Anda di halaman 1dari 84

KETENTUAN UMUM

DAN
TATA CARA PERPAJAKAN
Ch.1. PENDAHULUAN

Chapter 1
PENDAHULUAN

1.1. Pengertian
1.2. Alur Tata Cara Perpajakan
Ch. 1. Pendahuluan
1.1. PENGERTIAN PAJAK

APBN
Ch. 1. Pendahuluan
Definisi Pajak Pengertian

Pasal 1 angka 1 UU KUP:


Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

kontribusi wajib terutang oleh


OP atau badan
bersifat memaksa

DEFINISI berdasarkan UU
PAJAK
tidak mendapatkan
imbalan langsung
digunakan untuk
keperluan negara
bagi kemakmuran
rakyat
Ch. 1. Pendahuluan
Jenis Pajak Pengertian

Pajak pusat
institusi pengelola
Pajak daerah

Pajak langsung
JENIS sifat
PAJAK Pajak tdk langsung

Pajak subyektif
sasaran
Pajak obyektif
Ch. 1. Pendahuluan
Sistem Pemungutan Pajak Pengertian

Official
Assessment
System

Self
Sistem Assessment
Pajak System

Withholding
Assessment
System
Ch. 1. Pendahuluan
1.2. ALUR PERPAJAKAN

SELF ASSESSMENT PENGAWASAN


WAJIB PAJAK DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
PERSYARATAN SUBYEKTIF DAN OBYEKTIF

Kewajiban SPN, PWPM, Registrasi Ulang PKP,


Mendaftarkan/Mengukuhkan Diri Ekstensifikasi, Verifikasi, Pemeriksaan

NPWP DAN/ATAU PKP

Kewajiban Pembukuan, Potput,


Pembayaran/Penyetoran, Kompensasi, Sosialisasi & Konsultasi
Restitusi, Pbk

SPT MASA/TAHUNAN

Pembetulan Penelitian

Verifikasi, Pemeriksaan, Pemeriksaan


Pengungkapan Ketidakbenaran Ulang, Pemeriksaan Bukti Permulaan,
Penyidikan
Ch. 1. Pendahuluan
1.2. ALUR PERPAJAKAN

SELF ASSESSMENT PENGAWASAN


WAJIB PAJAK DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
SKP DAN/ATAU STP

Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan, Pembetulan, Pembatalan, Pengurangan,


Penghapusan, Keberatan Penghapusan Secara Jabatan

SK PEMBETULAN, PEMBATALAN, PENGURANGAN, PENGHAPUSAN, KEBERATAN

Banding, Gugatan Terbanding, Tergugat

PUTUSAN BANDING

Peninjauan Kembali Peninjauan Kembali

PUTUSAN PENINJAUAN KEMBALI

Imbalan Bunga Penagihan Pajak


Ch.2. NPWP & PKP

Chapter 2
NPWP & PKP

2.1. NPWP
2.2. PKP
Ch. 2. NPWP & PKP
2.1. NPWP

Pasal 2 Ayat 1 UU KUP:


Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib
mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.
Ch. 2. NPWP & PKP
Persyaratan Subyektif dan Obyektif NPWP

Subyek Pajak Dalam Negeri Subyek Pajak LN

Badan swasta
Warisan di Luar Negeri
belum terbagi

OP WNI & Obyek:


OP WNA Penghasilan BUT
>183hari di Indonesia

Badan WNA &


swasta OP WNI
<183hari
Obyek:
Potput

Bendahara
Bukan Pemerintah
Subyek Pajak Organisasi Badan Perwa-
Internasional kilan Asing
Ch. 2. NPWP & PKP
Kapan ber-NPWP? NPWP

PMK-182/PMK.03/2015

1 bulan setelah usaha


Usaha mulai dilakukan
selain ke KPP domisili,
OPPT juga ke KPP lokasi

WP - Ph diatas PTKP
Karyawan - akhir bulan berikutnya.
Orang
Pribadi
Warisan menggunakan NPWP OP
yang meninggal

dapat mendaftarkan diri


Lainnya untuk memperoleh NPWP

Pasal 7 ayat (2) UU PPh : PTKP ditentukan menurut keadaan Wajib Pajak pada awal
tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak.
Ch. 2. NPWP & PKP
2.2. PENGUSAHA KENA PAJAK

Pasal 2 Ayat (2) UU KUP:


Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, wajib
melaporkan usahanya pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah
kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Pengusaha, dan
tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena
Pajak.
Ch. 2. NPWP & PKP
Pengertian PKP PKP

Pasal 1 Angka 5 UU KUP:


PKP adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan atau JKP yang
dikenai pajak berdasarkan UU PPN dan perubahannya.
Persyaratan Subyektif Persyaratan Obyektif:
OP atau Badan yang dalam kegiatan OP atau Badan yang melakukan:
usaha atau pekerjaannya:
1.Menghasilkan barang 1.Penyerahan BKP/JKP di dalam
2.Mengimpor barang daerah pabean
3.Mengekspor barang 2.Ekspor BKP
4.Melakukan usaha perdagangan 3.Ekspor JKP/BKP tidak berwujud
5.Melakukan usaha jasa, tms ekspor
6.Memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar daerah pabean
7.Memanfaatkan jasa dr luar pabean
Batas Pembayaran/ Batas Waktu
Pengusaha wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP paling
lama akhir bulan berikutnya, apabila sampai dengan suatu bulan dalam tahun
buku jumlah peredaran brutonya melebihi Rp 600.000.000,00.
197/PMK.03/2013 : 4.8 Miliar per 1 Januari 2014
Ch. 2. NPWP & PKP
NPWP dan PKP Ketentuan Khusus

Pasal 2 Ayat 3 UU KUP:


Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan tempat pendaftaran atau tempat
pelaporan usaha selain yang ditetapkan dalam ayat (1) dan ayat(2).
Ch. 2. NPWP & PKP
Sanksi Tidak Ber-NPWP NPWP

Apabila seseorang tidak melaksanakan kewajiban untuk mendaftarkan diri, DJP


memiliki kewenangan untuk memberikan NPWP secara jabatan.

Kewenangan ini harus memperhatikan saat terpenuhinya persyaratan subjektif


dan objektif dari WP yang bersangkutan. Misalnya terhadap WP diterbitkan
NPWP secara jabatan pada tahun 2008 dan ternyata WP telah memenuhi
persyaratan subyektif dan obyektif sejak tahun 2005, maka kewajiban
perpajakannya terhitung sejak tahun 2005.
NPWP

CASE
NPWP

USKP-A
Ian Antono, seorang Sarjana Ekonomi yang lulus kuliah S1 pada tahun 2014. Mulai
bulan Maret 2015, Ian diterima bekerja pada PT Komat Kamit dengan gaji dan
tunjangan tiap bulan Rp 3.500.000,00. Tanggal 1 April 2015 Ian Antono melangsungkan
pernikahan dengan pujaan hatinya. Kapankah Ian Antono paling lambat mendaftarkan
diri untuk memperoleh NPWP?
a. 31 Maret 2015
b. 30 April 2015
c. 31 Desember 2015
d. 31 Januari 2016

Pasal 7 ayat (2) UU PPh : PTKP ditentukan menurut keadaan Wajib Pajak pada awal
tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak.
NPWP

USKP-A
Ny. Thalia adalah seorang dokter yang melakukan pekerjaan bebas “Dokter Anak” di
rumahnya. Ny. Thalia wajib mendaftarkan diri untuk memiliki NPWP paling lama…
a. Satu bulan setelah pekerjaan dokter nyata-nyata dimulai;
b. Akhir bulan berikutnya setelah bulan saat pekerjaan dokter nyata-nyata
dimulai;
c. Sebelum pekerjaan dokter nyata-nyata dimulai;
d. Akhir bulan berikutnya setelah bulan penghasilan netonya melebihi PTKP.

PMK-182/PMK.03/2015 : untuk WP OP Usaha, 1 bulan setelah usaha mulai dijalankan.


NPWP

USKP-A
Alvin adalah pemuda ulet. Pada umur 25 tahun Alvin yang tinggal di Tabanan sudah
mempunyai beberapa toko sendiri yang menjual handphone dan aksesorisnya. Satu
counter ada di Jalan Teuku Umar, dua counter ada di Sanur, dan satu counter lagi ada di
Singaraja. Untuk memenuhi kewajiban perpajakannya maka Alvin harus...
a. Mendaftarkan diri sebagai wajib pajak di kantor pajak yang membawahi tempat
tinggalnya;
b. Mendaftarkan diri sebagai waiib pajak di semua kantor pajak yang membawahi
setiap counter/toko yang dimilikinya saja karena penghasilan berasal dari toko
saja;
c. Boleh memilih apakah mendaftarkan diri di kantor pajak yang membawahi
tempat tinggalnya atau di kantor pajak yang membawahi counter/tokonya;
d. Mendaftarkan diri sebagai wajib pajak di semua kantor pajak yang membawahi
baik tempat tinggalnya maupun setiap counter/toko yang dimilikinya.

PMK-182/PMK.03/2015 : untuk OPPT, selain ke KPP domisili juga ke KPP lokasi


NPWP

USKP-B
CV. Maju Mapan adalah perusahaan perdagangan besar farmasi yang berkedudukan di
Singaraja, tetapi CV Maju Mapan terdaftar sebagai Wajib Pajak di Kantor Pelayanan
Pajak Madya Denpasar. Kasus tersebut bisa terjadi karena...
a. CV. Maju Mapan merupakan Wajib Pajak Badan yang mempunyai penghasilan
sangat besar
b. CV. Maju Mapan merupakan Wajib Pajak Badan yang berdasarkan Undang-
Undang KUP harus terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Madya Denpasar karena
mempunyai penghasilan sangat besar
c. CV. Maju Mapan merupakan Wajib Pajak Badan yang mempunyai penghasilan
sangat besar dan tempat usahanya berkedudukan di wilayah Kantor Pelayanan
Pajak Madya Denpasar
d. CV. Maju Mapan merupakan Wajib Pajak Badan yang ditetapkan Direktur
Jenderal Pajak terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Madya Denpasar.

Pasal 2 Ayat (3) UU KUP: DJP dapat menetapkan tempat pendaftaran


NPWP

USKP-B
Wajib Pajak yang diterbitkan NPWP secara jabatan maka kewajiban perpajakannya
dimulai sejak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif. Jika seseorang telah
memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sejak tahun 2005, dan diterbitkan NPWP
secara jabatan tahun 2015, tahun berapakah ia harus mulai melaksanakan kewajiban
perpajakannya?
a. Tahun 2005,
b. Tahun 2010,
c. Tahun 2015,
d. Tahun 2016.

Pasal 2 Ayat (4a) UU KUP: untuk NPWP/PKP Jabatan, kewajibannya ditarik mundur
paling lama 5 tahun sebelum diterbitkannya NPWP/PKP
Ch.3. KEWAJIBAN PERPAJAKAN

Chapter 3
KEWAJIBAN PERPAJAKAN

3.1. Pembukuan/Pencatatan
3.2. Self Assessment PPh
3.3. Withholding Assessment PPh
3.4. Pembayaran/Penyetoran
3.5. Pelaporan
Ch. 3. Kewajiban Perpajakan
3.1. PEMBUKUAN & PENCATATAN

Pasal 28 ayat (1) dan (2)UU KUP:

Badan
Wajib
Pembukuan
Omset
WP
Usaha/ ≥ 4.8M
Pekerjaan
Bebas Omset
< 4.8M
OP Wajib
Pencatatan
Karyawan
Ch. 3. Kewajiban Perpajakan
Pembukuan Pembukuan & Pencatatan

itikad baik

Keadaan sebenarnya

di Indonesia

huruf latin,
angka Arab,
SYARAT mata uang rupiah,
bahasa Indonesia

taat asas

Taat metode
pembukuan
harta, kewajiban,
modal, penghasilan,
biaya, penjualan,
pembelian
Ch. 3. Kewajiban Perpajakan
Pembukuan Bahasa & Mata Uang Asing Pembukuan & Pencatatan

PMK-24/PMK.011/2012
PMK-1/PMK.03/2015 PMA
BUT

KKS Migas

KK Non-Migas
Pembukuan
Bahasa Inggris KIK
Mata uang US$

go public di luar negeri

induk di luar negeri

mata uang fungsional US$


Ch. 3. Kewajiban Perpajakan
Pencatatan Pembukuan & Pencatatan

teratur
secara kronologis

Keadaan sebenarnya

huruf latin,
angka Arab,
mata uang rupiah,
bahasa Indonesia
SYARAT
menggambarkan
peredaran bruto
masing-masing
jenis/tempat usaha

WP wajib memberitahukan kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu


3 (tiga) bulan pertama dari tahun pajak yang bersangkutan. WP yang tidak
memberitahukan dianggap memilih menyelenggarakan pembukuan.
Ch. 3. Kewajiban Perpajakan
Sanksi Pembukuan & Pencatatan

Pasal 13 ayat (1) UU KUP:


Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur
Jenderal Pajak dapat menerbitkan SKPKB dalam hal kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29 tidak dipenuhi sehingga tidak dapat
diketahui besarnya pajak yang terutang.

Pembuktian penghitungan yang dijadikan dasar penghitungan secara jabatan


dibebankan kepada WP, contoh:
- Pembukuan tidak lengkap sehingga penghitungan laba rugi atau peredaran
tidak jelas;
- Dokumen pembukuan tidak lengkap sehingga angka dalam pembukuan
tidak dapat diuji; atau
- Dari rangkaian pemeriksaan, besar dugaan disembunyikannya dokumen
pendukung di suatu tempat tertentu sehingga jelas WP telah tidak
menunjukkan itikad baiknya untuk membantu kelancaran pemeriksaan.
PEMBUKUAN

CASE
PEMBUKUAN

USKP-B
Wajib Pajak yang wajib menyelenggarakan pembukuan, kecuali ….
a. WP Badan,
b. WP OP yang melakukan kegiatan usaha omset > 4,8 M,
c. WP OP bekerja pada satu pemberi kerja,
d. WP OP yang melakukan pekerjaan bebas omset >4.8 M.

Pasal 28 ayat (1) UU KUP: WP Badan wajib pembukuan.


Pasal 28 ayat (2) UU KUP jo. Pasal 14 Ayat (2) UU PPh : WP OP dengan omset < 4.8M
boleh pencatatan.
PEMBUKUAN

USKP-A
Wajib Pajak di bawah ini dapat menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa asing
dan mata uang selain Rupiah, kecuali...
a. Bentuk Usaha Tetap;
b. Wajib Pajak yang sudah go public:
c. Wajib Pajak dalam rangka Penanaman Modal Asing;
d. Wajib Pajak Kontraktor Kontrak Kerja Sama pertambangan minyak dan gas
bumi.

PMK-24/PMK.011/2012: PMA, BUT, KKS Migas, KK Non-Migas, KIK, go public di luar


negeri, induk di luar negeri, mata uang fungsional US$
Ch. 3. Kewajiban Perpajakan
3.2. SELF ASSESSMENT PPh

Dalam self assessment PPh, WP menghitung PPh, memperhitungkan PPh yang


telah dibayar/dipotong/dipungut pihak lain, membayar PPh kurang bayar, dan
melaporkan SPT PPh atas pajak yang menjadi tanggungannya sendiri.
Kewajiban Kewajiban
Rutin Transaksional

SPT Masa
Badan SPT Th Badan
4(2) & 15
& BUT SPT Masa 25
Setor sendiri

Wajib Pajak
OP Usaha/ Ph Sewa?
sebagai SPT Th OP
Pekerjaan SPT Masa 4(2)
Pembayar SPT Masa 25
Bebas Setor sendiri
Pajak

Ph Sewa?
OP
SPT Th OP SPT Masa 4(2)
Karyawan
Setor sendiri
Ch. 3. Kewajiban Perpajakan
3.3. WITHHOLDING PPh

Dalam withholding assessment PPh, WP menghitung PPh pihak lain,


memotong/memungut PPh dari pihak lain, menyetorkan PPh yang telah
dipotong/dipungut, dan melaporkan SPT PPh atas pajak pihak lain.
Kewajiban Kewajiban
Rutin Transaksional
Badan SPT Masa
SPT Masa 21
& BUT 23/26/4(2)/15

OP Usaha/
Wajib Pajak Pekerjaan SPT Masa 21
sebagai Bebas
Pemotong/
Pemungut OP Karyawan

SPT Masa
Bendahara,
SPT Masa 21 22/23/26/
WP tertentu
4(2)/15
Ch. 3. Kewajiban Perpajakan
3.4. PEMBAYARAN/PENYETORAN

Terminologi pembayaran pajak digunakan dalam sistim self-assessment dimana


setelah menghitung besarnya pajak terutang, WP kemudian melakukan
pembayaran pajak. Sedangkan terminologi penyetoran pajak digunakan dalam
sistim withholding assessment dimana WP melakukan penyetoran atas pajak
yang telah dipotong atau dipungut dari pihak lain.

Self
Pembayaran
Assessment
Kewajiban
PPh
Withholding
Penyetoran
Wajib Pajak Assessment
/PKP
/Pemungut
PKP Pembayaran
Kewajiban
PPN
Pemungut Penyetoran
Ch. 3. Kewajiban Perpajakan
Batas Waktu Pembayaran/Penyetoran Pembayaran/Penyetoran

Persyaratan Subyektif Persyaratan Obyektif:


OP atau Badan yang dalam kegiatan OP atau Badan yang melakukan:
usaha atau pekerjaannya:
1.Menghasilkan barang 1.Penyerahan BKP/JKP di dalam
2.Mengimpor barang daerah pabean
3.Mengekspor barang 2.Ekspor BKP
4.Melakukan usaha perdagangan 3.Ekspor JKP/BKP tidak berwujud
5.Melakukan usaha jasa, tms ekspor
6.Memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar daerah pabean
7.Memanfaatkan jasa dr luar pabean
Batas Pembayaran/ Batas Waktu
Penyetoran Pelaporan
SPT PPh Tahunan PPh orang pribadi sebelum SPT 3 bulan setelah
disampaikan akhir Tahun Pajak
SPT PPh Tahunan PPh badan 4 bulan setelah
akhir Tahun Pajak
PPh Pasal 25, 15 dan 4 ayat (2) yang tanggal 15 bulan 20 (dua puluh) hari
disetor sendiri berikutnya setelah Masa Pajak
Ch. 3. Kewajiban Perpajakan
3.5. PELAPORAN

Kewajiban self assessment, withholding assessment, dan pemungutan PPN


oleh PKP, dipertanggungjawabkan dengan sarana SPT Masa/Tahunan.

Badan: Obyek
SPT Tahunan Withholding? PKP?
SPT Masa 25 SPT Masa SPT Masa PPN
SPT Masa 21 23/26/15/4(2)

OP Usaha: Punya Ph dari sewa


SPT Th OP karyawan? tanah/bgn?
Wajib Pajak SPT Masa 25 SPT Masa 21 SPT Masa 4(2)
/PKP
/Pemungut Ph dari sewa
OP Karyawan: PKP?
tanah/bgn?
SPT Th OP SPT Masa PPN
SPT Masa 4(2)

Bendahara: Obyek Withholding?


SPT Masa 21 SPT Masa
SPT Masa PPN 22/23/26/15/4(2)
Ch. 3. Kewajiban Perpajakan
Fungsi SPT Pelaporan

Pembayaran sendiri

bukan objek pajak


Bagi WP PPh
Harta dan kewajiban

pengkreditan PM

FUNGSI Bagi PKP Pembayaran PPN


SPT

Bagi mempertanggungja
Pemotong/ wabkan pajak yang
Pemungut dipotong/dipungut
Ch. 3. Kewajiban Perpajakan
Tata Cara Pelaporan Pelaporan

TATA langsung

CARA
pos dengan bukti
pengiriman surat

cara lain
jasa ekspedisi atau
kurir dengan bukti
pengiriman surat

e-Filling melalui
Penyedia Jasa
Aplikas (Application
Service Provider)
Ch. 3. Kewajiban Perpajakan
Batas Waktu Pelaporan Pelaporan

Persyaratan Subyektif Persyaratan Obyektif:


OP atau Badan yang dalam kegiatan OP atau Badan yang melakukan:
usaha atau pekerjaannya:
1.Menghasilkan barang 1.Penyerahan BKP/JKP di dalam
2.Mengimpor barang daerah pabean
3.Mengekspor barang 2.Ekspor BKP
4.Melakukan usaha perdagangan 3.Ekspor JKP/BKP tidak berwujud
5.Melakukan usaha jasa, tms ekspor
6.Memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar daerah pabean
7.Memanfaatkan jasa dr luar pabean
Batas Pembayaran/ Batas Waktu
Penyetoran Pelaporan
SPT PPh Tahunan PPh orang pribadi sebelum SPT 3 bulan setelah
disampaikan akhir Tahun Pajak
SPT PPh Tahunan PPh badan 4 bulan setelah
akhir Tahun Pajak
PPh Pasal 25, 15 dan 4 ayat (2) yang tanggal 15 bulan 20 (dua puluh) hari
disetor sendiri berikutnya setelah Masa Pajak
Ch. 3. Kewajiban Perpajakan
Perpanjangan Batas Waktu Pelaporan Pelaporan

Untuk SPT Tahunan, WP dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian


untuk paling lama 2 (dua) bulan sejak batas waktu penyampaian SPT Tahunan
dengan cara menyampaikan Pemberitahuan Perpanjangan SPT Tahunan.
Pemberitahuan ini dibuat tertulis dan disampaikan ke KPP sebelum batas
waktu penyampaian SPT Tahunan berakhir, dengan dilampiri :
a. penghitungan sementara pajak terutang dalam 1 (satu) Tahun Pajak;
b. laporan keuangan sementara; dan
c. SSP sebagai bukti pelunasan kekurangan pembayaran pajak yang terutang.
SPT

CASE
SPT

USKP-A
Saat ini bagi Pengusaha Kena Pajak, Pajak Pertambahan Nilai yang kurang dibayar
dalam suatu Masa Pajak ....
a. Harus disetor paling lama 10 hari setelah Masa Pajak berakhir
b. Harus disetor paling lama 15 hari setelah Masa Pajak berakhir
c. Harus disetor paling lama akhir bulan berikutnya sebelum SPT disampaikan
d. Harus disetor paling lama 20 hari setelah Masa Pajak berakhir sebelum SPT
disampaikan.
SPT

USKP-A
Pembayaran pajak yang dapat dilakukan melalui pengangsuran atau penundaan adalah
.....
a. PPh Pasal 25
b. Pajak kurang bayar berdasarkan SPT Masa PPh Pasal 21
c. PPh Pasal 29
d. Pajak kurang bayar berdasarkan SPT Masa PPN

Pasal 19 ayat (3) UU KUP : Dalam hal WP diperbolehkan menunda penyampaian SPT
Tahunan dan ternyata penghitungan sementara kurang dari jumlah pajak yang
sebenarnya terutang atas kekurangan pembayaran pajak tersebut, dikenai bunga
sebesar 2% per bulan ...
SPT

USKP-A
Surat Setoran Pajak yang juga berfungsi sebagai SPT Masa adalah ....
a. SSP PPh Pasal 21
b. SSP PPh Pasal 22
c. SSP PPh Pasal 23
d. SSP PPh Pasal 25

PER-22/PJ/2008 : SSP PPh Pasal 25 yang telah divalidasi NTPN dianggap sudah lapor
Ch.4. KOMPENSASI, RESTITUSI, Pbk

Chapter 4
KOMPENSASI
RESTITUSI
4.1. Kompensasi
4.2. Restitusi
Ch. 4. Kompensasi, Restitusi, Pbk
4.1. KOMPENSASI

Kompensasi dapat diartikan sebagai “diperhitungkan”. Kerugian fiskal dapat


diperhitungkan dengan penghasilan neto tahun pajak berikutnya. Kelebihan
pembayaran/penyetoran pajak dapat diperhitungkan dengan pajak kurang
bayar pada tahun/masa pajak berikutnya, atau diperhitungkan dengan utang
pajak.
Kompensasi ke
Ph Netto
Kerugian
Th berikutnya
Lebih Bayar
Utang Pajak
PPh Badan/OP
Kelebihan
Lebih Setor PPh 21 Masa
Kompensasi Pembayaran/
PPh Pasal 21 berikutnya
Penyetoran
Lebih Bayar PPN Masa
PPN berikutnya
Kelebihan
Utang Pajak
Pajak
Ch. 4. Kompensasi, Restitusi, Pbk
4.2. RESTITUSI

Berbeda dengan kompensasi yang memperhitungkan kelebihan dengan utang


atau kewajiban pajak berikutnya, dalam hal restitusi, WP meminta kelebihan
tersebut dalam bentuk tunai.
Kriteria
Karena Pemeriksaan 17(1)
SKPLB Sesuai Permohonan WP 17 B
Seharusnya tdk Terutang 17(2)
WP Kriteria Tertentu 17C
SKPPKP WP Syarat Tertentu 17 D
Kelebihan PKP Berisiko Rendah 9 (4c)
Pembayaran
Keputusan/
Keberatan, Banding, PK 11(1a)
Putusan

SKPIB Imbalan Bunga 11(1a)

VAT Refund Turis 17 E


Ch. 4. Kompensasi, Restitusi, Pbk
SKPLB - Pajak Seharusnya Tidak Terutang Restitusi

Pasal 17 Ayat (2) UU KUP:


Berdasarkan permohonan WP, DJP, setelah meneliti kebenaran pembayaran
pajak, menerbitkan SKPLB apabila terdapat pembayaran pajak yang
seharusnya tidak terutang…
Dibayar,
bukan Obyek Pajak
Dipotong/dipungut,
bukan Obyek Pajak
Pajak Yang
Seharusnya Lebih
Tidak Terutang dipotong/dipungut
PPN Impor
Lebih dibayar

Permohonan diajukan oleh WP yang melakukan pembayaran atau WP yang


dipotong/dipungut. Permohonan dapat dilakukan melalui WP
pemotong/pemungut, dalam hal pihak yang dipotong/dipungut merupakan:
a. OP atau badan yang tidak diwajibkan memiliki NPWP; atau
b. WPLN yang tidak menjalankan kegiatan usaha melalui BUT.
Ch. 4. Kompensasi, Restitusi, Pbk
SKPPKP - WP Kriteria Tertentu Restitusi

Pasal 17C UU KUP:


DJP setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak dari WP dengan kriteria tertentu, menerbitkan SKPPKP
paling lama 3 bulan sejak permohonan diterima lengkap untuk PPh, dan paling
lama 1 bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk PPN.

tepat waktu
menyampaikan SPT
tidak mempunyai
tunggakan pajak
WP
Kriteria Tertentu diaudit KAP
dengan opini WTP
tidak pernah dipidana
karena tindak pidana
perpajakan

WP yang ditetapkan sebagai WP Dengan Kriteria Tertentu, dapat mengajukan


permohonan pengembalian pendahuluan dengan cara memberi tanda pada
SPT lebih bayar restitusi atau dengan cara mengajukan surat tersendiri.
Ch. 4. Kompensasi, Restitusi, Pbk
SKPPKP - WP Persyaratan Tertentu Restitusi

Pasal 17D UU KUP:


DJP setelah melakukan penelitian atas permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak dari WP yang memenuhi persyaratan tertentu, menerbitkan
SKPPKP paling lama 3 bulan sejak permohonan diterima lengkap untuk PPh,
dan paling lama 1 bulan sejak permohonan diterima secara lengkap untuk PPN.

PMK- 198/PMK.03/2013:
OP
Karyawan

WP
OP Usaha LB <= 10 Juta
Persyaratan
Tertentu

WP Badan LB <= 100 Juta

PKP LB PPN ≤ 100 Juta


Ch. 4. Kompensasi, Restitusi, Pbk
SKPPKP - PKP Berisiko Rendah Restitusi

Pasal 9 ayat (4c) UU PPN:


Pengembalian kelebihan Pajak Masukan kepada PKP yang mempunyai kriteria
sebagai PKP berisiko rendah, dilakukan dengan pengembalian pendahuluan
kelebihan pajak sesuai ketentuan Pasal 17C ayat (1) UU KUP.

Go Public
40% saham di BEI

PKP Saham mayoritas


Berisiko dimiliki Pempus/Pemda
Rendah

Tepat waktu lapor PPN 12 bln terakhir,


PKP
75% BKP adalah produksi sendiri, dan
Produsen
diaudit KAP dengan opini WTP/P

PKP Berisiko Rendah mengajukan permohonan pengembalian pendahuluan


sesuai ketentuan Pasal 17C UU KUP (WP Dengan Kriteria Tertentu)
Ch. 4. Kompensasi, Restitusi, Pbk
VAT Refund Restitusi

Pasal 17E UU KUP:


Orang pribadi yang bukan subjek pajak dalam negeri yang melakukan
pembelian Barang Kena Pajak di dalam daerah pabean yang tidak dikonsumsi
di daerah pabean dapat diberikan pengembalian Pajak Pertambahan Nilai
yang telah dibayar, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.

PPN atas perolehan Barang Bawaan dari Toko Retail yang sudah dibayar oleh
Orang Pribadi dapat dikembalikan atas permintaan Orang Pribadi tersebut.
Pengembalian dilakukan dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada Toko
Retail dan menunjukkan Paspor Luar Negeri yang dipegangnya.
Toko Retail harus menerbitkan Faktur Pajak Khusus yang berfungsi sebagai
surat permohonan pengembalian PPN.
Permintaan pengembalian dilakukan pada saat Orang Pribadi meninggalkan
Indonesia dan disampaikan kepada DJP melalui Kantor DJP di bandar udara.
RESTITUSI

CASE
RESTITUSI

USKP-A
Wajib Pajak yang dapat memperoleh hak pengembalian pajak lebih dahulu dengan
penerbitan SKPPKP tanpa melalui pemeriksaan adalah Wajib Pajak ….
a. Dengan kriteria tertentu saja,
b. Yang memenuhi persyaratan tertentu saja,
c. Dengan kriteria tertentu dan Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan tertentu,
d. Orang Pribadi Pengusaha Tertentu.

Pasal 17C UU KUP : WP dengan kriteria tertentu


Pasal 17D UU KUP : WP memenuhi persyaratan tertentu
Pasal 9 ayat (4c) UU PPN: PKP berisiko rendah
RESTITUSI

USKP-A
Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak atas kelebihan pembayaran pajak dalam
suatu Masa Pajak atau Tahun Pajak adalah ....
a. Hak bagi setiap Wajib Pajak yang berisiko rendah yang diberikan setelah
dilakukan penelitian
b. Hak bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang diberikan setelah dilakukan
penelitian
c. Hak bagi setiap Wajib Pajak yang berisiko rendah yang diberikan setelah
dilakukan pemeriksaan
d. Hak bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu yang diberikan setelah dilakukan
pemeriksaan.

Pasal 17C ayat (1) UU KUP : DJP setelah melakukan penelitian atas permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak dengan kriteria tertentu,
menerbitkan SKPPKP paling lama 3 bulan untuk PPh dan 1 bulan untuk PPN.
RESTITUSI

USKP-B (2012, Juni)


PT XYZ merupakan Wajib Pajak kriteria tertentu telah menyampaikan SPT Masa PPN
Bulan Maret 2012 pada tanggal 20 April 2012 dengan informasi sebagai berikut:
Pajak Keluaran Rp 210.000.000
Pajak Masukan yang dapat Dikreditkan Rp 240.000.000
Kelebihan Pembayaran Pajak Rp 30.000.000
Apabila atas kelebihan pembayaran pajak tersebut dimintakan pengembalian
(restitusi) maka terhadap PT XYZ dapat diterbitkan...
a. SKPPKP paling lama 1 bulan dan setelah dilakukan penelitian
b. SKPPKP paling lama 3 bulan dan setelah dilakukan penelitian
c. SKPLB paling lama 1 bulan dan setelah dilakukan pemeriksaan kantor
d. SKPLB paling lama 3 bulan dan setelah dilakukan pemeriksaan kantor

Pasal 17C ayat (1) UU KUP : DJP setelah melakukan penelitian atas permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak dengan kriteria tertentu,
menerbitkan SKPPKP paling lama 3 bulan untuk PPh dan 1 bulan untuk PPN.
Ch.5. PEMBETULAN & PENGUNGKAPAN

Chapter 5
PEMBETULAN SPT &
PENGUNGKAPAN
KETIDAKBENARAN
5.1. Pembetulan SPT
5.2. Pengungkapan Ketidakbenaran
Ch. 5. Pembetulan & Pengungkapan
Pendahuluan

PENELITIAN PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN PENYIDIKAN

Pengungkapan Pengungkapan
Penghentian
Pembetulan Ketidakbenaran Ketidakbenaran
Penyidikan
Pengisian SPT Perbuatan

Ps. 8 (1) KUP : Pembetulan


Sanksi Bunga 2% per bulan (Ps. 8 (2) & Ps. 8 (2a) UU KUP)
Ps. 8 (1a) KUP: Pembetulan rugi atau LB paling lama 2 th sebelum daluwarsa.
Tidak ada sanksi
Ps. 8 (4) KUP: Pengungkapan ketidakbenaran pengisian SPT
Sanksi Kenaikan 50% (Ps. 8 (5) UU KUP)
Ps. 8 (3) KUP: Pengungkapan ketidakbenaran perbuatan
Sanksi Denda 150%
Ps. 44B (1) KUP: Penghentian Penyidikan
Sanksi Denda 4 Kali
Ch. 5. Pembetulan & Pengungkapan
5.1 PEMBETULAN Pembetulan SPT

Kemauan Sendiri
WP

Pembetulan Himbauan
SPT DJP

SKP/
Keputusan/Putusan

Pasal 8 Ayat (1) UU KUP:


Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat
Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan
tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan
pemeriksaan.
Pasal 8 Ayat (1a) UU KUP:
Dalam hal pembetulan Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan Surat
Pemberitahuan harus disampaikan paling lama 2 (dua) tahun sebelum
daluwarsa penetapan.
Ch. 5. Pembetulan & Pengungkapan
Ketetapan/Keputusan/Putusan Pembetulan SPT

Pasal 9 Ayat (6) UU KUP:


WP dapat membetulkan SPT Tahunan yang telah disampaikan, dalam hal WP
menerima SKP, SK Keberatan, SK Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan
Peninjauan Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak
sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang
telah dikompensasikan dalam SPT Tahunan, dalam jangka waktu 3 bulan,
dengan syarat DJP belum melakukan tindakan pemeriksaan.

PT A menyampaikan SPT Tahunan 2008 yang menyatakan:


Penghasilan Neto Rp. 200.000.000
Kompensasi kerugian berdasarkan SPT Tahunan 2007 Rp. 150.000.000
Penghasilan Kena Pajak Rp. 50.000.000

Tahun 2010 diterbitkan SKP PPh tahun pajak 2007 yang menyatakan rugi fiskal
sebesar Rp 70 Juta. Berdasarkan SKP tersebut, perhitungan SPT 2008 menjadi:
Penghasilan Neto Rp. 200.000.000
Rugi menurut SKP tahun 2007 Rp. 70.000.000
Penghasilan Kena Pajak Rp. 130.000.000
Ch. 5. Pembetulan & Pengungkapan
5.2. PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN

Dengan proses pemeriksaan, hak untuk melakukan pembetulan SPT hilang.


Dalam hal WP dengan kesadaran sendiri ingin memperbaiki kesalahan, WP
dapat mengungkapkan dalam laporan tersendiri tentang ketidakbenaran
pengisian SPT.
Walaupun telah dilakukan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan tindakan
penyidikan, Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat mengungkapkan
ketidakbenaran perbuatannya dengan pernyataan tertulis.

Kriteria Ruang Lingkup Tata Cara

Pengungkapan
Dalam Proses Laporan
Ketidakbenaran
Pemeriksaan Tersendiri
Pengisian SPT
Pengungkapan
Ketidakbenaran
Pengungkapan
Sebelum Proses Pernyataan
Ketidakbenaran
Penyidikan Tertulis
Perbuatan
PEMBETULAN

CASE
PEMBETULAN

USKP-B
Berdasarkan UU KUP perubahan ketiga, hak Wajib Pajak untuk membetulkan Surat
Pemberitahuan hilang apabila ….
a. Telah diterbitkan surat ketetapan pajak,
b. Telah lewat jangka waktu dua tahun sejak berakhirnya tahun pajak,
c. Telah dilakukan pemeriksaan,
d. Telah dilakukan penyidikan.

Pasal 8 ayat (1) UU KUP : WP dapat membetulkan SPT dengan menyampaikan


pernyataan tertulis, dengan syarat DJP belum melakukan tindakan pemeriksaan.
PEMBETULAN

USKP-A
Wajib Pajak bermaksud melakukan pembetulan SPT Masa PPN masa Februari 2008
yang menyebabkan kelebihan pembayaran pajak. Pembetulan tersebut dapat
dilakukan sepanjang belum dilakukan pemeriksaan dan paling lambat diajukan pada...
a. Akhir Februari 2010;
b. Akhir Februari 2011;
c. Akhir Desember 2009;
d. Akhir Desember 2010.

Pasal 8 ayat (1a) UU KUP : Dalam hal pembetulan SPT menyatakan rugi atau lebih
bayar, harus disampaikan paling lama 2 tahun sebelum daluwarsa penetapan.
PEMBETULAN

USKP-B
Tengah dilakukan pemeriksaan bukti permulaan yaitu WP memperlihatkan pembukuan
palsu untuk pengisian SPT PPh Badan tahun 2009 dengan kerugian negara sebesar Rp
1 milyar. Pada saat pemeriksaan, WP mengakui kesalahannya dan berupaya agar tidak
dilanjutkan ke penyidikan. Mana pernyataan di bawah ini yang benar...
a. WP dapat mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya disertai pelunasan
kekurangan pembayaran pajak ditambah sanksi denda Rp 1,5 milyar
b. WP dapat mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya disertai pelunasan
kekurangan pembayaran pajak ditambah sanksi denda Rp 4 milyar,
c. WP dapat mengupayakan persetujuan Menkeu untuk kepentingan penerimaan
disertai pelunasan kekurangan pajak ditambah sanksi denda Rp 4 milyar
d. Pemeriksaan bukti permulaan tetap dilanjutkan ke penyidikan meskipun WP
dengan kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya

Pasal 8 ayat (3) UU KUP : ... tidak akan dilakukan penyidikan, apabila WP dengan
kemauan sendiri mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya disertai pelunasan
kekurangan pembayaran pajak beserta sanksi denda 150%.
Ch.6. PENELITIAN SPT

Chapter 6
PENELITIAN SPT

6.1. Penelitian Formal


6.2. Penelitian Material
Ch. 6. Penelitian SPT
6.1. PENELITIAN FORMAL

Pasal 1 angka 30 UU KUP:


Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai
kelengkapan pengisian Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya
termasuk penilaian tentang kebenaran penulisan dan penghitungannya.

Kelengkapan Kebenaran cara pengisian


SPT Masa dan lampiran SPT
Penelitian Kelengkapan Kebenaran cara pengisian
Formal SPT SPT Tahunan dan lampiran SPT
Kepatuhan Ketepatan waktu
Pelaporan pelaporan

Penelitian
Kepatuhan
Ketepatan waktu
Pembayaran/
pembayaran/penyetoran
Penyetoran
Penelitian Kebenaran Kebenaran perhitungan,
Material SPT Material equalisasi, klarifikasi data
Penerbitan Penelitian dalam rangka
SKPPKP Pengembalian Pendahuluan
Ch. 6. Penelitian SPT
6.2. PENELITIAN MATERIAL

Pasal 1 angka 30 UU KUP:


Penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk menilai
kelengkapan pengisian Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya
termasuk penilaian tentang kebenaran penulisan dan penghitungannya.

Kelengkapan Kebenaran cara pengisian


SPT Masa dan lampiran SPT
Penelitian Kelengkapan Kebenaran cara pengisian
Formal SPT SPT Tahunan dan lampiran SPT
Kepatuhan Ketepatan waktu
Pelaporan pelaporan

Penelitian
Kepatuhan
Ketepatan waktu
Pembayaran/
pembayaran/penyetoran
Penyetoran
Penelitian Kebenaran Kebenaran perhitungan,
Material SPT Material equalisasi, klarifikasi data
Penerbitan Penelitian dalam rangka
SKPPKP Pengembalian Pendahuluan
Ch.8. PEMERIKSAAN

Chapter 8
PEMERIKSAAN

8.1. Maksud, Tujuan, dan Jenis Pemeriksaan


8.2. Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan Pemenuhan
Kewajiban Perpajakan
8.3. Pemeriksaan Untuk Tujuan Lain
Ch. 8. Pemeriksaan
8.1. MAKSUD, TUJUAN, & JENIS PEMERIKSAAN

Pasal 1 angka 25 UU KUP:


Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

Tujuan Pemeriksaan Jenis Pemeriksaan

Pemeriksaan
menguji kepatuhan Kantor
pemenuhan
kewajiban perpajakan Pemeriksaan
Lapangan
Pemeriksaan
Pemeriksaan
tujuan lain dalam Kantor
rangka melaksanakan
ketentuan UU Pemeriksaan
Lapangan
Ch. 8. Pemeriksaan
8.2. PEMERIKSAAN UNTUK MENGUJI KEPATUHAN

Ruang lingkup Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban


perpajakan dapat meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak, baik untuk
satu atau beberapa Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak dalam
tahun-tahun lalu maupun tahun berjalan.
Kriteria Pemeriksaan

Pengembalian
Harus dilakukan
kelebihan pajak
terhadap:
Pasal 17B UU KUP
Pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan SPT LB selain Ps 17B
pemenuhan Restitusi Pendahuluan
kewajiban perpajakan
SPT Rugi
Dapat dilakukan
Penggabungan Usaha
terhadap:
Perubahan metode
Tidak lapor SPT
Analisis risiko
Ch. 8. Pemeriksaan
Tahap Pemeriksaan Pemeriksaan Menguji Kepatuhan

Tahap Proses Quality Tahap


Awal Pemeriksaan Assurance Akhir

Pemberitahuan, Permintaan Permohonan


Panggilan, Penjelasan Pembahasan Pelaporan
Pertemuan WP Quality Assurance

Permintaan
Peminjaman Pembahasan Tim Pengembalian
Keterangan
Dokumen Quality Assurance Dokumen
Pihak Ketiga

SPHP Pembahasan Akhir


Penyegelan & Berdasarkan
Pembahasan Akhir Quality Assurance

Penolakan
Pemeriksaan
Ch. 8. Pemeriksaan
Pembatalan Hasil Pemeriksaan Pemeriksaan Menguji Kepatuhan

SKP dari hasil Pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa:


a. penyampaian SPHP; atau
b. Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan,
dapat dibatalkan secara jabatan atau berdasarkan permohonan WP
sebagaimana dimaksud Pasal 36 ayat (1) huruf d UU KUP.

Dalam hal dilakukan pembatalan, proses Pemeriksaan harus dilanjutkan


dengan melaksanakan prosedur penyampaian SPHP dan/atau Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan.

Dalam hal Pemeriksaan terkait dengan pengembalian kelebihan pembayaran


pajak Pasal 17B ayat (1) UU KUP, Pemeriksaan dilanjutkan dengan penerbitan:
a. SKP sesuai dengan Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan apabila jangka
waktu 12 bulan belum terlewati; atau
b. SKPLB sesuai dengan SPT apabila jangka waktu 12 bulan terlewati.
Ch. 8. Pemeriksaan
Pemeriksaan Ulang Pemeriksaan Menguji Kepatuhan

Pemeriksaan Ulang hanya dapat dilakukan berdasarkan instruksi atau


persetujuan Direktur Jenderal Pajak, apabila terdapat data baru termasuk data
yang semula belum terungkap, dengan ketentuan dalam hal hasil Pemeriksaan
Ulang:

Tambahan atas SKP


Hasil Terbit SKPKBT
sebelumnya
Pemeriksaan
Ulang

Tidak menambah SKP,


Terbit SK rugi fiskal hanya koreksi
kompensasi kerugian

Tidak menambah SKP,


Sumier tidak ada koreksi
kompensasi kerugian
Ch. 8. Pemeriksaan
8.3. PEMERIKSAAN TUJUAN LAIN

NPWP Jabatan &


Penghapusan NPWP*) pengukuhan atau
pencabutan PKP*)

Permohonan Keberatan

WP daerah terpencil
PEMERIKSAAN
TUJUAN LAIN Saat produksi dimulai

Tempat terutang PPN

Penagihan Pajak

Pencocokan data alket

Penyusunan norma
Permintaan mitra P3B
*) selain yang dilakukan dengan pemeriksaan oleh P3
Pemeriksaan dapat dilakukan dengan jenis Pemeriksaan Kantor /Lapangan.
Ch.9. PEMERIKSAAN BUKTI PERMULAAN

Chapter 9
PEMERIKSAAN
BUKTI PERMULAAN

9.1. Ketentuan Umum


9.2. Tindak Lanjut Pemeriksaan Bukti Permulaan
Ch. 9. Pemeriksaan Bukper
9.1. KETENTUAN UMUM

Pasal 43A UU KUP:


Direktur Jenderal Pajak berdasarkan informasi, data, laporan, dan pengaduan
berwenang melakukan pemeriksaan bukti permulaan sebelum dilakukan
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.

Dasar Bukper Analisis Kesimpulan Jenis Bukper

Internal
DJP: Bukper
Pemeriksaan Terbuka
LHP Analis
Bukti
IDLP
Permulaan Bukper
Eksternal Tertutup
DJP: Kegiatan
Informasi Intelijen
Perpajakan
Data
Laporan
Pengaduan
Ch. 9. Pemeriksaan Bukper
Penyegelan Bukper Terbuka

Pemeriksa Bukper berwenang melakukan Penyegelan untuk memperoleh atau


mengamankan dokumen agar tidak dipindahkan, dihilangkan, dimusnahkan,
diubah, dirusak, ditukar, atau dipalsukan.

WP tidak mengijinkan
memasuki ruangan
Penyegelan
WP Menolak
memberi bantuan

WP tidak ditempat

Pertimbangan lain

Pembukaan segel dilakukan apabila:


a. WP memberi izin untuk membuka atau memasuki tempat atau ruangan;
b. berdasarkan pertimbangan pemeriksa, Penyegelan tidak diperlukan lagi;
c. Permintaan penyidik yang sedang melakukan penyidikan tindak pidana.
Ch. 9. Pemeriksaan Bukper
9.2. TINDAK LANJUT PEMERIKSAAN BUKPER

Bukper
Bukper
Tertutup Terbuka SANKSI

Pemberitahuan
Pengungkapan Y tertulis,
Ketidakbenaran? tanpa usul
150%
penyidikan
T

SKPKB,
Pembetulan Pasal 13A Y
tanpa usul 200%
SPT UU KUP?
penyidikan
T

Ada Bukti Y
Permulaan?
Penyidikan 400%

T
Penghentian
Bukper
Ch.10. PENYIDIKAN

Chapter 10
PENYIDIKAN

10.1. Pengertian
10.2. Penghentian Penyidikan
Ch. 10. Penyidikan
10.1. PENGERTIAN

Pasal 1 angka 31 UU KUP:


Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan
yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang
dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang
terjadi serta menemukan tersangkanya.

Dalam hal berdasarkan Pemeriksaan Bukti Permulaan diduga terjadi tindak


pidana di bidang perpajakan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil Direktorat Jenderal
Pajak melakukan Penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 UU KUP.

Bukper
Terbuka
Ada Bukti Y
Permulaan?
Penyidikan
Bukper
Tertutup T

Penghentian
Bukper
Ch. 10. Penyidikan
10.2. PENGHENTIAN PENYIDIKAN

Pasal 44B UU KUP:


Untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaan Menteri Keuangan,
Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan paling lama dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal
surat permintaan.

WP dapat mengajukan permohonan tertulis kepada Menteri Keuangan dengan


tembusan kepada Direktur Jenderal Pajak, dalam rangka penghentian
Penyidikan. Permohonan tersebut dilampiri dengan pernyataan tertulis yang
berisi pengakuan bersalah dan bukti tertulis mengenai penyerahan jaminan
pelunasan dalam bentuk escrow account.
Ch. 10. Penyidikan
Escrow Account Penghentian Penyidikan

DJP

Escrow Account
Pokok + Sanksi 4 kali

Jaksa
WP Menkeu Setuju? SSP
Agung
To be continue…

Anda mungkin juga menyukai