Perseroan, dan memberi nasihat kepada Direksi.
2. Komite Audit
Menurut Keputusan Ketua Bapepam dan LK nomor : Kep-643/BL/2012, komite audit
adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggungjawab kepada dewan komisaris dalam
membantu melaksanakan tugas dan fungsi dewan komisaris. Komite audit adalah komite
yang lazimnya dibentuk oleh dewan komosaris atau direksi korporasi dengan tujuan:
1. Memantau kinerja internal audit sebagai kepanjangan tangan dewan komisasris yang
diberi mandat mengawasi seluruh aktivitas korporasi, termasuk merekomendasikan
dewan komisaris/direksi untuk memberikan sanksi kepada individu auditor atau institusi
internal audit, bila terjadi penyimpangan dari kaidah profesionalisme yang berlaku
(Kumaat, 2011:59).
2. Menjadi institusi yang akan memberikan final judgment terhadap solusi atau sanksi atas
temuan internal audit, terutama bila dijumpai tindak kecurangan (fraund) atau kasus
yang melibatkan senior management (direksi, manajemen) atau permasalahan sistem
yang menyentuh corporate/business strategy secara substansial (Kumaat, 2011:59).
3. Management
Manajemen adalah anggota gorporate governance yang paling bertanggung jawab atas
kualitas, integritas dan kehandalan proses pelaporan keuangan dan penyajian yang
wajar atas laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan
oleh karenanya manajemen bertanggung jawab atas pencegahan dan pendeteksian
kecurangan atas laporan keuangan (Sartono, 2013).
4. Internal Audit

Internal audit bertanggung jawab memonitor aspek operasional, kinerja keuangan dan
struktur pengendalian intern (Sartono, 2013). Internal auditor, menurut IIA (2011) No.
2120.A1 menjelaskan bahwa aktivitas internal audit harus mengevaluasi risiko yang
berhubungan dengan tata kelola perusahaan, operasi dan sistem informasi untuk memenuhi
kehandalan dan intergritas informasi keuangan dan operasi, keefektivan dan efisiensi
operasi dan program, mengamankan harta dan taat pada hukum, regulasi, kebijakan,
prosedur dan kontrak. Internal auditor juga adalah auditor yang harus memiliki
pengetahuan yang cukup untuk mengevaluasi risiko atau potensial terjadinya kecurangan
dan sikap yang ada di perusahaan, tetapi tidak diharapkan untuk mendeteksi dan
menginvestigasi kecurangan sebagai tanggung jawab utamanya (IIA, 2011) dalam
(Lukman dan Harun, 2018).
Sawyer’s (2005:10) dalam Yuliani et al (2013) menggambarkan lingkup audit internal
modern sebagai sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor
internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk
menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan;
(2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan
eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4) kriteria
operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien
dan ekonomis dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan
dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota
organisasi dalam menjalankan tanggungjwabnya secara efektif.
5. Eksternal Audit
Auditor eksternal adalah pihak yang bertanggung jawab untuk merencanakan dan
melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan yang memadai apakah laporan
keuangan bebas dari salah saji material, baik yang disebabkan oleh kekeliruan atau
kecurangan (IAPI, 2011) dalam (Lukman dan Harun, 2018). Akuntan publik bertanggung
jawab untuk melaksanakan auditing dan attestasi atas kewajaran laporan keuangan
(Sartono, 2013). Auditor memberikan kredibilitas laporan keuangan perusahaan dan
dengan demikian menambah nilai tata kelola perusahaan melalui audit yang terintegrasi
terhadap pelaporan keuangan dan laporan keuangan (Anugerah, 2014).
6. Regulator
Pihak regulator merupakan bagian dari CG yang tak kalah pentingnya dalam mencegah
terjadinya kecurangan material dalam pelaporan keuangan dengan mengeluarkan aturan-
aturan yang disebut diatas dan mengenakan sanksi terhadap setiap pelanggaran ketentuan
peraturan oleh pihak yang menyebabkan terjadinya pelanggaran (Sartono, 2013).
BAB 4

KESIMPULAN

Berdasarkan makalah di atas Saya menggunakan Pendekatan Pragmatis, karena


membahas tentang pengaruh informasi terhadap perubahan perilaku dalam penggunaan
laporan keuangan. Teori ini menjelaskan bagaimana reaksi pihak yang dituju oleh informasi-
informasi akuntansi yang digunakan secara tepat.

Pada penulisan makalah ini juga menggunakan Teori Akuntansi Positif


merupakan teori yang mengasumsikan bahwa praktik akuntansi didasarkan pada motivasi
kepentingan yang berbeda dan bahwa pengukuran akuntansi tidak selalu objektif atau netral.
Dalam pandangan perhitungan pendapatan, teori akuntansi positif dapat memberikan
pemahaman tentang praktik akuntansi yang digunakan dalam menghitung pendapatan dan
bagaimana praktik-praktik ini memengaruhi pengukuran pendapatan.

Teori agensi merupakan teori yang menjelaskan hubungan yang terjadi antara pihak
manajemen perusahaan selaku agen dengan pemilik perusahaan selaku pihak principal. Pihak
principal adalah pihak yang memberikan perintah kepada pihak lain yaitu agen untunk
melakukan semua kegiatan atas nama principal. Dalam pandangan pengakuan pendapatan, teori
agensi dapat membantu memahami bagaimana principal dan agent saling berinteraksi dalam
menentukan kapan pendapatan harus diakui oleh perusahaan. Dalam situasi di mana agent
memiliki kepentingan yang berbeda dengan principal, agent dapat memperlambat pengakuan
pendapatan atau mengakui pendapatan secara tidak tepat untuk memaksimalkan keuntungan
pribadinya.
DAFTAR PUSTAKA

ACFE Indonesia Chapter #111. (2016). Survai Fraud Indonesia. Association Of Certified
Fraud Examiners.

Adelina, Nadia Dan Harindahyani, Senny. 2018. Analisis Fraud Diamond Dalam Mendeteksi
Potensi Financial Statement Fraud Pada Perusahaan Lq-45 Periode 2011-2016. Jurnal
Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol.7 No.1 (2018).

Anugerah, Rita. 2014. Peranan Good Corporate Governance Dalam Pencegahan Fraud.
Jurnal Akuntansi, Vol. 3, No. 1, Oktober 2014 : 101 - 113 Issn
2337-4314.

Arles, Leardo. 2014. Faktor – Faktor Pendorong Terjadinya Fraud : Predator Vs. Accidental
Fraudster Diamond Theory Refleksi Teori Fraud Triangle (Klasik) Suatu Kajian
Teoritis. Papper Mahasiswa Magister Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau 15
Januari 2014.

Cressey, D. (1953). Other People’s Money, Dalam: “The Internal Auditor As Fraud Buster,
Hillison, William. Et. Al. 1999. Managerial Auditing Journal, Mcb University Press,
14/7:351-362.

Anda mungkin juga menyukai