PT. Envy Technologies Indonesia memiliki 3 anak perusahaan, yaitu PT. Envy Kapital
Internasional yang bergerak di bidang jasa dan perdagangan, PT. Envy Unity Indonesia yang
bergerak di bidang perdagangan besar dan ritel di bidang informasi dan teknologi, dan PT. Ritel
Global Solusi yang bergerak di bidang perdagangan dan jasa.
Pada tanggal 27 Juni 2019, ENVY memperoleh pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan
(OJK) untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham ENVY (IPO) kepada masyarakat
sebanyak 600.000.000 saham dengan nilai nominal Rp100,- per saham dengan harga penawaran
Rp370,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada
tanggal 08 Juli 2019.
Kronologi
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menghentikan perdagangan saham PT Envy Technologies
Indonesia Tbk. mulai sesi II perdagangan pada hari Selasa (1/12/2020). Berdasarkan keterbukaan
informasi, BEI menyebut penghentian sementara atau suspensi atas saham dengan kode ENVY
tersebut sehubungan dengan penelaahan bursa atas laporan keuangan interim per 30 September
2020 milik PT Envy Technologies Indonesia Tbk. (Persero).
BEI sudah menyampaikan surat permintaan penjelasan kepada perseroan lewat surat Nomor: S-
05030/BEI/PP1/07.2021 tanggal 19 Juli lalu perihal "Surat Somasi dari RGS kepada ENVY".
Dalam suratnya kepada ENVY, BEI mempertanyakan soal angka-angka keuangan RGS yang
dikonsolidasikan ke laporan keuangan tahunan (LKT) 2019 ENVY mengingat RGS disebutkan
tidak menyusun lapkeu tersebut. Mengacu laporan keuangan ENVY 2019, memang disebutkan
dalam catatan bahwa kinerja keuangan ENVY saat itu sudah termasuk (mengkonsolidasikan)
laporan posisi keuangan Ritel Global Solusi dan PT Envy Kapital Internasional, yang
dikendalikan secara langsung oleh Envy Technologies Indonesia.
BEI pun meminta tanggapan dan penjelasan ENVY terhadap tuduhan/dugaan manipulasi data
RGS dalam LKT 2019 perseroan. Emiten yang bergerak dalam bidang jasa dan perdagangan di
bidang teknologi informasi, PT Envy Technologies Indonesia Tbk (ENVY) akhirnya buka suara
terkait dengan dugaan adanya manipulasi atas laporan keuangan (lapkeu) anak usahanya, PT
Ritel Global Solusi (RGS) tahun 2019.
Laporan keuangan 2019 RGS itu kemudian dikonsolidasikan ke laporan tahunan ENVY tahun
2019. RGS adalah anak usaha ENVY dengan porsi kepemilikan 70% yang bergerak bidang jasa
perdagangan dengan berbasis online melalui aplikasi "KO-IN".
Manajemen ENVY menjelaskan laporan keuangan konsolidasi tersebut sepenuhnya telah
memperoleh persetujuan manajemen yang menjabat pada periode tersebut. ENVY juga
menyebutkan bahwa pihak manajemen saat ini tidak mengetahui secara pasti proses yang
dilakukan saat itu sehingga munculnya laporan konsolidasi tersebut. Menanggapi hal tersebut,
manajemen ENVY mengatakan saat ini sedang meminta klarifikasi ke pihak auditor atas
beberapa keraguan termasuk laporan keuangan RGS.
Dalam proses meminta klarifikasi ini, Corporate Secretary ENVY, Jovana S. Deil mengatakan
pada 7 Juni 2021 telah diadakan pertemuan antara direksi perseroan dan manajemen RGS untuk
membahas permasalahan tersebut. Perseroan akan mengklarifikasi permasalahan LK ini dengan
KAP Kosasih, Nurdiyaman, Mulyadi, Tjahjo & Rekan selaku akuntan publik pada saat itu.
Pertemuan dengan pihak auditor telah dilaksanakan pada 30 Juni 2021 secara daring melalui
Zoom. Manajemen juga telah menyampaikan surat resmi kepada pihak auditor tertanggal 12 Juli
2021 untuk klarifikasi beberapa keraguan. Namun sampai saat ini belum ada tanggapan dari
pihak auditor.
Permasalahan
ENVY melaporkan perubahan lebih dari 20 persen pada aset dan/atau liabilitas dalam laporan
keuangan kuartal III/2020. Kas setara kas perseroan turun 99 persen menjadi Rp314,65 juta dari
posisi akhir 2019 senilai Rp26,51 miliar. Penurunan itu disebut karena perseroan melakukan
pelunasan utang bank jangka pendek dan pemberian piutang kepada PT Paus. Pemberian piutang
tersebut membuat pos piutang lain-lain melonjak 126 persen menjadi Rp30,45 miliar dari
sebelumnya Rp13,46 miliar.
Selanjutnya, utang jangka pendek perseroan turun 100 persen menjadi nol dari posisi Rp16,44
miliar pada akhir 2019. Namun, utang lain-lain ENVY melonjak 58 persen menjadi Rp10,72
miliar dari Rp6,77 miliar pada akhir 2019 karena ada penambahan utang Cranium Ventures dan
PayX yang setara dengan Rp7,68 miliar. Adapun beberapa perubahan signifikan lainnya a.l.
berada pada pos beban yang masih harus dibayar, utang pajak, utang pembiayaan jangka
panjang, liabilitas imbalan pasca kerja karyawan, hingga saldo laba.
Karena itu, perusahaan teknologi mempunyai potensi besar untuk berkembang di masa pandemic
seperti sekarang karena memberikan perubahan bagi kehidupan masyarakat agar aktivitas yang
dilakukannya jauh lebih mudah. Dengan demikian perusahaan teknologi juga berkembang,
saham-saham perusahaan teknologi mulai banyak diburu investor karena dianggap memberikan
prospek yang bagus dimasa depan. Namun sebagai investor, investor perlu menelaah lebih jauh
masing-masing perusahaan yang akan ada pilih sahamnya untuk investasi jangka panjang. Jika
perusahaan bernasib seperti PT. Envy Technologies Indonesia dimana hanya disuspensi oleh
Bursa sementara waktu saja, dan ketika suspensi dibuka maka kegiatan transaksi jual beli saham
bisa dilakukan kembali. Namun jika perusahaan tersebut di delisting dari Bursa, maka selesai
sudah cerita investasi saham anda di perusahaan ini.